Anda di halaman 1dari 23

LEMBAR PERSETUJUAN

Pembimbing Institusi, Mahasiswa,

RIRIS EKA RATNASARI


 NIP:  NIM: 1102430011

Mengetahui,
Kaprodi DIV Kebidanan Klinik  Pembimbing Klinik,
Poltekkes Kemenkes Malang

 NIP. NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU POST PARTUM DENGAN LUKA PERINEUM
DI RUANG NIFAS RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Oleh :
RIRIS EKA RATNASARI
NIM. 1102430011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN KLINIK 
2012
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 KONSEP POST PARTUM


1.1.1 Definisi
Masa nifas adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
lepasa dan keluar dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai
dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,
yang mengalami perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni, 2009).
1.1.2 Tahapan masa nifas
a. Puerperium dini, masa kepulihan, yaitu saat ibu dibolehkna untuk 
 berdiri dan jalan-jalan.
 b. Puerperium intermedial, masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi (Suherni, 2009).
1.1.3 Perubahan Fisiologis
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Perubahan Uterus
Segera setelah persalinan, uterus akan mengalami proses
 pengecilan rahim (involusi) secara berangsur-angsur sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Mengenai tinggi fundus
uteri (TFU) dan berat uterus menurut masa involusi sebagai berikut:
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr  
Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gr  
Satu minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr  
Dua minggu Tidak teraba di atas symphisis 350 gr  
Enam minggu Bertambah kecil 50 gr  
Delapan Sebesar normal 30 gr  
minggu
Disamping perubahan pada tinggi fundus uteri, juga terdapat
 pengeluaran secret dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut
dengan lochea. Ada beberapa jenis lochea, diantaranya:
- Lochea rubra, terjadi selama 2 hari pasaca persalianan, dengan
 pengeluaran daraha berwarna merah
- Lochea sanguinolenta, terjadi selama hari ke-3-7 pasca persalinan
dengan pengeluaran berwarna merah kekuningan yang berisi
darah dan lendir 
- Lochea serosa, terjadi selama hari ke- 7-14 pasca persalinan
dengan pengeluaran berwarna kuning
- Lochea alba, terjadi setelah 2 minggu pasca partum dengan
 pengeluaran yang berwarna putih
2) Perubahan vagina dan perineum
- Vagina, pada minggu ketiga vagina akan mengecil dan timbul
rugae kembali
- Perlukaan vagina, perlukaan pada vagina yang tidak berhubungan
dengan luka perineum tidak sering terjadi. Mungkin bisa timbul
 pada persalinan dengan ekstraksi cunam, robekan biasanya pada
dinding lateral dan baru tampak saat dilakukan pemeriksaan
speculum
- Perubahan perineum
Terjadi robekan perineum pada hamper semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Jika terdapat
laserasi, perlu dilakukan penjahitan dan perawatan yang baik 
 b. Perubahan sistem pencernaan
Pada ibu pasca partum akan sering mengalami konstipasi sebagai
akibat kurangnya asupan nutrisi yang berserat selama persalinan, adanya
rasa takut untuk BAB sehubungan dengan jahitan pada perineum. BAB
harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Bila masih terjadi
konstipasi, bisa diberikan obat pencahar baik per oral maupun per rectal.
c. Perubahan perkemihan
Saluran kencing akan kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada: keadaan sebelum melahirkan, lama kala dua, besarnya
tekanan kepala yang menekan saat persalinan.
d. Perubahan sistem musculoskeletal
Pada masa pasca persalinan, dinding perut akan menjadi longgar 
karena perut yang teregang begitu lama. Nmaun demikian, hal tersebut
akan pulih setelah 6 minggu. Setiap ibu post partum dianjurkan untuk 
segra melakukan ambulasi dini, yang bertujuan untuk untuk menhindari
komplikasi, meningkatkan ivolusi.
e. Perubahan tanda-tanda vital
Sekitar hari ke-4 suhu ibu akan mengalami sedikit kenaikan antara
37,2- 37,50C. Jika hari ke-2 suhu mencapai 380C harus dicurigai adanya
infeksi nifas. Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/mnt
segera setelah melahirkan. Tekanan darah normal pada masa post
 partum adalah bila kurang dari 140/90 mmHg. Resspirasi ibu nifas akan
melambat segera setalh melahirkan.

