Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SECTIO CAESAREA (SC)

I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono, 2009).
Periode pasca partum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali kekeadaan normal sebelum hamil
(Mochtar, 2011).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2009). Sectio caesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Sastrawinata, 2010).

B. Tanda Dan Gejala (Spesifikasi)


Menurut Manuaba (2017) spesifikasi persalinan dengan sectio caesaria
antara lain :
1. Prolog labour sampai neglected labour.
2. Ruptura uteri imminen
3. Fetal distress
4. Janin besar melebihi 4000 gr
5. Perdarahan antepartum
Sedangkan spesifikasi yang menambah tingginya angka persalinan
dengan sectio menurut Sastrawinata (2010) adalah :
1. Malpersentasi Janin
a. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi
merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki, keadaan dimana
janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
berada di bagian bawah kavum uteri
Ada 3 tipe letak sungsang
1) Presentasi bokong murni (frank breech) 50-7-% ,Pada presentasi
bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat
keatas sehingga ujungnya terdapatsetinggi bahu atau kepala janin,
pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
2) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) 5-10 % . Pada
presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba
kaki
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(incomplete or footling) 10-30% . Pada presentasibokong kaki tidak
sempurna hanya terdapat satu kaki disamping bokong ,sedangkan
kaki yang lain terangkat keatas.
b. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan /cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida
dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang
dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
c. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
2. Plasenta previa sentralis dan lateralis.
3. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
4. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama
letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the
twins), distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya.
5. Partus lama, partus tidak maju.
6. Pre-eklamsia dan hipertensi.
7. Distosia servik.

C. Adaptasi Fisiologi Dan Psikologi


Pada masa kehamilan dan setelah persalinanmenurut Martius (2013) ibu
akan mengalami beberapa perubahan pada dirinya, yang sering disebut
dengan adaptasi fisiologis dan psikologis pada ibu hamil dan melahirkan,
antara lain :
1. Involusi rahim: terjadi karena masing masing sel menjadi lebih kecil,yang
disebabkan karena adanya proses autolysis, dimana zat protein dinding
rahim dipecah diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air kencing.
2. Involusi tempat plasenta ; setelah persalinan tempat plasenta merupakan
tempat permukaan kasar tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan,dengan
cepat luka ini mengecil pada akhir minggu kedua, hanya sebesar 3-4cm
dan pada akhir nifas 1-2cm.
3. Perubahan pada serviks dan vagina; pada serviks terbentuk sel-sel otot
terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi, vagina teregang pada waktu
persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran yang normal.
4. Perubahan pembuluh darah rahim ; dalam kehamilan uterus mempunyai
pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan
tidak diperlukan bagi peredaran darah yang banyak,maka arteri tersebut
harus mengecil lagi saat nifas.
5. Saluran kencing ; dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga
menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan
pyelum kembali normal dalam 2 minggu.
6. Laktasi ; keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan
keadaan dalam kehamilan pada waktu ini.buah dada belum mengandung
susu melainkan colostrum. colostrum adalah cairan kuning yang
mengandung banyak protein dan garam
Menurut Bobak (2014) klasifikasi masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama ± 6-8 minggu
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan ataupun tahunan.
Gejala Klinis (Fisiologi Nifas) pada masa puerperium atau nifas
tampak perubahan dari alat – alat / organ reproduksi yaitu :
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi
fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :
TFU menurut masa involusi
INVOLUSI TFU BERAT
UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir ± 2 cm di bawah umbilicus dengan ± 1000
bagian fundus bersandar pada gram
promontorium sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilikus dan 500 gram
simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram

b. Vagina dan Perineum, pada post partum terdapat lochia yaitu


cairan/sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina. Macam –
macam lochia :
1) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban,
terjadi selama 2 hari pasca persalinan
2) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
3) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning.
Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
4) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
c. Payudara, pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh
hormon laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum
diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post
partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan
mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan
suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering
menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi.
d. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan, setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan
keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk
memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi
diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas, secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna menetap selamawaktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3) Defekasi, ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena
nyeri yang dirasakannya diperineum. Kebiasan buang air yang
teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
e. Sistem Perkemihan
Uretra dan kandung kemih, trauma bisa terjadi pada uretra dan
kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi
melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami
hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi.
f. Sistem Integumen, hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada
payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak
hilang seluruhnya.

