Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil,

sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling

mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama

sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi

lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana

terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu

banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.

Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti

apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi

proses persalinannya.

Proses persalinan terbagi ke dalam  empat tahap, yaitu :

1.       Kala  I; Tahap Pembukaan

2.       Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi

3.       Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta

4.       Kala IV; Tahap Pengawasan

Pada makalah ini kami hanya membahas tentang kala III yakni tahap pengeruaran

plasenta.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1      Definisi Manajemen Aktif Kala III

Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama kala

III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Risiko perdarahan

meningkat apabila kala tiga lebih dari 30 menit, terutama antara 30-60 menit. (Sumarah,

2013).

Pentalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin segera setelah

pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat, segera setelah pelahiran bayi, dan

menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta. Penelitian

selanjutnya mengonfirmasi kehilangan darah yang jauh lebih sedikit pada

penatalaksanaan aktif kala III, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami

perdarahan post-partum. (Varney, 2017).

Penelitian Prevention of Postpartum Hemorrhage Intervention-2006 tentang

praktik menejemen aktif kala tiga (Active Managemen of Third Stage of

Labour/AMTSL) di 20 rumah Sakit di Indonesia menunjukkan bahwa hanya 30%

Rumah sakit melaksanakan hal tersebut. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan

dengan praktik menejemen aktif ditingkat pelayanan kesehatan primer (BPS atau

Rumah Bersalin) di daerah intervensi APN (Kabupaten Kuningan dan Cirebon) dimana

sekitar 70% melaksanakan manajemen aktif kala tiga bagi ibu-ibu bersalin yang

ditangani. Jika ingin menyelamatkan banyak ibu bersalin maka sudah sewajarnya jika

menejemen aktif kala tiga tidak hanya dilatihkankan tetapi juga dipraktikkan dan

menjadi standart asuhan persalinan. (APN, 2011).

2
2.2       Fisiologi Kala III

Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih

dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas

pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah bayi lahir dan

keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai

dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat timbul pada kala II adalah

perdarahan akibat atonia uteri, ratensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali

pusat.

Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum

uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan

pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan mendorong plasenta keluar.

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume ronnga

uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran

tempat perlekatan plasenta karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan

ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian

lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina (Depkes RI

2007).

Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan

volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi

semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat,

menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke

bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan

3
kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi

plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.

2.2.1 Keuntungan-Keuntungan Manajemen Aktif Kala III

Tujuan Manajemen Aktif Kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus

yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan

mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan

penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di

Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian besar

disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah

dengan melakukan manajemen aktif  kala III. (APN, 2018)

Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif kala III:

a.        Persalinan kala III yang lebih singkat

b.        Mengurangi jumlah kehilangan darah

c.        Mengurangi kejadian Retensio Plasenta

2.2.2 Cara-cara Pelepasan Plasenta :

a)         Metode Ekspulsi Schultze

Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta.

Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini

dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih

besar kemungkinannya terjadi pada plasenta yang melekat di fundus.

4
b)        Metode Ekspulsi Matthew-Duncan

Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.

Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini

patologik.Lebih besar kemungkinan pada implantasi lateral.

Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-

pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal

akan lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.

2.2.3 Tanda – tanda pelepasan plasenta.

Adapun tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu :

a.        Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus

berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah

uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk

segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.

Tali pusat memanjang.

b.        Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.

c.        Semburan darah mendadak dan singkat.

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong

plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah

(retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan

dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar

dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam

waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.

5
2.2.4  Pengawasan Perdarahan

Empat  prasat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut

a.        Prasat Kustner

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri

menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam

vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak

masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus.

Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian

plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.

b.    Prasat Strassman

Perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan tangan

kiri dan tangan kanan meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada

getaran yang ditimbulkan dari gerakan tangan kiri, jika terasa ada getaran

berarti plasenta sudah lepas.

c.        Prasat Klien

Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali pusat

tampak turun atau bertambah panjang berarti plasenta telah lepas, begitu juga

sebaliknya.

d.       Prasat Manuaba

Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan

kanan memegang dan mengencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik

berlawan.

6
2.3      Manajemen Aktif Kala III

Manajemen aktif  III: Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan

mempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, menurunkan

angka kejadian retensio plasenta.

Tiga langkah utama manajemen aktif kala III:Pemberian oksitosin/uterotonika

segera mungkin, melakukan penegangan tali pusat terkendali(PTT), Rangsangan taktil

pada dinding uterus atau fundus uteri (Masase Fundus Uteri).

Penegangan tali pusat terkendali: Berdiri disamping ibu, pindahkan jepitan semula

tali pusat ketitik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem penjepit tersebut, lrtakan telapak

tangan ( alas dengan kain ) yang lain, pada segmen bawah rahim atau diding uterus dan

suprasimpisis, pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan tali uterus

ke dorsokranial, ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan ( jangan

dilakukan pemaksaan).

2.4      Pemeriksaan Pada Kala III

Pemeriksaan Plasenta,Selaput Ketuban dan Tali Pusat

1.   Plasenta

Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa

jumlah kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon). Periksa dengan seksama pada

bagian pinggir plasenta apakah kemungkinan masih ada hubungan dengan

plasenta lain (plasenta suksenturiata. Amati apakah ada bagian tertentu yang

seperti tertinggal atau tidak utuh, jika kemungkinan itu ada maka segera

lakukan eksplorasi untuk membersihkan sisa plasenta.

7
2.         Selaput Ketuban

Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk

memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam uterus. Caranya

dengan meletakkan plasenta di atas bagian yang datar dan pertemukan setiap

tepi selaput ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari

tepi selaput ketuban.

Jika ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera

lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban karena

sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus

akan menyebabkan perdarahan dan infeksi.

3.      Tali Pusat

Setelah plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan dengan tali

pusat.

a.         Panjang tali pusat

b.        Bentuk tali pusat (besar,kecil, atau terpilin-piliin)

c.         Insersio tali pusat

d.        Jumlah vena dan arteri pada tali pusat

e.         Adakah lilitan tali pusat

2.5       Pemantauan Kala III 

2.5.1 Kontraksi

Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan manajemen aktif

kala III ( ketika Ptt), sampai dengan sesaat setelah plasenta lahir. Pemantauan kontraksi

dilanjutkan selama satu jam berikutnya dalam kala IV.

8
Penanganannya:

           Memberikan oksitosin dengan segera

           Lakukan penengan tali pusat ( PTT ) dengan cara: satu tangan diletakan pada

korpus uteri tepat diatas simfisis phubis. Selama berkontraksi tangan mendorong

korpus uteri dengan gerakan dorsol kranial tangga yang satu memengang tali

pusat dengan klem 5 - 6 cm di depan vulva jaga tahanan ringan pada tali pusat dan

tunggu adanya kontraksi kuat ( 2-3 menit) selama kontraksi, lakukan tarikan

terkendali pada tali pusat yang terus menerus dalam tegangan yang sama dengan

tangan uterus.

PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi tangan pada uterus merasakan

kontraksi ibu dapat juga memebritahu petugas ketika iya merasakan kontraksi

ketika uterus sedang tidak berkontraksi tangan petugas dapat tetap berada pada

uterus tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap

kontraksi sampai plasenta terlepas.

           Pemijatan uterus ketika plasenta lahir.

Setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan masase fundus agar menimbulkan

kontraksi untuk menggurangi pengeluaran darah mencegah perdarahan. 

2.5.2 Robekan Jalan Lahir

Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan pengkajian

terhadap robekan jalan lahir dan perinium. Pengkajian yang dilakukan seawal mungkin

sehingga bidan dapat segera menentukan derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat

yang akan digunakan sesuai dengan kondisi pasien. Bidan memastikan jumlah darah

yang keluar adalah akibat robekan jalan lahir atau karena pelepasan plasenta.

9
Robekan yang terjadi bisa ringan ( lecet , laserasi), luka episiotomi, robekan

perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalitas ( sfingter ani terputus)

robekan pada dinding vagina, forniks teri, serfviks, daerah sekitar klitoris dan uretra dan

bahkan terberat ruptura teri. Oleh karena itu, pada setiap persalinan hendaklah

dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari kemungkinan  adanya robekan ini.

Perdarahan yang terajadi pada kontraksi uterus baik, biasanya, karena adanya robekan

atau sisanya plasenta.pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melakukan inspeksi

pada vulva, vagina, dan servis, dengan memakai spekulum untuk mencari sumber

perdarahan dengan irik warna darah yang merah segar dan pulsatif sesuai dengan denyut

nadi.

Perdarahan karena ruptura teri dapat diduga pada persalina macet atau Asep, atau

uterus dengan lokus minoris resisntensia dan adanya atonia uteri dan tanda cairan bebas

intraabdominal. Semua sumber perdarahan terbuka harus diklem, diikat, dan luka

ditutup dengan jahitan cat- gut  lapis demi lapis sampai perdarahan berhenti.

Teknik pejahitan memerlukan asisten,  anestesi lokal, penerangan lampu yang

cukup serta spekulum dan memperhatikan kedalaman  luka. Bila penderita kesakitan

dan tidak kooperatif, perlu mengundang sejawat anestesi untuk ketenangan dan

keamanan saat melakukan homeostasis.

2.5.3 Robekan Perinium

Robekan perinium di bagi atas 4 tingkat :

       Tingkat 1 : robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau

tanpa mengenai kulit perinium.

10
       Tingkat 2 : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei

transversalis, tetapi tidak mengenai sfingter ani.

       Tingkat 3 : robekan menganai perinium dengan otot sfingter ani.

      Tingkat 4 : robekan mengenai perinium sampai dengan otot sfingter ani dan

mukosa rectum.

Robekan perineum yang melebihi derajat 1 harus di jahit  dengan penderita

berbaring secara litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan anti septic dan luas

robekan ditentukan dengan seksama.

Pada derajat 2, setelah diberi anastesi local otot-otot diafragma urogenetalis

dihubungkan digaris tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit

perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan dibawahnya.

Pada derajat 3 dilakukan dengan teliti : dinding depan rectum yang robek dijahit,

kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus sfingter ani eksternus yang robek

dijahit. Lakukan penutupan robekan.

Sedangkan pada derajat 4 dilakukan rujukan. Tingkat episotomi menurut

Manuaba (2007) antara lain :

Tingkat
Jaringan terkena Keterangan
episiotomy
Fourchette
·  Mungkin tidak perlu dijahit
Pertama Kulit perineum
         Menutup sendiri
Mukosa vagina
Fascia + muskulus
Kedua          Perlu dijahit
badan perineum
Harus dijahit legeartis
Ditambah dengan
Ketiga sehingga tidak menimbulkan
sfincter ani
inkontinensia
Teknik menjahit khusus
Ditambah dengan
Keempat sehingga tidak menimbulkan
mukosa rektum
fistula
              

11
2.5.4 Tanda –Tanda Vital dan Hygiene

Tanda vital ibu diperiksa :

1. Dua (2) sampai 3 kali dalam 10 menit pertama, setiap 15 menit  pada satu jam

pertama, setiap 20 sampai 30 menit pada jam ke dua.

Hygiene :

Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama didaerah Genetalia sangat penting

dilakukan untuk menggurangi kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan jalan

lahir dan kemungkinan infeksi intrauterus.  Pada kala III kondisi pasien sangat kotor

akibat pengeluaran air ketuban, darah, atau feces saat proses kelahiran janin. Setelah

plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada perdarahan, segera keringkan bagian

bawah pasien dari air ketuban dan darah. Pasang pengalas bokong yang sekaligus

berfungsi sebagai penampung dara ( underped) jika memang dipertimbangkan untuk

menampung darah yang keluar untuk kepentingan penghitungan volume darah, maka

pasang bengkok dibawah bokong pasien.

2.6 Kebutuhan Ibu Pada Kala III

Sebaiknya ibu dan bayi tetap di pantau oleh bidan, sampai dipastikan ibu dan bayi

aman. Kebanyakan ibu merasa tidak nyaman ingin segera melakukan keberihan diri.

Terutama jika ibu berada di rumah. Ibu sebainya dianjurkan untuk megosongkan

kandung kemih, sebab kandung kemih yang penuh akan menghalangi kontraksi uterus.

Anjukrkan ibu untuk makan dan minum

Pada saat yang sama bidan harus memeriksa keadaan umum bayi. Sebagian besar

ibu ingin menyusui bayi, memeluknya segera setelah lahir, hal ini sangat berguna untuk

merangsang konteraksi uterus. Selain itu ibu biasa ingin ditemani oleh suaminya atau

keluarganya. Oleh karena itu bidan harus mengizinkannya untuk bersama-sama.

12
Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu untuk dikeringkan tubuhnya

kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan diletakkan di dada

ibu untuk selanjutnya berusaha mencari puting susu. Selama kala III ibu sangat

membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan IMD maa kontak kulit yang terjalin

dapat memberikan ketenangan tersendiri pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya

adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus

melalui tendangan-tendangan lembut dari kaki bayi.

2.6.1 Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1.   Memberian kesempatan pada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui

segera.

2.  Memberitahu setiap tindakan yang dapat dilakukan.

3.  Pencegahan infesi pada kala III.

4.  Memantau keadaan ibu (TTV, kontraksi dan pendarahan).

5.  Melakukan kolaborasi atau rujukan bila terjadi kegawat daruratan.

6.  Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi..

7.  Memberikan motifasi dan pendampingan kala III

2.7 Dokumentasi Manajemen Kala III

Manajemen Kebidanan Kala III Menurut 7 Langkah Varney

PENGKAJIAN

1.         Data Subjektif

a.         Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir

b.        Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulas dan ingin meneran

c.         Pasien mengatakan bahwa plasenta belum lahir.

13
2.         Data Objektif

a.         Jam bayi lahir spontan

b.        Perdarahan vagina

c.         TFU

d.        Kontraksi uterus: itensitasnya ( kuat, sedang, lemah, atau tidak ada )

selama 15 menit pertama.

Interpretasi Data

Pastikan bahwa saat ini pasien berada pada kala III beserta kondisi normalnya dan

mengkaji  adanya diagnosis masalah atau tidak.

Diagnosis Potensial

Pada langkah ini bidan memprediksi apakah kondisi pasien sebelumnya

mempunyai potensi untuk meningkat ke arah kondisi yang semakin buruk.

Antisipasi Tindakan Segera

Dilakukan jika ditemuka diagnosis potensial

Perencanaan

1.         Berikan  pujian kepada pasien atas keberhasilannya dalam melahirkan janinnya

2.         Lakukan  manajemen aktif kala III

3.         Pantau  kontraksi uterus

4.         Beri  dukungan metal pada pasien

5.         Berikan  informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan

pendamping agar pres pelahiran plasenta lancar.

14
6.         Jaga  kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah

( perinium)

Evaluasi

Menggambarkan hasil  pengamatan terhadap keefektifan asuhan yang diberikan.

data yang tertulis pada tahap ini merupakan data fokus untuk kala berikutnya yang

mencakup data subjektif dan objektif.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Aktif Kala III

adalah pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat,

segera setelah pelahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk

pelahiran plasenta.

Keuntungan-Keuntungan Manajemen Aktif kala III:

a.        Persalinan kala III yang lebih singkat

b.        Mengurangi jumlah kehilangan darah

c.        Mengurangi kejadian Retensio Plasenta

d.       Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama:

e.        Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

f.         Melakukan penegangan tali pusat terkendali

g.        Masase Fundus Uteri.

Dalam melaksanakan Manajemen Aktif kala III terdapat beberapa kekeliruan

ataupun kesalahan tindakan yang mungkin dilakukan oleh bidan. Pemeriksaan plasenta

meliputi selaput ketuban, bagian plasenta dan tali pusat.

3.2 Saran

Seluruh tenaga penolong persalinan (bidan, dokter) diharapkan dapat melakukan

Manajemen Aktif kala III pada setiap asuhan poersalinan normal sebagai upaya

percepatran penurunan angka kemnatian ibu di Indonesia. Dalam melaksanakan

16
Manajemen Aktif kala III bidan harus memperhatikan setiap tindakan agar tidak terjadi

kekeliruan ataupun kesalahan yang dapat membahayakan keselamatan ibu. Setiap

tindakan juga harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku sehingga perdarahan

postpartum dapat dikurangi. Pemeriksaan plasenta juga perlu dilakukan diantaranya

dengan memeriksa selaput ketuban, bagian plasenta, dan tali pusat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku asuhan kebidanan pada ibu bersalin penerbit Salemba Medika hal 165

Ilmu kebidanan Sarwono Prawihardjo hal 526, 2012

Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2011 hal N-19

IBI, hal 463. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal hal 43

Sumarah, Widyastuti Yani, Wiyati Nining, (2008).Perawatan Ibu Bersalin(Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Bersalin), Fitramaya.Yogyakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, (2009).Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka.Jakarta

18
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah  ini membahas tentang “ASUHAN IBU BERSALIN KALA III” agar

mahasiswa dapat memahaminya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah

membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini

masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.

Kisaran, Januari 2021

Penulis,

Julianti Maya Sari

19i
ASUHAN IBU BERSALIN DENGAN KALA III

OLEH:

Julianti Maya Sari


NIM. 19131983025

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


STIKes AS SYIFA KISARAN
TAHUN AKADEMIK 2020 /2021

20
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2

2.1 Defenisi Manajemen Aktif Kala III................................................ 2

2.2 Fisiologi Kala III.............................................................................. 3

2.3 Manajemen Aktif Kala III................................................................ 7

2.4 Pemeriksaan Pada Kala III............................................................... 7

2.5 Pemantauan Kala III......................................................................... 8

2.6 Kebutuhan Ibu Pada Kala III............................................................ 12

2.7 Dokumentasi Manajemen Kala III................................................... 13

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 16

3.2 Saran................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18

21
ii

Anda mungkin juga menyukai