Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN

PERSALINAN KALA IV
TENTANG PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT

Oleh

KELOMPOK 4
Ance Delpina Mesakh
Yuliana Fransiska Inul

KELAS RPL ENDE


DIII KEBIDANAN
POLTEKES KEMENKES KUPANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNYA kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA IV
TENTANG PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT.
Makalah ini dibuat untuk lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang
Asuhan pada Ibu Bersalin Kala IV. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak luput dari kesalahan. Maka dari itu,
penulis mohon kritik dan saran kepada pembaca jika terdapat kekurangan dalam makalah ini,
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
diharapkan juga pembaca dapat memberikan kritik dan saran kepada peulis serta memaklumi
kekurangan makalah ini.

Ende, Januari 2020


PENULIS

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan ................................................................................................ 1

1. Latar Belakang .......................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
3. Tujuan ....................................................................................................... 1

Bab II Pembahasan ............................................................................................... 2

A. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut .............................................................. 2


B. Pemantauan Keadaan Ibu .......................................................................... 7
C. Selama dua jam pertama pasca kelahiran ................................................. 8
D. Pendokumentasian kala IV ..................................................................... 10

Bab III Penutup ................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu masih
membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan. Pada
keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat proses persalinan terkadang harus
dilakukan episiotomi misalnya kepala bayi terlalu besar atau mencegah ruptur perineum
totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak
boleh ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses kala IV ibu berada dalam masa kritis
maka harus selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan.

Pada materi kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu bersalin kala IV: fisiologi kala
IV, evaluasi uterus, konsitensi dan atonia, pemerikasaan serviks, vagina dan perineum,
melakukan penjahitan episiotomi/laterasi serta pemantauan kala IV.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Pemantauan dan Evaluasi Lanjut kala IV?

2. Bagaimana pemantauan keadaan ibu?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV

2. Untuk mengetahui keadaan ibu pasca melahirkan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemantauan Dan Evaluasi Lanjut Kala IV

Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.

Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibatperdarahan.

Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini

disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV,

pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua

setelah persalinan. selama 1 jam pertama setelah persalinan, tanda -tanda vital ibu,

uterus, lochea, perineum, dan kandung kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur

sampai semua stabil dalam kisaran normal.

1. Tanda-tanda vital

a. Tekanan Darah

Tekanan darah normal < 140/90 mmHg, Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit

(terjadi masalah), Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau

perdarahan. Sedikit berubah atau menetap, sistol dan diastole dapat meningkat

sedikit hingga 4 hari post partum

2
b. Suhu

S > 38˚ C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.

Normal <38˚ C, 24 jam pertama dapat mencapai 38˚ C karena efek

dehidrasi persalinan, ( karena perslinan yang lama dan tidak cukup minum ) atau

ada infeksi

c. Nadi

setelah melahirkan nadi < 100X / menit karena kelelahan. Frekuensi nadi yang cepat

atau semakin meningkat >100 x/mnt dapat menunjukkan hipovolemia karena

perdarahan

d. Pernafasan

bila suhu dan denyut nadi tidak normal, maka pernapasan akan mengikutinya

Pernapasan normal, teratur,cukup dalam frekuensi 18x/m. Fungsi pulmonal kembali

ke status sebelum hamil setelam 6 bulan post partum.

2. Konsistensi Uterus

Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada garis tengah dari

abdomen kira-kira ¾ naik ke atas antara symphysis pubis dan umbilicus Untuk

membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar uterus tidak

menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Menyusui merupakan metode

efektif untuk meningkatkan tonus uterus, selain itu dapat dilakukan dengan cara

mempertahankan massase ringan yang juga dapat mengurangi perdarahan.

3
Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid

yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab ( dari jalan lahir,

kontraksi atau kandung kencing )

3. Perdarahan

Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak satu

pembalut perempuan per jam, selama 6 jam pertama atau seperti darah haid yang

banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini, ibu hendaknya diperiksa lebih sering

dan penyebab – penyebab perdarahan berat harus diselidiki. Apakah ada laserasi

pada vagina atau serviks, apakah uterus berkontraksi dengan baik, apakah kandung

kencingnya kosong.

4. Lochea

Lochea (Darah nifas). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas yang

dikeluarkan pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat

membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lochea ini biasanya berbau anyir / amis.

Jenis - Jenis Lochea :

 Lochea Rubra : berwarna merah, berisi darah segar, sisa - sisa selaput ketuban,

sel - sel desidua, sisa - sisa amnion, lanugo, vernix casiosa, dan mekonium.

Lochea rubra biasanya terjadi pada hari 1-2 hari pasca persalinan.

4
 Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir.

Lochea Sanguinolenta biasanya terjadi pada 3-7 hari pasca peralinan.

 Lochea Serosa : berwarna kuning, biasanya cairan sudah tidak berdarah lagi.

Lochea Serosa biasanya terjadi pada 7-14 hari pasca peralinan.

 Lochea Alba : berwarna putih, mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan

serabut jaringan yang mati. Lochea Alba biasanya terjadi setelah 2 minggu

pasca peralinan.

 Lochea Purulenta : Keluarnya cairan seperti nanah, berbau busuk, dan telah

terjadi infeksi.

 Locheostasis : jika lochea tidak lancar keluarnya.

4. Perineum

perinium dievaluasi untuk melihat adanya edema, memar dan pembentukan

hematoma serta untuk memeriksa apakah ada perdarahan pada jahitan perinium

5. Kandung Kemih

Jika kandung kencing penuh dengan air seni, uterus tidak dapat berkontraksi dengan

baik. Jika uterus naik di dalam abdomen dan tergeser ke samping, ini biasanya

merupakan pertanda bahwa kandung kencing penuh. Bantu ibu untuk bangun dan

coba apakah ia bisa buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil, bantulah ia agar

merasa rileks dengan meletakkan jari – jarinya di dalam air hangat, mengucurkan air

ke atas perinium, dengan menjaga privasinya. Jika ia tetap tidak dapat kencing,

5
lakukan katerisasi. Setelah kandung kencing kosong, uterus akan dapat berkontraksi

dengan baik. Kandung kemih dikaji sekali lagi menjelang akhir waktu ini dan harus

dikosongkan jika kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik akan

mengganggu proses involusi

6. Perkiraan darah yang hilang

Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah

bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau

sarung. Tak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghit ungan

jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti

jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di

bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah, bukanlah cara efektif untuk

mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring di

atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang

dan menyusukan bayinya.

Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang

terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua

darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter

darah. Jika darahbisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah.

Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi

ibu.

6
Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui

penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas,

pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10

mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml.

Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari

total jumlah darah ibu (2000-2500 ml). Penting untuk selalu memantau keadaan

umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat melalui tanda

vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.

B. Pemantauan Keadaan Umum Ibu

a. Setelah lahirnya plasenta:

1) Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi

2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan anda secara melintang antara

pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah

misalnya jika dua jari bisa diletakan di bawah pusat dan di atas fundus ute ri, disebut

dua jari di bawah pusat.

3) Perkirakanlah kehilangan darah secara keseluruhan

4) Periksa perinium dari perdarahan aktif, misalnya apakah dari laserasi atau

episiotomy

5) Evaluasi kondisi ibu secara umum

7
6) Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman

belakang partograf segera setelah asuhan diberikan at au setelah penilaian

dilakukan.

C. Selama Dua Jam Pertama Pasca Persalinan

1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar

setiap 15 menit selama satu jam pertarna dan setiap 30 menit selama satu jam kedua

kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obsemasi dan

penilaian kondisi ibu.

2. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama

satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan

yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obsemasi dan penilaian kondisi ibu.

3. Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan. Jika

meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.

4. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam

pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.

5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah

yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.

6. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan

baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk

bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik,

8
bagian kepala terlutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk

dipeluk dan diberi ASI.

7. Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.

Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pascapersalinan atau

hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut menyulitkan penolong untuk

menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu

untuk mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkannya

setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginan untuk berkemih mungkin

berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tak dapat berkemih, bantu ibu

dengan cara menyiramkan air beisih dan hangat ke perineumnya. Berikan privasi

atau masukkan jari-jari ibu ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan

berkemih secara spontan.

Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat berkemih secara

spontan, mungkin perlu dilakukan kateterisasi. Jika kandung kemih penuh atau dapat

dipalpasi, gunakan teknik aseptik saat memasuki kateter Nelaton DTT atau steril

untuk mengosongkan kandung kemih. Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan

masase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.

Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan

keluarganya mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar.

9
Ajarkan pada mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda -tanda bahaya

seperti :

· Demam

· Pendarahan aktif

· Keluar banyak bekuan darah

· Bau busuk dari vagina

· Pusing

· Lemas luar biasa

· Penyulit dalam menyusukan bayinya

· Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.

D. Pendokumentasian Kala IV

Dalam pendokumentasian kala IV bisa menggunakan format SOAP. Format

SOAP digunakan untuk pengkajian awal pasien.

S(subjective ):Pernyataan atau keluhan dari pasien

O(Objective ): data dari hasil observasi oleh bidan atau keluarga

A(Analisys): Kesimpulan dari objective dan subjective

P(Planning): Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.

ContohSOAP:

A. SUBJEKTIF

· Ibu senang persalinannya lancar

10
· Ibu mengatakan perutnya mules

B. OBJEKTIF

Pemeriksaan umum

1.Keadaan umum : Baik

2.Kesadaran : Komposmentis

3.Tanda vital:

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

Suhu : 37 C

RR :24 kali/menit

4.Keadaan kandung kemih : kosong

5.TFU : 2 jari di bawah pusat

6.Kontraksi uterus : baik

7.Perdarahan : 100 cc

C. ASSASMENT

Ny. S usia 35 tahung G2P2A0 post partum kala IV normal

D. PLANNING

1.Memberitau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik

-Ibu dan keluarga mengerti dengan keadaan ibu saat ini

11
2.Memberi ibu makan dan minum,membersihkan dan mengganti pakaian

ibu,menfasilitasi ibu untuk berkemih dan beristirahat ntuk menghilangkan rasa lelah

-Ibu mengerti dan akan beristirahat

3.Membersihkan tubuh ibu dari lender dan darah

-Tubuh ibu telah dibersihkan

4.Memeriksa kontraksi uterus, perdarahan, TTV, dan kandung kemih setiap 15 menit

sekali pada jam pertama dan 30 menit sekali pada jam kedua

-Pemeriksaan telah dilakukan

5.Mengajarkan ibu dan keluarga cara mengganti balutan

-Ibu dan keluarga mengerti cara mengganti balutan

6.Menyuci dan menyeterilkan semua peralatan bekas pakai

-Semua peralatan sudah dicuci dan diseterilkan

7.Melakukan pendokumentasian hasil tercatat di partograf

-Pendokumentasian telah dilakukan

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kala IV adalah o menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini
merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau
mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini.Bidan harus terus
memantau keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.
Periksa apakah ada laserasi akibat persalinan atau tidak.Jika ada maka segera lakukan
penjahitan sesuai dengan derajat laserasi. Periksa fundus setiap 15 menit pada satu jam
pertama, dan setiap 20-30 menit pada satu jam kedua. Jika tidak ada kontraksi lakukan
massase uterus, namun jika ada selalu pantau kontraksi uterus, karena hal ini akan
menyebabkan pembuluh darah terjepit dan perdarahan akibat persalinan akan perlahan –lahan
terhenti. Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong kemih setiap 15 menit jam pertama
dan 30 menit pada satu jam kedua.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.Tawarkan ibu untuk makan
minum yang disukai. Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu dengan pakaian bersih, dan
kenakan ibu tella. Inisiasi dini harus tetap dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan
membantu uterus berkontraksi

B. Saran
1. Bagi keluarga agar memberi motivasi kepada ibu untuk menerima dan beradaptasi dengan
bayinya sebaik mungkin
2. Bagi petugas kesehatan agar meningkatkan pelayanan dan memberikan pelayanan secara
berkesinambungan sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
anak

13
DAFTAR PUSTAKA

Draft. Acuan Pelatihan Pelayanan Dasar Kebidanan……


Dep.Kes. RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
Mochtar. R. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2 Jilid 1.EGC. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai