Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN PERSALINAN KALA III


DOSEN PENGAMPU:

U. EVI NASLA, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh:

Mahmudah 211084
Cinta 221136
Nur Resya 221157
Selisari 221173

AKADEMI KEBIDANAN SINGKAWANG

TAHUN AKADEMI 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya lah sehinga penulis dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan dengan lancar dan tidak ada hambatan telah penulis selesaikan makalah
yang berjudul “ ASUHAN PERSALINAN KALA III” untuk memenuhi tugas
mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL Dengan dosen
pengampu U.EVI NASLA,S.ST.M.kes yang telah membimbing kami sehinga
makalah kami bisa selesai. semoga nantinya makalah ini bisa berguna bagi
masyarakat dan teman teman mahasiswa sebagai sumber pembelajaran
kedepannya mengucapkan mohon maaf apabila adanya kekurangan dan kesalahan
kata yang terdapat dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak yang telah membaca makalah ini.

Singkawang, 20 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Persalinan Kala III........................................................................................3

1. Definisi Persalinan Kala III...................................................................3

2. Fisiologi Persalinan Kala III.................................................................3

B. Manajemen Aktif Kala (MAK) III................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan sebuah proses yang berlangsung secara normal
dengan atau tanpa bantuan tenaga kesehatan. Meskipun proses tersebut
merupakan suatu hal yang normal namun menurut hasil penelitian, persalinan
tetap berpotensi mengalami komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan
bayi. Oleh karena itu, tenaga kesehatan tetap memerlukan pengetahuan yang
luas serta keterampilan atau keahlian yang dapat digunakan untuk mengatasi
suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya komplikasi selama proses
persalinan (Walyani, 2019).
Persalinan kala III merupakan tahapan. berikutnya setelah proses kala
Il terlewati, dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta. Kala III
persalinan diawali setelah lahirnya bayi dan diakhiri dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban.
Pelepasan plasenta terjadi pada kala III persalinan, mengakibatkan
peningkatan tekanan pada fundus dan kontraksi uterus secara simultan. Hal ini
menyebabkan penyusutan rahim, mengakibatkan perlekatan yang sangat kecil
dari plasenta ke dinding rahim, dan pemisahan lebih lanjut dari plasenta dari
dinding rahim. Pada kala III persalinan, jika kontraksi rahim lemah atau gagal
berkontraksi, ada bahaya perdarahan yang dikenal dengan atonia uteri. Jika
tidak segera diatasi maka akan terjadi perdarahan postpartum, yaitu
perdarahan yang melebihi batas pasca persalinan. persalinan kala III
merupakan salah satu tahapan persalinan yang relatif singkat, namun dapat
berbahayakan karena kemungkinan adanya risiko perdarahan yang dapat
menyebabkan kematian ibu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari kala III?
2. Apa fisiologi kala III
3. Apa saya manajemen aktif kala III

1
4. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan pada plasenta , selaput ketuban
dan tali pusat
5. Apasaja yang akan dilakukan pemantauan pada kala III

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fisiologis kala III
2. Untuk mengetahui manajemen aktif kala III
3. Untuk mengetahui pemantauan kala III
4. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan plasenta

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persalinan Kala III

1. Definisi Persalinan Kala III


Persalinan kala III merupakan tahapan. berikutnya setelah proses
kala Il terlewati, dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta. Kala
III persalinan diawali setelah lahirnya bayi dan diakhiri dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Keluarnya plasenta berlangsung tidak lebih
dari setengah jam setelah bayi lahir. Rahim terasa kencang ketika berada
di atas bagian tengah, dan rahim akan berkontraksi kembali setelah
beberapa menit untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Pelepasan plasenta terjadi pada kala III persalinan, mengakibatkan
peningkatan tekanan pada fundus dan kontraksi uterus secara simultan.
Hal ini menyebabkan penyusutan rahim, mengakibatkan perlekatan yang
sangat kecil dari plasenta ke dinding rahim, dan pemisahan lebih lanjut
dari plasenta dari dinding rahim. Pada kala III persalinan, jika kontraksi
rahim lemah atau gagal berkontraksi, ada bahaya perdarahan yang dikenal
dengan atonia uteri. Jika tidak segera diatasi maka akan terjadi perdarahan
postpartum, yaitu perdarahan yang melebihi batas pasca persalinan.
persalinan kala III merupakan salah satu tahapan persalinan yang relatif
singkat, namun dapat berbahayakan karena kemungkinan adanya risiko
perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu.

2. Fisiologi Persalinan Kala III


a. Mekanisme Pelepasan Plasenta
Pemeriksaan kandung kemih, kontraksi, dan tinggi fundus uteri
akan dilakukan pada kala III persalinan. Secara teori, pemeriksaan
kantong urin dilakukan untuk memastikan bahwa kantong urin tidak
penuh, karena kantong urin yang penuh dapat menghalangi kontraksi
rahim, sehingga kontraksi rahim menjadi kurang optimal. Ini juga

3
terkait dengan TFU dan pada akhirnya, pelepasan plasenta. Proses
kelahiran atau pengeluaran plasenta akan berjalan normal jika
kontraksi uterus baik. Plasenta harus dikeluarkan selambat-lambatnya
30 menit setelah bayi Lahir.
Otot-otot rahim berkontraksi pada kala III persalinan. Menyusul
penurunan volume rongga rahim setelah bayi lahir. Karena
pengosongan rongga rahim dan dilanjutkan dengan adanya kontraksi
sehingga menyebabkan plasenta terlepas dari perlekatannya dan darah
berkumpul di ruang uteroplasenta. Penyusutan menyebabkan ukuran
dari tempat implantasi plasenta mengecil. ketika letak perlekatan
plasenta mengecil tetapi untuk ukuran plasenta tidak mengalami
perubahan atau tetap sama, plasenta akan terlipat, menebal, kemudian
selanjutnya dikeluarkan dari dinding rahim sehingga membuat plasenta
terlepas dari dinding uterus. Plasenta akan turun ke bagian bawah
rahim dan menuju kebawah dari rahim atau vagina bagian atas.
Perlu diketahui bahwa di Indonesia, 30 persen kematian ibu
diakibatkan karena perdarahan postpartum pada persalinan kala III.
Atonia uteri menyumbang dua pertiga dari perdarahan postpartum pada
wanita yang baru saja melahirkan. Setelah kala || persalinan berlalu,
plasenta terlepas dari dinding rahim, menyebabkan kontraksi rahim
(secara spontan atau dengan rangsangan). Berat plasenta dapat
memudahkan selaput ketuban terlepas dan dapat dikeluarkan lebih
mudah. Lokasi perlekatan plasenta mempengaruhi kecepatan
pemisahan plasenta dan mekanisme pelepasan plasenta.
b. Tanda dan gejala pelepasan plasenta
Setelah proses persalinan kala Il selesai, dilanjutkan dengan kala
III persalinan, tahapan yang sangat penting untuk dipahami karena
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban, yang biasa dikenal sebagai kala III persalinan atau
pengeluaran plasenta. Dalam waktu sekitar 5-10 menit, kontraksi
rahim akan berhenti. Karena retraksi otot rahim, plasenta mulai

4
terpisah pada lapisan Nitabusch dengan lahirnya bayi. Peregangan tali
pusat terkendali (PTT) akan dilakukan pada kala III persalinan,
kemudian 10 IU oksitosin akan diberikan secara intramuskular (IM)
untuk membantu kontraksi uterus dan meminimalkan terjadinya
perdarahan postpartum.
Lepasnya plasenta ditandai dengan:
1) Bentuk fundus dan tinggi fundus mengalami perubahan
Uterus benar-benar berubah berbentuk bulat saat setelah bayi
dilahirkan dan sebelum dimulainya kontraksi pada meometrium,
dan biasanya ketinggian fundus uteri akan menurun di bawah
pusat. Uterus menjadi bulat dan fundus berada di atas pusat setelah
uterus berkontraksi dan plasenta didorong kearah bawah (sering
kali diarahkan ke kanan).
2) Tali pusat memanjang
Adanya tanda ahfeld yaitu tali pusat terjulur melewati bagian vulva
dan vagina atau tali pusat tampak memanjang keluar.
3) Semburan darah yang muncul secara tiba-tiba
Darah yang terkumpul di retroplasenta(diantara tempat implantasi
dan permukaan maternal plasenta ) akan melepas plasenta dari
tempat pelekatan di dinding uterus. Jika dikumpulkan darah dalam
ruangan dinding uterus dan plasenta telah melebihi kapasitas
penampungan maka darah akan keluar dari tepi plasenta yang
terlepas.
Darah di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar, yang akan dibantu oleh gaya gravitasi. Darah telah
terakumulasi antara tempat perlekatan plasenta dan bagian
maternal dari permukaan plasenta dan dikeluarkan melalui plasenta
yang terlepas sehingga muncul semburan darah secara tiba-tiba
dari jalan lahir.
c. Teknik untuk pengeluaran plasenta
Berikut ini adalah prosedur untuk pelepasan plasenta:

5
1) Teknik ekspulsi schulze
Sekitar 80% saat plasenta terlepas dari uterus, mirip seperti
menutup payung. Bagian tengah plasenta adalah bagian pertama
yang dipisahkan, diikuti oleh hematoma retroplasenta yang
menolak plasenta, dimulai dari bagian tengah dan berlanjut ke
seluruh plasenta. Sebelum plasenta lahir, biasanya terjadi
pengeluaran darah, dan setelah plasenta lahir, ada banyak
pengeluaran darah.
2) Teknik ekspulsi matthew ducan
Darah akan merembes keluar di antara selaput ketuban saat
plasenta terlepas, oleh karena itu perdarahan akan terjadi sejak
sebagian plasenta terlepas sampai seluruh plasenta terlepas.
Plasenta letak rendah lebih rentan terhadap pelepasan plasenta
seperti ini. Otot-otot rahim akan berkontraksi, pembuluh darah
akan terjepit, dan pendarahan akan berhenti setelah plasenta
terlepas. Plasenta akan lahir spontan kurang dari enam menit
setelah bayi lahir dalam keadaan normal.
d. Prasat untuk melihat apakah plasenta sudah terlepas
Dibawah ini merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
melihat apakah plasenta telah terlepas.
1) Kustner
Regangkan tali pusat dengan tangan di atas simphisis/memberikan
penekanan pada simphisis, plasenta belum terlepas apabila tali
pusat masuk kedalam dan plasenta sudah terlepas apabila tali pusat
diam dan memanjang (ke depan).
2) Klein
Lakukan sedikit dorongan pada rahim saat uterus mengalami
kontraksi, jika plasenta belum terlepas makan tali pusat akan
kembali dan apabila plasenta sudah terlepas maka tali pusat
diam/turun,

6
3) Strassman
Dimana plasenta belum terlepas apabila pada saat tangan sebelah
kanan penolong melakukan peregangan pada tali pusat dan
kemudian tangan kiri mengetuk bagian dari fundus uteri dan terjadi
getaran. Jika tidak bergetar, plasenta sudah terlepas.
4) Manuaba
Memegang uterus di segmen rahim dengan tangan kiri, sedangkan
tali pusat dikencangkan dengan menggunakan tangan kanan,
terlepasnya plasenta apabila tarikan terasa berat disertai dengan tali
pusat tidak memanjang dan apabila plasenta terlepas maka tarikan
terasa ringan disertai dengan memanjangnya tali pusat.
5) Crede
Melakukan pemijatan pada bagian. uterus sama seperti memeras
jeruk untuk melepaskan plasenta dari dinding. rahim.Kemudian
pijat rahim dengan memberikan penekanan sedikit ke bawah
dengan empat jari berada di dinding rahim bagian belakang
kemudian ibu jari di fundus bagian depan tengah, Pijat rahim saat
berkontraksi
e. Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban dan tali pusat
1) Kotiledon : kotiledon berjumlah 15 - 20 buah
2) Periksa bagian maternal : bagian yang terletak pada dinding uterus,
pastikan semua lengkap dan utuh .
3) Apabila ada bagian bagian plasenta yang robek atau terpisah
pastikan tidak ada bagian yang hilang.
4) Memeriksa bagaian fetel : bagaian yang menghadap ke bayi,
memastikan bahwa tidak ada lagi lobus tambahan ( plasenta
suksenturiata)
5) Mengevaluasi : untuk memastikan kelengkapannya apabila ada yang
robek pasangkan bagian tersebut untuk memastikan tidak ada
bagian yang hilang

7
6) Membereskan plasenta : memasukan plasenta kedalam wadah atau
tempat khusus yang sudah dilapisi dengan plastik.

B. Manajemen Aktif Kala (MAK) III


Dalam pertolongan persalinan secara normal, Manajemen Aktif Kala III
(MAK) sangat penting. Manajemen aktif pada kala III ini harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan persalinan normal. Manajemen pada kala ketiga ini yaitu
memastikan uterus berkontraksi secara adekuat untuk mengurangi kehilangan
darah, memperpendek kala, dan mengurangi risiko tertinggalnya plasenta pada
uterus. Pemberian oksitosin atau uterotonika dan penegangan pada tali pusat
secara terkendali (PTT) serta stimulasi taktil pada dinding rahim atau fundus
adalah tiga Langkah utama manajemen aktif selama tahap 3.
Berdiri di samping ibu dan pindahkan 5-20 cm penjepit dari vulva dan
peganglah penjepit. PTT adalah metode untuk mengontrol tegangan tali pusat.
Tangan yang dilapisi kain harus diletakkan di Segmen Bawah Rahim (SBR)
atau dinding rahim dan suprasympisis. Lakukan dorsokranial pada saat terjadi
his/kontraksi; jika plasenta belum dilahirkan, ulangi prosedur ini sekali lagi
(jangan paksa)
a. Keuntungan
Keuntungan dari Manajemen Aktif Kala (MAK) Ⅲ:
1) Kala ketiga ini menjadi lebih pendek
2) Dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum karena jumlah
perdarahan yang berkurang
3) Kejadian retensio plasenta menurun
b. Tujuan
Manajemen aktif dari kala III bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
kontraksi uterus guna menjadikan durasi kala III lebih singkat, mencegah
terjadinya perdarahan, dan mengurangi jumlah darah yang hilang pada
kala ini. Kejadian atonia uteri dan tertahannya plasenta dapat dicegah
dengan cara melakukan MAK III secara aktif setelah melahirkan
Penatalaksanaan kala III secara aktif diharapkan dapat mempercepat kala
III persalinan, mencegah dari perdarahan, dan mengurangi hilangnya darah

8
dengan membuat uterus lebih efektif berkontraksi. Perdarahan postpartum
karena atonia uteri atau tertahannya plasenta merupakan alasan utama
terjadinya morbiditas dan mortalitas ību di Indonesia, terhitung 25 sampai
29 persen dari seluruh morbiditas dan mortalitas ibu di negara ini. Hal ini
dapat dicegah dengan melalui penatalaksanaan manajemen aktif kala
ketiga dari persalinan.
Manajemen aktif kala ketiga ini bertujuan untuk mencapai hal-hal berikut:
1) Mencapai kontraksi rahim yang memadai sambil juga mengurangi
persalinan kala III waktu
2) Pengurangan kehilangan darah tercapai
3) Retensi plasenta menurun
4) Efektivitas kontraksi rahim meningkat
5) Pengeluaran plasenta dan membran secara aktif dibantu dengan MAK
III
Penatalaksanaan dari prosedur MAK III yakni melakukan
penegangan tali pusat terkendali (PTT), pemberian oksitosin, dilakukan
dengan segera berkorelasi dengan risiko perdarahan postpartum yang lebih
rendah.
Hasil penelitian Yuni Ginarsih dan Sherly Jeniawaty pada tahun
2017 dapat disimpulkan bahwa berkurangnya angka kesakitan dan
kematian ibu nifas apabila penatalaksanaan MAK III dilakukan secara
tepat. Hasil penelitian dan teori yang dikemukakan bahwa penurunan
resiko terjadinya hemorrhagic post partum/perdarahan post partum pada
ibu nifas terjadi apabila dilakukan manajemen aktif kala III dengan tepat.
American College of Obstetricians and Gynecologists melakukan
penelitian pada tahun 2005 yang menemukan bahwa dari 6.588 wanita
yang melahirkan, 355 (5,1 persen) mengalami perdarahan postpartum
dengan durasi lebih dari 18 menit pada kala tiga, hal ini terjadi karena
waktu kala tiga persalinan mengalami durasi yang lebih lama, yakni lewat
18 menit. Apabila lama kala III lebih dari 30 menit, maka wanita

9
mengalami perdarahan pasca persalinan lebih banyak sebanyak enam kali
lipat, dibandingkan dengan lama kala III yang kurang dari 30 menit.
c. Prosedur pelaksanaan MAK III
Suntikan oksitosin, kontrol tegangan tali pusat, dan pijat fundus
uteri adalah (MAK) pada tahap III.
1) Pemberian suntik oksitosin
a) Alat dan bahan yang dibutukan disiapkan untuk melakukan
manajemen aktif tahap III.
b) Bayi yang dibungkus dengan kain diberikan kepada ibu sesegera
mungkin untuk disusui.
c) Pastikan perut ibu tertutup kain bersih
d) Pastikan tidak ada bayi lain di dalam rahim.
e) Beri tahu ibu bahwa suntikan akan diberikan
f) Satu menit setelah kelahiran bayi, 10 IU suntikan intramuskular
oksitosin harus diberikan segera di sepertiga atas paha kanan luar.
2) Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
a) Tepat di sebelah ibu adalah bidan.
b) Pastikan tali pusat yang dijepit pada kala II persalinan dipindahkan
sekitar 5 sampai 10 cm dari vulva.
c) Tepat di atas tulang kemaluan, letakkan tangan satunya di atas
perut ibu (tutupi dengan kain).
d) Regangkan memegang tali rahim pusat dan saat periksa kontraksi
rahim dengan tangan.
e) Tekan ke bawah atas (dorso-kranial) tubuh rahim dengan tangan di
dinding perut setelah kontraksi yang kuat dan regangkanlah tali
pusat.
f) Untuk mencegah terjadinya invertio uteri, tindakan dilakukan
secara hati- hati.
g) Apabila plasentanya belum terlepas, tunggulah sampai ada
kontraksi yang adekuat (sekitar 2-3 menit).

10
h) Pastikan untuk mengencangkan kembali tali pusar ke bawah segera
setelah kontraksi dimulai. Tetap menekan korpus ke bagian dorso-
kranial sampai plasenta terlepas dari tempatnya.
i) Hentikan PTT pada saat 30-40 detik memulai PTT, plasentanya
belum turun dan tidak ada tanda-tanda dari lepasnya plasenta.
j) Pegang klem dan tali dengan kuat di tangan, sambil menunggu
kontraksi berikutnya terjadi. Saat tali pusat lebih panjang,
sesuaikan klem agar lebih dekat dengan perineum. Persalinan
plasenta bisa menjadi proses yang panjang. jadi bersabarlah.
k) Ulangi tekanan PTT dan dorsokranial pada uterus pada kontraksi
berikutnya. Saat merasakan plasenta terlepas dari dinding rahim,
ulangi langkah-langkah ini setiap kontraksi.
l) Anjurkan ibu mengejan agar plasenta dapat terlepas dan masuk ke
dalam introitus vagina setelah lepas. Pertahankan tali pusat dalam
posisi ke bawah, mengikuti jalan jalan lahir.
m) Lanjutkan untuk melahirkan plasenta menggunakan kedua tangan
ketika sudah terlihat di introitus vagina. Sangatlah mudah selaput
ketuban robek, maka pegang kedua ujung plasenta dan putar
perlahan.
n) Untuk melepaskan selaput ketuban, tarik tali ketuban secara
perlahan dan lembut.
3) Masase bagian fundus uteri
a) Meletakkan telapak tangan di atas fundus uteri dan tarik napas
melalui hidung.
b) Beritahu ibu bahwa tindakan ini dapat menyebabkan
ketidaknyamanan baginya. Ajarkan ibu untuk tenang dan bernapas
dalam-dalam.
c) Perlahan tapi pasti, gerakkan tangan di sekitar fundus uteri dengan
gerakan melingkar agar rahim berkontraksi. Penatalaksanaan atonia
uteri harus dilakukan jika tidak ada kontraksi dalam waktu 15
detik.

11
d) Pastikan plasenta dan bagian selaput ketubannya utuh lengkap.
e) Agar semuanya sudah dipastikan lengkap dan utuh, periksalah
bagian sisi ibu dari plasenta terlebih dahulu.
f) Pastikan bahwa tidak adanya elemen dari plasenta yang lepas
dengan menempelkan kembali elemen yang robek atau terlepas
tersebut.
g) Plasenta yang disuccenturiated tidak dapat ada jika bagian janin
dari plasenta diperiksa secara menyeluruh.
h) Untuk memastikan membran lengkap, lakukan pemeriksaan.
i) Pastikan rahim berkontraksi dengan benar dengan memeriksanya
setelah satu hingga dua menit. Ulangi pemijatan fundus uteri jika
rahim tidak berkontraksi.
j) Ibu dan keluarga/pendamping harus diajarkan cara melakukan pijat
rahim sehingga jika rahim tidak berkontraksi dengan baik, dapat
langsung terlihat.
k) Perhatikan kontraksi dari rahim setiap 15 menit pada satu jam
pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit selama jam yang
kedua, perhatikan kontraksi rahim.
l) Jadikan tempat tidur ibu bersih dan ibu menjadi nyaman.
Dekontaminasi instrumen yang telah dipakai dengan merendamnya
dalam larutan klorin.
m) Sarung tangan dilepaskan dan celupkan tangan ke dalam larutan
klorin, lalu balikkan dan lepaskan. Gunakan sabun dan air untuk
mencuci tangan dan keringkan
d. Tindakan-tindakan yang keliru pada saat Manajemen Aktif Kala III
1) Pada saat plasenta belum lahir, dilakukannya massase fundus uteri.
2) Dikeluarkannya plasenta, padahal plasentanya belum terlepas
semuanya.
3) Dalam mengevaluasi pelepasan plasenta kurang kompeten.
4) Melakukan rutinitas pemasangan kateter.
5) Menunggu waktu plasenta terlepas dengan tidak sabar.

12
e. Kesalahan intervensi pada Manajemen Aktif Kala (MAK) III
1) Inversion uteri
Pelaksanaan penegangan tali pusat yang begitu kuat menyebabkan
rahim menjadi keluar dan berbalik.
2) Ketika plasenta belum lepas dan penarikan pada tali pusat yang begitu
kuat menyebabkan tali pusat terputus.
3) Terjadi syok
f. Waktu normal Manajemen Aktif Kala (MAK) III
Tahap kala ketiga biasanya berlangsung antara 5 dan 15 menit
(11). Setelah kelahiran bayi, tahap kala ketiga dimulai dan diakhiri dengan
pengangkatan plasenta dan selaput ketuban. Primipara dan multipara
sekitar 15 sampai 30 menit untuk menyelesaikan persalinan tahap ketiga
ini. Ibu nifas akan mengalami lebih sedikit pendarahan jika persalinan kala
III selesai Lebih cepat. Bila kala ketiga ini berlangsung 30 menit lebih,
risiko perdarahan meningkat, karena pelepasan plasenta rata-rata 5 sampai
15 menit.
Menurut Liao JB (2005) pengeluaran plasenta secara spontan
biasanya antara 5 sampai 30 menit. Waktu persalinan lebih dari 30 menit
dikaitkan dengan risiko perdarahan pasca persalinan yang lebih tinggi dan
merupakan indikasi untuk manual plasenta atau intervensi lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian Nita Ike Dwi K, menunjukkan bahwa
kala Ill persalinan Lebih lama dibandingkan kala III, dengan selisih 15
menit. Karena kelainan pada rahim dan plasenta, serta sifat plasenta, hal
ini dapat menyebabkan leher rahim berkontraksi dan menahan plasenta,
mengakibatkan anestesi dan kala tiga persalinan lebih lama.

13
DAFTAR PUSTAKA

Elvira. Dkk. 2023. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Kala III.
Mhakarya Citra Utama Group.

Lilis, Dewi Nopiska. Dkk. 2023. Bunga Rampai Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Media Pustaka Indo.

14

Anda mungkin juga menyukai