KALA III
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : VI
NAMA KELOMPOK : PEPI SEPRIYANI
POPPY NOVITA SARI
PUTRI OKTA ANGGRAINI
RADHA SRI SASWITA
RIA MEI EFITRI
RINI ASTRIA
RISKI DAMAYANTI
RISKYA DWI INTAN
TINGKAT : II.A
DOSEN PEMBIMBING : INTAN SARI, S.SiT
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul
"Asuhan Kebidanan Kala III".
Adapun makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan. Terima kasih, kami ucapkan kepada dosen pembimbing Ibu Intan Sari,
S.SiT. Yang telah membimbing dan membantu kami dalam pembuatan makalah
kami ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan, agar kami
dapat lebih baik lagi pada kesempatan yang akan datang dan diharapkan makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1
1. l Latar belakang .......................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala tiga atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga dan empat persalinan merupakan
kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala pengeluaran
bayi) persalinan. Dengan demikian, berbagai aspek yang akan dihadapi
pada kala tiga dan empat, sangat berkaitan dengan apa yang telah
dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya. (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008)
Kala tiga dimulai segera setelah bayi lahir dan air ketuban sudah tidak
berada di dalam uterus, kontraksi uterus akan terus berlangsung dan ukuran
rongganya akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran ini akan
menyebabkan pengurangan dalam ukuran situs penyambungan plasenta.
Oleh karena itu situs sambungan tersebut menjadi lebih kecil, plasenta
menjadi lebih tebal dan mengkerut serta memisahkan diri dari dinding
uterus. (Sulistyawati, 2010)
1.3 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat:
1. Menjelaskan fisiologi kala tiga
2. Menjelaskan penatalaksanaan manajemen aktif kala tiga.
3. Menjelaskan cara pelepasan dan pemeriksaan plasenta, selaput amnion
dan tali pusat.
4. Menjelaskan pengawasan kala
1
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2.1 Tingkat Kala Tiga
Kala tiga atau kala uri dibagi dalam dua tingkat
a. Tingkat pelepasan plasenta.
1. Waktu bayi dilahirkan uterus sangat mengecil dan setelah bayi lahir
uterus merupakan alat dengan dinding yang tebal sedangkan rongga
rahim hampir tidak ada. Fundus uteri terdapat sedikit di bawah tali
pusat. Karena pengecilan rahim tersebut, maka tempat perlekatan
plasenta juga sangat mengecil.
Plasenta harus mengikuti pengecilan ini hingga menjadi 2x setebal
pada permulaan persalinan dan karena pengecilan tempat
melekatnya, plasenta akan berlipat-lipat dan ada bagian-bagian
yang terlepas dari dasarnya.
Jadi faktor yang paling penting dalm pelepasan plasenta adalah
retraksi dan kontraksi otot rahim setelah bayi lahir.
2. Ditempat yang lepas terjadi perdarahan antara plasentadan decidua
basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah-olah
plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga
daerah pelepasan meluas.
Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 merit setelah anak lahir. Juga
selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding
rahim. Oleh kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan sebagian
karena tarikan waktu plasenta lahir. (Cunningham, 2005)
4
b. Tingkat pengeluaran plasenta
Setelah plasenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim,
plasenta terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau kedalam bagian atas
vagina. Dari tempat ini plasenta terdorong ke luar oleh tenaga mengejan.
(Cunningham, 2005)
Secara Schultze
Secara Duncan
5
Tanda-Tanda Minis Pelepasan Plasenta
Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi
kanan). (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
(tanda Ahfeld). (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
6
Uterus diangkat ke arah atas dengan tangan di atas abdomen. Manuver ini
diulangi beberapa kalisampai plasenta mencapai introitus. Saat plasenta
melewati introitus, penekanan pada uterus dihentikan. Plasenta kemudian
secara perlahan dikeluarkan dari introitus. Tindakan hati-hati dipelukan
untuk mencegah membran supaya tidak terputus dan tertinggal. Jika
membran mulairobek, pegang robekan tersebut dengan klem dan tarik
perlahan. Permukaan maternal plasenta harus diperiksa secara hati-hati
untuk memastikan bahwa tidak ada fragmen plasenta tertinggal di uterus.
(Cunningham, 2005)
Kadang plasenta tidak akan lepas dengan cepat. Hal ini biasa terjadi
pada kelahiran preterm. Jika pada waktu tertentu terdapat perdarahan yang
cepat dan plasenta tidak dapat dilahirkan dengan teknik ini, pengeluaran
plasenta manual diindikasikan, dengan upaya perlindungan.
7
3. Dikeluarkan dengan manual atau digital.
(Manuaba, 1998)
8
Langkah Utama Manajemen Aktif Kala Tiga
1. Letakkan bayi barn lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan
di perut bawah ibudan minta ibu atau pendampingnya membantu
memegang bayi.
6. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk insiasi
menyusu dini dan kontak kulit dengan ibu.
Obat ini berkerja dalam waktu 45 detik, oleh sebab itu, sangat
bermanfaat untuk mempertahankan kontraksi yang cepat karena
kerja uterus hipotonik akan menyebabkan hemoragi.
9
Kombinasi ergometrin dan oksitosin
3. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat di atas simfisis
pubis. Gunakan tangan mi untuk meraba kontraksi uterus dan
menekan uteruspada saat melakukan penegangan pada tali pusat.
Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat
dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan uterus kearah
10
lumbal dan kepala ibu. Lakukan secara hati-hati untuk mencegah
terjadinya inversio uteri.
a. Pegang kiem dan tail pusat dengan lembut dan tunggu sampai
kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke
perineum pada saat tali pusat memanjang.
11
dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan
dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mulai robek,
pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir scat
melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks
dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
stern atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.
12
a. Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding
uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh.
13
Jumlah darah yang hilang harus diperkirakan, volume darah yang
mengenai sprei dan swab harus diukur, demikian pula jumlah cairan yang
hilang dan pembentukan bekuan yang dapat diukur.
Inspeksi placenta atau selaput secara menyeluruh harus dilakukan untuk
memastikan bahwa tidak ada bagian placenta yang tertinggal.
Jika placenta atau selaput diduga tidak lengkap, keduanya harus disimpan
untuk prows inspeksi dan dokter harus segera diberitahu.
(Benson, 2011)
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemantauan kale tiga:
1. Kontraksi
Pemantauan kontraksi pada kala tiga dilakukan selama rnelakukan
manajemen aktif kala tiga, sampai dengan sesaat setelah placenta lahir.
Dan dilanjutkan selama satu jam berikutnya dalam kala empat.
3. Hygiene
Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama di daerah genesatua sangat
penting dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi
terhadap luka robekan jalan lahir dan kemungkinan infeksi intrauterus.
Pada kala tiga kondisi pasien sangat kotor.
Setelah placenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada perdarahan,
segera keringkanbagian bawah pasien dari air ketuban dan darah.
14
Pasang pengalas bokong yang sekaligus berfungsi sebagai penampung
darah. Jika memang perlu, maka pasang bengkok di bawah bokong
pasien.
(Sulistiawati, 2010)
a. Hemoragi postpartum
Didefinisikan sebagai perdarahan berlebihan dari saluran
genital kapan saja setelah kelahiran bayi sampai dengan 6
minggu setelah pelahiran.
15
1. Jika hemoragi terjadi selama kala tiga persalinan atau dalam
24 jam setelah pelahiran, hemoragi ini disebut dengan
hemoragi postpartum primer.
2. Jika hemoragi terjadi setelah 24 jam pertama pasca kelahiran
sampai dengan 6 minggu postpartum, hemoragi ini disebut
dengan hemoragi postpartum sekunder. (Benson, 2009)
Ibu dan bayi sebaiknya tetap berada dalam perawatan bidan, minimal
satu jam setelah kelahiran, dimanapun lokasinya.
Ibu harus dianjurkan untuk berkemih karena kandung kemih yang penuh
dapat menghambat kontraksi uterus.
Kontraksi uterus dan perdarahan harus diperiksa beberapa kali selama satu
jam pertama ini.
Tempat paling hangat pada bayi adalah saat bayiditempelkan langsung pada
kulit ibu atau dibedong dan dipeluk, apapun yang disukai oleh ibu.
Sebagian besar ibu yang berniat menyusui bayinya ingin agar bayi mereka
diletakkan di payudara selama momen kontak awal ini.
(Benson, 2011)
Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengamatan setelah
melahirkan, antara lain:
16
1. Ibu harus tetap berada dibawah pengawasan ketat paling sedikit selama
satu jam setelah plasenta lahir. Perhatikan tanda-tanda vital dan reaksi
ibu. Catat tekanan darah, denyut nadi dan keteraturannya serta jumlah
darah yang keluar dari vagina setiap lima betas menu atau lebih sering
jika diperlukan. Topang fundus uteri. Pijat dengan lembut dan sering
untuk mempertahankan kontraksi yang kuat. Sesekali keluarkan
gumpalan darah dan perkirakan jumlah total darah yangg hilang setelah
satu jam.
17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Persalinan kala tiga dimuiai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta. Kala tiga berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Petugas Kesehatan
Dalam melakukan penatalaksanaan kala tiga, sebagai tenaga
kesehatan perlu memperhatikan hal-hal yang menyangkut
kesejahteraan pasien, misalnya memperhatikan kesterilan alat, dan
melakukan prosedur yang tepat dan benar.
18
3.2.3 Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada kala tiga dengan cermat dan terampil.
19
DAFTAR PUSTAKA
Benson, Ralph C., Martin L. Pernoll. 2009. Buku Saku Praktik Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : GC.
www.gooizle.co.id/images/manualplasenta
20