Anda di halaman 1dari 5

KEGAWATDARURATAN

PERSALINAN KALA III


(RETENSIO PLASENTA)

Kelompok 4

Umaemah : 2101005
Khairunnisa Nur Salmah : 2101010
Ayu Aditya Sari : 2101014
Indriaswara Wulansari : 2101020

POLITEKNIK KESEHATAN AISYIYAH BANTEN


Jl. Raya cilegon No.KM.8, pejaten ,kecamatan. Kramatwatu,serang, banten
Tahun 2022/2023
A. Fisiologis persalinan kala III
Kala III persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala III
merupakan kelanjutan dari kala I (kala pembukaan), dan kala II kala pengeluaran bayi. Dengan
demikian berbagai aspek yang akan dihadapi pada kala III sangan berkaitan dengan apa yang telah
dikrjakan pada tahap-tahap sebelumnya. Kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban

Pada kala III, otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Peyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perekatan plasenta.
Karena tempat perekatan plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak akan
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
terlepas (dengan gaya gravitasi) plasenta akan turun menuju bagian bawah uterus lalu kedalam
vagina. Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan
kontraksi lanjut sehingga plasenta dilepaskan dari perekatannya dan pengumpalan darah pada ruang
uteri – plasenta akan mendorong plasenta untuk keluar

 Tanda-tanda pelepasan plasenta


a. Perubahan bentuk uterus menjadi globuler atau berbentuk seperti buah alpukat.
Setelah bayi lahir dan sebelum myometrium mulai berkontraksi , uterus berbentuk bulat
penuh dan tinggi fundus sekitar di bawah pusat . setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah , uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus
berada diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
b. Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda ahfeld).
c. Semburan darah tiba tiba. Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampunganya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas.

 MAK III

Tujuan MAK III adalah membuat uterus berkontraksi lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mncegah pendarahan dan mngurangi kehilangan darah selama kala III persalinan jika
dibandingkan dengan pelepasan plasenta secara spontan. Sebagaian besar (25-29 %) morbiditas dan
mortalitas ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri dan
separasi parsia / retensio plasenta yang dapat di cegah dengan menejemen aktif kala III.

Penelitian prevention of postpartum hemorrhage intervention-2006 terkait dengan MAK III di 20


rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa hanya 30 % rumah sakit melaksanakan hal tersebut.
Hasil yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan praktik MAK III di klinik bersalin atau bidan
praktik swasta di wilayah kabupaten kuningan dan Cirebon dimana sekitar 70 % petugas Kesehatan
melaksanakan intervensi ini bagi ibu bersalin. Jika pemerintah ingin menurunkan Jumlah kematian
ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan maka MAK III seharusnya menjadi prosedur
standar bagi assuhan persalinan.

Keuntungan MAK III

 Persalinan kala 3 yang lebih singkat


 Mengurangi Jumlah kehilangan darah
 Mengurangi kejadian resensio plasenta

Manejement aktif kala III terdiri dari tiga Langkah utama :


1. Pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir sebanyak 10 IU secara IM
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
3. Masase fundus uteri

Dengan catatan :

 Jika plasenta belum lahir setelah 30 menit sejak bayi dilahirkan maka lakukan konseling pada
suami/ keluarga nya bahwa mungkin ibu perlu dirrujuk karena waktu normal untuk
melahirkan plasenta sudah terlampaui dan kemungkinan ada penyulit lain yang memerlukan
penanganan di rumah sakit/ rujukan
 Jika akibat kondisi tertentu maka fasilitas Kesehatan rujukan sulit dijangkaui dan kemudia
timbul perdarahan, maka sebaiknya dilakukan Tindakan plasenta manual. Untuk
melaksanakan hal tersebut, pastikan bahwa petugas Kesehatan telah terlatih dan kompeten
untuk melaksanakan Tindakan atau prosedur yang diperlukan.

Plasenta manual

Plasenta manual adalah Tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan
tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.

Prosedur melakukan plasenta manual

a. Persiapan
b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
c. Melepas plasenta dari dinding uterus
d. Mengeluarkan plasenta
e. Pencegahan infeksi
f. Pemantauan pasca Tindakan

B. Kasus retensio plasenta


Kondisi retensio plasenta terjadi karena tertahannya plasenta atau ari-ari di dalam rahim melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan
oleh gangguan kontraksi pada uterus.

 Faktor Risiko Retensi Plasenta

Retensi plasenta lebih berisiko dialami oleh ibu dengan beberapa faktor berikut:

1. Hamil di usia 30 tahun ke atas

2. Melahirkan sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu (kelahiran prematur).

3. Mengalami proses persalinan yang terlalu lama

4. Melahirkan bayi yang mati di dalam kandungan


 Gejala Retensi Plasenta

Tanda utama retensi plasenta adalah tertahannya sebagian atau seluruh plasenta di dalam tubuh
lebih dari 30 menit setelah bayi dilahirkan. Keluhan lain yang dapat dialami adalah:

1. Demam

2. Menggigil

3. Nyeri yang berlangsung lama

4. Perdarahan hebat

5. Keluar cairan dan jaringan berbau tidak sedap dari vagina

 Penyebab Retensi Plasenta

Persalinan terdiri dari fase laten, ketika serviks dilatasi hingga 3 sentimeter; lalu fase aktif, yang
berlanjut hingga serviks 10 sentimeter dan saatnya mendorong bayi keluar. Hal ini diikuti pengeluaran
plasenta, ketika plasenta dilahirkan selama kontraksi uterus.

Proses ini terjadi dalam waktu 15 hingga 30 menit setelah persalinan, baik melalui vagina maupun
melalui bedah caesar. Kadang-kadang, bagian dari plasenta dapat dipertahankan di dalam rahim
karena sebagian telah tumbuh melalui otot rahim atau “tertangkap” di dalam sudut rahim saat
berkontraksi.

Ketika plasenta tidak dapat dikeluarkan secara utuh atau tidak terjadi dalam 30 hingga 60 menit
kelahiran bayi, hal ini dikenal retensi plasenta. Nah, beberapa penyebabnya, antara lain:

1. Tidak cukup kontraksi.

2. Plasenta yang tumbuh ke dalam dinding rahim.

3. Leher rahim yang menutup.

4. yang lebih awal.

5. Pernah melahirkan beberapa kali.

6. Pernah alami operasi di rahim sebelumnya.

7. Pembuahan dengan fertilisasi in vitro.

8. Memiliki plasenta yang tertinggal di kehamilan lain.

9. Terlahir dengan bentuk rahim yang tidak normal.

Contoh kasus retenio plasenta :


Ny. N 34 tahun melahirkan anak ketiganya dengan baik, plasenta belum lahir selama 30 menit
setelah bayi lahir, ibu tidak merasa mulas. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 85x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu 36,1°C. Tinggi Fundus Uterus sepusat,
uterus teraba lembek, kandung kemih kosong. Terdapat pengeluaran darah ± 50 cc. Analisa yang
didapat yaitu Ny. N usia 34 tahun P3A0 inpartu Kala III dengan retensio plasenta.

Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dengan melakukan manual plasenta dengan prosedur
Standar Operasional Prosedur (SOP) di tingkat pelayanan primer dengan mengutamakan keamanan,
kenyamanan dan keselamatan ibu. Serta pemberian oksitosin, antibiotic terapi oral, antianemia.
Evaluasi yang dicapai yaitu plasenta telah berhasil dilahirkan seluruhnya tanpa adanya sisa,
perdarahan berhenti, kontraksi uterus baik, ibu tidak mengalami komplikasi dan ibu dapat melalui
masa nifas dengan sehat. Rencana USG pada hari Jumat, 10 Maret 2017 saat 4 hari post partum untuk
memastikan apakah ada sisa plasenta di uterus, hasil tidak terdapat sisa plasenta.

Anda mungkin juga menyukai