PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling
sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi
lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana
Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti
apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi
proses persalinannya.
Pada makalah ini kami hanya membahas tentang kala III yakni tahap pengeruaran
plasenta.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama kala
III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Risiko perdarahan
meningkat apabila kala tiga lebih dari 30 menit, terutama antara 30-60 menit. (Sumarah,
2013).
pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat, segera setelah pelahiran bayi, dan
penatalaksanaan aktif kala III, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami
Rumah sakit melaksanakan hal tersebut. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan
dengan praktik menejemen aktif ditingkat pelayanan kesehatan primer (BPS atau
Rumah Bersalin) di daerah intervensi APN (Kabupaten Kuningan dan Cirebon) dimana
sekitar 70% melaksanakan manajemen aktif kala tiga bagi ibu-ibu bersalin yang
ditangani. Jika ingin menyelamatkan banyak ibu bersalin maka sudah sewajarnya jika
menejemen aktif kala tiga tidak hanya dilatihkankan tetapi juga dipraktikkan dan
2
2.2 Fisiologi Kala III
Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai
dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat timbul pada kala II adalah
perdarahan akibat atonia uteri, ratensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali
pusat.
uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina (Depkes RI
2007).
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan
3
kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi
Tujuan Manajemen Aktif Kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta.
Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini
4
b) Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.
Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini
pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal
akan lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah
segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam
waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
5
2.2.4 Pengawasan Perdarahan
a. Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam
vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak
masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus.
kiri dan tangan kanan meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada
getaran yang ditimbulkan dari gerakan tangan kiri, jika terasa ada getaran
c. Prasat Klien
Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali pusat
tampak turun atau bertambah panjang berarti plasenta telah lepas, begitu juga
sebaliknya.
d. Prasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan
berlawan.
6
2.3 Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif III: Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan
tali pusat ketitik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem penjepit tersebut, lrtakan telapak
tangan ( alas dengan kain ) yang lain, pada segmen bawah rahim atau diding uterus dan
suprasimpisis, pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan tali uterus
ke dorsokranial, ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan ( jangan
dilakukan pemaksaan).
1. Plasenta
plasenta lain (plasenta suksenturiata. Amati apakah ada bagian tertentu yang
seperti tertinggal atau tidak utuh, jika kemungkinan itu ada maka segera
7
2. Selaput Ketuban
dengan meletakkan plasenta di atas bagian yang datar dan pertemukan setiap
tepi selaput ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari
sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus
Setelah plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan dengan tali
pusat.
2.5.1 Kontraksi
Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan manajemen aktif
kala III ( ketika Ptt), sampai dengan sesaat setelah plasenta lahir. Pemantauan kontraksi
8
Penanganannya:
Lakukan penengan tali pusat ( PTT ) dengan cara: satu tangan diletakan pada
korpus uteri tepat diatas simfisis phubis. Selama berkontraksi tangan mendorong
korpus uteri dengan gerakan dorsol kranial tangga yang satu memengang tali
pusat dengan klem 5 - 6 cm di depan vulva jaga tahanan ringan pada tali pusat dan
tunggu adanya kontraksi kuat ( 2-3 menit) selama kontraksi, lakukan tarikan
terkendali pada tali pusat yang terus menerus dalam tegangan yang sama dengan
tangan uterus.
PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi tangan pada uterus merasakan
kontraksi ibu dapat juga memebritahu petugas ketika iya merasakan kontraksi
ketika uterus sedang tidak berkontraksi tangan petugas dapat tetap berada pada
uterus tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap
Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan pengkajian
terhadap robekan jalan lahir dan perinium. Pengkajian yang dilakukan seawal mungkin
sehingga bidan dapat segera menentukan derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat
yang akan digunakan sesuai dengan kondisi pasien. Bidan memastikan jumlah darah
yang keluar adalah akibat robekan jalan lahir atau karena pelepasan plasenta.
9
Robekan yang terjadi bisa ringan ( lecet , laserasi), luka episiotomi, robekan
perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalitas ( sfingter ani terputus)
robekan pada dinding vagina, forniks teri, serfviks, daerah sekitar klitoris dan uretra dan
bahkan terberat ruptura teri. Oleh karena itu, pada setiap persalinan hendaklah
dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari kemungkinan adanya robekan ini.
Perdarahan yang terajadi pada kontraksi uterus baik, biasanya, karena adanya robekan
pada vulva, vagina, dan servis, dengan memakai spekulum untuk mencari sumber
perdarahan dengan irik warna darah yang merah segar dan pulsatif sesuai dengan denyut
nadi.
Perdarahan karena ruptura teri dapat diduga pada persalina macet atau Asep, atau
uterus dengan lokus minoris resisntensia dan adanya atonia uteri dan tanda cairan bebas
intraabdominal. Semua sumber perdarahan terbuka harus diklem, diikat, dan luka
ditutup dengan jahitan cat- gut lapis demi lapis sampai perdarahan berhenti.
cukup serta spekulum dan memperhatikan kedalaman luka. Bila penderita kesakitan
dan tidak kooperatif, perlu mengundang sejawat anestesi untuk ketenangan dan
Tingkat 1 : robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau
10
Tingkat 2 : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei
Tingkat 4 : robekan mengenai perinium sampai dengan otot sfingter ani dan
mukosa rectum.
berbaring secara litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan anti septic dan luas
dihubungkan digaris tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit
Pada derajat 3 dilakukan dengan teliti : dinding depan rectum yang robek dijahit,
kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus sfingter ani eksternus yang robek
Tingkat
Jaringan terkena Keterangan
episiotomy
Fourchette
· Mungkin tidak perlu dijahit
Pertama Kulit perineum
Menutup sendiri
Mukosa vagina
Fascia + muskulus
Kedua Perlu dijahit
badan perineum
Harus dijahit legeartis
Ditambah dengan
Ketiga sehingga tidak menimbulkan
sfincter ani
inkontinensia
Teknik menjahit khusus
Ditambah dengan
Keempat sehingga tidak menimbulkan
mukosa rektum
fistula
11
2.5.4 Tanda –Tanda Vital dan Hygiene
1. Dua (2) sampai 3 kali dalam 10 menit pertama, setiap 15 menit pada satu jam
Hygiene :
lahir dan kemungkinan infeksi intrauterus. Pada kala III kondisi pasien sangat kotor
akibat pengeluaran air ketuban, darah, atau feces saat proses kelahiran janin. Setelah
plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada perdarahan, segera keringkan bagian
bawah pasien dari air ketuban dan darah. Pasang pengalas bokong yang sekaligus
menampung darah yang keluar untuk kepentingan penghitungan volume darah, maka
Sebaiknya ibu dan bayi tetap di pantau oleh bidan, sampai dipastikan ibu dan bayi
aman. Kebanyakan ibu merasa tidak nyaman ingin segera melakukan keberihan diri.
Terutama jika ibu berada di rumah. Ibu sebainya dianjurkan untuk megosongkan
kandung kemih, sebab kandung kemih yang penuh akan menghalangi kontraksi uterus.
Pada saat yang sama bidan harus memeriksa keadaan umum bayi. Sebagian besar
ibu ingin menyusui bayi, memeluknya segera setelah lahir, hal ini sangat berguna untuk
merangsang konteraksi uterus. Selain itu ibu biasa ingin ditemani oleh suaminya atau
12
Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu untuk dikeringkan tubuhnya
kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan diletakkan di dada
ibu untuk selanjutnya berusaha mencari puting susu. Selama kala III ibu sangat
membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan IMD maa kontak kulit yang terjalin
dapat memberikan ketenangan tersendiri pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya
adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus
segera.
PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
13
2. Data Objektif
b. Perdarahan vagina
c. TFU
Interpretasi Data
Pastikan bahwa saat ini pasien berada pada kala III beserta kondisi normalnya dan
Diagnosis Potensial
Perencanaan
5. Berikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan
14
6. Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah
( perinium)
Evaluasi
data yang tertulis pada tahap ini merupakan data fokus untuk kala berikutnya yang
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Aktif Kala III
adalah pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat,
segera setelah pelahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk
pelahiran plasenta.
ataupun kesalahan tindakan yang mungkin dilakukan oleh bidan. Pemeriksaan plasenta
3.2 Saran
Manajemen Aktif kala III pada setiap asuhan poersalinan normal sebagai upaya
16
Manajemen Aktif kala III bidan harus memperhatikan setiap tindakan agar tidak terjadi
tindakan juga harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku sehingga perdarahan
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku asuhan kebidanan pada ibu bersalin penerbit Salemba Medika hal 165
Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2011 hal N-19
IBI, hal 463. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal hal 43
18
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya
Makalah ini membahas tentang “ASUHAN IBU BERSALIN KALA III” agar
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
Penulis,
19i
ASUHAN IBU BERSALIN DENGAN KALA III
OLEH:
20
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
3.2 Saran................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18
21
ii