1.2 KONSEP LUKA PERINEUM


1.2.1 Definisi
Luka perineum adalah luka pada perineum karena adanya robekan jalan
lahir baik karena rupture spontan maupun karena episiotomi pada waktu
melahirkan janin (Wiknjosastra, 2007)
1.2.2 Etiologi
Menurut Oxorn (2010), faktor-faktor yang menyebabkan ruptur 
 perineum terdiri dari:
a. Faktor maternal, mencangkup :
- Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab
 paling sering)
- Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
- Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang
 berlebihan.
- Edema dan kerapuhan pada perineum
- Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula
sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
- Perluasan episitomi.
- Posisi Persalinan (Wikjosastro, 2007)
- Kepala janin terlalu cepat lahir 
- Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
- Jaringan parut pada perinium
 b. Faktor janin mencangkup :
- Bayi yang besar  
- Posisi kepala yang abnormal, seperti presentasi muka
- Kelahiran bokong
- Ekstraksi forceps yang sukar 
- Dystocia bahu
- Anomali kongenital, seperti hydrocephalus
Menurut Wiknjosastro (2007), terjadinya rupture perineum
disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat badan
 bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, riwayat
 persalinan, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan
episiotomy (Wiknjosastro, 2007).
1.2.3 Prevalensi
Angka kejadian perlukaan pada perineum adalah lebih dari 65% dari
seluruh persalinan pervaginam, dan pada umumnya terjadi karena adanya
luka pada episiotomy maupun rupture spontan pada saat persalinan
(Mohammed, 2011).
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak 
 jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala
 janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan
terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan
 pendarahan dalam tengkorok janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia
 pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil
daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang
daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran
yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak 
dilahirkan dengan pembedahan vaginial.
1.2.4 Tanda dan gejala
a. Tanda-tanda Rupture
- Darah segar yang mengalir setelah bayi lahir 
- Uterus berkontraksi dengan baik 
- Plasenta lahir lengkap
 b. Gejala yang sering terjadi adalah:
- Pucat
- Lemah
- Pasien dalam keadaan menggigil (Chapman,2006).
1.2.5 Klasifikasi
a. Ruptur Perineum derajat I
- Mukosa vagina
- Fourchette posterior 
- Kulit perineum
 b. Ruptur Perineum derajat II
- Mukosa vagina
- Fourchette pasterior 
- Kulit perineum
- Otot perineum
c. Ruptur Perineum derajat III
- Mukosa vagina
- Fourchette pasterior 
- Kulit perineum
- Otot perineum
- Otot spinterani eksterna
d. Ruptur Perineum derajat IV
- Mukosa vagina
- Fourchette pasterior 
- Kulit perineum
- Otot perineum
- Ootot spinterani eksterna
- Dinding rektum anterior (Sumarrah, 2008).
Klasifikasi robekan perineum:
- Robekan perineum anterior 
• Labia

