Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN NIFAS NORMAL

Dosen Pembimbing Benny Arief Sulistyanto,S.Kep., Ns., MSN.

Disusun oleh:

Nama :

NIM :

Kelompok :

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masalah pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam Mochtar, 2010).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,
ketika alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.
(Barbara F. Weller 2012).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat- alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2009 )
B. Fisiologi Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Perubahan uterus
Terjadi kondisi uterus yang meningkat setelah bayi keluar,
hal ini menyebabkan iskemia pada perlekatan plasenta
sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding
uterus mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus
mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi
sekitar umbilicus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah
4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Uterus
akan mengalami involusi secara berangsur-angsur sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Mengenai tinggi
fundus uterus dan berat menurut masa involusi sebagai
berikut :

Involusi TFU Berat Uterus


(Tinggi Fundus
Uteri)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lepas Dua jari di bawah 750 gram


pusat
Satu minggu Pertengahan pusat - 500 gram
sympisis
Dua minggu Tak teraba diatas 350 gram
simpisis
Enam minggu Bertambah kecil 50 gram
(normal)
Delapan minggu Normal seperti 30 gram
sebelum hamil
Ada beberapa jenis lochea, yaitu :
1) Loche rubra (ruenta) : ini berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuaban, sel-sel desidua (selaput
lendir rahim dalam keadaan hamil), vernik caseosa
(palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau
semacam noda dan sel-sel epitel yang meyelimuti
kulit janin), latugo (bulu halus pada bayi yang baru
lahir) dan meconium (isi usus berwarna hijau
kehitaman) selama 2 hari pasca persalinan
a) Lochea sangulnolenta : warnanya merah
kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3-7 pasca persalinan
b) Lochea serosa : berwarna kuning dan
cairan ini tidak berdarah lagi pada hari
ke 7-14 pasca persalinan
c) Lechea alba : cairan putih yang
terjadinya pada hari setelah 2 minggu
d) Lochea purulenta : ini karena terjadi
infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
e) Lochiotosis : lochea tidak lancer
keluarnya
2) Perubahan vagina dan perineum
a) Vagina : pada minggu ketiga, vagina
mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan
atau kerutan-kerutan) kembali
b) Perlukaan vagina yang tidak berhubungan
dengan luka perineum tidak sering dijumpai.
Mungkin ditemukan setelah persalinan
biasa, tetapi sering terjadi akibat ekstraksi
dengan kuman, berlebih apabila kepala janin
harus diputar. Robekan terdapat pada
dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan speculum
c) Perubahan pada perineum : terjadi
perobekan pada hampir semua persalinan
berikutnya. Perobekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu luas, sudut
arkus pubis lebih kecil darippada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila
ada iaserasi jalan lahir atau luka bekas
episiotomy (penyayatan mulut serambi
kemaluan untuk mempermudah kelahiran
bayi) lakukan penjahitan dan perawatan
dengan baik.
2. Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya
berserat selama persalinan. Disambping itu rasa takut untuk buang
air besar, sehubungan dengan jahitan pada perineum, jangan
samapai dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus
dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Jika masih terjadi konstipasi
dan beraknya keras dapat diberikan obat laksan peroral atau
perrektal
3. Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu.
Distensi berlebih pada vesikula urinary adalah yang umum terjadi
karena peningkatan kapasitas vasikula urinaria, pembengkakan
memar jaringan disekitar uretra dan hilang sensasi terhadap
tekanan yang meninggi.
4. Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas
a. Suhu badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik
sedikit, antara 37,2 – 37,5 kemungkinan disebabkan karena
ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38
C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas
b. Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 6x/menit,
yaitu pada waktu habis persalinan karena ibu dalam
keadaan istirahat penuh. Ini terjadi umumnya pada minggu
pertama post partum
c. Pada ibu yang nervus, nadinya bisa cepat, kira-kira 110
x/menit bisa juga terjadi gejala syok karena infeksi,
khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh
d. Tekanan darah
Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut
bisa meningkat ari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.
Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya
pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-
eklamsia yang timbul pada masa nifas. Namun hal tersebut
jarang terjadi.
e. Pernapasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal
ini tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat post partum
>30x/menit mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda
syok
C. Psikologi Masa Nifas
Menurut varney (2007), proses adaptasi psikologi pada masa nifas dapat
dibagi menjadi tiga fase, yaitu :
1. Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
Pada saat ini focus perhatian ibu terutama pada bayinya
sendiri. Pengalaman selama proses persalina sering
berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu
cukup istirahat untu mencegah gejala kurang tidur, seperti
mudah tersinggung. Oleh karena itu kondisi ini perlu
dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase
ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk
proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang
memang sedang meningkat.
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive
sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang
hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena
saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga tumbuh rasa percaya diri
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunnya yang berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan
bayinya meningkat pada fase ini.banyak etakutan dan
kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat
persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah
atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan,
pengunjung dan suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal
yang bisa menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu
dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan
memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap
permasalahan yang mendasarinya. Fase-fase adaptasi ibu
nifas yaitu taking hold dan letting go yang merupakan
perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa
lelah yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan
setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya
dan tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun
perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu
sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya
sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal
ibu ynag memberinya rasa aman dan nyaman sehingga
stress yang dialaminya tidak bertambah berat.
D. Pengkajian Nifas
1. Keluhan utama
a) Sakit perut
b) Pendarahan
c) Nyeri pada luka jahitan
d) Takut bergerak
2. Riwayat kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit
3. Riwayat persalinan
a) Tempat persalinan
b) Normal atau terdapat komplikasi
c) Keadaan bayi
d) Keadaan ibu
4. Riwayat nifas yang lalu
a) Pengeluaran ASI lancar/tidak
b) BB bayi
c) Riwayat ber KB/ tidak
5. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum pasien
b) Abdomen
c) Saluran cerna
d) Alat kemih
e) Lochea
f) Vagina
g) Perineum + rectum
h) Ekstremitas
i) Kemampuan perawatan diri
6. Pemeriksaan psikososial
a) Respon + persepsi keluarga
b) Status psikologi ayah, respon keluarga terhadap
bayi
E. Diagnosa Nifas
1. Nyeri akut b/d trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi feel-efek hormonal
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungandengan tingkat
pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan,
karakteristik payudara
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
biokimia efek anastesi, pros=fil darah abnormal
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jarungan, penurunan Hb, prosedur invasive, pecah ketuban,
malnutrisi
5. Perubahan eliminasiurine berhubungan dengan efek
hormonal, trauma mekanis edema jaringan, efek anastesi
ditandai dengan distensi kandungan kemih, perubahan-
perubahan jumlah/frekuensi berkemih.
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan penurunan masukan/penggantian tidak
adekuat, kehilangan cairan berlebih (muntah, hemoragi,
peningkatan keluaran urine)
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek
progesterone, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan
perubahan bising usus, feses kurang dari biasanya
8. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ketidakefektifan model peran stressor
9. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai
perawatan diri dan berhubungan dengan kurang
pemahaman, salah interprestasi tidak tahu sumber-sumber
10. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhungan dengan nyeri
luka jahitan perineum
F. Fokus Intervensi Keperawatan Nifas
1. Dx 1
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
ibu berkurang dengan cerita evaluasi : skala nyeri 0-1, ibu
mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri
saat mobilasasi, tanda vital dalam batas normal, S = 37 C, N =
80x/menit, TD = 120/80 mmHg. R = 18-20x/menit
Intervensi :
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuuhan dan intervensi yang
tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknikm relaksasi dan
distraksi rasa nyeri
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat
involusi dan mengurangi nyeri secara bertahap
c. Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : mempelancar pengeluaran lochea, mempercepat
involusi dan mengurangi nyeri secara bertahap
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perineum
e. Delegasi pemberian analgesic
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa
nyeri berkurang
2. Dx 2
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu
dapat mencapai kepuasaan menyusui dengan kriteria evaluasi : ibu
mengungkapkan proses situasi menyusi, bayi mendapat ASI yang
cukup
Intervensi :
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang
menyusui sebelumnya.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan
saat ini agar memberikan intervensi yang tepat
b. Demonstrasikan dan tinjau kulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah
putting yang dapat merusak dan mengganggu
c. Anjurkan ibu mengeringkan putting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam
batas normal
3. Dx 3
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera
pada ibu tidak terjadi dengan kriteria evaluasi : ibu dapat
mendemonstraksikan perilaku unsur untuk menurunkan faktir
risiko/melindungi harga diri bebas dari komplikasi
Intervesi :
a. Kaji lochea (warna , bau, jumlah) kontraksi uterus dan
kondisi jahitan episitomi
Rasional : untuk dapat mendektesi tanda infeksi lebih dini
dan mengintervensi dengan cepat
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4jam
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah
merupakan media menjadi tempat berkembangbiaknya
kuman
c. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : peningkatan suhu . 38C menandakan infeksi
d. Lakukan rendam bokong
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perineum dan
mengurangi udema
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke
belakang
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui
vaginal
4. Dx 4
Tujuan : setelah diberikan askep diahrapkan infeksi pada ibu tidak
terjadi dengan KE : dapat mendemonstrasikan teknik untuk
menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uuterus dan
kondisi jahitan episiotomy
Rasional : untuk dapat mendekteksi tanda infeksi lebih dini
dan mengintervensi dengan tepat
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah
merupakan media yang menjadi tempat
perkembanganbiaknya kuman
c. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi
d. Lakukan rendam bokong
Rasional : untuk mempelancar sirkulasi ke perineum dan
mengurangi udema
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke
belakang
Rasional : membantu mencegah konstaminasi rektal
melalui vaginal
5. Dx 5
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami
gangguan eliminasi (BAK) dengan KE : ibu dapat berkemih sendiri
dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah
urine 1,5-2 liter/hari
Intervensi :
a. Kaji dan catat cairan yang masuk dan keluar tiap 24jam
Rasional : mengetahui balance cairan pasien sehingga
diintervensikan dengan tepat
b. Anjurkan berkemih 6-8 jam post partum
Rasional : melatih otot-otot perkemihan
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam
duduk, alirkan air keran
Rasional : agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa
dikeluarkan sehingga tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan
sehingga tidak ada retensi
d. Kolabirasi pemasangan kateter
Rasional : mengurangi distensi kandung kemih
6. Dx 6
Tujuan : setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan
volume cairan dengan KE : cairan masuk dan keluar seimbang,
Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dl)
Intervensi :
a. Ajarkan ibu agar message sendiri fundus uteri
b. Pertahankan cairan peroral 1,5 – 2 liter/hari
c. Observasi perubahan suhu, nadi, tensi
d. Periksa ulang kadar Hb/Ht
Rasional : penurunan Hb tidak bokeh melebihi 2 garam
%/100 dl
7. Dx 7
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak terjadi
pada ibu dengan KE : ibu dapat BAB maksimal hari ke 3 post
partum, feses lembek
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk melakukan ambulansi sesuai
toleransi dan meningkatkan secara progesif
Rasional : membantu meningkatkan peristaltic
gastrointestinal
b. Pertahankan diet regular dengan kudapan diantara
mekanan, tingkatkan makan buah dan sayuran
Rasional : makanan seperti buah dan sayuran membantu
meningkatkan peristaltic usus
c. Anjurkan BAB pada WC duduk
Rasional : mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi pemeberian laksantia supositoria
Rasional : untuk mencegah mengedan dan stress perineal
8. Dx 8
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan keluarga dapat
menerima perubahan tersebut dengan KE : mengungkapkan
masalah dan pertanyaan menjadi orang tua, mendiskusikan peran
orang tua secara realistic, secara aktif mulai melakukan perawatan
dengan tepat
Intervensi :
a. Berikan askep primer untuk ibu dan bayi
Rasional : memudahkan terjadinya ikatan keluarga positif
b. Berikan pendidikan informal diikuti demonstrasi perawatan
bayi
Rasional : membantu orang tua belajar dasar-dasar
keperawatan bayi
9. Dx 9
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu
tentang keperawatan dini dan bayi bertambah dengan KE :
mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat
melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti
perawatan bayi, menyusui, perawatan perinerum
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan
perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran,
istirahat, KB.
Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat
penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari
perubahan fisik dan emosional
b. Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali
pusat, ari, memandikan dan imunisasi).
Rasional : menambah pengetahuan ibu tentang perawatan
bayi sehingga bayi tumbuh dengan baik
c. Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah
dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang
sudah dipelajari
10. Dx 10
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan gerak dan aktivitas
terkoordinasi dengan KE : sudah tidak nyeri pada luka jahitan saat
duduk, luka jahitan perineum sudah tidak sakit (nyeri berkurang)
Intervensi :
a. Anjurkan mobilisasi dan latuhan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke
ekstremitas bawah
b. KIE perawatan luka jahitan perineum.
Rasional : mempercepat kesembuhan luka sehingga
memudahkan gerak dan aktivitas
c. Kolaborasi pemberian analgesic
Rasional : melonggarkan sistem saraf perifer sehingga rasa
nyeri berkurang
Daftar Pustaka

Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta: Media Sudi
Amus (08095) Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45

Cardenito, L.J. 2012. Buku Saku Doagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta:


EGC

Helen Farrer, 2011. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Ida Bagus Gde Manuaba. llmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan: Jakarta EGC

Judi Januadi Endjun.2002. Persalinan Sehat. Puspa Swara Mansjoer,

Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta: Media Sudi
Amus (08095) Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45

Anda mungkin juga menyukai