PERSALINAN KALA IV
TENTANG PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT
Oleh
KELOMPOK 4
Ance Delpina Mesakh
Yuliana Fransiska Inul
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNYA kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA IV
TENTANG PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT.
Makalah ini dibuat untuk lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang
Asuhan pada Ibu Bersalin Kala IV. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak luput dari kesalahan. Maka dari itu,
penulis mohon kritik dan saran kepada pembaca jika terdapat kekurangan dalam makalah ini,
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
diharapkan juga pembaca dapat memberikan kritik dan saran kepada peulis serta memaklumi
kekurangan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu masih
membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan. Pada
keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat proses persalinan terkadang harus
dilakukan episiotomi misalnya kepala bayi terlalu besar atau mencegah ruptur perineum
totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak
boleh ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses kala IV ibu berada dalam masa kritis
maka harus selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan.
Pada materi kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu bersalin kala IV: fisiologi kala
IV, evaluasi uterus, konsitensi dan atonia, pemerikasaan serviks, vagina dan perineum,
melakukan penjahitan episiotomi/laterasi serta pemantauan kala IV.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini
disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV,
pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua
setelah persalinan. selama 1 jam pertama setelah persalinan, tanda -tanda vital ibu,
uterus, lochea, perineum, dan kandung kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur
1. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah
Tekanan darah normal < 140/90 mmHg, Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit
perdarahan. Sedikit berubah atau menetap, sistol dan diastole dapat meningkat
2
b. Suhu
dehidrasi persalinan, ( karena perslinan yang lama dan tidak cukup minum ) atau
ada infeksi
c. Nadi
setelah melahirkan nadi < 100X / menit karena kelelahan. Frekuensi nadi yang cepat
perdarahan
d. Pernafasan
bila suhu dan denyut nadi tidak normal, maka pernapasan akan mengikutinya
2. Konsistensi Uterus
Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada garis tengah dari
abdomen kira-kira ¾ naik ke atas antara symphysis pubis dan umbilicus Untuk
membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar uterus tidak
menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Menyusui merupakan metode
efektif untuk meningkatkan tonus uterus, selain itu dapat dilakukan dengan cara
3
Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid
yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab ( dari jalan lahir,
3. Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak satu
pembalut perempuan per jam, selama 6 jam pertama atau seperti darah haid yang
banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini, ibu hendaknya diperiksa lebih sering
dan penyebab – penyebab perdarahan berat harus diselidiki. Apakah ada laserasi
pada vagina atau serviks, apakah uterus berkontraksi dengan baik, apakah kandung
kencingnya kosong.
4. Lochea
Lochea (Darah nifas). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas yang
dikeluarkan pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada
Lochea Rubra : berwarna merah, berisi darah segar, sisa - sisa selaput ketuban,
sel - sel desidua, sisa - sisa amnion, lanugo, vernix casiosa, dan mekonium.
Lochea rubra biasanya terjadi pada hari 1-2 hari pasca persalinan.
4
Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir.
Lochea Serosa : berwarna kuning, biasanya cairan sudah tidak berdarah lagi.
Lochea Alba : berwarna putih, mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati. Lochea Alba biasanya terjadi setelah 2 minggu
pasca peralinan.
Lochea Purulenta : Keluarnya cairan seperti nanah, berbau busuk, dan telah
terjadi infeksi.
4. Perineum
hematoma serta untuk memeriksa apakah ada perdarahan pada jahitan perinium
5. Kandung Kemih
Jika kandung kencing penuh dengan air seni, uterus tidak dapat berkontraksi dengan
baik. Jika uterus naik di dalam abdomen dan tergeser ke samping, ini biasanya
merupakan pertanda bahwa kandung kencing penuh. Bantu ibu untuk bangun dan
coba apakah ia bisa buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil, bantulah ia agar
merasa rileks dengan meletakkan jari – jarinya di dalam air hangat, mengucurkan air
ke atas perinium, dengan menjaga privasinya. Jika ia tetap tidak dapat kencing,
5
lakukan katerisasi. Setelah kandung kencing kosong, uterus akan dapat berkontraksi
dengan baik. Kandung kemih dikaji sekali lagi menjelang akhir waktu ini dan harus
dikosongkan jika kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik akan
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah
bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau
sarung. Tak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghit ungan
jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti
jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di
bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah, bukanlah cara efektif untuk
mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring di
atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang
terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua
darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter
darah. Jika darahbisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah.
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi
ibu.
6
Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui
penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas,
pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10
mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml.
Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari
total jumlah darah ibu (2000-2500 ml). Penting untuk selalu memantau keadaan
umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat melalui tanda
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan anda secara melintang antara
pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah
misalnya jika dua jari bisa diletakan di bawah pusat dan di atas fundus ute ri, disebut
4) Periksa perinium dari perdarahan aktif, misalnya apakah dari laserasi atau
episiotomy
7
6) Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman
dilakukan.
1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar
setiap 15 menit selama satu jam pertarna dan setiap 30 menit selama satu jam kedua
kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obsemasi dan
2. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama
satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan
yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obsemasi dan penilaian kondisi ibu.
3. Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan. Jika
4. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah
yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.
6. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan
baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk
bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik,
8
bagian kepala terlutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk
Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pascapersalinan atau
hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut menyulitkan penolong untuk
menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu
setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginan untuk berkemih mungkin
berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tak dapat berkemih, bantu ibu
dengan cara menyiramkan air beisih dan hangat ke perineumnya. Berikan privasi
atau masukkan jari-jari ibu ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan
Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat berkemih secara
spontan, mungkin perlu dilakukan kateterisasi. Jika kandung kemih penuh atau dapat
dipalpasi, gunakan teknik aseptik saat memasuki kateter Nelaton DTT atau steril
keluarganya mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar.
9
Ajarkan pada mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda -tanda bahaya
seperti :
· Demam
· Pendarahan aktif
· Pusing
· Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.
D. Pendokumentasian Kala IV
ContohSOAP:
A. SUBJEKTIF
10
· Ibu mengatakan perutnya mules
B. OBJEKTIF
Pemeriksaan umum
2.Kesadaran : Komposmentis
3.Tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 37 C
RR :24 kali/menit
7.Perdarahan : 100 cc
C. ASSASMENT
D. PLANNING
1.Memberitau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik
11
2.Memberi ibu makan dan minum,membersihkan dan mengganti pakaian
ibu,menfasilitasi ibu untuk berkemih dan beristirahat ntuk menghilangkan rasa lelah
4.Memeriksa kontraksi uterus, perdarahan, TTV, dan kandung kemih setiap 15 menit
sekali pada jam pertama dan 30 menit sekali pada jam kedua
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kala IV adalah o menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini
merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau
mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini.Bidan harus terus
memantau keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.
Periksa apakah ada laserasi akibat persalinan atau tidak.Jika ada maka segera lakukan
penjahitan sesuai dengan derajat laserasi. Periksa fundus setiap 15 menit pada satu jam
pertama, dan setiap 20-30 menit pada satu jam kedua. Jika tidak ada kontraksi lakukan
massase uterus, namun jika ada selalu pantau kontraksi uterus, karena hal ini akan
menyebabkan pembuluh darah terjepit dan perdarahan akibat persalinan akan perlahan –lahan
terhenti. Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong kemih setiap 15 menit jam pertama
dan 30 menit pada satu jam kedua.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.Tawarkan ibu untuk makan
minum yang disukai. Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu dengan pakaian bersih, dan
kenakan ibu tella. Inisiasi dini harus tetap dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan
membantu uterus berkontraksi
B. Saran
1. Bagi keluarga agar memberi motivasi kepada ibu untuk menerima dan beradaptasi dengan
bayinya sebaik mungkin
2. Bagi petugas kesehatan agar meningkatkan pelayanan dan memberikan pelayanan secara
berkesinambungan sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
anak
13
DAFTAR PUSTAKA
14