Anda di halaman 1dari 67

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Dosen: Ns. Nurul Ilmi, M.Pd

OLEH:
EKA DAHLIA YUNI ARIYANTI
NPM: 019.01.3662

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAM MATARAM

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

ijin-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah keperawatan keluarga

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi”. Makalah

ini disusun untuk menyelesaikan penugasan blok perkuliahan yang

menjadi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan

kritik yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir

kata saya menyucapkan terimakasih.

Mataram, 8 November 2020

Eka Dahlia Yuni Ariyanti

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I. PENDAHULUAN 4

A. LATAR BELAKANG 4
B. TUJUAN 5
1. TUJUAN UMUM 5
2. TUJUAN KHUSUS 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7

A. KONSEP KELUARGA 7
B. KONSEP HIPERTENSI 18
C. KONSEP ASKEP KELUARGA DENGAN HIPERTENSI 23

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI 29

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 29
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 31
C. RENCANA KEPERAWATAN 31
D. TINDAKAN KEPERAWATAN 34
E. EVALUASI KEPERAWATAN 35

BAB IV. PENUTUP 36

A. KESIMPULAN 36
B. SARAN 36

DAFTAR PUSTAKA 37

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada
anak-anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah
radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi
jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang
parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke
dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari. (Sari, 2013).

Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian

Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan

keluarga, disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga

menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran

dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi

keluarga).

Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk

meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang

komprehensif dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran

utama adalah keluarga,mengutamakan upaya promotif-preventif,

disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan

rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus

4
kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan

penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah

penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016).

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan

darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari

140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau

penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah

meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja

lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan

nutrisi didalam tubuh (Koes Irianto, 2014).

Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi

yang berusia 18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk

dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan penderita hipertensi tidak tahu

bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh karena itu sering ditemukan

penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti

serangan jantung, stroke.

Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari

5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013.

Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa

hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia

dengan prosentase sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung.

Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat

keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga

meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,

5
pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar

pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif.

Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan puskesmas (Koes

Irianto, 2014).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan

keluarga dengan masalah utama hipertensi

2. Tujuan Khusus

a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus

asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi

b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah

utama hipertensi

c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama

hipertensi

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap

anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain

(Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Setiadi, 2012).

Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari

masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan

masyarakat.

Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya

dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga

atau unit layanan perlu di perhitungkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

keluarga yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan),

hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang

selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

7
2. Fungsi Keluarga

Dalam sebuah keluarga terdiri dari 5 fungsi, sebagai berikut:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi

afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,

2010):

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,

saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai

dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga

serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi

afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak

pasangan sepakat memulai hidup baru.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,

misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan

8
orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga

dapat Membina hubungan sosial pada anak, membentuk norma-norma

tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan

menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang

sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan

tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan,

pakaian, dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan

keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau

merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan

keluarga dibagi menjadi 8 :

a. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu

9
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan

bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan

rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan

memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan

menjadi orangtua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan

menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota

keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan

pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua

tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB

post partum 6 minggu.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan

kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang,

proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran

berikutnya.

d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)

Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan

keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan

luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah

pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka,

10
mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota

keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk

hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali

fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai

lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial,

dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-

tua, serta persiapan masa tua.

h. Keluarga lanjut usia

Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti

penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,

menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta

melakukan life review masa lalu.

4. Tipe Keluarga

Menurut Murwani (2008) tipe keluarga dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Tipe keluarga tradisional

1) Keluarga inti (the nuclear family) yaitu suatu rumah tangga

yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau

angkat).

11
2) Keluarga besar (the extended family) yaitu keluarga inti

ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,

misal kakek, nenek, paman dan bibi.

3) Keluarga Dyad (the childless family) yaitu suatu keluarga

yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak karena

terlambar menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat

waktunya yang disebabkan karena mengejar karier atau

Pendidikan yang terjadi pada wanita.

4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat),

kondisi ini dapat oleh perceraian/kematian.

5) Keluarga usila (Singe adult) yaitu suatu rumah tangga yang

hanya terdiri seorang dewasa (misal seorang yang telah

dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

b. Tipe keluarga non tradisional

1) The unmarriedtrenege mather yaitu keluarga yang terdiri dari

orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa

nikah.

2) The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commue family yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan

anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam

satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang

sama.

4) The non matrial heterosexual cohibitang family yaitu

keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan

tanpa melalui pernikahan.

12
5) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai

persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami istri (matrial

partners).

6) Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup dilluar

ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa

menggunakan alat rumah tangga bersama yang saling merasa

sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual dan

membesarkan anak.

8) Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi

aturan atau nilai-nilai hidup bersama atau berdekatan satu

sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah

tangga berssama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan

anak.

9) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak

ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara,

pada saat orrang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.

10) Homeless family yaitu keluarga yang membentuk dan tidak

mendapatkan perlindungan yang permanen karena krisis

personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau

problem kesehatan mental.

11) Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari

orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga

yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan

dan kriminal dalam kehidupan.

13
Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan

berdasarkan ikatan perkawinan.Keluarga tradisional diikat oleh

perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat

oleh perkawinan.

5. Struktur keluarga

Struktur keluarga menurut Mubarak (2009) yaitu :

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila :

jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada

hirarki kekuatan, komunikasi keluarga bagi pengirim :

memberikan pesan, memberikan umpan balik dan valid.

b. Struktur peran

Merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

denan posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran

bisa bersifat formal atau informal.

c. Struktur kekuatan

Merupakan kemampuan dari individu untuk mengontrol,

mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang

mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan

norma adalah perilaku yang diterima pada lingkungan sosial

tertentu, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat

sekitar keluarga.

14
6. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu

dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga

didasari oleh harapan dan pola perilaku darri keluarga, kelompok

dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga

yaitu:

a. Peranan ayah

Ayah sebagai suami dari istri berperan sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman sebagai

kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosial, serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu

kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peranan anak

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan

spiritual.

d. Peran kakek/nenek

Peran kakek/nenek dalam keluarga adalah:

1) Semata-semata hadir dalam keluarga

15
2) Pengawal (menjaga dan melindungi bila diperlukan)

3) Menjadi hakim (arbritrator), negosiasi antara anak dan orang

tua

4) Menjadi partisipan aktif, menciptakan keterkkaitan antara,

masa lalu dengan sekarang serta masa yang akan datang.

e. Peran formal

Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran

formal yang standar terdapat dalam keluarga. Peran dasar yang

membentuk posisi sebagai suami-ayah dan istri-ibu adalah peran

sebagai provider (penyedia) : pengatur rumah, memberikan

perawatan, sosialisasi anak, rekreasi persaudaraan (memelihara

hubungan keluarga paternal dan maternal.

f. Peran informal

Yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional)

biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk

memenuhi kebutuhan emosional individu.

Dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga, peran-peran

informal mempunyai tuntunan yang berbeda, tidak perlu dan

didasarkan pada atribut-atribut kepribadian anggota keluarga

individual. Pelaksanaan peran-peran informal yang efektif dapat

mempermudah pelaksanaan peran-peran formal.

7. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

16
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga

yang sakit

d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan

kesehatan

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat

di lingkungan setempat

8. Peran Perawat Keluarga

Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat

keluarga perlu memerhatikan prinsip-prinsip berikut :

a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif

b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan

keluarga

c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap

perkembangan keluarga

d. Menerima dan mengakui struktur keluarga

e. Menekankan dengan kemampuan keluarga.

Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut :

a. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan

pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama untuk

memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

memiliki masalah kesehatan

b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat

bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang

komprehensif. Pelayanan keeperawatan yang berkesinambungan

diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan

unit pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit).

17
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan

diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan

anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.

Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi

“entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan

keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan

supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui

kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga

berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut

dapat direncanakan terlebih dahulu atauu secara mendadak.

e. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat

keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.

f. Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya

individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah

kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta

dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi

masalah.

g. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk

dapat memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami anggota

keluarga.

18
B. KONSEP ISPA

1. Definisi ISPA

Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada anak-
anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari (2013)
adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh
infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan
radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus,
riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari.

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan

darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih

dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi

atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran

darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung

bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).

Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan

kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat

mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung,

infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian

Patica N Ejournal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016).

2. Jenis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri

sendiri tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya

arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus.

19
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan

menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak

diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan

hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi

(genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu

juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan

faktor lain yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab

hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme,

intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya

seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan

darah.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah

diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes,

jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan

dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena

tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko

hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg


Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 85-89 mmHg

20
Stadium 1 (HTRingan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2 (HT Sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3 (HT Berat) 180-209 mmHg 110-119 110-119 mmHg Stadium 4

Stadium 4 (HT Sangat 201 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Berat/Maligna)
Sumber : Heniwati, 2008

Keterangan : HT (Hipertensi)

3. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan

wanita, Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih

rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi

akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,

sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita.

Hal 12 ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita

setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).

2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil

akan berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung

lebih meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah

usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi

seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih

tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).

3) Keturunan (Genetik)

21
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap

keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini

terjadi adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu

sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi

menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan

orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi (Buckman, 2010).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi

tekanan darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan

yang rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam

menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak

pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H,

Amirudin R., 2007).

b. Factor resiko yang dapat dikontrol

1) Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung

kurangnya melakukan aktivitas sehingga asupan kalori

mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi

peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk

kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).

2) Kurang olahraga

22
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah

untuk mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan

menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung

untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena

adanya kondisi tertentu.

3) Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini

dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat

menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan

WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat

mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar

2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka,

2014-2015).

5) Minum alkohol

Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan

menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong parah

karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan

menyebabkan stroke.

6) Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana

dalam satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-

10 mmHg.

7) Kecemasan

23
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan

meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi

vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.

Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30

mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di

hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini

dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi

detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah

keseluruh tubuh akan semakin cepat.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan

dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota

keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses

keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup

wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang

diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga.

Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang

dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan,

yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008):

1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan

sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan

24
pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga,

observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota

keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam

keluarga adalah :

a. Data Umum

Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Data kepala keluarga

a) Nama kepala keluarga

b) Alamat dan telepon

c) Umur kepala keluarga

d) Pekerjaan kepala keluarga

e) Pendidikan kepala keluarga

2) Komposisi keluarga

a) Nama

b) Umur

c) Gender

d) Agama

e) Hubungan dengan kk

f) Pendidikan

g) Pekerjaan

3) Genogram

Genogram harus mencapai 3 generasi, harus tertera

nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar dengan

simbol berbeda.

a) Laki-laki

b) Perempuan

x 25
c) Meninggal

d) Tinggal serumah

e) Pasien yang diidentifikasi

f) Kawin

g) Cerai

h) Tinggal pisah

i) Garis keturunan

4) Tipe keluarga

5) Suku bangsa

a) asal suku bangsa keluarga

b) bahasa yang dipakai keluarga

c) kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat

mempengaruhi kesehatan

6) Agama

a) Agama yang dianut keluarga

b) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

7) Status sosial ekonomi keluarga

a) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga

b) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan

c) Tabungan khusus kesehatan

d) Barang (harta benda yang dimiliki keluarga (prabotan dan

transpotasi)

e) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak

tertua dari keluarga inti.

26
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan

mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai

riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

d. Denah Rumah

e. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah

perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing

anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

27
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai

dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan

kesehatan.

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,

bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana

berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan

perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh

mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu

dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.

Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.

Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu

mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada

anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang

dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan setempat.

28
d) Pemenuhan tugas keluarga, yang perlu dikaji adalah sejauh

mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil

keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang

sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan

dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

6) Stress dan koping keluarga

a) Stressor jaangka pendek dan panjang

(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari 6 bulan.

(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila

menghadapi permasalah

e) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap

semua anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada

pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik

di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir

pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas

kesehatan yang ada.

f. Harapan Keluarga

29
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan persepsi dan

harapan keluarga terhadap pertugas Kesehatan yang adaa

g. Pemeriksaan Fisik

1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota

keluarga

3) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, mata,

mulut, tht, leher, thorax, abdomen, ekstermitas atas bawah,

sistem genetalia

4) Kesimpullan dari hasil pemeriksaan fisik

h. Analisa Data

Analisa data merupakan kegiatan pemiihan data dalam

rangka proses klarifikasi dan validasi informasi mendukung

penegakan diagnosa keperawatan yang akurat.