D. Patofisiologi Dan Pathway


Adanya beberapa kelainan/ hambatan Menurut Harry (2012) pada proses
persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/ spontan,
misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC) (Sastrawinata, 2010).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamine dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi (Hidayati,
2010).
PATHWAY
Etiologi SC (Malpresentasi janin, Plasenta Previa, Fetal Distress, dll)

Tindakan SC

Adaptasi post partum Anestesi Pembatasan cairan peroral Insisi

Defisit
Psikologis Fisiologis Bedrest Penurunan saraf Resiko Perdarahan Luka
Perawatan
Ketidakseimbangan
Penurunan Diri simpatis Regenerasi sel Nyeri
Cairan
Laktasi Involusi Peristaltik Kondisi diri darah merah Resiko Infeksi
Prolaktin Pelepasan Obstipasi menurun Penurunan HB Gangguan
Meningkat desi dua Rasa Nyaman

Produksi ASI Kontraksi uterus ResikoCidera Keidakmampuan Penurunan suplai Gangguan


Resiko Cedera
meningkat Lochea miksi O2 dan sirkulasi Pola Tidur

Menyusui Efektif Ganggguan Resiko Aspirasi


Eliminasi Urin

Sumber : Hidayati(2010), Sastrawinata(2010)


E. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
1. Medis
Menurut Sastrawinata (2010) penatalaksanaan medisnya yaitu :
a. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6- 8
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6- 8 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = pethidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.

2. Keperawatan
Menurut Hidayati(2010) penatalaksanaan keperawatannya yaitu :
a. Perawatan awal
1) Periksa kondisi pasien,cek tanda vital tiap 15 menit
2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
3) Tranfusi jika diperlukan
4) Monitor adanya tanda perdarahan dan syok
b. Diet
1) Pemberian cairan per infus bisa dihentikan setelah pasien flatus
2) Pemberian makanan dan minuman
3) per oral setelah 6-10 jam post operasi
c. Mobilisasi
1) Mobilisasi bertahap mulai dari miring kanan dan kiri dimulai sejak 6-
10 jam post operasi
2) Latihan pernapasan dapat dilakukan sambil tidur terlentang
3) Hari kedua post operasi pasien bisa didudukan selama 5 menit
4) Latihan jalan dapat dilakukan pada hari ke 3 pasca operasi
d. Fungsi gastrointestinal
1) Jika tindakan tidak berat bisa langsung diberi diit cair
2) Jika ada tanda infeksi tunggu bising usus timbul
3) Jika pasien flatus bisa diberi makanan padat
4) Pemberian infus dilanjutkan sampai bisa minum dengan baik
e. Perawatan fungsi kandung kemih
1) Jika urin jernih kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan
2) Jika terjadi luka pada kandung kemih pertahankan kateter sampai
tujuh hari atau urine jernih
3) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada pasien,menghalangin involusio uterus,dan menyebabkan
perdarahan.kateter biasanya terpasang 24-48 jam.
f. Pembalutan dan perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan yang tidak terlalu banyak
jangan diganti
2) Jika agak kendor beri plester untuk mengencangkan,jangan diganti
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
F. Komplikasi
Menurut Hidayati (2010) komplikasi post partum SC adalah:
1. Infeksi puerperial
2. Perdarahan
3. Luka pada kandung kemih
4. Ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
5. Kematian perinatal
6. Sepsis

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas dan biodata klien
Meliputi nama, umur, alamat, agama, jenis kelamin, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis, menular, menahun dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin dan abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat sebelum kelahiran didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervaginam, kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM,
hipertensi, jantung.
d. Pola – pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang perawatan pasca
sectio caesaria, maka klien takut untuk bergerak dan melakukan
sesuatu tanpa instruksi dokter.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena keinginan
menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Biasanya terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak dan tidak cepat lelah.Selain itu ada pembetasan
aktifitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eliminasi
Sering susah B.A.K karena adanya edema trigono, infeksi
uretra.Konstipasi karena klien takut B.A.B.
e) Istirahat dan tidur
Terjadi perubahan pola tidur karena kehadiran bayi dan nyeri.
f) Pola hubungan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
orang lain.
g) Pola penanggulangan stress
Sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori kognitif
Klien merasakan nyeri pada luka jahitan, serta nyeri akibat
involusio uteri. Pola kognitif pada primipara terjadi kurang
pengetahuan dalam merawat bayinya.
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaannya serta keadaan
bayinya. Kecemasan pada diri dihubungkan dengan body image.
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual, yaitu perubahan dalam hubungan
seksual yang tidak adekuat karena nifas.
e. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk, kebersihan, kloasma gravidarum, benjolan.
b) Leher
Kadang ditemukan pembesaran kelenjar tiroid.
c) Mata
Kadang ditemukan pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva pucat.
d) Telinga
Biasanya bentuk simetris, bagaimana kebersihannya, adakah
cairan.
e) Hidung
Adakah polip,pernafasan cuping hidung.
f) Dada
Terdapat pembesaran payudara, hiperpigmentasi areola mammae
dan papila mammae.
g) Abdomen
Abdomen kendor, ada luka jahitan, fundus uteri 3 jari dibawah
pusat.
h) Genetalia
Pengeluaran lochea rubra, bagaimana kebersihannya.
i) Anus
Kadang terdapat hemorhoid
j) Ekstremitas
Perhatikan adanya edema
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan tekanan darah turun, suhu turun, nadi
dan pernafasan meningkat.

2. Diagnosa keperawatan (SDKI)


a. Nyeri Akut
b. Gangguan Rasa Nyaman
c. Gangguan Eliminasi Urin
d. Menyusui Tidak Efektif
e. Defisit Perawatan Diri
f. Resiko Aspirasi
g. Resiko Ketidakseimbangan Cairan
h. Resiko Cedera
i. Resiko Infeksi
#.

3. Rencana Keperawatan
N
Diagnosa Keperawatan Ekspektasi dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan intervensi Manajemen nyeri :
fisik (prosedur operasi)
selama ... Nyeri Akut Menurun, dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif : kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, dan
 Mengeluh nyeri
Utama intensitas nyeri
Objektif :
 Tampak meringis  Tingkat nyeri menurun 2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 Bersikap protektif
Tambahan mengurangi nyeri
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat  Fungsi gastrointestinal membaik 3. Jelaskan penyebab, periode, dan
 Sulit tidur
 Kontrol Nyeri membaik pemicu nyeri
Gejala dan tanda minor
Subjektif  Mobilitas fisik membaik 4. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
-
 Penyembuhan luka meningkat perlu
Objektif
 Tekanan darah meningkat  Perfusi miokard membaik
 Pola nafas berubah
 Perfusi perifer membaik
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu  Pola tidur membaik
 Menarik diri
 Status kenyamanan meningkat
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaforesis  Tingkat cedera menurun
2 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan intervensi Pengaturan Posisi :
Gejala penyakit
selama ... Gangguan Rasa Nyaman 1. Monitor status oksigenasi sebelum dan
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif : Meningkat, dengan kriteria hasil: sesudah mengubah posisi
 Mengeluh tidak nyaman Utama 2. Tempatkan pada posisi terapeutik
 Objektif :
 Status kenyamanan meningkat 3. Ajarkan cara menggunakan postur
Gelisah
Gejala dan tanda minor Tambahan yang baik dan mekanika tubuh yang
Subjektif
 Pola tidur membaik baik selama melakukan perubahan
 Mengeluh sulit tidur
 Tidak mampu rileks  Tingkat agitasi menurun posisi
 Mengeuh kedinginan/ kepanasan
 Tingkat ansietas menurun 4. Kolaborasi pemberian premedikasi
 Merasa gatal
 Merasa mual  Tingkat nyeri menurun sebelum mengubah posisi, jika perlu
 Merasa lelah
 Tingkat keletihan menurun
Objektif
 Menunjukan gejala distress
 Tampak merintih/ menangis
 Pola eleminasi berubah
 Postur tubuh berubah
 Iritabilitas
3 Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan intervensi Manajemen Eleminasi Urine :
kelemahan intrinsik spinkter uretra
selama ... Gangguan Eleminasi Urin 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi dan
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif : Menurun, dengan kriteria hasil: inkontinensia urine
 Mengeluh sulit berkemih
Utama 2. Batasi asupan cairan
Objektif :
 Distensi kandung kemih  Eleminasi urie membaik 3. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
 Berkemih tidak tuntas
Tambahan kemih
 Volume residu urine meningkat
Gejala dan tanda minor  Kontinensia urine membaik 4. Kolaborasi pemberian obat suposutoria
Subjektif
 Kontrol gejala meningkat uretra, jika uretra
 Pengeluaran urine tidak tuntas
Objektif  Status neurologis membaik
-
 Tingkat infeksi menurun
4 Menyusui efektif berhubungan dengan hormon Setelah dilakukan tindakan intervensi Promosi Laktasi :
ksitosinn dan prolaktin meningkat 1. Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu
selama ... Menyusui Efektif Meningkat,
Gejala dan tanda mayor: dan bayi
Subjektif : dengan kriteria hasil: 2. Fasilitasi ibu untuk rawat gabung atau
 Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui rooming in
Utama
Objektif : 3. Jelaskan pentingnya menyusui sampai
 Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar  Status menyusui meningkat 2 tahun
 Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar 4. Anjurkan ibu untuk memberikan
Tambahan
 Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam nutrisi kepada bayi hanya dengan ASI
 Berat badan bayi meningkat  Dukungan keluarga meningkat selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai
 ASI menetes atau memancar 2 tahun
 Dukungan sosial meningkat
 Suplai ASI adekuat
 Puting tidak lecet setelah minggu ke dua  Kinerja pengasuhan menningkat
Gejala dan tanda minor
 Perlekatan meningkat
Subjektif
-  Status menyusui bayi meningkat
Objektif
 Bayi tidur setelah menyusui
 Payudara ibu kosong setelah menyusui
 Bayi tidak rewel dan menangis setelah menyusui
5 Defisit perawatan diri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan intervensi Dukungan Perawatan Diri :
kelemahan 1. Identifikasi kebutuhan alat bantu
selama ... Defisit Perawatan Diri
Gejala dan tanda mayor: kebersihan diri, berpakaian, berhias,
Subjektif : Menurun, dengan kriteria hasil: dan makan
 Menolak melakukan perawatan diri 2. Dampingi dalam melakukan
Utama
Objektif perawatan diri sampai mandiri
 Tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian/  Perawatan diri meningkat 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik
makan/ ke toilet/ berhias secara mandiri Tambahan 4. Anjurkan melakukan perawatan diri
 Minat melakukan perawatan diri kurang secara konsisten sesuai kemampuan