• vagina anterior 

• uretra atau klitoris

- Robekan perineum posterior 


• Dinding posterior 

• Vagina

• Otot-otot perineum

• Sfingter ani

• Mukosa rectum
Klasifikasi menurut Sultan, dkk:
1. Laserasi epitel vagina atau laserasi pada kulit perineum saja
2. Melibatkan kerusakan pada otot-otot perineum, tetapi tidak melibatkan
kerusakan sfingter ani
3. Kerusakan pada otot sfingter ani:
- 3a: robekan < 50% sfingter ani eksterna
- 3b: robekan > 50% sfingter ani ekterna
- 3c: robekan juga meliputi sfingter ani interna
4. Robekan stadium tiga disertai robekan epitel anus
1.2.6 Faktor predisposisi
- Gawat janin. Untuk merangsang keselamatan janin, maka persalinan
harus segera diakhiri.
- Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya : distosia bahu, akan
dilakukan ekstrasi forcep, ekstraksi vakum.
- Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina.
- Perineum kaku dan pendek.
- Adanya ruptur yang membakat pada perineum
- Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin (Sumarrah,
2008).
- Paritas
- Berat badan janin (makrosomia) (Mohammed, 2011).
1.2.7 Penatalaksanaan
- Ruptur perineum derajat I tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan aposisi luka baik.
Derajat I
Dijahit/dibiarkan
Biarkan karena sangat nyeri
Dijahit bila:
• Perdarahan berlebih
• Kontinuitas jaringan diragukan
• Laserasi bilateral & labia dapat menyatu
Derajat II
Ruptur perineum derajat II perlu dijahit (JNPK-KR, 2008).
Derajat III dan IV
Hal-hal yang perlu disiapkan dalam melakukan penjahitan pada rupture
derajat III dan IV:
- Tempat
Tempat untuk melakukan penjahitan derajat III dan IV sebaiknya
 berada di ruang operasi. Hal ini disebabkan karena, penjahitan pada
derajat III dan IV memerlukan suatu tempat yang aseptic dan
 pencahayaan yang adekuat. Anasthesi yang digunakan bisa regional
maupun general anasthesi, sehingga akan membuat otot sfingter 
menjadi rileks yang akan memudahkan dilakukannya penjahitan.
- Antibiotik  
Infeksi dapat terjadi setelah penjahitan rupture perineum sampai ke
daerah sfingter ani, hal ini disebabkna karena adanya peningkatan
resiko terjadinya inkontinensia alvi maupun terbentuknya fistula.
Untuk itu diperlukan suatu terapi antibiotic spectrum luas baik per 
 parenteral maupun per oral, setelah dilakukan penjahitan.
- Laxans
Pada umumnya, seorang wanita setelah dilakuka penjahitan pada
sfingter ani akan mengalami konstipasi. Untukl itu, terkadang
diperluikan obat pencahar, untuk memudahkan penegeluaran feses.
- Teknik penjahitan
Terdapat dua metode yang digunakan dalam penjahitan sfingter ani
ekterna, yaitu: end to end (approximation) dan teknik overlap.
Sedangkan untuk penjahitan sfingter ani interna menggunakan teknik 
overlap (Fowler, 2009).
1.2.8 Komplikasi
- Pembentukan hematoma
- Kerusakan (devitalisasi) jaringan)
- Trauma jaringan (Varney, 2008)
- Perdarahan
- Infeksi
- Kematian pada ibu post partum (http://hendrik sciene.blogspot.com)
1.2.9 Perawatan luka perineum
Perawatan luka perineum adalah membersihkan daerah vulva dan perineum
 pada ibu yang telah melahirkan sampai 24 hari pasca persalinan dan masih
menjalani rawat inap di rumah sakit (Winkjosastro, 2007)
Waktu perawatan perineum:
a. Saat mandi
Pada saat mandi ibu post partum pasti melepas pembalut setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut untuk itu maka perlu dilakukan
 penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
 b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air 
seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
 perineum untuk itu diperlukan pemberihan perineum.
c. Setelah buang air besar 
Pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa – sisa kooran
disekitar anus untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus
ke perineum yang letaknya berdekatan. Maka diperlukan proses
 pembersihan dari perineum secara keseluruhan.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
IBU POST PARTUM DENGAN LUKA PERINEUM

I. Pengkajian
Tanggal ................. Pukul ............. WIB
A. Data Subjektif 
1. Biodata
- 70 % wanita yang melahirkan pervagina sedikit banyak  
mengalami trauma perineum (Vicky, 2006).
- Robekan perineum terjadi pada hampir semua
 persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya
(Sumarrah, 2008).
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
- Gawat janin
- Persalinan pervainam dengan penyulit :
a. Distosia bahu
 b. Ekstrasi tansep
c. Ekstrasi vacuum
- Bayi lahir premature (Sumarrah, 2008).
3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga.
Riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus akan
mempengaruhi kemampuan diri dalam penyembuhan luka
(http://hendrik science-blogspot.com).
B. Data Objektif 
Pemeriksaan Umum
KU: cenderung lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
- Suhu : Sekitar hari ke-4 suhu ibu akan mengalami sedikit kenaikan
antara 37,2- 37,50C. Jika hari ke-2 suhu mencapai 380C harus
dicurigai adanya infeksi nifas.
- Nadi : Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/mnt segera
setelah melahirkan.
- TD : Tekanan darah normal pada masa post partum adalah kurang
dari 140/90 mmHg.
- RR : Resspirasi ibu nifas akan melambat segera setelah melahirkan.
Pemeriksaan Fisik 
Inspeksi pada amogenetalia:
Adanya robekan perineum.
Derajat I : - mukosa vagina
- fauchette pasterior 
- kulit perineum
Derajat II : - mukosa vagina
- fourchette posterior 
- kulit perineum
- otot perineum
Derajat III : - mukosa vagina
- fourchette posterior 
- kulit perineum
- otot perineum
- otot spinterani eksterna
Derajat V : - mukosa vagina
- fourchette posterior 
- kulit perineum
- otot perineum
- otot spinterani eksterna
- dinding ruktum anterior (Sumarrah, 2008).

II. Indentifikasi Diagnosa dan Masalah


Diagnosa : Luka Perineum
Masalah Potensial : Komplikasi yang terjadi diantaranya pembentukan
hematoma, kerusakan jaringan, trauma jaringan, perdarahan, infeksi bahkan
kematian pada ibu post partum.

III. Intervensi
Diagnosa : Luka Perineum
Tujuan : Masa post partum berjalan lancar tanpa terjadi komplikasi
KH : - Pemeriksaan Umum
KU ibu baik 
Kesadaran composmentis
TTV dalam batas normal (S : 36-37 ºC, N : 60-100 x/mnt, RR : 20-24
x/mnt, TD : 100/70 - 130/90 mmHg
- Pemeriksaan Fisik 
Tidak ada tanda-tanda anemia, tidak ada tanda-tanda infeksi, penurunan
TFU sesuai dengan masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr  
Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gr  
Satu minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr  
Dua minggu Tidak teraba di atas symphisis 350 gr  
Enam minggu Bertambah kecil 50 gr  
Delapan Sebesar normal 30 gr  
minggu
- Tidak ada gangguan pemenuhan nutrisi, eliminasi, pola istirahat,
aktifitas, personal higien dan seksual
Intervensi
1. Bina hubungan baik dengan komunikasi terapiutik 
R/ Terbina hubungan baik antara ibu dengan petugas, ibu lebih kooperatif 
2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ Pengetahuan ibu dan keluarga bertambah, ibu lebih kooperatif dan dapat
mengurangi rasa cemas
3. Lakukan observasi TTV
R/ Observasi tanda-tanda vital merupakan upaya deteksi dini adanya
komplikasi
4. Berikan rehidrasi secara parenteral
R/ Rehidrasi parenteral merupakan upaya untuk mengganti cairan yang
hilang akibat perdarahan
5. Motivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tinggi karbohidrat,
 protein dan serat
R/ Pemenuhan nutrisi ibu terjamin
6. Motivasi klien untuk menjaga kebersihan daerah genetalia dan merawat
luka jahitan perineum secara rutin
R/ Kebersihan daerah genetalia terjamin, perawatan luka jahitan perineum
secara rutin mencegah terjadinya infeksi
7. Ajari ibu cara merawat luka jahitan perineum
R/ Pengetahuan ibu bertambah, ibu dapat melakukan perawatan luka
 jahitan perineum sendiri
8. Motivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini
R/ Mobilisasi dini pasca partum dapat memperlancar peredaran darah ke
seluruh tubuh, sehingga mempercepat pemulihan pasca partum
9. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, minimal 2 jam
sekali
R/ Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi, tidak terjadi bendungan ASI serta
dapat membantu mempercepat involusi uteri
10. Kolaborasi dengan SpOG untuk meberikan analgetik dan antibiotik jika
diperlukan
R/ Ibu mendapatkan terapi yang tepat yang sesuai dengan kondisi ibu

IV. Implementasi
Mengacu pada intervensi

V. Evaluasi
Mengacu pada kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA

Fowler, G.E. 2009. Obstetric Anal Sphincter Injury. Liverpool. Urodynamic


Departement, Livrpool Women’s Hospital

JNPK-KR. 2008.  Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
JNPK-KR 

Mohammed, Lotfy. 2011. Comaparative Study Between Two Perineal Management 


Technique Used To Reduce Perineal Trauma During Second Stage Labor .
Egypt: Departement of Obstetrics and Gynecology Medicine. Diakses dari
http://www.americanscience.org pada tanggal 28 April 2012

Prawirohardjo, Sarwono. 2007.  Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka

Sumarrah, 2008. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya

Varney, Hellen. 2006. Asuhan Kebidanan Vol. 1. Jakarta : EGC

Vicky, Chapman. 2006. Asuhan Kebidanan dan Kelahiran.Jakarta:EGC

http://hendrik science-blogspot.com
http://perpusnwu.dikti.net
ASUHAN KEBIDANAN PADA POST PARTUM
DENGAN LUKA PERINEUM

Tempat : Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri


Tanggal/waktu MRS : 26 April 2012/12.10 WIB
Tanggal/waktu Pengkajian : 1 Mei 2012/08.30 WIB
 No. Register : 248002

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif 
1. Biodata
 Nama Ibu : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “N”
Umur : 36 tahun Umur : 46 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
Penghasilan : Rp. 450.000,- Penghasilan : Rp. 450.000,-
Alamat : Cowekan 2/3 Banyakan
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasakan nyeri pada luka jahitan di daerah kewanitaannya
3. Riwayat Menstruasi
HPHT : Lupa ( .... Agustus 2012)
Lama : 6-7 hari
Banyaknya : 2 kali ganti pembalut/hari
Siklus : 28 hari
Teratur : ya
Dismenorea : tidak ada
Fluor albus : tidak ada
4. Riwayat Pernikahan
Menikah : 2 kali
Usia pertama menikah : 12 tahun (tahun 1988)
Usia menikah kedua : 23 tahun (tahun 2001)
I : Lama menikah 4 tahun, cerai, tidak punya anak 
II : Lama menikah 11 tahun (sampai sekarang)
5. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita sakit dengan gejala batuk yang
tidak sembuh-sembuh batuk keluar darah (TBC), gejala tekanan darah
tinggi (Hipertensi), tidak menglami sesak (Asma), tidak ada gejala
 penyakit kencing manis (DM).
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita sakit dengan gejala batuk yang
tidak sembuh-sembuh batuk keluar darah (TBC), gejala tekanan darah
tinggi (Hipertensi), tidak menglami sesak (Asma), tidak ada gejala
 penyakit kencing manis (DM).
- Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya atau suaminya tidak ada yang
menderita sakit dengan gejala batuk yang tidak sembuh-sembuh, batuk 
keluar darah, sesak nafas, tidak ada gejala tekanan darah tinggi, tidak ada
yang menderita kencing manis, sakit jantung, sakit kuning.
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
- Kehamilan
Ibu mengatakan pada kehamilan anak ketiganya ini ibu tidak pernah
mengalami keluhan apapun di awal dan tengah kehamilan. Tetapi pada
akhir kehamilan ibu mengalami perdarahan (segar dan banyak) dari jalan
lahir beserta kenceng-kenceng dan juga ketuban pecah spontan pada
tanggal 27-04-2012 pukul 09.45 WIB. Ibu periksa ke bidan kemudian
dirujuk ke RSUD Gambiran Kota Kediri. Ibu dirujuk dengan tangan
terpasang infus RL. Pada saat di kamar bersalin ibu mendapatkan
 penjelasan bahwa kehamilannnnya diperkirakan belum cukup bulan,
sehingga harus diberikan obat untuk mempertahankan kehamilannya. Pada
tanggal 30-04-2012 pukul 10.20 WIB ibu di USG oleh dr. Spesialis
kandungan, hasilnya menyatakan bahwa usia kehamilannya 34-36 minggu
dengan letak ari-ari letak rendah.
- Persalinan
Ibu mengatakan merasakan mules dan dorongan meneran yang tidak dapat
ditahan pada tanggal 30-04-2012 pada pukul 20.25 WIB, ternyata
 pembukaan lengkap. Ibu melahirkan anak ketiganya secara normal di
Kamar Bersalin RSUD Gambiran Kota Kediri ditolong bidan pada tanggal
30 April 2012 pukul 20.30 WIB. Jenis kelamin bayi laki-laki, BBL/PBL
2800 gr/45 cm.
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Persalinan Nifas

Hamil Tgl/Th Jenis Komplikasi


UK  Penolong JK BB lahir Laktasi Komplikasi
ke Lahir   persalinan Ibu Bayi
1 2002 9 bln  Normal Bidan - - Perempuan 3500 gr  Menyusui -
2 2008 9 bln  Normal Dukun - - Perempuan - Menyusui -

8. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum hamil anak pertama, anak kedua dan ketiga ibu
menggunakan KB suntik 3 bulanan. Setelah kelahiran anak ketiganya ini ibu
 belum merencanakan KB yang akan digunakan.
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Pola nutrisi setelah melahirkan
Makan : 3x sehari (nasi, sayur, tahu, tempe)
Minum : 4-5 gelas/hari
Perubahan makanan yang dialami:
 Nafsu makan sekarang mulai meningkat dibandingkan setelah melahirkan
kemarin.
- Pola aktivitas setelah melahirkan
Istirahat : 2 jam sehari
Tidur : 6-7 jam sehari
Ibu mengatakan sudah bisa jalan-jalan dan sudah bisa menyusui bayinya
sendiri.
- Pola eliminasi setelah melahirkan
BAB : 1x sehari
BAK : 3-4 x sehari
- Personal higiene setelah melahirkan
Mandi 2x sehari, gosok gigi saat mandi. Ganti baju dan celana dalam saat
selesai mandi.
10. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Ibu mengatakan kelahiran anak ketiga ini tidak diharapkan, ibu mengaku hamil
anak ketiga ini karena gagal KB (lupa jadwal suntik KB). Ibu mengatakan
takut mengkonsumsi makanan yang berasal dari protein hewani setelah
melahirkan, karena takut ASI menjadi amis dan luka jahitan tidak segera
sembuh. Riwayat asupan nutrisi saat persalinan anak pertama dan kedua ibu
selalu mengkonsumsi nasi dengan sayuran saja. Hubungan ibu dengan suami
 baik, selama di rumah sakit suami selalu siap membantu ibu jika ibu
membutuhkan.
B. Data Obyektif 
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik 
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
 N : 88 x/mnt
S : 36 °C
RR : 22 x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik 
- Inspeksi
Kepala : hitam, tidak rontok, tidak ada benjolan
Muka : tidak pucat
Mata : tidak oedema, sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : simeteris, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut & Gigi : lidah bersih, tidak ada karies, gusi tidak berdarah
Telinga : simetris, tidak ada serumen berlebih
Leher : tidak tampak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena
 jugularis
Axilla : tidak tampak adanya pemebesaran kelenjar limfe
Payudara : pembesaran seimbang ki/ka, putting susu menonjol ka/ki,
terdapat hyperpigmentasi pada areola ki/ka, tidak ada
strie ka/ki
Abdomen : terdapat linea nigra dan striae albican
Ekstremitas : simetris ka/ki, tidak ada varises ka/ki
Vulva & vagina : terdapat luka bekas jahitan rupture perineum anterior 
(labia mayora kanan dan kiri) dan rupture perineum
 posterior 
Lokhea rubra : ± 50 cc
- Palpasi
Kepala : tidak ada benjolan
Leher : tidak teraba ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena
 jugularis
Axilla : tidak teraba ada pembesaran kelenjar limfe
Payudara : tidak teraba benjolan ka/ki, colostrums +/+
Abdomen : TFU : 1 jari dibawah pusat, UC : baik 
Ekstremitas : tidak ada oedem ki/ka, tanda homan negatif ki/ka
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH
NO. DATA DASAR DX/MASALAH
1. Ds : - Ibu mengatakan telah melahirkan putra ketiganya Dx : P3003 post partum hari
dengan sehat dan selamat pada 30-4-2012 pukul ke-2 dengan luka jahitan
20.30 WIB secara normal ditolong bidan  perineum bagian anterior 
- Ibu mengatakan saat melahirkan dan posterior 
kemarin jalan lahir ibu robek spontan sehingga
harus mendapatkan banyak jahitan
- Ibu mengatakan anak pertama dan
keduanya dahulu juga lahir normal dan cukup
 bulan
Do : - Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik 
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
 N : 88 x/mnt
S : 36 °C
RR : 22 x/mnt
- Pemeriksaan Fisik 
Abdomen : TFU 1 jari di bawah pusat, UC
 baik 
Vulva dan vagina : terdapat luka jahitan rupture
 perineum anterior (labia mayora kanan dan kiri)
dan rupture perineum posterior, lokhea rubra ±
50 cc
2. Masalah : Nyeri luka jahitan
Ds : Ibu mengatakan pada saat melahirkan kemarin  perineum
ibu mendapat banyak jahitan di daerah
kewanitaannya dan sekarang jahitannya itu terasa
nyeri
Do : - Vulva dan vagina : terdapat luka jahitan rupture
 perineum anterior (labia mayora kanan dan kiri)
dan rupture perineum posterior, lokhea rubra ±
50 cc
- Ibu terlihat berhati-hati saat berjalan
3. Masalah : Kurangnya
Ds : Ibu mengatakan takut mengkonsumsi makanan  pengetahuan ibu tentang
yang berasal dari protein hewani setelah  pentingnya asupan nutrisi
melahirkan, karena takut ASI menjadi amis dan ibu nifas
luka jahitan tidak segera sembuh
Do : Ibu hanya mengkonsumsi makanan dari rumah
sakit dengan sayur dan lauk tahu atau tempe saja

RR : 22 x/mnt
III. INTERVENSI
NO. DX/ MASALAH INTERVENSI RASIONAL
1. Dx: Tujuan:
P3003 post partum hari ke- Masa nifas dapat berlangsung normal dan tidak 
2 dengan ruptur  terdapat tanda infeksi pada luka jahitan perineum
 perineum anterior dan KH: - Pemeriksaan Umum
 posterior  KU: baik 
Kesadaran: composmentis
TTV :
TD : 110/70-120/80 mmHg
 N : 60-100 x/mnt
S : 36-37 °C
RR :16-24 x/mnt
- Pemeriksaan Fisik  
TFU turun + 1 jari per hari
Kontraksi uterus baik 
Tidak ada tanda-tanda infeksi (tidak ada
 peningkatan suhu tubuh, warna kemerahan dan
 pembengkakan pada luka jahitan)
Lochea Rubra (1-3 hari)
Intervensi:
1. Jalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan 1. K 
keluarga omunikasi terapeutik yang baik dengan ibu dan
keluarga akan menumbuhkan kepercayaan
terhadap tenaga kesehatan
2. Beritahukan hasil pemeriksaan pada klien dan
keluarga 2. Pe
mberian informasi pada ibu dan keluarga tentang
kondisi ibu akan mengurangi kecemasan ibu dan
3. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka keluarga
 jahitan perineum secara rutin
3. Pe
4. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini rawatan luka jahitan perineum secara rutin dapat
secara bertahap membercepat penyembuhan

4. M
5. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang obilisasi dini pasca partum akan memperlancar 
 bergizi  peredaran darah ke seluruh tubuh, sehingga
mempercepat pemulihan pasca partum

6. Ajari ibu perawatan payudara dan anjurkan ibu 5. M


untuk melaklukannya secara rutin akanan yang kaya dengan zat gizi mempercepat
 penyembuhan luka perineum dan dapat
7. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara mengembalikan fungsi tubuh
rutin
6. Pe
8. Kolaborasi dengan SpOG untuk memberikan rawatan payudara membentu kelancaran produksi
terapi sesuai kebutuhan ASI

2. Masalah : Nyer i luka 1. 7. Pe


 jahitan perineum Berikan penjelasan pada ibu bahwa nyeri luka meberian ASI secara rutin akan mempercepat
 jahitan perineum adalah fisiologis  proses involusi

2. 8. Te
Motivasi ibu untuk selalu menjaga personal higiene rapi yang tepat sesuai kebutuhan mempercepat
khususnya daerah genetalia  penyembuhan ibu

3. 1. Informasi yang tepat mengurangi kecemasan ibu


Ajari ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan
 perineum
2. Personal higien yang baik khususnya daerah
4. genetalia mengurangi resiko terjadinya infeksi
Berikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya
mobilisasi dini secara bertahap 3. Perawatan luka jahitan perineum adalah salah satu
cara untuk mencegah terjadinya infeksi
5.
Ajari ibu senam nifas dan anjurkan untuk  4. Pengetahuan ibu bertambah, ibu lebih kooperatif 
melakukannya secara rutin

3. Masalah : Kur angnya 5. Senam nifas berfungsi untuk mengembalikan


 pengetahuan ibu tentang 6. fungsi otot tubuh dan melancarkan peredaran darah
 pentingnya asupan nutrisi Anjurkan ibu untuk tidak tarak makanan sehingga mempercepat penyembuhan luka
ibu nifas
6. Sebagai upaya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
yang digunakan untuk regenerasi sel-sel yang rusak 
1. Berikan informasi kepada ibu tentang
kebutuhannutrisi yang diperlukan ibu selma 1. Inf  
masa nifas ormasi yang diberikan pada klien akan menambah
 pengetahuan klien
2. Motivasi ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bernutrisi
2. M
otivasi yang diberikan pada ibu akan
3. Ajari ibu untuk tetap memenuhi nutrisinya menumbuhkan kemauan ibu untuk memenuhi
sesuai dengan kemampuan ibu kebutuhan nutrisinya

3. Ke
 butuhan nutrisi dapat dilakukan dengan berbagai
alternative cara

IV. IMPLEMENTASI

NO. DX/ MASALAH IMPLEMENTASI


1. Tanggal 1 Mei 2012 1. Menjalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan keluarga dengan bahasa yang ramah dan sopan
Pukul 09.00 WIB 2. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga bahwa kondisi klien dalam keadaan normal,
Dx : P3003 post partum namun karena luka jahitan perineumnya yang banyak, maka ibu harus merawat luka jahitan perineum
hari ke-2 dengan ruptur  tersebut supaya tidak terjadi infeksi
 perineum anterior dan 3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum secara rutin yaitu dengan
 posterior  membersihkan daerah genetalia dan jahitan dengan air bersih, kemudian mengeringkan daerah genetalia
tersebut dengan handuk kering, dan memakai pembalut yang bersih dan baru setiap kali selesai BAK atau
BAB
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap untuk memperlancar aliran darah ke
seluruh tubuh, sehingga proses involusi dan penyembuhan luka menjadi lancar 
5. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yaitu dengan mengkonsumsi 3-4 porsi makanan tinggi kalori dan
tinggi protein setiap hari dan minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
6. Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara dan menganjurkan ibu untuk melakukannya secara rutin
7. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara rutin minimal 2 jam sekali atau jika bayi menangis
untuk memenhui asupan nutrisi bayi dan membantu mempercepat proses involusi uteri ibu
8. Melakukan kolaborasi dengan SpOG untuk memberikan terapi sesuai kebutuhan
a/p dr. SpOG
Amoxicillin 500 mg 3x1
Asam Mefenamat 500 mg 3x1
Sulfat Ferros 2x1
9. Menganjurkan ibu untuk minum obat yang telah diberikan
sesuai dengan aturan
2. Masalah : Nyeri luka
 jahitan perineum 1. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa nyeri luka jahitan
 perineum adalah fisiologis karena adanya jaringan yang terputus
2. Memberikan motivasi ibu untuk selalu menjaga personal
higiene khususnya daerah genetalia
3. Mengajari ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan
 perineum
4. Memberikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya
3. Masalah : Kur angnya mobilisasi dini secara bertahap
 pengetahuan ibu tentang 5. Mengajari ibu senam nifas dan menganjurkan untuk  
 pentingnya asupan nutrisi memlakukannya secara rutin
ibu nifas 6. Menganjurkan ibu untuk tidak tarak makanan

1. Memberikan informasi kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi yang diperlukan ibu selma masa nifas yaitu
klien tidak boleh tarak terhadap makanan, khususnya makanan yang mengandung protein hewani, karena
untuk membantu proses penyembuhan luka perineum
2. Memberikan motivasi ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bernutrisi seperti yang disediakan pihak 
rumah sakit, selama ibu berada di rumah
3. Mengajari ibu untuk tetap memenuhi nutrisinya sesuai dengan kemampuan ibu yaitu dengan makan
makanan yang memenuhi nilai gizi yang diperlukan ibu selama masa nifas tetapi tidak terlalu mahal dan
sesuai dengan selera ibu, seperti protein bisa diperoleh dari kacang-kacangan, tahu tempe, telor dan ikan.
V. EVALUASI
Tanggal 1 Mei 2012 Pukul 13.00 WIB
Dx : P3003 post partum hari ke-2 dengan luka jahitan perineum bagian anterior dan
 posterior 
S : - Ibu dan keluarga mengatakan telah mengerti tentang penjelasan yang telah
diberikan
- Ibu mengatakan telah melakukan mobilisasi dini secara bertahap
dengan berjalan-jalan disekitar tempat tidur dan dan sudah dapat ke kamar 
mandi untuk membersihkan alat kelaminnya sendiri sesuai anjuran tanpa
 bantuan
- Ibu mengatakan telah menghabiskan porsi makanan yang disediakan
rumah sakit tanpa terkecuali dan minum air putih 2 gelas
- Ibu mengatakan selalu menyusui bayinya sesuai jadwal yang
ditentukan
- Ibu mengatakan sudah minum obat yang telah diberikan setelah makan
yaitu Amoxicillin 1 tablet dan Asam Mefenamat 1 tablet
O : - Ibu dapat mengulang semua penjelasan yang telah disampaikan petugas
- TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/mnt, S : 365 °C, RR : 22 x/mnt
- Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat, uc baik 
- Vulva dan vagina : terdapat luka bekas jahitan rupture perineum
anterior (labia mayora kanan dan kiri) dan rupture perineum posterior,
lokhea rubra ± 20 cc
A : P1001 post partum hari ke-2 dengan luka jahitan perineum bagian anterior 
dan posterior 
P : - Observasi TTV
- Kaji keluhan, keadaan umum, kontraksi uterus dan perdarahan
- Motivasi ibu untuk selalu melaksanakan semua anjuran petugas

Masalah : Nyeri luka jahitan perineum


S : - Ibu mengatakan telah mengerti tentang semua penjelasan yang telah
diberikan petugas
- Ibu mengatakan nyeri luka jahitan di kewanitaannya sudah berkurang
O : Ibu dapat mengulang penjelasan yang telah diberikan
A : Masalah nyeri luka jahitan perineum teratasi sebagian
P : Motivasi ibu untuk selalu melaksanakan semua penjelasan yang telah
diberikan petugas selama di rumah sakit dan ketika sudah di rumah

Masalah : Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu


nifas
S : Ibu mengatakan telah mengerti tentang semua penjelasan petugas
O : Ibu dapat mengulang penjelasan yang telah diberikan
A : Masalah kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu
nifas teratasi
P : Ingatkan ibu untuk selalu melaksanakan semua penjelasan yang tetah
diberikan petugas

Anda mungkin juga menyukai