2. DIAGNOSE KEPERAWATAN

Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas

maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan

masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk

memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.

b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan

pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam

kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai

status kesehatan yang diharapkan.

30
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk

mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi

anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien

secara efektif dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk

meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.

e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan,

rasa nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota

keluarga atau orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk

mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.

f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol

pada situasi saat ini atau yang akan datang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat

(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien

untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi

klien.

Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan

yang muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan

keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang

terjadi pada anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi

31
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi

3. RENCANA KEPERAWATAN

Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan

umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi

dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.

Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi

pada kriteria dan standar.

Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan

keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang

terjadi pada keluarga.

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat

mengenal dan mengerti tentang penyakit hipertensi.

2) Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi

setelah tiga kali kunjungan rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang

penyakit hipertensi.

4) Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab,

tanda dan gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan

pengobatan penyakit hipertensi secara lisan.

32
5) Intervensi :

a) Jelaskan arti penyakit hipertensi

b) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi

c) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi.

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat

mengetahui akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi.

2) Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat

anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali

kunjungan rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat

mengambil tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga

yang sakit.

4) Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana

akibat hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

5) Intervensi :

a) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

b) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat

anggota keluarga yang menderita hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

hipertensi

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu

merawat anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

33
2) Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat

terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensisetelah

tiga kali kunjungan rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara

pencegahan dan perawatan penyakit hipertensi

4) Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota

keluarga yang menderita penyakit hipertensi secara tepat.

5) Intervensi :

a) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit

hipertensi.

b) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet

yang tepat dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga

yang menderita hipertensi.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

berhubungan.

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti

tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.

2) Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali

kunjungan rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang

pengaruh lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi

4) Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyakit hipertensi.

5) Intervensi :

34
a) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan

mengatasi penyakit hipertensi, misalnya:

 Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko

kecelakaan misalnya benda yang tajam.

 Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung

tangan.

 Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk

mengurangi terjadinya iritasi.

b) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah

dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi.

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

2) Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan

kesehatan yang tepat untuk mengatasi penyakit hipertensi

setelah dua kali kunjungan rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana

mereka harus meminta pertolongan untuk perawatan dan

pengobatan penyakit hipertensi.

4) Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan

secara tepat.

5) Intervensi :

a) Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta

pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.

35
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

Suatu proses merumuskan tujun yang diharapkan sesuai prioritas

masalah keperawatan keluarga, memilih strategi keperawatan yang

tepat, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga

sesuai kebutuhan klien.

5. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan

keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah

tujuan dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan

direncana perawatan.

BAB III

36
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN (Tanggal : 10 November 2020)

1. Identitas Umum Keluarga

a. Identitas Kepala Keluarga

1) Nama : Tn “L”

2) Umur : 60 thn

3) Alamat : Dusun Parampuan Desa, Desa Karang Bongkot,

Labuapi, Lobar

4) Pendidikan : SMEA/SMA Sederajat

5) Pekerjaan : Pensiunan POLRI

6) Agama : Islam

b. Komposisi Keluarga

No Se Hub. Dg. Status


Nama Umur Pdd Agama Pekerjaan
. x KK Kes.
1. Tn “L” L 60 KK/Suami Islam Pensiunan Sehat
SMEA
th POLRI
2. Ny “A” P 50 Istri Islam IRT Sehat
SD
th
3. Ny “E” P 32 Anak Islam Swasta Sehat
S1
th
4. Tn “G” L 27 Anak Islam TNI Sehat
SMA
th

Genogram

Keluarga Tn.”L” Keluarga Ny.”A”

37
Keterangan:

: laki-laki : garis perkawinan

: perempuan : tinggal serumah

: laki-laki meninggal : garis keturunan

: perempuan meninggal : klien

Tn “L” adalah anak yang lahir dari pasangan Tn “S” dan

Ny “P”, klien merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara, kakak

perempuan klien meninggal pada usia 65 th karena penyakit

stroke yang dideritanya. Bapak dari klien meninggal pada usia

102 th (1999) karena usia dan ibu klien meninggal pada usia 90

th (2012) karena usia.

Ny “A” adalah anak yang lahir dari pasangan Tn “M” dan

Ny “F”, istri klien merupakan anak ke-8 dari 8 bersaudara,

kakak laki-laki dari istri klien meninggal pada usia 70 th

karena penyakit TBC yang dideritanya. Bapak dari istri klien

meninggal pada usia 98 th (1980) karena usia dan ibu dari

istri klien meninggal pada usia 88 th (2011) karena usia.

38
Tn “L” dan Ny “A” memiliki 2 anak yaitu Ny “E” dan Tn

“G”. Tn “G” tidak tinggal serumah dikarenakan tugas/bekerja di

luar kota.

c. Tipe Keluarga

Jenis Tipe Keluarga: Keluarga Inti (Nuclear Family), terdiri

dari ayah, ibu dan 2 orang anak, 1 anak tinggal bersama klien

dan 1 anak lagi tinggal di luar kota karena urusan pekerjaan.

d. Suku

Kedua orang tua Tn.”L” berasal dari Jawa Timur, tetapi karena

pekerjaan sehingga berpindah ke NTB di kota Dompu, Tn.”L”

lahir dan besar di Dompu. Ny.”A” berasal dari pulau Sumbawa.

Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan

terkadang menggunakan bahasa sumbawa.

e. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Agama yang

dianut keluarga adalah Islam dan keluarga mengatakan bahwa

masalah kesehatan yang dialaminya dalah cobaan yang diberikan

Allah kepada keluarga dan keluarga harus sabar menghadapinya.

f. Status Sosial Ekonomi Keluarga

1) Klien merupakan pensiunan POLRI yang mendapakan gaji

pensiunan setiap bulannya sekitar Rp. 3.500.000

2) Anak klien Ny”E” yang tinggal bersama klien juga bekerja dan

mendapatkan penghasilan perbulan sekitar Rp. 3.000.000.

Tn”G” anak ke-2 klien juga terkadang sering mengirim uang

untuk membantu keperluan keluarga.

