Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN POST PARTUM (NIFAS)


DI RUANG BAKUNG TIMUR RSUP SANGLAH

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
 Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Hadijono,2008:356)
 Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Bobak,2004:492)
 Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan
dan segera setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif
kembali ke keadaan semula (tidak hamil). (William,1995)
 Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung
selama  6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,2002)

Gambar 1. Ibu pada masa nifas


2. Klasifikasi

1
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
 Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu
sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan
 Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital
secara menyeluruh dengan lama  6-8 minggu
 Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.

3. Gejala Klinis (Fisiologi Nifas)


Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat – alat / organ
reproduksi yaitu :
 Sistem Reproduksi
a. Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi
fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :

Tabel 1. TFU menurut masa involusi


INVOLUSI TFU BERAT
UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir  2 cm di bawah umbilicus  1000 gram
dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium
sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilikus 500 gram
dan simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram

2
(Bobak,2004:493)

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera


setelah bayi lahir. Selama 1 samapi 2 jam pertama pascapartum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus
selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin secara IV atau IM
diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan
menyusui bayinya dianjurkan membiarkan bayinya di payudara
segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.

b. Vagina dan Perineum


Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal
dari kavum uteri dan vagina. Macam – macam lochia :
 Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput
ketuban, terjadi selama 2 hari pasca persalinan
 Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
 Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah
berwarna kuning. Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca
persalinan
 Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca
persalinan
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa,
terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Proses
penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain.
Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas)
atau tepian insisi tidak saling melekat bisa terjadi. Penyembuhan

3
harus berlangsung dalam dua sampai tiga minggu. Hemoroid
biasanya akan terlihat pada ibu yang memiliki riwayat hemoroid
dan karena mengedan terlalu kuat.

c. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh
hormon laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara.
Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari
ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak
protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi
ASI akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena
menetek merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan
produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI akan makin
banyak diproduksi. Perubahan yang terjadi pada payudara
meliputi :
 Proliferasi jaringan kelenjar mamma dan lemak
 Pengeluaran kolustrum yang berwarna kuning,
mengandung banyak protein albumin dan globulin yang
baik untuk meningkatkan sistem imunitasi bayi
 Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam
mamma

 Sistem Pencernaan
a. Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makan ringan. Setelah benar-benar pulih
analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa
sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali
dari jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang
sering ditemukan.

b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan

4
analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas ke keadaan normal.

c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering
kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang
dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid.
Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah
tonus usus kembali normal.

 Sistem Perkemihan
a. Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.
Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema,
seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi. Pengambilan
urine dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan
adaya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius
bisa juga mengalami edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas
kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan,
laserasi vagina, atau episiotomi penurunan atau mengubah reflex
berkemih, penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum,
bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung
kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dpat
menyebabkan pendarahan berlebih karena keadaan ini bisa
menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Tonus kandung
kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5 sampai 7 hari setelah
bayi lahir.

5
 Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada
payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi
tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh dara seperti spider
angioma (nevi), eritema palmar biasanya berkurang sebagai
respon terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan
berakhir. Diaforesis adalah perubahan yang paling jelas terlihat
pada sistem integumen.

4. Patofisiologi (WOC)

Persalinan Kurang pengetahuan Resiko gangguan


tentang perawatan bayi proses parenting

↑ penggunaan Pedarahan ↑ produksi Trauma jalan lahir Nyeri panggul


energi keringat akibat dorongan
melahirkan
Risiko kekurangan episiotomy
Kelelahan diaforesis
volume cairan
↓ reflek berkemih
Terputusnya
↓ mobilisasi inkontinuitas
Distensi kandung
jaringan
kemih
↓ tonus usus
Luka jahitan Disuria
perineum
konstipasi

Perubahan pola
Perubahan pola Nyeri Akut Risiko Infeksi BAK
BAB

Gangguan
pemenuhan
ADL

5. Pemeriksaan penunjang
 Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
 Urine lengkap

6
6. Komplikasi
 Pembengkakan payudara
 Mastitis (peradangan pada payudara)
 Endometritis (peradangan pada endometrium)
 Post partum blues
 Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau
dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.

7. Penatalaksanaan Medis
 Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
 Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
 Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
 Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Identitas
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status
perkawinan. Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.

Status Kesehatan Saat Ini


Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.

Riwayat Obstetri
1. Riwayat menstruasi
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini


1. Tipe persalinan
2. Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)

7
3. Penggunaan analgesik dan anastesi
4. Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
5. Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast
care, perineal care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui

Keadaan Bayi
Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.

Riwayat Keluarga Berencana


Apakah klien melaksanakan KB
Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.

Riwayat Kesehatan
1. Penyakit yang pernah dialami klien.
2. Pengobatan yang pernah didapat.
3. Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit hipertensi.

Kebutuhan Dasar Khusus


1. Pola nutrisi.
Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
2. Pola eliminasi/sistem urogenital.
Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.
Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi
karena trauma.
Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
3. Pola personal hygiene.
Bagaimana frekuensi personal hygiene klien, seperti mandi, oral
hygiene, maupun cusi rambut.
4. Pola istirahat dan tidur.
Kurang tidur, mengantuk.
5. Pola aktivitas dan latihan.
Terganggu karena nyeri.
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun ketergantungan
obat.
7. Seksualitas/reproduksi
8
Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri.
8. Peran
Perubahan peran sebagai ibu.
9. Persepsi diri/konsep diri
Penilaian citra tubuh terganggu.

10. Kognitif perceptual


Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu post partum.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
GCS
Tingkat Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
Jam I : tiap 15 menit
Jam II : tiap 30 menit
24 jam I : tiap 4 jam
Setelah 24 jam : tiap 8 jam
Berat Badan
Tinggi Badan
2. Head to toe
Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus
Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah kelejar
tiroid membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis.
Thorak
Payudara
 Terdapat perubahan payudara, payudara membesar. Putting
mudah erektil.
 Pruduksi colostrums 48 jam.
 Memeriksa pada payudara jika terdapat massa, atau
pembesaran pembuluh limfe.

9
Jantung
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena
dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
 Volume darah
 Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4
minggu
 Persalinan normal : 200 – 500 cc.
 Perubahan hematologik
 Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
 Jantung
 Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3
minggu.
Paru
 Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit,
keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post
partum.
Abdomen
Memeriksa bising usus pada empat kuadran.
Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi,
tinggi fundus.
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat
hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post
partum.
Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican.
Genetalia
Uterus
 Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi
normal.
Lochea
 Memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau.
 Komposisi : Jaringan endometrial, darah, limfe.
 Tahap

10
 Rubra (merah) : 1-3 hari.
 Serosa (pink kecoklatan)
 Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
 Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
 Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa
hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal
melebar dan tampak bercelah.
Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati
ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk
ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum : REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation)
Pemeriksaan adanya hemoroid.
Ekstremitas
Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan.
Apakah ada varises.
Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah terjadi hypo
atau hyper.
Memeriksa homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).

3. Perubahan Psikologis
1. Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu,
konflik peran.
2. Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
3. Perubahan Psikologis

11
Perubahan peran, sebagai orang tua.
Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya
pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan
pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu.
4. Faktor-faktor Risiko
Duerdistensi uterus
Persalinan yang lama
Episiotomi/laserasi
Ruptur membran prematur
Kala II persalinan
Plasenta tertahan
Breast feeding

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Nyeri akut b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara.
e. Risiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
f. Risiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
g. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.

3. Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Resiko defisit Setelah dilakukan Pantau: Mengidentifikasi
volume cairan tindakan - Tanda-tanda keadaan umum
b/d keperawatan vital setiap 4 pasien serta
pengeluaran selama ….x …., jam. adanya
yang diharapkan penyimpangan

12
berlebihan; kebutuhan cairan indikasi kemajuan
perdarahan; pasien adekuat, atau
diuresis; dengan kriteria penyimpangan
keringat hasil: dari hasil yang
berlebihan. TTV dalam diharapkan.
Mengidentifikasi
batas normal Pantau cairan
 TD : 60- keseimbangan
masuk dan cairan
90/110- cairan pasien
keluar setiap 8
140 secara adekuat
jam.
mmHg dan teratur.
 Nadi : 60- Observasi ketat 2 Observasi baik
100 jam post partum dilakukan untuk
x/menit (adanya mencegah
 Suhu : komplikasi terjadinya
36,5- perdarahan) kemungkinan
o
37,5 C yang tidak
 RR : 16-
diinginkan seperti
24 x/menit
Tidak ada adanya

tanda-tanda Kaji adanya perdarahan post

dehidrasi tanda-tanda partum


Sebagai deteksi
(mukosa bibir dehidrasi
awal dari
lembab, (mukosa bibir dan
kekurangan cairan
turgor kulit turgor kulit)
Beritahu dokter
baik)
Haluaran bila: terjadi Temuan-temuan

urine 0,5-1 takikardia, selalu ini menandakan

ml/kg merasa haus, hipovolemia dan

BB/jam gelisah, TD di perlunya


bawah rentang peningkatan
normal, urine cairan.
gelap atau encer
gelap.

Perubahan pola Setelah dilakukan Kaji haluaran Mengidentifikasi


eleminasi BAK tindakan urine, keluhan penyimpangan

13
(disuria) b/d keperawatan serta keteraturan dalam pola
trauma selama ….x …., pola berkemih. berkemih pasien.
perineum dan diharapkan pola
Anjurkan pasien
saluran kemih. eleminasi (BAK) Ambulasi dini
melakukan
pasien teratur, memberikan
ambulasi dini.
dengan criteria rangsangan untuk
hasil: pengeluaran urine
Eleminasi dan pengosongan
BAK lancar bladder.
Anjurkan pasien
Membasahi
(warna,
untuk membasahi
bladder dengan air
kejernihan,
perineum dengan
hangat dapat
volume urine
air hangat
mengurangi
yang keluar
sebelum
ketegangan akibat
dalam batas
berkemih.
adanya luka pada
normal )
Tidak ada bladder.
Anjurkan pasien Menerapkan pola
disuria
Keluhan untuk berkemih berkemih secara
kencing tidak secara teratur. teratur akan
ada. melatih
pengosongan
bladder secara
teratur.
Anjurkan pasien Minum banyak
untuk minum mempercepat
2500-3000 ml/24 filtrasi pada
jam. glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran urine

Tanyakan pada
.Untuk
pasien mengenai
menetapkan
adanya keluhan
intervensi
dalam berkemih
keperawatan yang
tepat bagi pasien
14
Kolaborasi untuk Kateterisasi
melakukan membantu
kateterisasi bila pengeluaran urine
pasien kesulitan untuk mencegah
berkemih. stasis urine.
Perubahan pola Setelah dilakukan Kaji pola dan Mengidentifikasi
eleminasi BAB tindakan frekuensi BAB, penyimpangan
(konstipasi) keperawatan kesulitan BAB, serta kemajuan
b/d kurangnya selama …x…, warna, bau, dan dalam pola
mobilisasi; diet diharapkan pola konsistensi feses eleminasi (BAB).
Ambulasi dini
yang tidak eleminasi (BAB) serta keluhan
merangsang
seimbang; pasien teratur, dalam melakukan
pengosongan
trauma dengan criteria BAB
Anjurkan rektum secara
persalinan. hasil :
Pola ambulasi dini. lebih cepat.
eleminasi Hari ke- 2 : mulai
teratur (tidak latihan duduk,
Cairan dalam
adanya Hari ke- 3 :
jumlah cukup
konstipasi) diperkenankan
Feses lunak mencegah
latihan berdiri dan
dan warna terjadinya
berjalan
khas feses Anjurkan pasien penyerapan cairan
(tidak untuk minum dalam rektum
bercampur banyak 2500- yang dapat
darah dan 3000 ml/24 jam. menyebabkan
lendir) feses menjadi
Bau khas
keras.
feses Bising usus
Tidak ada
mengidentifikasik
Kaji bising usus
kesulitan/kelu
an pencernaan
setiap 8 jam.
han BAB
dalam kondisi
baik.

Mengidentifiakis
adanya penurunan

15
Pantau berat BB secara dini
badan setiap hari. dan mengetahui
status nutrisi
pasien.
Memperlancar
BAB dan
mencegah
Anjurkan pasien
konstipasi
makan banyak
serat seperti buah-
buahan dan sayur-
sayuran hijau.
Gangguan Setelah dilakukan Kaji toleransi Parameter
pemenuhan tindakan pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d keperawatan aktifitas respon fisiologis
immobilisasi; selama …x…, menggunakan pasien terhadap
kelemahan. diharapkan ADL parameter stres aktifitas dan
dan kebutuhan berikut: catat indikator derajat
beraktifitas pasien peningakatan TD, pengaruh
terpenuhi secara dispnea, nyeri kelebihan kerja
adekuat, dengan dada, kelelahan jantung.
kriteria hasil: berat, kelemahan,
Pasien berkeringat,
menunjukkan pusing atau
peningkatan pingsan.
Tingkatkan
dalam Menurunkan kerja
istirahat, batasi
beraktifitas. miokard/komsums
Kelemahan aktifitas pada
i oksigen ,
dan kelelahan dasar
menurunkan
berkurang. nyeri/respon
resiko komplikasi.
Kebutuhan
hemodinamik
ADL Berikan aktifitas Stabilitas
terpenuhi senggang yang fisiologis pada
secara tidak berat. istirahat penting
mandiri atau untuk

16
dengan menunjukkan
bantuan. tingkat aktifitas
Kaji kesiapan
Frekuensi
individu.
untuk
nadi / irama Konsumsi oksigen
meningkatkan
jantung serta miokardia selama
aktifitas, contoh:
tekanan darah berbagai aktifitas
penurunan
dalam batas dapat
kelemahan/kelela
normal meningkatkan
han, TD
(TD=100- jumlah oksigen
stabil/frekuensi
140/60-90 yang ada.
nadi, peningkatan
mmHg, Kemajuan
perhatian pada
N=60-100 aktifitas bertahap
aktifitas dan
x/menit) mencegah
perawatan diri.
peningkatan tiba-
Dorong tiba pada kerja
memajukan jantung.
Teknik
aktifitas/toleransi
penghematan
perawatan diri.
energi
menurunkan
penggunaan
energi dan
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
Anjurkan
oksigen.
keluarga untuk
Aktifitas yang
membantu
maju memberikan
pemenuhan
kontrol jantung,
kebutuhan ADL
meningaktkan
pasien.
regangan dan
mencegah
aktifitas
berlebihan.
17
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Kaji karakteristik Mengetahui
peregangan tindakan nyeri (PQRST) karakteristik nyeri
perineum; luka keperawatan pasien untuk
episiotomi; selama … mengidentifikasi
involusi uteri; x…,diharapkan dalam pemberian
hemoroid; nyeri pasien Pantau TTV intervensi yang
pembengkakan berkurang, tepat
Mengidentifikasi
payudara. dengan kriteria Kaji kontraksi
keadaan umum
hasil: uterus, proses
TTV dalam pasien
involusi uteri.
Mengidentifikasi
batas normal
 TD : 60- penyimpangan
Anjurkan pasien
90/110- dan kemajuan
untuk membasahi
140 berdasarkan
perineum dengan
mmHg involusi uteri.
 Nadi : 60- air hangat Mengurangi
100 sebelum ketegangan pada
x/menit berkemih. luka perineum.
 Suhu : Anjurkan dan
36,5- latih pasien cara
37,5oC merawat Melatih ibu
 RR : 16- payudara secara mengurangi
24 x/menit teratur. bendungan ASI
Pasien Jelaskan pada ibu
dan memperlancar
mengatakan tetang teknik
pengeluaran ASI.
nyeri merawat luka Mencegah infeksi
berkurang perineum dan kontrol nyeri
Skala nyeri Ajarkan klien
pada luka
berkurang teknik relaksasi
Pasien perineum.
dan distraksi Mengurangi
tampak
(teknik napas intensitas nyeri
rileks,
panjang dan pada pasien
ekspresi
dalam,
wajah tidak
mengalihkan
tegang.
Kontraksi perhatian).
Kolaborasi
Merupakan salah
18
uterus baik dengan dokter satu management
Payudara
tentang nyeri untuk pasien
lembek
pemberian
Tidak ada
analgesik
bendungan
ASI.
Resiko infeksi Setelah dilakukan Pantau TTV dan Mengetahui
b/d trauma tindakan tanda-tanda keadaan umum
jalan lahir. keperawatan infeksi pasien dan adanya
selama … tanda-tanda
x…,diharapkan Kaji luka infeksi
Mengidentifikasi
tidak terjadi perineum/episioto
penyimpangan
tanda-tanda my, kaji keadaan
dan kemajuan
infeksi, dengan jahitan.
sesuai intervensi
criteria hasil :
Anjurkan pasien
yang dilakukan.
Tidak ada
membasuh vulva Keadaan luka
tanda infeksi
setiap habis perineum
(calor, rubor,
berkemih dengan berdekatan
dolor, tumor,
cara yang benar dengan daerah
fungsiolaesa )
basah
Luka
mengakibatkan
episiotomi
kecenderunagn
kering dan
luka untuk selalu
bersih
Pertahankan
TTV dalam kotor dan mudah
teknik septik
batas normal terkena infeksi.
 TD : 60- aseptik dalam
Mencegah infeksi
90/110- merawat pasien
secara dini dan
140 (merawat luka
mencegah
mmHg perineum,
 Nadi : 60- kontaminasi
merawat
100 silang terhadap
payudara,
x/menit infeksi.
merawat bayi).
 Suhu :
36,5-
37,5oC

19
 RR : 16-
24 x/menit

Resiko Setelah dilakukan Beri kesempatan Meningkatkan


gangguan tindakan ibu untuk kemandirian ibu
proses keperawatan melakukan dalam perawatan
parenting b/d selama … perawatan bayi bayi.
kurangnya x…,diharapkan secara mandiri.
Keterlibatan
Libatkan suami
pengetahuan tidak terjadi
bapak/suami
dalam perawatan
tentang cara Gangguan proses
dalam perawatan
bayi.
merawat bayi. parenting, dengan
bayi akan
kriteria hasil:
membantu
Ibu dapat
meningkatkan
merawat bayi
keterikatan batih
Memberikan KIE
secara
ibu dengan bayi.
kebersihan diri,
mandiri Perawatan
cara menyusui
(memandikan payudara secara
yang benar dan
, menyusui). teratur akan
Keluarga ikut perawatan
mempertahankan
berperan aktif payudara,
produksi ASI
dalam perubahan-
secara kontinyu
perawatan perubahan yang
sehingga
ibu dan bayi terjadi pada masa
kebutuhan bayi
Ibu mampu
nifas, pemberian
akan ASI
melakukan
informasi tentang
tercukupi.
dan sadar
senam nifas.
akan Motivasi ibu
Meningkatkan
pentingnya untuk
produksi ASI.
perwatan dan meningkatkan
kebersihan intake cairan dan
diri diet TKTP.
Meningkatkan
Lakukan rawat
hubungan ibu dan
gabung sesegera
bayi sedini
mungkin bila
mungkin.
tidak terdapat

20
komplikasi pada
ibu atau bayi.

4. Evaluasi
Evaluasi dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil dalam intervensi
keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC


2. Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta:
EGC
3. Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka

21

Anda mungkin juga menyukai