Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSONAL HYGIENE IBU NIFAS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2, anggota :
1. Eka Kurniati P07120116057
2. Eli Erfiana P07120116058
3. Erza Julianta Alparizi P07120116059
4. Fathihatul Wahyu P07120116060
5. Firman Indrawan P07120116061
6. Giska Opyaningsih P07120116062
7. Hasmi Layang Sari P07120116064
8. Hafizin Saputra P07120116065

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MATARAM

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh
pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :

Hari/ tanggal :
Bangsal/Ruangan :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSONAL HYGIENE (PERAWATAN DIRI) PADA IBU NIFAS

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-
kira 6 minggu.
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu atau 40 hari.

B. Tahapan Masa Nifas


Menurut Rustam Mochtar 2010, Masa post partum terbagi 3 tahap :
1. Puerperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum. Yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk berdiri dan jalan-jalan
2. Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post partum.
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote puerperium (later puerperium) waktu 1-6 minggu post partum. Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulan atau tahun

C. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Perubahan uterus
Terjadi kondisi uterus yang meningkat setelah bayi keluar, hal ini
menyebabkan iskemia pada perlekatan plasenta sehingga jaringan perlekatan
antara plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran
uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar
umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada
ukuran sebelum hamil). Uteru akan mengalami involusi secara berangsur-
angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Mengenai tinggi
fundus utetus dan berat menurut masa involusi sebagai berikut:
Involusi FTU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lepas Dua jari bawah pusat 750 gram
Satu minggu Pertengahan pusat-sympisis 500 gram
Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram
Enam minggu Bertambah kecil 50 gram
Delapan minggu Sebesar normal 30 gram
Ada beberapa jenis lochea, yaitu:
1) Lochea rubra (cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua (selaput lendir rahim dalam keadaan hamil),
vernik caseosa (palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau
semacam noda dan sel-sel epitel yang menyelimuti kulit janin), lanugo
(bulu halus pada bayi yang baru lahir) dan mekonium (isi usus berwarna
hijau kehitaman) selama 2 hari pasca persalinan
2) Lochea sangulnolenta : warnnya merah kuning berisi darah dan lendir.
Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan
3) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada
hari ke 7-14 pasca persalinan
4) Lechea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu
5) Lochea purulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
6) Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya
b) Perubahan vagina dan perineum
1) Vagina : pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-
lipatan atau kerutan-kerutan) kembali
2) Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi
sering terjadi akibat ekstraksi dengan cuman, berlebih apabila kepala
janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru
terlihat pada pemeriksaan spekulum
3) Perubahan pada perineum : terjadi perobekan pada hampir semua
persalinan pertama dan jarang juga pada persalinan berikutnya.
Perobekan perineum umumnya terjadi di garistengah dan isa menjadi
luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil
daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan
ukuran yang lebih besar dari pada sirkum ferensia suboksipito
bregmatika. Bila ada iaserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran
bayi) lakukan penjahitan dan perawatan dengan baik
2. Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinanan.
Disamping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubunga dengan jahitan pada
perineum, jangan samapai dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar
harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Jika masih terjadi konstipasi dan
beraknya keras dapat diberikan obat laksan peroral atau perrektal
3. Perubahaan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 samapi 8 minggu, Distensi
berlebh pada vesikula urinari adalahyang umum terjadi karena peningkatan
kapasitas vasikula urinaria, pembegkakan memar jaringan disekitar uretra dan
hilang sensasi terhadap tekanan yang meninggi
4. Perubahan Tanda Tanda vita pada masa nifas
a) Suhu badan
Sekitar hari ke 4 seetelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara
37,2 – 37,5Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara.
Bila kenaikan mencapai 38 C pada hari kedua sampai hari –hari berikutnya,
harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas
b) Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 6 x/menit, yaitu pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi
umumnya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus, nadinya
bisa cepat, kira-kira 110 x/menit bisa juga terjadi gejala syok karena infeksi,
khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh
c) Tekanan Darah
Tekanan darah < 140 /90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari
pra persalinan pada 1-3 hari postpartum. Bila tekanan darah menjadi rendah
menunjukan adanya pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi meerupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklamsia yang timbul
pada masa nifas. Namun hal tersebut jarang terjadi
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal ini tidak lain karena
ibu dalam keadaan pemulihana atau dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi
cepat post partum > 30 x/menit mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda
syok

D. Fase-Fase Penyesuaian Fisiologi Pada Masa Nifas


1. Fase Taking In 
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama
pada bayinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami
dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan
pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya, disamping nafsu makan
ibu yang memang sedang meningkat.

2. Fase Taking hold


Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold,
ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu
memerlukan dukungan karena sat ini merupakan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga
tumbuh rasa percaya diri
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini. Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru
melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan
mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan
suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress
psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan
memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap permasalahan yang
mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang
merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri
dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal.
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap
menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi
hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress
yang dialaminya tidak bertambah berat.

E. Pengertian Perawatan Diri (Personal Hygiene)


Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan
psikis.

F. Tujuan melakukan Personal Hygiene


1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri
G. Kebutuhan Personal Hygiene pada Ibu
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan
cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat
tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal.
Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan
menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan
perineum dari arah depan ke belakang.
Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka
jahitan maupun kulit.
1. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di
daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan
pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat
lochea.
2. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat
gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda
antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan
akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup,
lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
Membersihkan rambut dengan cara:
- Mencuci rambut 2 – 3 kali dalam 1 minggu
- Dipotong 1 bulan sekali
- Merapihkan / menyisir
3. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam
minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah
keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga
agar kulit tetap kering.
4. Kebersihan vulva dan sekitarnya.
a) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali
buang air kecil atau besar.
b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
d) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci
menggunakan sabun. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah
infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan.
Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah
genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai
dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan
sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti
minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis
pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar
matahari dan disetrika.
 
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama
b. Alamat
c. Telepon
d. Tempat dan tanggal lahir
e. Ras/kelompok entries
f. Jenis kelamin
g. Agama
h. Tanggal pengkajian
i. Nama Suami
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tingkat energy, self esteem, tingkat
kesadaran
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi
cenderung bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung,
Mulut, Fungsi pengecapan; pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,
keadaan areola dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan
pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal),
musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae.
Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital Lihat struktur, regangan, udema vagina,
keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang.
Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema,
drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr
rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit,
nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, TFU.
b. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, laserasi, hematoma.
c. Pengeluaran lochea.
d. Kandung kemih: distensi bladder.
e. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah partus, TD dan Nadi terhadap
penyimpangan cardiovaskuler.
f. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 1224 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
g. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
5. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat
bayi.
8. Gangguan Personal Hygien
C. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Rasional
Keperawatan Hasil Intervensi
Nyeri akut b/d NOC : Pain
agen injuri   Pain Level, Management  Mengetahui
fisik   Pain control,  Lakukan tingkat
(peregangan   Comfort level pengkajian pengalaman nyeri
perineum; Setelah dilakukan nyeri secara klien dan tindakan
luka askep selama …x 24 komprehensif keperawatan yang
episiotomi; jam, diharapkan termasuk akan dilakukan
involusi uteri; nyeri berkurang lokasi, untuk mengurangi
hemoroid; karakteristik, nyeri
pembengkaka Kriteria Hasil : durasi,  Reaksi terhadap
n payudara).  Mampu mengontrol frekuensi, nyeri biasanya
nyeri (tahu kualitas dan ditunjukkan
penyebab nyeri, faktor dengan reaksi non
mampu presipitasi verbal tanpa
menggunakan (PQRST) disengaja.
tehnik  Observasi  Mengetahui
nonfarmakologi reaksi pengalaman nyeri
untuk mengurangi nonverbal dari  Penanganan
nyeri, mencari ketidaknyama nyeri tidak
bantuan) nan selamanya
 Melaporkan bahwa  Gunakan diberikan obat.
nyeri berkurang teknik Nafas dalam dapat
dengan komunikasi membantu
menggunakan terapeutik mengurangi
manajemen nyeri untuk tingkat nyeri
Mampu mengenali mengetahui  Mengetahui
nyeri (skala, pengalaman keefektifan control
intensitas, frekuensi nyeri pasien nyeri
dan tanda nyeri)  Ajarkan  Mengurangi rasa
Menyatakan rasa tentang teknik nyeri Menentukan
nyaman setelah non intervensi
nyeri berkurang farmakologi keperawatan
 Tanda vital dalam  Evaluasi sesuai skala nyeri.
rentang normal keefektifan  Mengidentifikasi
TD : 120-140 /80 – kontrol nyeri penyimpangan dan
90 mmHg   Motivasi kemajuan
RR : 16 – 24 x/mnt untuk berdasarkan
N   : 80- 100 x mnt meningkatkan involusi uteri.
T    : 36,5o C – asupan nutrisi
37,5 o C yang bergizi.   Mengurangi
 Tingkatkan ketegangan pada
istirahat luka perineum.
 Latih
mobilisasi    Melatih ibu
miring kanan mengurangi
miring kiri jika bendungan ASI
kondisi klien dan
mulai memperlancar
membaik pengeluaran
   Kaji ASI.
kontraksi   Mencegah
uterus, proses infeksi dan
involusi uteri. kontrol nyeri
   Anjurkan pada luka
pasien untuk perineum.
membasahi  Mengurangi
perineum intensitas nyeri
dengan air denagn menekan
hangat rangsnag nyeri
sebelum pada nosiseptor.
berkemih.
    Anjurkan
dan latih
pasien cara
merawat
payudara
secara teratur.
    Jelaskan
pada ibu
tetang teknik
merawat luka
perineum dan
mengganti
PAD secara
teratur setiap
3 kali sehari
atau setiap
kali lochea
keluar
banyak.
   Kolaborasi
dokter
tentang
pemberian
analgesik
Resiko defisit   Fluid balance Fluid   Mengidentifika
volume cairan   Hydration management si
b/d Setelah dilakukan    Obs Tanda- penyimpangan
pengeluaran askep selama …x 24 tanda vital indikasi
yang jam, Pasien dapat setiap 4 jam. kemajuan atau
berlebihan; mendemostrasikan    Obs Warna penyimpangan
perdarahan; status cairan urine. dari hasil yang
diuresis; membaik.    Status umum diharapkan.
keringat Kriteria evaluasi: setiap 8 jam.   Memenuhi
berlebihan. tak ada manifestasi   Pertahankan kebutuhan
dehidrasi, resolusi catatan intake cairan tubuh
oedema, haluaran dan output klien
urine di atas 30 yang akurat    Menjaga
ml/jam, kulit   Monitor status balance
kenyal/turgor kulit status hidrasi ( cairan klien
baik. kelembaban
membran    Memenuhi
mukosa, nadi kebutuhan
adekuat, cairan tubuh
tekanan darah klien
ortostatik ),   Memenuhi
jika diperlukan kebutuhan
   Monitor cairan tubuh
masukan klien
makanan /
cairan dan    Temuan-
hitung intake temuan ini
kalori harian menandakan
  Lakukan hipovolemia dan
terapi IV perlunya
  Berikan peningkatan
cairan cairan.
   Dorong
masukan oral    Mencegah
   Beritahu pasien jatuh ke
dokter bila: dalam kondisi
haluaran urine kelebihan cairan
< 30 ml/jam, yang beresiko
haus, terjadinya
takikardia, oedem paru.
gelisah, TD di      
bawah rentang Mengidentifikasi
normal, urine keseimbangan
gelap atau cairan pasien
encer gelap. secara adekuat dan
   Konsultasi teratur.
dokter bila
manifestasi
kelebihan
cairan terjadi.
  Pantau: cairan
masuk dan
cairan keluar
setiap 8 jam.
Perubahan Setelah dilakukan askep   Kaji haluaran    Mengidentifik
pola selama …x 24 jam, urine, keluhan asi
eleminasi Pola eleminasi (BAK) serta penyimpangan
BAK (disuria) pasien teratur. keteraturan dalam pola
b/d trauma Kriteria hasil: eleminasi pola berkemih. berkemih
perineum dan BAK lancar, disuria   Anjurkan pasien.
saluran tidak ada, bladder pasien    Ambulasi dini
kemih. kosong, keluhan melakukan memberikan
kencing tidak ada. ambulasi dini. rangsangan
  Anjurkan untuk
pasien untuk pengeluaran
membasahi urine dan
perineum pengosongan
dengan air bladder.
hangat    Membasahi
sebelum bladder dengan
berkemih. air hangat dapat
  Anjurkan mengurangi
pasien untuk ketegangan
berkemih akibat adanya
secara teratur. luka pada
   Anjurkan bladder.
pasien untuk    Menerapkan
minum 2500- pola berkemih
3000 ml/24 secara teratur
jam. akan melatih
  Kolaborasi pengosongan
untuk bladder secara
melakukan teratur.
kateterisasi    Minum
bila pasien banyak
kesulitan mempercepat
berkemih. filtrasi pada
glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran
urine.
   Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran
urine untuk
mencegah stasis
urine.
Perubahan Setelah dilakukan askep   Kaji pola    Mengidentifik
pola selama …x 24 jam, BAB, asi
eleminasi Pola eleminasi (BAB) kesulitan penyimpangan
BAB teratur. BAB, warna, serta kemajuan
(konstipasi) Kriteria hasil: pola bau, dalam pola
b/d kurangnya eleminasi teratur, feses konsistensi eleminasi
mobilisasi; lunak dan warna khas dan jumlah. (BAB).
diet yang feses, bau khas feses,   Anjurkan    Ambulasi dini
tidak tidak ada kesulitan ambulasi dini. merangsang
seimbang; BAB, tidak ada feses   Anjurkan pengosongan
trauma bercampur darah dan pasien untuk rektum secara
persalinan. lendir, konstipasi tidak minum banyak lebih cepat.
ada. 2500-3000    Cairan dalam
ml/24 jam. jumlah cukup
mencegah
  Kaji bising terjadinya
usus setiap 8 penyerapan
jam. cairan dalam
   Pantau berat rektum yang
badan setiap dapat
hari. menyebabkan
  Anjurkan feses menjadi
pasien makan keras.
banyak serat    Bising usus
seperti buah- mengidentifikas
buahan dan ikan pencernaan
sayur-sayuran dalam kondisi
hijau. baik.
   Mengidentifia
kis adanya
penurunan BB
secara dini.
   Meningkatkan
pengosongan
feses dalam
rektum.
Gangguan Setelah dilakukan askep   Kaji toleransi   Parameter
pemenuhan selama …x 24 jam, pasien menunjukkan
ADL b/d ADL dan kebutuhan terhadap respon fisiologis
immobilisasi; beraktifitas pasien aktifitas pasien terhadap
kelemahan. terpenuhi secara menggunakan stres aktifitas
adekuat. parameter dan indikator
Kriteria hasil: berikut: nadi derajat penagruh
-  Menunjukkan 20/mnt di atas kelebihan kerja
peningkatan dalam frek nadi jnatung.
beraktifitas. istirahat, catat   Menurunkan
-  Kelemahan dan peningaktan kerja
kelelahan berkurang. TD, dispnea, miokard/komsu
-  Kebutuhan ADL nyeri dada, msi oksigen ,
terpenuhi secara kelelahan menurunkan
mandiri atau dengan berat, resiko
bantuan. kelemahan, komplikasi.
-  frekuensi jantung/irama berkeringat,   Stabilitas
dan Td dalam batas pusing atau fisiologis pada
normal. pinsan. istirahat penting
-  kulit hangat, merah   Tingkatkan untuk
muda dan kering istirahat, batasi menunjukkan
aktifitas pada tingkat aktifitas
dasar individu.
nyeri/respon
hemodinamik,
berikan   Komsumsi
aktifitas oksigen
senggang yang miokardia
tidak berat. selama berbagai
   Kaji aktifitas dapat
kesiapan untuk meningkatkan
meningkatkan jumlah oksigen
aktifitas yang ada.
contoh: Kemajuan
penurunan aktifitas
kelemahan/kel bertahap
elahan, TD mencegah
stabil/frek peningkatan
nadi, tiba-tiba pada
peningaktan kerja jantung.
perhatian pada   Teknik
aktifitas dan penghematan
perawatan diri. energi
  Dorong menurunkan
memajukan penggunaan
aktifitas/tolera energi dan
nsi perawatan membantu
diri. keseimbangan
suplai dan
  Anjurkan kebutuhan
keluarga untuk oksigen.
membantu  Aktifitas yang
pemenuhan maju
kebutuhan memberikan
ADL pasien. kontrol jantung,
 Jelaskan pola meningaktkan
peningkatan regangan dan
bertahap dari mencegah
aktifitas, aktifitas
contoh: posisi berlebihan.
duduk
ditempat tidur
bila tidak
pusing dan
tidak ada
nyeri, bangun
dari tempat
tidur, belajar
berdiri dst.

Resiko infeksi Setelah dilakukan askep  Pantau: vital    Mengidentifik


b/d trauma selama …x 24 jam, sign, tanda asi
jalan lahir. Infeksi tidak terjadi. infeksi. penyimpangan
Kriteria hasil: tanda dan kemajuan
infeksi tidak ada, luka  Kaji sesuai intervensi
episiotomi kering dan pengeluaran yang dilakukan.
bersih, takut berkemih lochea, warna,    Mengidentifik
dan BAB tidak ada. bau dan jumlah. asi kelainan
 Kaji luka pengeluaran
perineum, lochea secara
keadaan jahitan. dini.
   Keadaan luka
Anjurkan perineum
pasien berdekatan
membasuh dengan daerah
vulva setiap basah
habis berkemih mengakibatkan
dengan cara kecenderunagn
yang benar dan luka untuk
mengganti selalu kotor dan
PAD setiap 3 mudah terkena
kali perhari infeksi.
atau setiap kali    Mencegah
pengeluaran infeksi secara
lochea banyak. dini.
Pertahnakan
teknik septik
aseptik dalam
merawat pasien
(merawat luka    Mencegah
perineum, kontaminasi
merawat silang terhadap
payudara, infeksi.
merawat bayi).
Resiko Setelah dilakukan askep  Beri    Meningkatkan
gangguan selama …x 24 jam, kesempatan ibu kemandirian ibu
proses Gangguan proses untuk dalam
parenting b/d parenting tidak ada. melakuakn perawatan bayi.
kurangnya Kriteria hasil: ibu dapat perawatan bayi    Keterlibatan
pengetahuan merawat bayi secara secara mandiri. bapak/suami
tentang cara mandiri (memandikan,   Libatkan dalam
merawat bayi. menyusui). suami dalam perawatan bayi
perawatan bayi. akan membantu
meningkatkan
keterikatan batih
  Latih ibu ibu dengan bayi.
untuk    Perawatan
perawatan payudara secara
payudara teratur akan
secara mandiri mempertahanka
dan teratur. n produksi ASI
secara kontinyu
  Motivasi ibu sehingga
untuk kebutuhan bayi
meningkatkan akan ASI
intake cairan tercukupi.
dan diet   Mneingkatkan
TKTP. produksi ASI.
   Lakukan
rawat gabung    Meningkatkan
sesegera hubungan ibu
mungkin bila dan bayi sedini
tidak terdapat mungkin.
komplikasi
pada ibu atau
bayi.
Setelah dilakukan askep  Beri  Agar ibu nifas
Gangguan selama …x 24 jam, pengetahuan mendapatkan
Personal Gangguan Personal kepada ibu pengetahuan
Hygien Hygien dapat diatsi . nifat terkait  Untuk
Kriteria hasil: klien tentang mengetahui
terbebas dari bau badan, personal sampai mana
menyatakan hygien kemampuan ibu
kenyamanan terhadap  Monitor nifas dalam
kemampuan untuk kemampuan perawatan
melakukan adl, klien untuk dirinya
perawatan diri  Untuk
yang mandiri mengetahui
 Monitor kebutuhan-
kebutuhan kebutuhan yang
klien untuk dibutuhkan oleh
alat-alat bantu ibu nifas
kebersihan  Agar ibu nifas
diri, mampu
berpakaian, melakukan sel
berhias, care
toileting dan
makan,
 Sediakan
bantuan
sampai klien
mampu
melakukan
self care
DAFTAR PUSTAKA

Saleha, Sitti.2009. Asuhan kebidanan pada Masa Nifas.Makasar : Salemba Medika


http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/health-education-personal-hygiene-
istirahat-dan-tidur-pada-ibu-nifas/
Hidayat, A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp dan Musrifatul Uliyah, S.Kp.2004.Kebutuhan
Dasar Manusia.Jakarta : EGC
http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/05/konsep-personal-hygiene.html
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,
Philadelphia, Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :
Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC,
Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-
2002,Philadelphia,USA.
Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America: Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America: Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai