Anda di halaman 1dari 36

1

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DIABETES MELITUS

Disusun Oleh kelompok 9 :

1. Giska Opyaningsih

2. Fathul Aziz

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan karunia serta anugerah-
Nya makalah yang bertopik Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dapat selesai tepat
pada waktunya.

Tidak lupa pula saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini baik dengan materi maupun non materi. Kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar
pembuatan dan penyusunan makalh berikutnya bisa lebih baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak pada umumnya dan saya pada khususnya.

Wassalam,

Penulis

iii
3

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................. ...........……... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 6
A. Latar Belakang..................................................................... 6
B. Tujuan ...................................................................................... 7
BAB II DIABETES MELLITUS………….
A. Pengertian……………………….….…................................... 8
B. Klasifikasi Diabetes Melitus.................................................. 8
C. Etiologi……........................................................ ……………... 9
D. Patofisiologi……………………………………………………. 11
E. Gejala Klinis…………………………………………………… 13
F. Komplikasi…………………………………………………….. 13
G. Penegakkan Diagnostik………………………………………… 18
H. Penatalaksanaan………………………………………………... 19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS…………. 25
A. Pengkajian.......................................................................... 25
B. Diagnosa Keperawatan........................................................ 26
Halaman
C. Discharge Planning…………………………………………….. 26
iv
D. Rencana Asuhan Keperawatan…………………………………. 27
BAB IV PENUTUP……………………………………………………….. 34
A. Kesimpulan........................................................................ 34
B. Saran................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingkat prevalensi dari diabetes mellitus sangat tinggi, diduga terdapat sekitar 10 juta
kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagosis 600.000 kasus baru.
Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan
penyebab utama kebutaan akibat retinopati diabetik (Sylvia A. Price).
Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit
vaskuler. Komplikasi yang paling utama adalah serangan jantung, payah jantung, stroke
dan ganggren. Selain itu, kematian neonatal intrauterine pada ibu-ibu yang menderita
diabetes meningkat (Sylvia A. Price).
Pada tahun 1995, tercatat penderita diabetes di Indonesia merupakan urutan ke-7 di
dunia dengan urutan pertama India, yang selanjutnya Cina, Amerika Serikat, Rusia,
Jepang, dan Brazil. Diperkirakan jumlah ini akan terus berkembang pada tahun-tahun
berikutnya. Usia harapan hidup rata-rata pasien diabetes berkurang sembilan tahun bagi
laki-laki dan tujuh tahun bagi perempuan bila dibandingkan dengan yang bukan pasien
diabetes. Pengurangan usia ini paling besar bila awitan penyakit terjadi pada usia muda.
Pasien diabetes sebenarnya relatif dapat hidup normal asalkan mereka mengetahui
dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Oleh karena
itu, edukasi pasien amatlah perlu. Karena kualitas hidup semua pasien diabetes sangat
terpengaruh oleh banyaknya komplikasi yang menimbulkan bahaya. Terlebih lagi,
perlunya diet ketat dan pengobatan terus-menerus menimbulkan pergulatan emosi yang
terus-menerus pula, bagi banyak pasien. Penyebab kematian pada diabetes (urut
frekuensi) adalah infark miokard, gagal ginjal, stroke infeksi ketoasidosis koma
hiperosmolar hipoglikemia (Brunner & suddart).
5

B. Tujuan

1. Memahami pengertian diabetes melitus


2. Menjelaskan perbedaan antara diabetes tipe I dan tipe II
3. Menjelaskan asuhan keperawatan penyakit diabetes melitus
6

BAB II

DIABETES MELLITUS

A. PENGERTIAN

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut
Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

B. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS

1.      Klasifikasi Klinis


a.      Diabetes Mellitus
1)      Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2)     Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami
obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b.      Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c.       Diabetes Kehamilan (GDM)

2.      Klasifikasi risiko statistik


a.       Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b.      Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin
diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai

8
7

oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II
terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat
penurunan jumlah produksi insulin.

C. ETIOLOGI
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin
baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan
relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang.
Hormon Insulin dibuat dalam pancreas.
Keadaan yang menyebabkan hiperglikemia, yaitu :
1. Kerusakan genetik dari sel beta
2. Kerusakan genetik dari aksi insulin
3. Penyakit dari pankreas endokrin : pankreasitis, trauma, neoplasma.
4. Mengkonsumsi obat – obatan ilmiah
5. Infeksi
6. Faktor keturunan

1.      Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)


a.       Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b.      Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
8

c.       Faktor lingkungan


Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2.      Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan
abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk
Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a.       Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b.      Obesitas
c.       Riwayat keluarga
9

d.      Kelompok etnis


D. PATOFISIOLOGI
10

E. GEJALA KLINIS
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus
apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu :
1.      Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2.      Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3.      Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes
Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah,
Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.

F. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999), yaitu :
1.      Akut
a.       Hipoglikemia dan hiperglikemia
b.      Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c.       Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d.      Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh
pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).

Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan
berbagai komplikasi, yaitu :
1. Kardiopati diabetik,
2. Gangren dan impotensi,
3. Nefropati diabetik,

4. Retinopati diabetik

1. Kardiopati diabetik
11

Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah yang
tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida
darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah.
Maka bagi para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah
secara rutin. Dari pengalaman saya untuk menurunkan kadar gula darah sekaligus
menormalkan kadar kolestrol dan trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama
sebenarnya pola makan malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari.
Gantilah dengan makan kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga
konsumsi sayur dan buah-buahan.
Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark jantung dengan gejala
antara lain nyeri dada. Karena diabetes juga merusak sistem saraf, rasa nyeri kadang-
kadang tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction atau silent
heart attack. Kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita
diabetes kira-kira dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan penderita
diabetes., pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk mencegah gangguan
jantung pada penderita diabetes.
Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) serta perkumpulan
sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia/Perkeni),
penderita diabetes diharapkan mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Tekanan darah harus diturunkan secara agresif di bawah
130/80 mmHg, trigliserida di bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari 100
mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi lebih baik pada
jantung.

2. Gangren dan impotensi


Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons imunnya menurun.
Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru
serta infeksi kaki. Banyak hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena
infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong kuku,
12

kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki mudah timbul pada penderita diabetes
kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau ulkus. Jika dibiarkan, infeksi akan
mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah.
Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika
luka membusuk, mau tidak mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Penderita
diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula darahnya serta diberi antibiotika.
Penanganan gangren perlu kerja sama dengan dokter bedah.
Untuk mencegah gangren, penderita diabetes perlu mendapat informasi mengenai
cara aman memotong kuku serta cara memilih sepatu. Impotensi juga menjadi momok
bagi penderita diabetes, impotensi disebabkan pembuluh darah mengalami kebocoran
sehingga penis tidak bisa ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan
oleh faktor psikologis atau gabungan organis dan psikologis.
Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377) terdapat lima grade ulkus diabetikum
antara lain:
1)      Grade 0 : tidak ada luka
2)      Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3)      Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4)      Grade III : terjadi abses
5)      Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6)      Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

3. Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring
darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus).
Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar gula darah tinggi
secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula yang tinggi dalam darah akan
bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran
basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke
urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.
13

Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria ditandai dengan


keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24 jam. Jika diabaikan, kondisi ini akan
berlanjut terus sampai tahap gagal ginjal terminal. Karena itu, penderita diabetes harus
diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap tahun. Penderita diabetes tipe 1 secara
bertahap akan sampai pada kondisi nefropati diabetik atau gangguan ginjal akibat
diabetes. Sekitar lima sampai 15 persen diabetes tipe 2 juga berisiko mengalami kondisi
ini. Gangguan ginjal, menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal
terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun tertimbun
di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian.
Ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah
merah. Gangguan pada ginjal menyebabkan penderita mengalami anemia. Pengobatan
progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan progresivitas penyakit. Repotnya
penderita umumnya baru berobat saat gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi
makroalbuminuria (300 mg albumin dalam urin per 24 jam). Pengobatan meliputi kontrol
tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling penting untuk melindungi fungsi ginjal.
Biasanya menggunakan penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE inhibitors)
dan atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Selain itu dilakukan pengendalian
kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat badan
per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal memerlukan hemodialisis atau
transplantasi ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa
bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan,
mengalami penurunan berat badan. Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa
memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen,
obat anti-inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.

4. Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata, terutama adalah retinopati
diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina.
Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang membuat retina bengkak
14

atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat. Selain itu terjadi cabang-cabang
abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang daerah yang sehat. Retina adalah bagian
mata tempat cahaya difokuskan setelah melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan
akan membentuk bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh
darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak
menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul di
fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan
kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang lurus di depan mata.
Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus, materi
jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini menyebabkan cahaya
yang menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke retina atau mengalami distorsi.
Jaringan parut yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus vitreum dapat
mengerut dan menarik retina, sehingga retina lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh
darah bisa muncul di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen orang yang
menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan pembuluh darah pada mata.
Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta angiografi fluoresen yaitu foto rontgen
mata menggunakan zat fluoresen untuk mengetahui kebocoran pembuluh darah.
Pengobatan dilakukan dengan bedah laser oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser
untuk menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga tidak terbentuk pembuluh darah
abnormal yang rapuh. Selain itu bisa dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan
vitreus yang dipenuhi darah dan menggantinya dengan cairan jernih. Penderita retinopati
hanya boleh berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan membungkuk sampai
kepala di bawah. Menderita diabetes bukan berarti kiamat. Penderita diabetes bisa hidup
secara wajar dan normal seperti orang- orang yang bukan penderita diabetes. Bedanya,
penderita diabetes harus disiplin mengontrol kadar gula darah agar tidak meningkat di
atas normal untuk jangka waktu panjang. Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal
masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing manis-terjadi pada seseorang yang
15

mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau
reseptor insulin tidak berfungsi baik.
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi
dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang
terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi
energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati
dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa
disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.
Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor
insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang
berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa
menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh
darah dan menimbulkan pelbagai komplikasi. Tiga gejala klasik yang dialami penderita
diabetes. Yaitu, banyak minum, banyak kencing, dan berat badan turun. Pada awalnya,
kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi
dalam tubuh. Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di
malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau
luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan. Jika
tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai
komplikasi akibat gangguan pembuluh darah, gangguan bisa terjadi pada pembuluh darah
otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah
kaki (luka yang sukar sembuh/gangren). Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena
infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih.
G. PENEGAKKAN DIAGNOSTIK
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa diabetes adalah kadar glukosa darah
yang meningkat secara abnormal, yaitu pemeriksaan :
16

1. Glukosa darah sewaktu.


2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa

Bukan DM Puasa Vena      <  100 2 jam PP -


Kapiler   < 80
Gangguan Puasa Vena   100  - 2 jam PP Vena  100 -  140
Toleransi 140 Kapiler  80 –
Glukosa Kapiler   80 -   120
120
DM Puasa Vena       >  140 2 jam PP Vena     > 200
Kapiler    > 120 Kapiler  > 200

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl)

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas
pasien.

Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:


1.      Diet
a. Syarat diet diabetes hendaknya dapat:
17

1)      Memperbaiki kesehatan umum penderita


2)      Mengarahkan pada berat badan normal
3)      Menormalkan pertumbuhan diabetes anak dan diabetes dewasa muda
4)      Mempertahankan kadar KGD normal
5)      Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6)      Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7)      Menarik dan mudah diberikan

b. Prinsip diet diabetes, adalah:


1)      Jumlah sesuai kebutuhan
2)      Jadwal diet ketat
3)      Jenis: boleh dimakan/tidak

c. Diit diabetes sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
1)      Diit DM I : 1100 kalori
2)      Diit DM II : 1300 kalori
3)      Diit DM III : 1500 kalori
4)      Diit DM IV : 1700 kalori
5)      Diit DM V : 1900 kalori
6)      Diit DM VI : 2100 kalori
7)      Diit DM VII : 2300 kalori
8)      Diit DM VIII : 2500 kalori

Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi.
18

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body
weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = X 100 %
TB (cm) – 100

Kurus (underweight)
1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
5) Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
6) Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
7) Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
8) Morbid : BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita diabetes
yang bekerja biasa adalah:
1) kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

2.      Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita diabetes, adalah:
a.      Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
19

kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas


insulin dengan reseptornya.
b.      Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c.       Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d.      Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e.      Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f.       Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.

3.      Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau
media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4.      Obat
a.      Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1). Mekanisme kerja sulfanilurea
a) kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
b) kerja OAD tingkat reseptor

2). Mekanisme kerja Biguanida


Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
a)    Biguanida pada tingkat prereseptor  ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat, menghambat glukoneogenesis di hati,
meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.
b)   Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin.
c)   Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler.
20

b.      Insulin
Indikasi penggunaan insulin, yaitu :
1)      DM tipe I
2)      DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3)      DM kehamilan
4)      DM dan gangguan faal hati yang berat
5)      DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6)      DM dan TBC paru akut
7)      DM dan koma lain pada DM
8)      DM operasi
9)      DM patah tulang
10)  DM dan underweight
11)  DM dan penyakit Graves

Beberapa cara pemberian insulin, yaitu :


1). Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
a) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan paha.
Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan
rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi
setiap hari.
b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit
setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan
30 menit setelah suntikan.
2). Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
21

3). Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
a ) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan
intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
b) Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan
absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin
dipercepat.

4). Suntikan intramuskular dan intravena


Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus
dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah
digunakan untuk terapi koma diabetik.
22

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja
yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

5. Integritas Ego
Stress, ansietas

6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
23

8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.

9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit. 25

B. Diagnosa Keperawatan
1.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan keseimbangan
insulin, makanan, dan aktivitas jasmani
2.      Resiko syok.
3.      Resiko infeksi..
4.      Kerusakan integritas jaringan
5.      Ketidakefektipan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi darah keperifer,
proses penyakit (DM)
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d gejala poliuri dan dehidrasi

C. Discharge Planning
1. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan pengobatan yang
diberikan.
2. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik dan
penanganan kedaruratan
3. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai
penyuntikan dan lokai
24

4. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam urine
5. Perencanaan diit, buat jadwal
6. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik
7. Ajarkan gabaimana untukmencegah hiperglikemi dan hipoglikemi daninfomasikan
gejala gejala yang muncul darikeduanya.
8. Jelaskan komplikasi yang muncul
9. Ajarkan mencegah infeksi : keberihan kaki, hindari perlukaan,gunakan sikat gigi yang
halus.

D. Rencana Keperawatan Diabetes mellitus

N Diagnosa Keperawatan Itujuan Dan Kriteria Intervensi


o Hasil

1 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan
Nutritional Status : food Nutrition Management
tubuh
and Fluid Intake
Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi
Nutritional Status : nutrient Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tidak cukup untuk
Intake menentukan jumlah kalori dan
keperluan metabolisme
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
tubuh. Kriteria Hasil :
Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : Adanya peningkatan berat meningkatkan intake Fe
badan sesuai dengan Anjurkan pasien untuk
-    Berat badan 20 % atau
tujuan meningkatkan protein dan
lebih di bawah ideal
Beratbadan ideal sesuai vitamin C
-    Dilaporkan adanya intake
dengan tinggi badan Berikan substansi gula
makanan yang kurang dari
Mampumengidentifikasi Yakinkan diet yang dimakan
RDA (Recomended Daily
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
Allowance)
Tidk ada tanda tanda mencegah konstipasi
-    Membran mukosa dan
malnutrisi Berikan makanan yang terpilih
konjungtiva pucat
Menunjukkan peningkatan ( sudah dikonsultasikan dengan
25

-    Kelemahan otot yang fungsi pengecapan dari ahli gizi)


digunakan untuk menelan Ajarkan pasien bagaimana
menelan/mengunyah Tidak terjadi penurunan membuat catatan makanan
-    Luka, inflamasi pada berat badan yang berarti harian.
rongga mulut Monitor jumlah nutrisi dan
-    Mudah merasa kenyang, kandungan kalori
sesaat setelah mengunyah Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
-    Dilaporkan atau fakta Kaji kemampuan pasien untuk
adanya kekurangan mendapatkan nutrisi yang
makanan dibutuhkan
-    Dilaporkan adanya Nutrition Monitoring
perubahan sensasi rasa BB pasien dalam batas normal
-    Perasaan ketidakmampuan Monitor adanya penurunan berat
untuk mengunyah badan
makanan Monitor tipe dan jumlah aktivitas
-    Miskonsepsi yang biasa dilakukan
-    Kehilangan BB dengan Monitor interaksi anak atau
makanan cukup orangtua selama makan
-    Keengganan untuk makan Monitor lingkungan selama
-    Kram pada abdomen makan
-    Tonus otot jelek Jadwalkan pengobatan  dan
-    Nyeri abdominal dengan tindakan tidak selama jam
atau tanpa patologi makan
-    Kurang berminat terhadap Monitor kulit kering dan
makanan perubahan pigmentasi
-    Pembuluh darah kapiler Monitor turgor kulit
mulai rapuh Monitor kekeringan, rambut
-    Diare dan atau steatorrhea kusam, dan mudah patah
-    Kehilangan rambut yang Monitor mual dan muntah
cukup banyak (rontok) Monitor kadar albumin, total
-    Suara usus hiperaktif protein, Hb, dan kadar Ht
26

-    Kurangnya informasi, Monitor makanan kesukaan


misinformasi Monitor pertumbuhan dan
Faktor-faktor yang perkembangan
berhubungan : Monitor pucat, kemerahan, dan
Ketidakmampuan kekeringan jaringan konjungtiva
pemasukan atau mencerna Monitor kalori dan intake nuntrisi
makanan atau Catat adanya edema, hiperemik,
mengabsorpsi zat-zat gizi hipertonik papila lidah dan
berhubungan dengan cavitas oral.
faktor biologis, psikologis Catat jika lidah berwarna
atau ekonomi. magenta, scarlet
2 Resiko Syok NOC : NIC :

Definisi : Beresiko Syok prevention Syok prevention


terhadap ketidakcukupan Syok management - Monitor sirkulasi BP,
aliran darah kejaringan warna kulut, suhu, HR,
tubuh, yang dapat dan ritme, nadi perifer.
Kriteria Hasil :
mengakibatkan disfungsi - Monitor tanda
seluler yang mengancam Nadi dalam batas yang inadekuat oksigenasi
jiwa diharapkan jaringan
Irama jantung dalam - Monitor suhu dan
Faktor resiko :
batas yang diharapkan pernapasan
-    Hipotensi Frekuensi napas dalam - Monitor input dan
Hipovolemi batas yang diharapkan output
Hipoksemia Irama pernapasan dalam - Pantau nilai labor :
Hipoksia batas yang diharapkan HB,HT, AGD, dan
Infeksi Natrium serum dbn elektrolit
SepsisSindrom respons Kalium serum dbn - Monitor hemodinamik
inflamasi sistemik Klorida serum dbn invasi yang sesuai
Kalsium serum dbn - Monitor tanda dan
Magnesium serum dbn gejala asites
PH darah serum dbn - Monitor tanda awal
syok
27

Hidrasi : - Tempatkan pasien pd


Indikator posisi supine, akki
Mata cekung tidak elevasi,untuk
ditemukan peningkatan preload
Demam tidak ditemukan dgn tepat
TD dbn - Lihat dan pelihara
kepatenan jalan napas
- Berikan cairan iv dan
oral secara tepat
- Berikan vasodilator yg
tepat
- Ajarkan keluarga dan
px ttg tanda dan gejala
datangnya syok
- Ajarkan keluarga dan
px ttg langkah untuk
mengatasi gejala syok
Syok management :
- Monitor fungsi
neurologis
- Monitor fungsi renal
- Monitor tekanan nadi
- Catat gas darah arteri
dan oksigen dijaringan
- Monitor EKG
- Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan TD
- Memantau trend lm
parameter hemodinamik
- Memntau faktor
28

penentu pengiriman
jaringan oksigen
- Memonitor gejala gagal
pernapasan
3 Resiko Infeksi NOC : NIC :

Definisi : Peningkatan Immune Status Infection Control (Kontrol


resiko masuknya infeksi)
Knowledge : Infection
organisme patogen
control        Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko : dipakai pasien lain
Risk control
       Pertahankan teknik isolasi
        Prosedur Infasif
Kriteria Hasil :        Batasi pengunjung bila perlu
        Ketidakcukupan
       Instruksikan pada pengunjung
pengetahuan untuk Klien bebas dari tanda dan
untuk mencuci tangan saat
menghindari paparan gejala infeksi
berkunjung dan setelah
patogen Menunjukkan kemampuan
berkunjung meninggalkan
        Trauma untuk mencegah
pasien
        Kerusakan jaringan dan timbulnya infeksi
       Gunakan sabun antimikrobia
peningkatan paparan Jumlah leukosit dalam
untuk cuci tangan
lingkungan batas normal
       Cuci tangan setiap sebelum dan
        Ruptur membran amnion Menunjukkan perilaku
sesudah tindakan kperawtan
        Agen farmasi hidup sehat
       Gunakan baju, sarung tangan
(imunosupresan)
sebagai alat pelindung
        Malnutrisi
       Pertahankan lingkungan aseptik
        Peningkatan paparan
selama pemasangan alat
lingkungan patogen
       Ganti letak IV perifer dan line
        Imonusupresi
central dan dressing sesuai
        Ketidakadekuatan imum
dengan petunjuk umum
buatan
       Gunakan kateter intermiten
        Tidak adekuat pertahanan
untuk menurunkan infeksi
sekunder (penurunan Hb,
kandung kencing
Leukopenia, penekanan
       Tingktkan intake nutrisi
respon inflamasi)
29

        Tidak adekuat pertahanan        Berikan terapi antibiotik bila


tubuh primer (kulit tidak perlu
utuh, trauma jaringan, Infection Protection (proteksi
penurunan kerja silia, terhadap infeksi)
cairan tubuh statis,        Monitor tanda dan gejala
perubahan sekresi pH, infeksi sistemik dan lokal
perubahan peristaltik)        Monitor hitung granulosit,
        Penyakit kronik WBC
       Monitor kerentanan terhadap
infeksi
       Batasi pengunjung
       Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
       Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
       Pertahankan teknik isolasi k/p
       Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
       Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
       Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
       Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
       Dorong masukan cairan
       Dorong istirahat
       Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
       Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
       Ajarkan cara menghindari
30

infeksi
       Laporkan kecurigaan infeksi
       Laporkan kultur positif
4 Kerusakan integritas NOC : NIC :
jaringan
Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention
Definisi : Kerusakan and mucous wound care
jaringan membran
Wound healing : primary Anjurkan px utk menggunakan
mukosa, kornea,
and secondary intention pakaian yg longgar
integumen, atau subkutan
Jaga kulit agar tetap bersih dan
V Kriteria Hasil :
Batasan karakteristik : kering
Perfusi jaringan normal Mobilisasi pasien setiap 2 jam
-    Krusakan jaringan mis :
Tidak ada tanda-tanda sekali
membran mukosa, kornea,
infeksi Monitor kulit akan adanya
integumen, atau subkutan
Ketebalan dan tektur kemerahan
Faktor yg berhubungan : jaringan normal Oleskan lotion atau minyak pd
Menunjukkan pemahamn daerah yg tertekan
Gangguan sirkulasi
dalam proses perbaikan Monitor aktivitas dan mobilisasi
I Iritan zat kimia
kulit dan mencegah px
Defisit cairan
terjadinya cidera Monitor status nutrisi px
Kelebihan cairan
berulang Memandikan px dengan sabun
Hambatan mobilitas fisik
Menunjukkan terjadinya dan air hangat
Kurang pengetahuan
proses penyembuhan Observasi luka
Faktor mekanik (misal :
luka Ajarkan keluarga ttg luka dan
tekanan sobekan)
perawatan luka
Faktor nutrisi
Kolaborasi ahli gizi dlm
Radiasi
pemberian diet TKTP
Suhu ekstrim

5 Ketidakefektipan perfusi NOC : NIC :


jaringan perifer
Circulation status Peripheral sensation
Definisi : Penurunan Tissue perfusion :
31

sirkulasi darah ke perifer cerebral management


yg dapat mengganggu
- Monitor adanya daerah
kesehatan Kriteria Hasil :
tertentu yg hanya peka
Batasan Karakteristik : Mendemontrasikan trhdap
status sirkulasi yg panas,dingin,tajam,tumpul
Tidak ada nadi
ditandai dgn : - Instruksikan keluarga
Perubahan fungsi motorik
Tekanan systole dan untuk mengobservasi kulit
Perubahankarakteristik
diastole dalam rentang jika ada isi atau laserasi
kulit
yg diharapkan - Gunakan sarung tangan utk
Perubahan tekanan darah
Tidak ada hipertensi proteksi
diekstrermitas
Tidak ada tanda-tanda - Batasi gerakan pd kepala,
Warna tidak kembali
peningkatan intra kranial leher dan punggung
ketungkai saat tungkai
- Monitor kemampuan BAB
diturunkan
Mendemontrasikan - Kolaborasi pemberian
Kelambatan penyembuhan
kemampuan kognitif analgetik
luka perifer
yg ditandai dgn : - Monitor adanya
Penurunan nadi
Berkomunikasi dgn jelas tromboplebitis
Edema
dan sesuai dgn - Diskusikan mengenai
Nyeri ekstremitas
kemampuan penyebab perubahan
Warna kulit pucat saat
Menunjukkan perhatian , sensasi
elevasi
konsentrasi, dan orientasi
Memproses informasi
Faktor yg berhubungan ;
Membuat keputusan dgn
Kurang pengetahuan ttg benar
faktor pemberat
Kurang pengetahuan
ttgprses penyakit T
Diabetes melitus
Hipertensi
Gaya hidup monoton
merokok
32

6 Resiko ketidakseimbangan NOC : NIC :


elektrolit
Fluid balance Fluid management
Definisi : Beresiko Hydration
Pertahankan intake dan output
mengalami perubahan Nutritional status : food
yg akurat
kadar elektrolit serum yg and fluid intake
Monitor status hidrasi
dapat menggangu
Monitor vital sign
kesehatan. Kriteria Hasil :
Monitor masukan makan /
Faktor resiko : Mempertahan kan urine cairan dan hitung intake kalori
output sesuai dgn usia harian
Defisiensi volume cairan
dan BB, BJ, urine Kolaborasi pemeberian cairan iv
Diare
normal, HT normal Monitor status nutrisi
Disfungsi endokrin
Dorong masukan oral
Kelebuhan volume cairan TD, nadi, suhu tubuh
Kolaborasi dokter jika tanda
Gangguan mekanisme dalam batas normal
cairan berlebih muncul
regulasi
Tidak ada tand-tanda memburuk
Disfungsi ginjal
dehidrasi, elastisitas Monitor tingkat Hb dan Ht
Efek samping obat
turgor kulit baik, Monitor adanya tanda gejala
Muntah
membran mukosa gagal ginjal
lembab, tidak ada rasa
haus yg berlebihan
33

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

Klasifikasi diabetes ada 2 yaitu :


1. Klasifikasi klinis
2. Klasifikasi risiko statistik

Diagnoa keperawatan diabetes, yaitu :


1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2. PK : Infeksi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.

4. PK: Hipo / Hiperglikemi

5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan


sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)

6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi


aktifitas, penurunan kekuatan otot

34
34

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber


informasi.

8. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit

9. Sindrom deficit self care b/d kelemahan, penyakitnya

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna
kesehatan,semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari penyakit diabetes yang
sekarang bukan lagi hanya disebabkan oleh genetis. bila gejala-gejala tersebut pernah
anda/orang terdekat anda tangani, segerakan memeriksa kadar gula dalam darah.
35

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A dan Larraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 4. Jakarta : EGC

Suddart & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta
: EGC

Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3. Jakarta
: EGC

Neal, Michael J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis edisi 5. Surabaya : Erlangga

McPhee, Stephen J & William F. Ganong. 2011. Patofisiologi Penyakit Pengantar


Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC

Ikram, Ainal. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI

Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI

Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta :


36

Balai Penerbit FKUI

Nathan DM, Cleary PA, Backlund JY, et al. (December 2005)."Intensive diabetes
treatment and cardiovascular disease in patients with type 1 diabetes". The New England
Journal of Medicine 353 (25): 2643 53. doi:10.1056/NEJMoa052187.PMC 2637991.
PMID 16371630.

Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.

Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition.Missouri : Mosby Elsevier.

Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom :
Markono Print Media.

Anda mungkin juga menyukai