3) Istri klien tidak bekerja dan hanya mengurus urusan rumah

tangga dan keuangan keluarga

39
4) Setiap bulan klien dan keluarga menggunakan uang pensiunan

dibantu juga oleh anak-anak klien

5) Di dalam rumah klien terdapat TV, kulkas, 2 unit sepeda

motor, 1 unit mobil, 2 unit sepeda, dan barang-barang

elektronik lainnya.

g. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Keluarga biasanya sering keluar untuk jalan-jalan tiap

minggunnya saat anak klien libur bekerja. Klien dan keluarga

juga sering menghabiskan waktu bersama di rumah baik itu

menonton TV atau bercengkrama satu sama lainnya. Klien lebih

sering mendengarkan radio dikarenakan penyakit stroke yang

menyerang penglihatan klien sehingga terkadang sulit untuk

menonton TV.

2. Riwayat Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga usia

pertengahan (midle age families)

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Dari semua tahap perkembangan keluarga pada tahap

keluarga usia pertengahan yang belum terpenuhi yaitu

memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar karena Ny.”E”

dan Tn.”G” sampai sekarang belum menikah.

c. Riwayat keluarga inti

Pada tahun 2012 Tn “L” mengalami serangan stroke pertama

saat mau berangkat ke tempat kerja, saat itu klien sedang

bertugas di sumbawa besar, klien mengatakan mengalami sakit

40
kepala yang berat dan tiba-tiba jatuh dan sulit untuk gerak,

kemudian klien di tolong oleh anak klien Tn “G” yang saat itu

masih SMA, kemudian klien minum obat penghilang sakit kepala,

setelah 30 mnt klien merasa sakit kepala berkurang tetapi

klien tidak bisa berbicara/mengeluarkan suara dan klien lupa

nama anggota keluarga, lemas angota tubuh sebelah kiri,

kemudian klien dibawa oleh keluarga ke rumah sakit dan

mendapatkan perawatan selama 2 hari, tetapi klien dan keluarga

tidak merasa puas dengan pelayanan di rumah sakit tersebut

sehingga klien minta dirujuk ke mataram untuk mendapatkan

penanganan yang lebih baik. Sesampainya di salah satu rumah

sakit swasta di mataram klien disarankan untuk ct-scan kepala

oleh dokter spesialis saraf, setelahnya didapatkan klien

mengalami stroke afasia, dokter menjelasakan dikarenakan

penanganan terlambat sehingga klien hanya bisa ditangani

dengan pengobatan rutin yang harus dikonsumsi seumur hidup dan

control 1 bulan sekali.

Pada tahun 2017 klien mengalami serangan ke 2 dikarenakan

ada masalah pribadi sehingga klien mengalami sakit kepala

hebat dan tekanan darah naik hingga 200/140 mmHg, klien selama

7 hari hanya mencoba minum obat penurun tekanan darah dan

ramuan herbal, klien merasa pusing berkurang sehingga tidak

mau dibawa ke rumah sakit, pada hari ke-7 klien tidak bisa

lagi menahan rasa sakit kepalanya sehingga keluarga membawa

klien ke rumah sakit swasta yang sama, di sana klien langsung

disarankan untuk ct-scan kepala, pemeriksaan darah, diinfus

41
dan pemberian obat melalui infus, setelah hasil ct-scan keluar

klien dijelaskan bahwa klien mengalami serangan stroke ke 2

dengan diagnose yang sama yaitu stroke afasia tetapi gejala

yang didapatkan klien sakit kepala belakang, penglihatan kabur

nyaris tidak bisa melihat cahaya, bicara terbalik-balik

(misal: mau memanggil istri tetapi yang disebut suami), dan

lemas pada anggota gerak kiri.

Hingga saat ini klien tetap mengkonsumsi obat yang

diberikan oleh dokter dan mencoba obat-obatan/ramuan herbal

yang dibeli di apotek maupun yang dibuat sendiri.

d. Riwayat keluarga sebelumnya

Klien dan istri mengatakan dalam keluarga tidak ada

Riwayat hipertensi sebelumnya, klien menderita hipertensi

dikarenakan pola makan yang tidak teratur, aktivitas yang

berlebihan dan tidak sering mengontrol kesehatannya. Istri

klien saat ini tidak menderita penyakit yang serius terkadang

sering merasa pegal-pegal setelah melakukan pekerjaan rumah

tangga, anak-anak klien juga saat ini dalam keadaan sehat.

3. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Rumah Tn.”L” merupakan rumah permanen seluas 400 m² (200m

x 200m) dan ada ventilasi udara disetiap ruangannya, setiap

ruangan mendapakan pencahayaan yang cukup dari sinar matahari,

dengan teras depan rumah, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dalam

kamar dan 1 kamar mandi luar, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga,

1 dapur dalam, 1 dapur luar (tempat mencuci piring, pakaian,

42
sumur, menjemur pakaian), 1 gudang tempat penyimpanan barang-

barang, lantai menggunakan keramik, untuk pembuangan limbah

rumah tangga menggunakan septi tank, sumber air yang digunakan

PDAM dan sumur bor, dan halaman luas 200m untuk menanam bunga,

tanaman herbal, buah-buahan, dll.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Klien dan keluarga berhubungan baik dengan tetangga,

seperti keluarga sendiri, komunitas di lingkungan juga

termasuk aktif karena ada perkumpulan banjar dan aktif dalam

kegiatan di masjid dan lingkungan, karena klien termasuk

pendatang dan sudah tinggal di daerah tersebut sejak tahun

1999.

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Klien termasuk aktif dalam aktivitas di lingkungan rumah

klien, tetapi semenjak klien sakit klien sudah tidak lagi bisa

ikut secara aktif dalam kegiatan di masyarakat.

d. Sistem pendukung keluarga

Selama klien sakit, klien dibantu oleh istri dan anak

perempuan klien untuk dibawa berobat maupun control ke dokter

apabila obat habis atau ada keluhan.


