Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN PERSALINAN KALA IV


D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
ANDREA FERIANNA
ESTI WARNIAYU HULU
NADIA DAMAIYANTI
RIRIN INDRIANTI
YULINANELTI HARSANTIBALI
DOSEN PEMBIMBING:
DWIANA KARTIKA, SST, M,Kes

PRODI D3KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI INSTITUT


KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.

Medan,18 desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 1

1.3 TUJUAN......................................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 FISIOLOGI KALA IV PERSALINAN...................................................................... 2

2.2 EVALUASI UTERUS, KONSISTENSI, DAN ATONIA.............................................. 3

2.3 PEMERIKSAAN SERVIKS, VAGINA, DAN PERINEUM.......................................... 4

2.4 PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT........................................................... 5

2.5 PERKIRAAN DARAH YANG HILANG.................................................................. 6

2.6 PEMANTAUAN SELAMA KALA IV..................................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN................................................................................................... 9

3.2 SARAN.............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu masih membutuhkan
pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan. Pada keadaan ini atonia uteri
masih mengancam. Pada saat proses persalinan terkadang harus dilakukan episiotomi misalnya kepala
bayi terlalu besar atau mencegah ruptur perineum totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum boleh
dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses kala IV ibu
berada dalam masa kritis maka harus selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan.

Pada materi kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu bersalin kala IV: fisiologi kala IV, evaluasi
uterus, konsitensi dan atonia, pemerikasaan serviks, vagina dan perineum, melakukan penjahitan
episiotomi/laterasi serta pemantauan kala IV.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja yang dilakukan pada saat memberikan asuhan ibu bersalin kala IV?

2. Bagaimana pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV ?

3. Apa saja yang dilakukan pada saat pemantauan kala IV?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang dilakukan pada saat memberikan asuhan pada ibu
bersalin kala IV

2. Untuk mengetahui persiapan yang diperlukan untuk melakukan penjahitan luka episiotomi.

3. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang dilakukan pada saat pemantauan kala IV
BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA IV

Kala IV persalinan dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir dua jam kemudian. Asuhan
kebidanan kala IV, meliputi :

1. Evaluasi uterus

2. Inspeksi dan evaluasi serviks,vagina,dan perineum

3. Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran dan korda umblikalis

Tanda-tanda vital dan manivestasi lain dievaluasi sebagai indikator pemulihan dari stres
persalinan. Sepanjang periode ini, aktivitas lain yang tidak kalah penting bagi terjadi ketika
hubungan kelurga sudah terbentuk. Komponen data dasar kala IV persalinan meliputi informasi
yang dibutuhkan untuk evaluasi dan manajemen dari perawatan ibu selama jam pertama
postpartum dan mengetahui “taking in phase” dari neonatal dan proses ikatan maternal anak.

2.1 Fisiologi kala IV persalinan

Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus berkontraksi menjadi sangat kecil
yang mengakibatkan pemisahan dinding uterus dan plasenta, dimana nantinya akan memisahkan
plasenta dari tempat letaknya. Pelepasan plasenta membuka sinus-sinus palsenta dan
menyebabkan perdarahan. Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata 350 ml oleh mekanisme sebagai
berikut: serabut otot polos uterus tersusun terbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-
pembuluh darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus. Oleh karena itu,
kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan pembeluh darah yang sebelumnya
menyuplai darah ke plasenta.
Selama 4-5 minggu pertama setelah persalinan, uterus mengalami involusi beratnya menjadi
kurang dari setengah berat segera setelah pasca persalinan dan dalam 4 minggu uterus sudah
kembali seperti sebelum hamil. Selama permulaan involusi uterus, tempat plasenta pada
permukaan endometrium mengelami autolisis,yang menyebabkan keluarnya sekret vagina yang
dikenal sebagai lochea , yang diawali dengan lochea rubra hingga serosa, terus belangsung
sampai ½ minggu. Setelah itu, permukiaan endometrium mengalami reepitelisasi dn kembali ke
kehidupan seks nongravid yang normal.

Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam
beberapa minggu berikutnya. Akan tetapi, setiap ibu yang menyusui bayinya, isyarat syaraf dari
puting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang
berlangsung sekitar 1 jam,sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan susu
bagi periode penyusuan berikutnya. Bila prolaktin ini tidak ada, jika ia dihambat sebagai akibat
kerusakan pada hipotalamus atau hipofisis, atau jika menyusui tidak kontinu tetapi normalnya
kecepatan pembentukan sangat menurun dalam 7 - 9 bulan.

Bila bayi mengisap susu,inpuls sensoris dihantarkan melalui saraf somatis ke medula spinalis
kemudian ke hipotalamus. Hormon ini mengalir dalam darah menuju ke kelenjar mammae
menyebabkan sel-sel miopepitel yang mengelilingi dinding luar alveoli berkontraksi dan
memeras susu dari alveoli ke duktus. Jadi, dalam 30’ sampai 1 menit stelah bayi mengisap
kelenjar mammae susu mulai mengalir. Proses ini dinamakan ejeksi susu atau pengeluaran susu
yang disebabkan oleh gabungan refleks neurogenik dan hormon oksitosin hal ini juga berdampak
pada kontraksi uterus dan berdampak pada proses involusi uterus dan pendarahan pasca
persalinan.
2.2 Evaluasi Uterus, Konsistensi, dan Atonia

Setelah kelahiran plasenta, uterus ditemukan ditengah-tengah abdomen kurang lebih 2/3 sampai
3/4 antara simpisis pubis dan umbilikalikal. Jika uterus ditemukan dibagian tengah, diatas
umbilikalikal, hal ini menandakan adanya perdarahan dan bekuan didalam uterus,yang perlu
ditekan dan dikeluarkan. Uterus yang berada diatas umbilikalikus dan bergeser, paling umum ke
kanan cenderung menandakan kandung kemih penuh menyebabkan uterus bergeser,
menghambat kontraksi, dan memungkinkan peningkatan perdarahan. Jika ibu tidak mampu
buang air kecil pada saat ini, kandung kemih sebaiknya di kosongkan oleh kateter untuk
mencegah perdarahan berlebihan.

Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika disentuh. Jika segmen atas uterus
keras, tetapi perdarahan uterus keras, tetapi perdarahan uterus tetap, pengkajian segmen bawah
perlu dilakukan. Uterus yang lunak,hipotonik,longgar,tidak berkontraksi dengan baik disebut
sebagai atonia uterus. Penyebab utama dari atonia uterus adalah perdarahan pascapersalinan
segera. Hemostatis uterus yang utama dipengaruhi oleh kontraksi jaringan serat-serat otot
miometrium. Serat-serat ini bertindak sebagai pengikat pembuluh darah terbuka pada sisi
plasenta.

2.3 Pemeriksaan serviks, vagina,dan perineum

Setelah memastikan uterus berkontraksi secara efektif dan pendarahan bersal dari sumber
lain,bidan hendaknya menginspeksi perineum, vagina bawah,dan area periuretra untuk
mengetahui adanya memar, pembukaan hematom, laserasi pada pembuluh darah, atau
mengalami pendarahan. Jika episiotomi telah dilakukan, evaluasi kedalam dan perluasannya.
Berikutnya pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan forniks dan serviks vagina untuk
mengetahui laserasi dan cedera. Pada mayoritas persalinan pervaginam spontan normal, tidak
akan ada indikasi untuk pemeriksaan ini sehingga tidak perlu dilakukan. Indikasi untuk
dilakukan pemeriksaan tersebut adalah seperti mencakup pada kondisi berikut ini.

1. Aliran menetap atau sedikit aliran pendarahan pervaginam brerwarna merah terang, dari
bagian atas tiap laserasi yang diamati,setelah kontraksi uterus dipastikan.

2. Persalinan cepat atau presipitatus

3. Manipulasi serviks selama persalinan, misalnya untuk mengurangi tepi anterior

4. Dorongan maternal ( meneran ) sebelum dilatasi serviks lengkap.

5. Kelahiran pervaginam operasi dengan forsep atau vakum.

6. Persalinan traumatik misalnya distosia bahu.

Adanya salah satu faktor ini mengindikasikan kebutuhan untuk inspeksi serviks dan memastikan
kebutuhan untuk melakukan perbaikan. Beberapa klinisi manganjurkan inspeksi serviks yang
rutin,menggunakan rasional bahwa hal ini mengurangi laserasi serviks sebagai penyebab
pendarahan berikutnya. Akan tetapi, inspeksi serviks tidak diperlukan pada persalinan dan
kelahiran normal tanpa ada pendarahan persisten. Bidan harus menguasai dalam melakukan
keahlian ini karena sering kali menimbulkan rasa nyeri atau perasaan menyakitkan bagi ibu.

2.4 Pemantauan Dan Evaluasi Lanjut

Selama sisa waktu dalam kala IV persalina, tanda-tanda vital, uterus, kandung
kemih,lochia,perkiraan kehilangan darah, serta perineum ibu harus di pantau dan dievaluasi,
sehingga semuanya berjalan stabil.
a. Tanda-tanda vital

Pemantauan tanda vital ibu antara lain tekanan darah,denyut jantung,dan pernafasan dilakukan
selama kala IV persalinan dimulai setelah kelahiran placenta. Seterusnya kemudian dievaluasi
lagi setiap 15 menit sekali hingga keadaannya stabil seperti pada persalinan,atau jika ada indikasi
perlu dimonitor lebih sering lagi. Suhu ibu diukur sedikitnya sekali dalam kala IV persalinan dan
dehidrasinya juga harus dievaluasi.

Denyut nadi biasanya berkisar 60-70X per menit. Apabila denyut nadi lebih dari 90x per
menit, perlu dilakukan pemeriksaan dan pemantaun yang terus menerus.jika ia menggigil tetapi
tidak ada infeksi ( ingat bahwa peningkatan suhu dalam batas 20F adalah normal ) hal tersebut
akan berlalu jika bidan mengikuti beberapa langkah dasar ; berilah kehangatan dengan
menyelimuti tubuh ibu dengan selimut yang hangat, berikan rasa kepastian dengan memberikan
penjelasan mengapa ia menggigil dan juga memberi pujian yang melimpah tentang kinerjanya
dalam persalinan, ajari ibu untuk mengendalikan pernafasannya serta teknik-teknik relaksasi
progresif,kadang-kadang suhu dapat lebih tinggi dari 37,20 C akibat dehidrasi atau persalinan
yang lama

b.Kontraksiuterus
Pemantauan kontraksi uterus harus dilakukan secara simultan. Jika uterus lembek, maka wanita
itu bisa mengalami perdarahan. Untuk mempertahankan kontraksi uterus dapat dilakukan
rangsangan taktil ( pijatan ) bila uterus mulai melembek atau dengan cara menyusukan bayi
kepada ibunya,tetapi si bayi biasanya tidak berada di dalam dekapan ibu berjam-jam lamanya
dan uterus mulai melembek lagi

c. Lochea

Jika uterus berkontraksi kuat,lochea kemungkinan tidak lebih dari menstruasi. Dengan habisnya
efek oksitosik setelah melahirkan, jumlah lochea akan bertambah karena miometrium sedikit
banyak berelaksasi.
d. Kandung kemih

Kandung kemih harus dievaluasi untuk memastikan kandung kemih tidak penuh. Kandung
kemih yang penuh mendorong uterus ke atas dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.

Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk menggosokkan kandung kemihnya dan anjurkan
untuk menggosokkan kandung kemihnya setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginann
untuk berkemih mungkin berbeda-beda setelah ia melahirkan bayinya.jika ibu tidak dapat
berkemih, bantu ibu dengan cara menyiramkan air bersih dan hangat kedalam periniumnnya.
Atau masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara
spontan. Jika setelah tindakan-tindakan ini ibu tetap tidak dapat berkemih secara spontan,
mungkin diperlukan caterisasi jika kandung kemih penuh atau dapat di palpasi, gunakan tehnik
aseptik pada saat memasukkan kateter nelaton disenfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
menggosokkan kandung kemih. Setelah menggosokkan kandung kemih, lakukan rangsangan
taktil (pemijatan)untuk merangsang uterus berkontraksi lebih baik.

e. perineum

perineum di evaluasi untuk melihat adanya edema atau hematoma. Bungkusan keping es yang
dikenakan perineum mempunyai efek ganda untuk mengurangi ketidaknyaman dan edema bila
telah mengalamiepsiotomiataulaserasi.

2.5. Perkiraan Darah yang Hilang

Sangat sulit memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah sering kali bercampur
dengan cairan ketuban atau urine dan mungkin terserap handuk,kain,atau sarung. Tak mungkin
menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan jumlah darah di sarung karena
ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin sarung telah di ganti jika terkena sedikit
darahatau basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot dibawah bokong pasien untuk
mengumpulkan darah bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan
cerminan asuhansayang ibu, karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan
menyulitkan pasien untuk memegang bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan menilai volume darah yang terkumpul
dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika
darah bisa mngisi dua botol, artinya pasien telah kehilangan 1 liter darah, jika darah bisa mengisi
setengah botol pasien kehilangan 250 ml darah dan seterusnya. Memperkirakan kehilangan
darah, hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi pasien. Cara tak langsung untuk mengukur
jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gajala dan tekanan darah. Apabila
perdarahan menyebabkan pasien lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darh sistole
turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya, mak telah terjadi perdarahan lebih dari 500
ml. Bila pasien mengalami syok hipovolemik maka pasien telah kehilangan darh 500 % dari total
dari jumlah darah (2000 – 2500 ml) penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai
jumlah kehilangan darh pasien selama kala IV melalui pemeriksaan tanda vital, jumlah darh yang
keluar dan kontraksi uterus.

2.6 Pemantauan Selama Kala IV

Sebagai besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan
dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk
memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan.

Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pacapersalinan.

1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala IV.

2. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam satu jam
pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.

3. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua pascapersalinan.

4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua.

5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana
melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kala IV adalah 0 menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini
merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau
mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus
memantau keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.

Periksa apakah ada laserasi akibat persalinan atau tidak. Jika ada maka segera lakukan
penjahitan sesuai dengan derajat laserasi. Periksa fundus setiap 15 menit pada satu jam pertama,
dan setiap 20-30 menit pada satu jam kedua. Jika tidak ada kontraksi lakukan massase uterus,
namun jika ada selalu pantau kontraksi uterus, karena hal ini akan menyebabkan pembuluh darah
terjepit dan perdarahan akibat persalinan akan perlahan –lahan terhenti. Pemeriksaan tekanan
darah, nadi dan kantong kemih setiap 15 menit jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua.

Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.Tawarkan ibu untuk makan minum
yang disukai. Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu dengan pakaian bersih, dan kenakan ibu
tella. Inisiasi dini harus tetap dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan membantu uterus
berkontraksi

3.2. SARAN
1. Bagi keluarga agar memberi motivasi kepada ibu untuk menerima dan beradaptasi dengan
bayinya sebaik mungkin

2. Bagi petugas kesehatan agar meningkatkan pelayanan dan memberikan pelayanan secara
berkesinambungan sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Yeyeh, Ai Rukiah S.SiT, MKM, (2009), Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi. Jakarta :
TIM

Rohani, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai