PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kala tiga disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta, kala tiga merupakan lanjutan dari kala satu (kala pembukaan) dan
kala dua (kala pengeluaran bayi). Dengan demikian, berbagai aspek yang
akan dihadapi pada kala tiga sangat berkaitan dengan apa yang telah
dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya. Kala tiga dimulai setelah bayi
lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Tujuan
manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu dan mencegah
pendarahan.
Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar
disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat
dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga. Fisiologi kala tiga
yaitu Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Tempat
perlekatan menjadi semakin mengecil, ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turunke bagian bawah uterus atau ke
dalam vagina. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan
menekan semua pembuluh darah sehingga akan menghentikan
perdarahan dari tempat melekatnya plasenta. Sebelum uterus
berkontraksi, dapat terjadi kehilangan darah350-560 cc/menit dari tempat
pelekatan plasenta.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kala III persalinan ?
2. Bagaimana fisiologi terjadinya kala III persalinan ?
3. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada kala III persalinan ?
4. Bagaimana tindakan yang semestinya Bidan lakukan pada kala III
persalinan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kala III persalinan
2. Untuk mengetahui fisiologi terjadinya kala III persalinan
3. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada kala III persalinan
4. Untuk mengetahui tindakan yang semestinya Bidan lakukan pada kala
III persalinan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Fisiologi Pelepasan Plasenta
4
Pengeluaran plasenta mekanisme Duncan adalah pelahiran
plasenta dengan presentasi sisi maternal. Presentasi ini diduga terjadi
akibat pelepasan pertama kali terjadi pada bagian pinggir atau perifer
plasenta. Darah keluar di antara membran dan dinding uterus dan
terlihat secara eksternal. Plasenta turun ke samping dan kantong
amnion, oleh karena itu, tidak terbalik, tetapi tertinggal di belakang
plasenta untuk pelahiran. Menurut Sulistyawati (2012: 157), segera
setelah bayi dan air ketuban sudah tidak berada di dalam uterus,
kontraksi uterus akan terus berlangsung dan ukuran rongganya akan
mengecil. Pengurangan dalam ukuran ini akan menyebabkan
pengurangan dalam ukuran situs penyambungan plasenta. Oleh karena
situs sambungan tersebut menjadi lebih kecil, plasenta menjadi lebih
tebal dan mengkerut serta memisahkan diri dari dinding uterus
5
C. Tanda-Tanda Pelepsan Plasenta
1. Semburan darah dengan tiba-tiba Semburan darah ini disebabkan
karena penyumbatan retroplasenter pecah saat plasenta lepas.
2. Pemanjangan tali pusat Hal ini disebabkan karena pasenta turun ke
segmen uterus yang lebih bawah atau rongga vagina.
3. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat).
Perubahan bentuk ini disebabkan oleh kontraksi uterus.
4. Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus didalam abdomen
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sesaat setelah plasenta
lepas TFU akan naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan
plasenta ke segmen uterus yang lebih bawah.
6
D. Menganalisis Kasus Kala III Persalinan
“ Seorang ibu sudah melahirkan 15 menit yang lalu, kontraksi
rahim ibu sedang, kandung kemih penuh, dan pendarahan(-).
1. Masalah yang tidak normal pada kasus diatas adalah :
a. Kontraksi ibu sedang
b. Kandung kemih penuh
c. Perdarahan (-)
2. Yang normalnya adalah :
a. Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Tempat perlekatan menjadi
semakin mengecil, ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau ke dalam vagina.
b. Pada kala persalinan, Bidan menyarankan ibu untuk lebih
sering buang air kecil jika terasa keinginan untuk berkemih.
Karena pada kasus diatas, jika dalam proses kala III
terdapat kandung kemih penuh itu akan mengakibatkan
resiko terjadinya retensio plasenta yaitu lamanya
pengeluaran plasenta dikarenakan plasenta terhalang oleh
kandung kemih yang penuh atau menonjol sehingga
plasenta sulit atau lama untuk keluar. Normalnya pelepasan
plasenta ini berkisar 15-30 menit sesudah anak lahir.
c. Perdarahan (-) .Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan
berkontraksi dan menekan semua pembuluh darah
sehingga akan menghentikan perdarahan dari tempat
melekatnya plasenta. Sebelum uterus berkontraksi, dapat
terjadi kehilangan darah 350-560 cc/menit dari tempat
pelekatan plasenta.
7
8