HALAMAN G
A
R
A
S
I

4. Denah Rumah

204 m²
U
43 TERAS
RUANG TAMU KAMAR TIDUR I GU
DA
NG

WC WC

KAMAR RUANG KAMAR TIDUR II


200 m² TIDUR III KELUARGA

SUMUR

WC DAPUR
LUAR

5. Struktur Keluarga

a. Struktur Komunikasi

Keluarga mengatakan dalam keluarga selalu menerapkan

system demokrasi dalam komunikasi dimana antara orang tua dan

anak saling menghargai pendapat masing-masing anggota

keluarga.

b. Struktur Peran

1) Tn.”L” sebagai kepala keluarga, pencari nafkah dan sebagai

pengambil keputusan utama.

2) Ny.”A” sebagi istri dan ibu yang mengelola keuangan dalam

keluarga.

3) Ny.”E” sebagai anak tertua yang juga membantu sebagai

pencari nafkah dalam keluarga.

c. Struktur Kekuatan

44
Sebelum Tn.”L” sakit, beliau adalah sumber kekuatan

keluarga dalam mengambil keputusan, musyawarah dalam keluarga,

tetapi setelah klien sakit kekuatan tersebut dibantu oleh

Ny.”E” sebagai anak tertua. Keluarga juga mengatakan bahwa

mereka saling membantu satu sama lain disaat sulit baik itu

dalam hal materi maupun kesehatan.

d. Struktur Nilai atau Norma

Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan

dengan nilai dalam agama yang dianutnya serta norma masyarakat

disekitarnya. Keluarga menganggap bahwa penyakit yang menimpa

klien adalah cobaan/ujian dari tuhan sehingga keluarga harus

sabar menghadapinya.

6. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Keluarga mengatakan bahwa mereka saling menghargai satu

sama lain, walaupun terkadang dalam keluarga selalu ada

perdebatan, tetapi keluarga dapat menyelesaikan masalah

tersebut dengan musyawarah.

b. Fungsi Sosialisasi

Keluarga mengatakan bahwa mereka selalu membangun

kedekatan satu sama lain, menanamkan Pendidikan sosialisasi

dalam keluarga maupun lingkungan serta mendidik dalam hal

agama.

c. Fungsi Reproduksi

Tn.”L” dan Ny.”A” sudah menikah selama 33 tahun dan

mengatakan Bahagia dengan pernikahannya. Ny.”E” yang merupakan

45
anak tertua klien mengatakan akan melangsungkan pernikahan

dalam waktu dekat ini. Tn”G” belum ada rencana menikah

dikarenakan tugas, tetapi sudah mempunyai calon istri.

d. Fungsi Ekonomi

Keluarga mengatakan untuk pendapatan keluarga dirasakan

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Karena klien

juga dibantu oleh kedua anak-anak klien.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Klien mengatakan bahwa keluarga sangat mendukung untuk

Kesehatan dan kesembuhan klien. Keuarga selalu memastikan

pemberian obat tepat waktu dan melakukan aktivitas sesuai

dengan kemampuan klien.

7. Stress dan Koping Keluarga

a. Stresor yang dimiliki

Tn”L” mengalami stroke sejak tahun 2012 dan mencoba

segala macam pengobatan, tetapi tidak membuahkan hasil yang

diharapkan, klien menginginkan kesembuhan seperti sedia kala,

sehingga klien terkadang merasa ketidakberdayaan sebagai

kepala keluarga.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Untuk menghindari serangan stroke ke-3, keluarga selalu

berhati-hati menjaga kesehatan dan merawat klien dirumah.

Keluarga selalu memberika obat klien secara teratur dan dengan

jam yang telah diatur.

c. Strategi koping yang digunakan

46
Dikarenakan klien menderita stroke, sehingga keluarga

melarang klien untuk melakukan aktivitas yang beresiko.

d. Strategi adaptasi disfungsional

Keluarga mengatakan apabila Tn”L” marah maka klien akan

mengurung diri dalam kamar atau pergi keluar dengan motornya,

sedangkan klien mengalami gangguan penglihatan. Klien juga

tidak mau diajak control ke dokter spesialis, hanya mau

membeli obat dengan resep yang sama di apotek.

8. Harapan Keluarga

Keluarga mengatakan bahwa mereka berharap klien diberikan

Kesehatan dan kesembuhan serta Kesehatan utuk semua anggota

keluarga sehingga bisa saling menjaga satu sama lain.

9. Pemeriksaan Fisik

No. Pemeriksaan Fisik


Tn.”L”  Masalah Kesehatan : Stroke serangan ke-2, Hipertensi
 Keadaan umum : baik, tampak tenang dan bersih
 TTV
TD: 130/80 mmHg, N: 78x/mnt, S: 36,2℃, RR: 18 x/mnt
 Kepala
a. Rambut: berwarna hitam tak tampak uban, tampak botak
di tengah kepala, rambut pendek, tidak ada ketombe,
tampak bersih.
b. Mata: tampak bersih, tak tampak anemis pada
konjungtiva, penglihatan kadang kabur kadang terang,
menggunakan kaca mata baca, sklera tampak keruh.
c. Hidung: simetris, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung, penciuman baik.
d. Telinga: bersih, simetris, fungsi pendengaran baik.
e. Mulut: kurang bersih, mukosa bibir lembab, gigi
tampak ada yang patah, gigi bolong, gigi ompong,

47
klien menggunakan siwak dan jarang sikat gigi.
 Dada: tampak simestris, tidak ada tarikan dinding dada,
tidak ada nyeri tekan.
 Perut: perut tampak datar, tidak ada nyeri tekan,
bising usus dalam batas normal.
 Genetalia/Anus : tidak bisa dikaji
 Ekstemitas: kekuatasn otot tangan dan kaki 5, mampu
berjalan sendiri tetapi terkadang dibantu keluarga saat
penglihatan tiba-tiba kabur
 Pemeriksaan Penunjang terakhir 2019
Pemeriksaan DL, GDP 2JPP, UL (dalam batas normal)
Ny.”A”  Masalah Kesehatan : tidak ada
 Keadaan umum : baik, tampak tenang dan bersih
 TTV
TD: 100/60 mmHg, N: 84x/mnt, S: 36℃, RR: 20x/mnt
 Kepala
a. Rambut: px menggunakan jilbab, klien mengatakan
rambut ikal Panjang berwarna hitam, tidak ada
ketombe, rambut seikit rontok, tidak ada uban.
b. Mata: sklera putih, tidak ada katarak, tampak
bersih, tidak anemis pada konjungtiva, menggunakan
kaca mat abaca.
c. Hidung: simetris, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada secret, penciuman baik.
d. Telinga: simetris, fungsi pendengaran baik.
e. Mulut: tampak bersih, mukosa bibir lembab, ada gigi
keropos.
 Dada: simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tarikan dinding dada.
 Perut: tampak datar, tidak ada nyeri tekan pada perut,
bising usus dalam batas normal.
 Genetalia/Anus: tidak dapat dikaji
 Ekstremitas: kekuatan otot tangan dan kaki 5, mamput
berjalan dan beraktivitas sehari-hari sendiri.

48
Ny.”E”  Masalah Kesehatan : tidak ada
 Keadaan umum : baik, tampak tenang dan bersih
 TTV
TD: 110/70mmHg, N: 72x/mnt, S:36,5℃, RR: 18x/mnt
 Kepala
a. Rambut: klien menggunakan jilbab, klien mengatakan
rambut ikal Panjang berwarna hitam, tidak ada uban,
tidak ada ketombe, rambut sedikit rontok.
b. Mata: klien menggunakan kaca mata minus dan
silinder, sklera putih, tidak ada katarak, tak
tampak anemis pada konjungtiva, mata tampak bersih.
c. Hidung: simetris, tidak ada lendir, tak tampak
pernafasan cuping hidung, fungsi penciuman baik.
d. Telinga: simetris, fungsi pendengaran baik.
e. Mulut: mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan,gusi
dan gigi dalam kondisi baik.
 Dada: tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tarikan dinding dada.
 Perut: tampak datar, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
bisisng usus.
 Genetalia/Anus: tidak dikaji
 Ekstremitas: kekuatan otot tangan dan kaki 5, dapat
mekaukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

10. Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 DS:  Ketidakmampuan Resiko
 Klien mengatakan sakit HT keluarga dalam cidera
sejak tahun 2012 memelihara
 Klien mengatakan sakit stroke atau
yang diserita karena memodifikasi
hipertensi karena tidak lingkungan
mengontrol makanan, merokok yang dapat

49
dan mengkonsumsi cafein. mempengaruhi
 Istri klien mengatakan klien penyakit
sering mengurung diri dikamar hipertensi
atau keluar dengan motor
apabila sedang marah
 Klien mengatakan penglihatan
kadang terang kadang kabur
 Istri klien mengatakan klien
mampu berjalan sendiri tetapi
terkadang dibantu saat
penglihatan kabur.
 Istri klien mengatakan klien
teratur mengkonsumsi obat
medis maupun herbal
 Istri klien mengatakahan klien
tidak mau diajak untuk
control, hanya membeli obat
dengan resep yang sama di
apotek.
DO:
 k/u baik
 kesadaran CM
 TD: 130/80 mmHg
 N: 78x/mnt
 S: 36,2℃
 RR: 18 x/mnt
2 DS:  Ketidakmampuan Nyeri akut
 Klien mengatakan mengatakan keluarga
sering sakit kepala belakang mengenal
 Klien mengatakan sering sakit masalah
kepala tiba-tiba hipertensi
 Istri klienmengatakan klien yang terjadi
hampir jatuh saat sedang pada anggota
sholat karena semponyongan keluarga

50
 Istri klien mengatakan klien
teratur mengkonsumsi obat
medis maupun herbal
DO:
 k/u baik
 kesadaran CM
 TD: 130/80 mmHg
 N: 78x/mnt
 S: 36,2℃
 RR: 18 x/mnt
 Skala nyeri: 4 bila sakit
kepala datang
3 DS:  Ketidakmampuan Pemeliharaan
 Klien mengatakan menggunakan individu/kelua Kesehatan
siwak untuk membersihkan gigi rga dalam tidak
karena melihat rekan-rekan mengatasi efektif
klien di tempat ibadah masalah
 Istri klien mengatakan klien
hanya menggunakan siwak dan
jarang gosok gigi
DO:
 k/u baik
 kesadaran CM
 TD: 130/80 mmHg
 N: 78x/mnt
 S: 36,2℃
 RR: 18 x/mnt
 gigi tampak ada yang patah,
gigi bolong, gigi ompong.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

51
1. Resiko cidera berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam

memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi

penyakit hipertensi

Kriteria Skor Pembenaran


Sifat masalah 3/3 x 1 Istri klien mengatakahan
 Tidak/kurang sehat : 3 = 1 klien tidak mau diajak
 Ancaman Kesehatan : 2 untuk control, hanya
 Krisis atau keadaan membeli obat dengan resep
sejahtera : 1 yang sama di apotek.
Kemungkinan masalah dapat ½ x 2 Klien dan keluarga sudah
diubah = 1 cukup memahami tentang
 Dengan mudah : 2 hipertensi, keluhan dan
 Hanya Sebagian : 1 komplikasinya.
 Tidak dapat : 0
Potensi masalah dapat dicegah 2/3 x 1 Klien dan keluarga
 Tinggi : 3 = 2/3 mengatakan bahwa klien sdh
 Cukup : 2 menderita hipertensi sejak
 Rendah : 1 2012 sehingga klien
berupaya untuk mengkonsumsi
makanan yang dianjurkan dan
mengkonsumsi obat secara
teratur
Menonjolnya masalah Klien mengatakan apabila
 Masalah berat (Harus segera 2/2 x 1 sakit tengkuk dan pusing
ditangani) : 2 = 1 itu menandakan bahwa TD
 Ada masalah (tetapi tidak klien sedang naik
perlu segera ditangani) : 1
 Masalah tidak dirasakan : 0
Total 3 2/3

2. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga.

Kriteria Skor Pembenaran

52
Sifat masalah 1/3 x 1 Klien mengatakan apabila
 Tidak/kurang sehat : 3 = 1/3 nyeri kepala dan tengkuk
 Ancaman Kesehatan : 2 terasa dengan perkiraan
 Krisis atau keadaan skala nyeri 4
sejahtera : 1
Kemungkinan masalah dapat ½ x 2 Masalah dapat diubah
diubah = 1 sebagian karena klien
 Dengan mudah : 2 mengatakan apabila nyeri
 Hanya Sebagian : 1 kepala timbul klien
 Tidak dapat : 0 langsung istirahat, apabila
sudah tidak tahan dengan
nyeri kepala barulah klien
minta dibawa ke RS.
Potensi masalah dapat dicegah Istri klien mengatakan
 Tinggi : 3 2/3 x 1 klien selalu mengeluh bila
 Cukup : 2 = 2/3 sakit kepala dan langsung
 Rendah : 1 istirahat serta minum obat
Pereda nyeri
Menonjolnya masalah Klien mengatakan bila nyeri
 Masalah berat (Harus segera 2/2 x 1 timbul dan tekanan darah
ditangani) : 2 = 1 naik, klien langsung
 Ada masalah (tetapi tidak istirahat untuk mengurangi
perlu segera ditangani) : 1 nyeri
 Masalah tidak dirasakan : 0
Total 3

3. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif berhubungan dengan

Ketidakmampuan individu/keluarga dalam mengatasi masalah

Kriteria Skor Pembenaran


Sifat masalah Klien jarang sikat gigi,
 Tidak/kurang sehat : 3 2/3 x 1 hanya mau menggunakan siwak

53
 Ancaman Kesehatan : 2 = 2/3
 Krisis atau keadaan
sejahtera : 1
Kemungkinan masalah dapat Klien jarang sikat gigi
diubah ½ x 2 sehingga gigi keropos,
 Dengan mudah : 2 = 1 patah dan bolong
 Hanya Sebagian : 1
 Tidak dapat : 0
Potensi masalah dapat dicegah Klien jarang sikat gigi
 Tinggi : 3 1/3 x 1
 Cukup : 2 = 1/3
 Rendah : 1
Menonjolnya masalah Gigi klien kropos, bolong
 Masalah berat (Harus segera 2/2 x 1 dan patah
ditangani) : 2 = 1
 Ada masalah (tetapi tidak
perlu segera ditangani) : 1
 Masalah tidak dirasakan : 0
Total 3

Prioritas masalah pada 3 masalah keperawatan yang ada diketahui

urutan diagnosa berdasarkan prioritas adalah sebagai berikut:

No Diagnose skor
1 Resiko cidera berhubungan dengan Ketidakmampuan 3 2/3

keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan

yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi


2 Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga 3

54
mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada anggota

keluarga.
3 Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif berhubungan 3

dengan ketidakmampuan individu/keluarga dalam

menagatasi masalah

55
C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnose Keperawatan : Resiko cidera berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam

memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit

klien hipertensi

Tujuan dan kriteria hasi Kriteria Hasil / Standar Intervensi Keperawatan


Setelah dilakukan
kunjungan rumah 3x (2x60
mnt) diharapkan klien
dan keluarga memahami
dan mengenal tentang
hipertensi dengan cara:
1. Mengenal masalah
hipertensi pada anggota
keluarga dengan
menyebutkan:
a. Menyebutkan Respon Hipertensi merupakan suatu  jelaskan kepada klien dan
pengertian verbal keadaan yang menyebabkan tekanan keluarga pengertian hipertensi
hipertensi darah tinggi secara terus-menerus  tanyakan kepada klien dan
dimana tekanan sistolik lebih
keluarga pengetian hipertensi
dari 140 mmHg, tekanan diastolik
 berikan pujian atas usaha yang
b. Menyebutkan tanda Respon 90 mmHg atau lebih.
dilakukan klien dan keluarga
dan gejala verbal Tanda dan gejala hipertensi:
 diskusikan dengan klien dan

56
hipertensi sakit kepala, lemas, sesak keluarga tentang tanda dan
nafas. Nyeri dada, gangguan gejala hipertensi
irama jantung, terjadi  motivasi keluarga dan klien
gangguan pada penglihatan. untuk Kembali menyebutkan tanda
dan kejala hipertensi
 berikan pujian atas usaha yang
dilakukan
c. Menyebutkan Respon
penyebab hipertensi verbal Hipertensi disebabkan oleh karena  diskusikan dengan klien dan
faktor keturunan, usia, konsumsi keluarga tentang penyebab
garam berlebih, obesitas, stress,
hipertensi
merokok, konsumsi cafein
 motivasi klien dan keluarga
berlebih, konsumsi alcohol
untuk menyebutkan Kembali
berlebih, kurang olahraga.
penyebab hipertensi
 berikan pujian atas usaha yang
dilakukan
2. Keluarga mampu mengambil Respon
keputusan untuk verbal Menyebutkan komplikasiatau  Jelaskan kepada keluarga akibat
mengatasi komplikasi akibat jika penyakit hipertensi lanjut hipertensi jika tidak
hipertensi, seperti: tidak segera diatasi, yaitu:
diobati dengan baik.
menjelaskan kerusakan pembuluh darah,
akibat yang perdarahan otak,  Motivasi keluarga untuk
terjadi bila kelumpuhan/stroke, serangan menyebutkan kembali akibat

57
penyakit jantung, kerusakan ginjal. lanjut dari hipertensi yang
hipertensi tidak tidak diobati.
segera ditangani  berikan pujian atas usaha yang
dilakukan keluarga
Respon
3. Keluarga mampu merawat verbal  Diskusikan keluarga cara
anggota yang sakit perawatan hipertensi..
Menyebutkan cara perawatan klien
hipertensi
dengan hipertensi: olahraga  Motivasi keluarga untuk
a. menyebutkan cara
teratur, kurangi berat badan, menyebutkan kembali perawatan
perawatn pada klien
kontrol dan minum obat secara hipertensi.
dengan hipertensi
teratur, kurangi mengkonsumsi  Berikan pujian atas ushaya yang
makanan yang asin/menggunakan MSG dilakukan keluarga

Respon
b. mendemonstrasikan psikomot  Mengajarkan kepada keluarga
Teknik relaksasi or tentang cara teknik relaksasi.
Melakukan teknik relaksasi:
 genggam tangan sambil buat  berikan kesempatan kepada keluarga
kepalan selama 10 detik, untuk melakukan teknik relaksasi.

 tarik kedua telapak tangan


 benerikan reinforcement positif
pada pergelanggan tangan ke
atas usaha keluarga
belakang,
 pastikan keluarga akan melakukan
 genggam tangan buat kepalan tindakan yang diajarkan diperlukan

58
lalu angkat sampai Pundak
 angkat bahu setinggi-
tingginya
 kerutkan alis dan dahi
sampai mengeriput
 tutup mata sekeras-kerasnya
 kecangkan rahang sekencang-
kencangnya
 monyongkan mulut letakkan
tangan dileher dibelakang
kepala lalu dorong
 turunkan kepala sampai dada
agar dapat merasakan
keregangan leher
 letakkan tangan kebelakan
badan lalu dorong kedepan
 atur posisi nyaman lalu
tarik napas dalam selama 10
detik lalu hembuskan
 tarik perut kedalam sampai
peut kencang selama 10
ddetik lalu hembuskan

59
 angkat kaki untuk melatih
pereganggan otot – otot.
Respon  Mengajarkan keluarga dan klien

4. Keluarga mampu dalam verbal cara mencegah hipertensi dengan


memodifikasi lingkungan
memodifikasi lingkungan Menyebutkan cara memodifikasi
dengan keluarga  Memotivasi keluarga untuk
lingkungan untuk mencegah
hipertensi memodifikasi lingkungan
hipertensi dari komplikasi
 Berikan pujian atas usaha yang
 kurangi makanan yang
dilakukan
mengandung banyak garam/MSG
 mengatur pola hidup sehat
 kurangi berat badan
 olahraga
 kurangi setres
 kurangi konsumsi cafein
 berhenti merokok
Respon  informasi mengenai pengobatan dan
5. Kemampuan keluarga dalam verbal pendidikan yang didapatkan
menggunakan fasilitas memanfaatkan kunjungaan ke keluarga dipuskesmas
kesehatan , memanfaatkan fasilitas Kesehatan:  memotifasi keluarga memanfaatkan
pelayanan kesehatan  mendapatkan pelayanan pelayanan kesehatan dalam
dalam mengatasi masalah kesehatan untuk mengatasi mengatasi masalah hipertensi
hipertensi. hipertensi  beri reinforcement positif atas
perilaku keluarga yang baik
 mendapatkan pendidikan

60
kesehatan tentang hipertensi
 menunjukkan kartu berobat
adanya terapi pengobatan

61
D. TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal dan Diagnose Keperawatan Intervensi Keperawatan


Waktu
11/11/2020 Resiko cidera berhubungan  Menjelaskan kepada klien dan keluarga pengertian
dengan Ketidakmampuan hipertensi
keluarga dalam memelihara  Menanyakan kepada klien dan keluarga pengetian
atau memodifikasi hipertensi
lingkungan yangdapat  Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang
mempengaruhi penyakit klien tanda dan gejala hipertensi
hipertensi  Memotivasi keluarga dan klien untuk Kembali
menyebutkan tanda dan kejala hipertensi
 Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang
penyebab hipertensi
 Memotivasi klien dan keluarga untuk menyebutkan
Kembali penyebab hipertensi
 Menjelaskan kepada keluarga akibat lanjut hipertensi
jika tidak diobati dengan baik.
 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali akibat
lanjut dari hipertensi yang tidak diobati.
 Mendiskusikan keluarga cara perawatan hipertensi..
 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
perawatan hipertensi.
 Mengajarkan kepada keluarga tentang cara teknik
relaksasi.

62
 Memberikan kesempatan kepada klien dan keluarga
untuk melakukan teknik relaksasi.
 Membenerikan pujian atau umpan balik positif atas
usaha keluarga.
 Memastikan keluarga akan melakukan tindakan yang
diajarkan diperlukan.
 Mengajarkan keluarga dan klien cara mencegah
hipertensi dengan memodifikasi lingkungan.
 Memotivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan.
 Memberikan informasi mengenai pengobatan dan
pendidikan yang didapatkan keluarga dipuskesmas.
 Memotifasi keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan
dalam mengatasi masalah hipertensi .

63
E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnose Keperawatan Evaluasi Keperawatan


dan Waktu
12/11/202 Resiko cidera S: klien dan keluarga mengatakan sudah
0 berhubungan dengan lebih paham dan mengerti tentang
Ketidakmampuan hipertensi, penyebab, pengertian, tanda
keluarga dalam dan gejala hipertensi dan bagaimana
memelihara atau penanganan awal bila timbul gejala,
memodifikasi serta bagaimana cara memanfaatkan
lingkungan yang fasilitas Kesehatan untuk menunjang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi klien
penyakit klien O: keluarga dapat terlihat aktif dalam
hipertensi diskusi, keluarga menunjukkan minat
terhadap kegitan atau tidakan yang dapat
dilakukan, keluarga dapat memberikan
respon verbal dan nonverbal yang baik,
keluarga kooperatif selama kegiatan
berlangsung.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

64
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga dengan masalah

utama hipertensi pada Tn.“L”, saya dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian didapatkan Tn.”L” mengalami riwayat hipertensi

sejak 2012, tidak mau control ke dokter spesialis hanya mau

membeli obat dengan reswep yang sama diapotek, tidak pernah

mengikuti kegiatan lansia di wilayah kerja puskesmas setempat,

serta jarang berolahraga.

2. Setelah dirumuskan masalah maka didapatkan 3 diagnosa keperawatan

dengan prioritas masalah resiko cedera.

3. Implementasi yang dilakukan pada Tn.”L” pada tanggal 11 November

2020sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat.

Implementasi dilakukan dengan metode tanya jawab, berdiskusi, dan

penyuluhan.

4. Pada tahap akhir peneliti melakukan evaluasi pada Keluarga Tn.”L”

dengan masalah utama adanya riwayat hipertensi pada tanggal 12

November 2020, mengenai tindakan keperawatan yang telah dilakukan

berdasarkan catatan perkembangan dengan metode SOAP.

65
B. SARAN

Kepada seluruh sejawat mampu mengaplikasikan asuhan

keperawatan keluarga secara teori maupun mandiri dan mampu menyusun

strategi BHSP agar data tentang keluarga yang dapat terkumpul seuai

dengan teori serta mampu menningkatkan derajat kesehatan terhadap

keluarga binaan.

66
DAFTAR PUSTAKA

Lisma NM. 2018. Karya Tulis Ilmuah : Asuhan Keperawatan Keluarga

Dengan Masalah Utama Hipertensi Pada Tn. A Di Wilayah Kerja

Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Prodi DIII Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.

Nurafif Amin Huda dan Hardi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan

Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jakarta :

Medication.

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam

Keperawatan. Jakarta: EGC.

67

Anda mungkin juga menyukai