 Fungsi sensori membaik
Gejala dan tanda minor
Subjektif  Koordinasi pergerakan meningkat
-
 Mobilitas fisik meningkat
Objektif
-  Motivasi meningkat
 Status kognitif meningkat
 Status neurologi meningkat
 Tingkat delirium membaik
 Tingkat demensia membaik
 Tingkat keletihan menurun
 Tingkat kenyamanan meningkat
 Tingkat nyeri menurun
6 Resiko aspirasi berhubungan dengan faktor resiko Setelah dilakukan tindakan intervensi Pencegahan Aspirasi :
gangguan menelan 1. Monitor status pernafasan
selama ... Resiko Aspirasi Menurun,
Kondisi klinis terkait : 2. Posisikan semi Fowler (30-45 derajat)
1. Cedera kepala dengan kriteria hasil: 30 menit sebelum memberi asupan
2. Stroke oral
Utama
3. Cedera medula spinalis 3. Anjurkan makan secara perlahan
4. Guillain barre syndrom  Tingkat aspirasi menurun 4. Beri obat oral dalam bentuk cair
5. Penyakit parkinson
Tambahan
6. Keracunan obat atau alkohol
7. Pembesaran uterus  Kontrol mual/ muntah mebaik
8. Miestenia gravis
 Kontrol resiko membaik
9. Fistula trakeoesofagus
10. Striktura esofagus  Status menelan membaik
11. Labiapalatoskizis
 Status neurolgis membaik
12. Atresia esofagus
13. Laringomalasia
14. Prematuritas
7 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan intervensi Manajemen Cairan :
dengan faktor resiko prosedur pembedahan mayor 1. Monitor status hidrasi
selama ... Gangguan Eleminasi Urin
Kondisi klinis terkait : 2. Monitor status hemodinamik
1. Prosedur pembedahan mayor Menurun, dengan kriteria hasil: 3. Catat intake-output dan hitungan
2. Penyakit ginjal dan kelenjar balans cairan selama 24 jam
Utama
3. Perdarahan 4. Berikan cairan intravena jika perlu
4. Luka bakar  Eleminasi urie membaik
Tambahan
 Kontinensia urine membaik
 Kontrol gejala meningkat
 Status neurologis membaik
 Tingkat infeksi menurun
8 Resiko cedera berhubungan dengan faktor resiko Setelah dilakukan tindakan intervensi Pencegahan Cedera :
hipoksia jaringan 1. Identifikasi area lingkungan yang
selama ... Resiko Cedera Menurun,
Kondisi klinis terkait : berpotensi menyebabkan cedera
1. Kejang dengan kriteria hasil: 2. Sosialisasikan pasien dan keluarga
2. Sinkop dengan lingkungan ruang rawat
Utama
3. Vertigo 3. Sediakan pencahayaan yang memadai
4. Gangguan penglihatan  Tingkat cedera menurun 4. Anjurkan berganti posisi perlahan dan
5. Gangguan pendengaran duduk selama beberapa menit sebelum
Tambahan
6. Penyakit parkinson berdiri
7. Hipotensi  Fungsi sensori membaik
8. Kelainan nervus vestibularis  Keamanan lingkungan rumah
9. Retardasi mental
meningkat
 Keseimbangan membaik
 Kinerja pengasuhan meningkat
 Kontrol kejang meningkat
 Koordinasi pergerakan meningkat
 Monilitas membaik
 Orientasi kognitif meningkat
 Tingkat delirium membaik
 Tingkat demensia menurun
 Tingkat jatuh menurun
9 Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko Setelah dilakukan tindakan intervensi Pencegahan Infeksi :
efek prosedur invasif
selama ... Resiko Infeksi Menurun, 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
Kondisi klinis terkait :
1. AIDS dengan kriteria hasil: dan sistemik
2. Luka bakar
Utama 2. Cuci tangan sebeum dan sesudah
3. Penyakit paru obstruksi kronis
4. Diabetes melitus  Tingkat infeksi menurun kontak dengan pasien dan lingkungan
5. Tindakan invasif
Tambahan pasien
6. Kondisi penggunaan terapi streoid
7. Penyalahgunaan obat  Integritas kulit dan jaringan membaik 3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
8. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
 Kontrol resikko membaik dan luka operasi
9. Kanker
10. Gagal ginjal  Status Imun meningkat 4. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
11. Immunosupresi  Status nutrisi meningkat perlu
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
4. Evaluasi
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid adalah:
a. Diagnosa 1:Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (tindakan
pembedahan)
Evaluasi : Mampu mengontrol nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), dan tanda vital dalam rentang normal
b. Diagnosa 2: Resiko kekurangan volume cairan berubungan dengan
kehilangan cairan aktif
Evaluasi : Mempertahankan urine output sesuai usia dan BB, BJ urine
normal, hematokrit normal, tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan dalam
batas normal, dan tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus berlebihan
c. Diagnosa 3: Defisit perawatan diri berhubungan dengan immobilisasi;
kelemahan.
Evaluasi: Klien terbebas dari badan yang kotor dan berbau, menyatakan
kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs, dan dapat
melakukan ADLs dengan bantuan
d. Diagnosa 4: Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasiv
Evaluasi : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, mendiskripsikan proses
penularan penyangkit, faktor yang memengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya, dan menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
b. Diagnosa 5: Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ketidakstabilan
hormone
Evaluasi : Pengeluaran ASI lancer, palpasi payudara : kencang terisi ASI, dan
bayi tampak kenyang
DAFTAR PUSTAKA

Bobak.2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data.Jakarta.


Salemba Medika
Bulechek,M.Gloria et all.2018.Nursing Intervention Classification Sixth
Edition.Elseiver.Missouri
Harry.2012. Patologi dan Fisiologi Persalinan.Jakarta, yayasan Essentia Medika
Herdman,TH & Kamitsuru.2019.Nursing Diagnosis Definition And Classification
2019-2021Twelve Edition.Wiley Balckwell.Oxford
Hidayati. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 3. Jakarta. ECG
Hadijono Soerjo. 2009. Development of Clinical Training Models for Comprehensive
Emergency Obstetrics and Neonatal Care (Ceonc/Ponek) and Facilitative
Supervision for Improving Hospital Performance. Jakarta. Media Medika
Indonesiana
Manuaba . 2017. Keperawatan Maternitas. Jakarta .ECG
Martius .2013.Gadar obstetric & Ginekologi. Jakarta . ECG
Moorhead,sue et all.2019.Nursing Outcomes Classification Fifth Edition. Elsevier.
Missouri
Mochtar.2011.Konsep Asuhan Kebidanan.JHPIEGO.Jakarta
Muchtar.2015. Obstetri Patologi,cetakan I.Jakarta:EGC
Sastrawinata .2010.Sinopsis Obstetry Jilid 2. Medika Aesculapsus.Jakarta
Sarwono Prawiroharjo.2009.Ilmu Kebidanan, edisi 4 cetakan II.Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI
POST PARTUM SECTIO CAESAREA (SC)

Disusun oleh
BRAM SURYA WIDI
NIM : SN191025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai