Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan.1
Menurut WHO di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal
karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan nifas. Dengan kata lain 1.400
perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap
tahun karena kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan menurut BKKBN kematian
ibu masih tinggi sebesar 228 /100.000 kelahiran hidup, sedangkan target nasional
yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 102 /100.000 kelahiran hidup.2,3
Masa ini memerlukans pemantauan yang ketat, sehingga tidak mengakibatkan
masalah pada ibu. Ditinjau dari penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan
penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat
jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya
permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan
karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya.
Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin
meningkat.5
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah. Pelayanan kesehatan harus
terselenggara pada masa ini untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi yang mungkin terjadi, serta
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi
ibu.4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang
artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah
melahirkan. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.1
II.2 Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia
uteri. Oleh karena itu, dokter maupun

bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan


darah, dan suhu.1
b. Periode early postpartum atau masa nifas dini (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini dokter atau bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui dengan baik.1
c. Periode late postpartum atau masa nifas lanjut (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini dokter atau bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.1
II. 3 Program Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah mendeteksi dan
menangani masalahmasalah yang terjadi.4
1. Kunjungan Pertama
Kunjungan pertama, dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan.
Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah pendarahan masa nifas
karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan,
dan merujuk bila pendarahan berlanjut, memberikan konseling kepada ibu
dan salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa
nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir, juga menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia dan jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia


harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.4,6
2. Kunjungan kedua
Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan
ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling
pada ibu mengenali asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari-hari.4,6
3. Kunjungan Ketiga
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan,
kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan kedua.4,6
4. Kunjungan Keempat
Kunjungan keempat dilakukan 6 minggu setelah persalinan yang
merupakan kunjungan terakhir selama masa nifas kunjungan ini bertujuan
untuk menanyakan pada ibu tentang penyulitpenyulit yang ia atau bayi
alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB
secara dini.4,6
II. 4 Perubahan fisiologis pada masa nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
Selama masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur

pulih

kembali

seperti

keadaan

sebelum

hamil.

Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhan disebut involusi.


Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain,
yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi.4
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.
Uterus menyerupai buah avokad gepeng berukuran panjang 15 cm, lebar
12 cm dan tebal 10 cm. Dinding uterus 5 cm sedangkan pada bekas
implantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian lain. Pada hari ke-5
postpartum uterus setinggi 7 cm di atas simfisis atau setengah simfisis
pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis. Bagian
bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol

ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut,


dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu
bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi
1.

3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.4


Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gram.
Satu minggu postpartum berat uterus akan menjadi 500 gram,
2 minggu post partum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu
postpartum, berat uterus menjadi 40 sampai 60 gram (berat uterus
normal 30 gram). Otot-otot uterus berkontraksi segera postpartum.
pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot
uterus akan terjepit. proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta dilahirkan.4

2.

Lochia
Lochia adalah darah yang dibuang dari rahim yang kini telah
mengerut kembali ke ukuran semula, selama kehamilan, rahim
merupakan kapsul tempat janin hidup dan tumbuh. Lochia merupakan
sekret luka dalam rahim terutama luka plasenta.7
Lochia atau dalam bahasa Indonesia disebut lokia adalah cairan
sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas.
Lochia Rubra
Pada hari pertama dan kedua lokia rubra atau kruenta, terdiri
atas darah segar atau merah kehitaman karena bercampur sisasisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dan meconium.
Lochia Sanguilenta
Pada hari ke 3 sampai ke 7 keluar cairan berwarna merah
kuning berisi darah encer dan lendir.
Lochia Serosa
Pada hari ke 7 sampai ke 14 cairan yang keluar berwarna
kuning/kecoklatan, cairan ini tidak berdarah lagi, lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
Lochia Alba
Setelah 2 minggu, lokia hanya merupakan cairan putih . Warna
pada lokia disebabkan karena banyaknya leukosit dan selaput
lendir serviks serta serabut jaringan yang mati.
4

Lochia mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi.


Bau ini lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan
semakin khas jika bercampur dengan keringat dan harus cermat
membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi.
Lochia dengan bau amis dan bau busuk menandakan adanya infeksi,
jika lokia tetap berwarna merah setelah 2 minggu kemungkinan adanya
sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna akibat
retroflexio uteri.
3.

Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi,
dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal
endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata,
sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta.1

4.

Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin.5

b. Perubahan sistem pencernaan


Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan.
Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perineum, jangan sampai lepas. Buang air besar harus dilakukan tiga sampai
empat hari setelah persalinan.
c. Perubahan perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung


pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui, besarnya
tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.8
d. Perubahan sistem muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluhpembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retropleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya
turun setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.5
e. Perubahan tanda-tanda vital1
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius.
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari
keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius.
Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan
kembali normal. Nila suhu lebih dari 38 derajat celsius, menandakan

kemungkinan infeksi.
Nadi berkisar antara 60-80 kali permenit setelah partus, dan dapat
terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak
panas, mungkin ada pendarahan yang berlebih atau ada vitium kordis
pada penderita pada masa nifas umumnya denyut nadi labil
dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit

meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.


Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan
tanpa pengobatan.

II. 5 Perawatan pada masa nifas


Perawatan postpartum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan
adanya kemungkinan pendarahan postpartum dan infeksi. Bila ada laserasi
jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka
6

dengan sebaik-baiknya, penolong persalinan harus tetap waspada sekurangkurangnya 1 jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
pendarahan post partum. Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan.
Karenanya, ia harus cukup dalam pemenuhan istirahatnya. Dari hal tersebut
ibu harus di anjurkan untuk tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan.
Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri, untuk mencegah adanya
thrombosis. Pada hari ke-2 barulah ibu di perbolehkan duduk, hari ke 3 jalanjalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang.4
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam
8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi
100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Sebab ibu
postpartum mengalami sulit berkemih karena berkurangnya tekanan intra
abdominal, otot-otot perut masih lemah, edema dan uretra, dinding kandung
kemih kurang sensitif. Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar
(defekasi) setelah hari ke dua postpartum. Jika hari ke tiga belun juga BAB,
maka perlu diberi obat pencahar oral atau rektal. Pada masa postpartum,
seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri
sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.1
Bila adanya keluhan after pains atau mules, dapat diberi analgetik atau
sedatiif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan jam postpartum ibu
disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi.
Kecuali bila ada kontra indikasi untuk menyusui bayinya, seperti ibu yang
menderita tifus adominalis, tubercolosis aktif, diabetes mellitus berat, psikosis,
puting susunya tertarik ke dalam dan lain-lain. Bayi dengan labio palato skiziz
(sumbing) tidak dapat menyusui oleh karena tidak dapat mengisap. Hendaknya
hal ini diketahui oleh bidan atau dokter yang menolongnya. Minumannya
harus diberikan melalui sonde. Begitu pula dengan bayi yang dilahirkan
dengan alat seperti ekstrasi vakum atau cunam dianjurkan untuk tidak
menyusui sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis. Pada hari
ketiga atau keempat bayi tersebut baru diperbolehkan untuk menyusui bila
tidak ada kontra indikasi.
Perawatan mammae harus sudah dilakukan sejak kehamilan, areola
mamma dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau
7

cream, agar tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah,
sebelum menyusui mammae harus dibuat lemas dengan melakukan massage
secara menyuluruh. Setelah areola mammae dan puting susu dibersihkan,
barulah bayi diberi ASI.4
Dianjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan, sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.1

BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8

minggu setelah persalinan.


Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah,
bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis

puerperalis.
Asuhan yang

diberikan

kepada

ibu

nifas

bertujuan

untuk

meningkatkan kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi,


pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu.
III.2 Saran
Pada masa nifas ibu di ajurkan agar istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan, kembali pada kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur dan
pastikan puting susu selalu dalam keadaan bersih terutama pada saat sebelum
memberikan ASI

DAFTAR PUSTAKA
1. Saleha . Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medika. 2009.
2. Mukkaramah, Ismail. Hubungan pemenuhan nutrisi dan personal hygiene
dalam masa nifas dengan penyembuhan luka perineum di klinik sehat harapan
ibu kecamatan glumpang baro kabupaten pidie. (KTIS). Aceh : STIKes U
Budiyah: 2013
3. BKKBN.
Angka

Kematian

Ibu.

2011.

Available

from

http://healthkompas.com/real//2012/01/31/22093816). Accessed October 11,


2015
4. Sulistyawati, A. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta:
Salemba Medika. 2010
5. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
2010.
6. Dinata

F.

Masa

Nifas.

Available

from:

http://www.rsazra.co.id/RSAZRA/index.php/tutorials-mainmenu48/artikelkesehatanmenu/kebidanandankandungan/298kebidanandankandunganartikel11. Accessed October 11, 2015.


7. Jones, DI. Panduan terlengkap tentang kesehatan, kebidanan dan kandungan.
Jakarta. Delaprasta. 2009
8. Suherni, WH., Rahmawati, A. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
2009

Anda mungkin juga menyukai