Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FISIOLOGI LAKTASI

Nama : SARIYANI

P27902318012

JURUSAN KEBIDANAN RANGKAS BITUNG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANTEN

Jl. Jend. Ahmad Yani Km. 02 Telp ( 0252 ) 201320 Rangkas Bitung

Tahun 2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
karunia-Nya Makalah Fisiologi Laktasi ini dapat penulis selesaikan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
Ibu Yayah Rokayah, M. Kes yang telah memberikan arahan dalam pembuatan
makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN …....... .................................................................. 2
2.1 Pengertian …....... .................................................................... 2
2.2 Fisiologi Laktasi .................................................................... 4
2.3 Air Susu Ibu ( ASI ) ................................................................. 8
2.4 Inisiasi Menyusu Dini .............................................................. 9
2.5 Asi Eksklusif......... ................................................................... 10
2.6 Manfaat Pemberian Asi ............................................................ 13
BAB III PENUTUP…. ................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 16
3.2 Saran.... ..................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………. ................................... 17


LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………. ................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki


dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu
tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah
dan menarik. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ
ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan
bayi yang paling penting pada bulan-bulan pertama kehidupan.

Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang penuh untuk


menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap hari sampai setelah
bayi di lahirkan cairan ini di namakan kolostrum. Penting untuk diketahui oleh ibu-
ibu supaya menyususi harus dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan bayinya
dan dilaksanakan secara teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam hari.

Laktasi bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan.


Ironinya, banyak wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih banyak ibu-ibu yang
baru melahirkan yang tidak mendapatkan informasi maupun konseling mengenai
keluarga berencana.

B. Tujuan penulisan
1. Agar dapat menambah wawasan dan mengenal lebih dalam lagi payudara kita.
2. Agar kita dapat mengetahui betapa penting laktasi
3. Mengetahui bagaimana proses dan perawatan laktasi
4. Agar kita dapat mengetahui tentang payudara dan susunan-susunan payudara
sehingga kita atau seprang Ibu dapat merawat dan menjaga kesehatan
payudaranya.
5. Khususnya seorang Ibu agar mengetahui tentang kolostrum dan kandungan
gizi yang terdapat dalam ASI.

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Payudara

Payudara adalah Organ tubuh yang terletak bagian bawah kulit dan di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan
kata lain, payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada
sampai tulang iga ke enam, bentuknya cembung ke depan bervariasi dan di tengahnya
terdapat putting susu yang terdiri dari kulit dan jaringan erektil (Maryunani, 2010). .
Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering kali berukuran tidak sama.Payudara
dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang umumya lebih besar dari yang kanan. Pada
waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai
800 gram.

Ada tiga bagian utama payudara, yaitu :

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang


ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan
pembuluh darah dan serat saraf sensorik.

Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea


yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas
dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan
risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting
payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan.
Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol
laktasi dan perilaku ibu.

ii
Dalam korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi
susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules
(kelenjar sekresi) kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 buah lobulus
pada tiap payudara.

Dari alveolus, ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian


beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus). Di bawah areola saluran besar melebar disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya,
semua memusat ke dalam putting bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus
maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI
keluar.

Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali
selama masa menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak
berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus
dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan
isinya ke dalam duktus aksretorius lobus itu. Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak.
Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang
merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia
superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk
payudara.

Payudara mendapat perdarahan dari :

1) Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna.

Cabang-cabang I, II, III, dan IV dari a. mammaria interna menembus dinding


dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesui, menembus m.pektoralis
mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandula mamma.

2) Rami pektoralis a. thorako-akromialis

Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.
Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan
mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).

ii
3) A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna)

Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk
mendarahi bagian lateral payudara.

4) thorako-dorsalis

Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini mendarahi
m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini tidak memberikan
pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada
tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini
sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.

5) Vena

Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :

a) Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna

Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara.
Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang kemudian bermuara pada
v. innominata.

b) Cabang-cabang v. aksillaris

Terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis dan v. thorako-


dorsalis.

c) Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis.

Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis, kemudian bermuara pada v.


azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru)

B. Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI


(prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai sejak

ii
embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang
berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi
alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI.

Pada proses laktasi, terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin
dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan
hisapan bayi

Pasca melahirkan tubuh ibu akan mengalami perubahan kondisi dan sistem
sirkulasi pada tubuhnya. Kondisi ini disebabkan tubuh ibu mengalami adaptasi dan
pemeliharaan kondisi pasca kelahiran, serta sedang dalam masa produksi ASI.

Produksi ASI oleh tubuh ibu tentu dipengaruhi banyak hal. Beberapa hal dasar
yang sering memengaruhi produksi ASI adalah kondisi kesehatan, kondisi
psikologis, serta asupan makan ibu pasca kehamilan. Kombinasi dari ketiga hal
tersebut dapat memengaruhi hormon tubuh ibu selama menyusui.

Pada masa menyusui, tubuh ibu memproduksi dua hormon yang sangat vital
dalam mendukung kesehatan ibu dan pemberian ASI pada bayi. Kedua hormon
tersebut adalah hormon oksitoksin dan prolaktin.

Kedua hormon ini penting ibu dan bayi karena manfaatnya, yaitu:

 Prolaktin

Prolaktin adalah hormon yang menstimulasi produksi ASI ibu. Selain itu prolaktin
adalah hormon yang dapat menghambat ovulasi. Kondisi ini akan membuat ibu
mampu memproduski ASI dengan baik untuk mendukung tumbuh kembang bayi.
Disamping itu adanya hormon oksitoksin dapat mencegah terjadinya kehamilan
selama masa menyusui

a. Refleks Prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat


kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin

ii
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu
saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang.

Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin

Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga


keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam
keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting
susu.

b. Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan


yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus
sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir
melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,


mendengarkan suara bayi mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-
faktor yang menghambat reflek let down adalah stress seperti keadaan bingung,
cemas, pikiran kacau, dan takut.

ii
 Oksitoksin

Hormon yang dapat menstimulasi keluarnya ASI adalah oksitoksin. Hormon ini
juga akan meningkatkan kontraksi pada uterus ibu sehingga pengembalian ukuran
uterus dapat terjadi lebih cepat.

. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan


menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior,
sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang
terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis

Kedua hormon tersebut harus diproduksi tubuh ibu dengan sama baiknya untuk
mendukung pemberian ASI yang berkualitas. Maka dari itu perlu diperhatikan
kondisi-kondisi yang dapat memengaruhi hormon tersebut.

Mekanisne hisapan bayi : Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang
diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti:

1. Refleksi mencari (Rooting reflex)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau derah sekeliling mulut merupakan
rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi

2. Refleks mengisap (Sucking reflex)

Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin
semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada
ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi
supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di belakang
puting susu.

ii
3. Refleks menelan (Swallowing reflex)

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap
(tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.

Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari:

a) Aspek fisik

Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa
jadwal. Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.

b) Aspek fisiologis

Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui sehingga bayi
mendapatkan nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan
dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu
oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI
eksklusif dapat menjarangkan kehamilan/atau dapat digunakan sebagai KB alami.

c) Aspek psikologis

Rawat gabung dapat menjalin hubungan baik antara ibu dan bayi atau proses lekat (
early in fant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badanniah
ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan
bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang
dapat memberikan ASI secara eksklusif merupakan kepuasan tersendiri.

d) Aspek edukatif

Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan
merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat dorongan suami dan keluarga
sangat dibutuhkan ibu.

e) Aspek ekonomi

ii
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi
juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan
dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang di butuhkan.

f) Aspek medis

Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu,
ibu dapat melihat perubahan fisik atau prilaku bayinya yang menyimpang dengan
cepat sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-
hal dianggap tidak wajar.

C. Air Susu Ibu (ASI)

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan
utama bagi bayi. Komposisi asi tidak sama berdasarkan waktu ke waktu, hal ini
berdasarkan stadium laktasi.

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:

 Kolustrum,

Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi
oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan.
Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna
kekuningan. Kolustrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,
nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,
kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.

Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang
digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus,
jamur dan parasite. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita,
tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung
bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak
terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
makanan bagi bayi makanan yang akan datang.

ii
 ASI Transisi / Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI
matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air
susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar
imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

 ASI Matur

ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak
berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila
dipanaskan.

Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut
foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan
tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi
hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan
lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik
foremilk maupun hindmilk. Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara
kolustrum, ASI transisi dan ASI matur.

D. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini adalah memberikan kesempatan kepada bayi untuk


mulai menyusu sendiri segera setelah bayi dilahirkan. ( Sintha,2008). Inisiasi
Menyusu Dini adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir.
(Prasetyono,2008)

Masa - masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar
kandungan disebut Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
adalah proses alami mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi
kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dari satu jam pertama
pada awal kehidupannya. (Roesli, 2008).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari puting susu
ibunya dan melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama
setelah bayi dilahirkan (Baskoro, 2008).

ii
Prinsip dalam Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah bayi diberikan kesempatan
untuk mengembangkan instingnya dalam menyusu kepada ibunya. Setiap bayi lahir
memiliki insting dan refleks yang sangat kuat pada satu jam pertama kelahirannya.
Lebih dari 1 jam maka refleks bayi akan menurun dan baru menguat kembali setelah
40 jam. Jadi, sangatlah penting agar tidak melewatkan waktu 1 jam pertama ini.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dapat mendorong kita untuk melakukan
IMD sesaat setelah bayi dilahirkan :

 Percayalah bahwa bayi dapat melakukan ini sendiri. Sebenarnya ada kodrat alami
seorang bayi yang baru lahir untuk menyusu pada ibunya.
 Ini merupakan tahap awal yang baik,bila ingin memberikan ASI ekslusif selama
6 bulan pertama. Bayi akan menyukai ASI dan ibu tidak akan kekurangan untuk
memberikan ASI dan IMD juga mengurangi rasa nyeri saat harus menyusui.
 Jangan mengkhawatirkan bayi kita akan kedinginan karena tanpa pakaian apapun
harus dibiarkan selama 1 jam untuk mencari puting susu ibunya. Hal ini karena
kulit ibu dapat menghangatkan bayi secara sempurna.
 Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, serta
mengurangi tingkat kematian bayi baru lahir.
 Gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim
danmengeluarkan hormon yang membantu menghentikan perdarahan ibu.
 Bila bayi melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat menyerah untuk
memberikan ASI. Bayi yang menangis belum tentu karena merasa lapar,biarkan
bayi menemukan susu sendiri
 Bila persalinan harus melalui proses Caesar kita tetap dapat melakukan IMD
walaupun kemungkinan keberhasilannya hanya 50% daripada persalinan normal.
 IMD dapat meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.

E. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan
tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (
pengobatan penyakit ).

ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi , hormon,

ii
unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI
mencakup hampir 200 unsur zat makanan.

ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
penyakit. Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik
dan air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat
yang sama ASI juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf.

Ibu bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi,
banyak solusi yang ditawarkan untuk tetap memberikan ASI eksklusif, dan yang
terpenting di sini adalah perubahan mindset serta komitment sebagai orang tua yang
selalu mementingkan kesehatan dan tumbuh kembang bayi.

TIPS UNTUK MELANCARKAN ASI EKSKLUSIF

1. Pijat Payudara / Breast Massage

Perawatan payudara selama hamil berperan besar dalam mewujudkan


tercapainya program ASI Eksklusif. Breast massage bertujuan untuk relaksasi dan
membantu refleks mengeluarkan ASI. Breast massage sebaiknya dilakukan sedini
mungkin yakni saat usia kehamilan 5 - 6 bulan. Dan jika umur kehamilan telah
memasuki trimester ke-3, breast massage tidak boleh dilakukan karena dapat
menimbulkan kontraksi rahim. Breast massage dapat dilakukan lagi setelah si buah
hati lahir.

Cara Breast massage :

Bersihkan payudara dengan air hangat, lalu pijat dengan menggunakan minyak
(baby oil atau minyak kelapa / VCO). Pijat payudara dalam beberapa menit dari arah
pangkal (atas) payudara menuju puting (bawah) dengan gerakan memutar pada satu
area payudara. Lakukan hal yang sama pada area payudara yang lain . Pijat bagian atas
dan bawah payudara dari arah pangkal ke arah puting, kemudian lanjutkan gerakan
yang sama pada bagian samping payudara dari dada ke arah putting.

2. Perawatan puting dan usaha menyusui secara langsung

ii
Puting susu menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif, tidak jarang ibu merasakan putus asa untuk memberi ASI oleh karena
masalah puting susu seperti misalnya puting susu lecet, puting susu gepeng, datar
ataupun radang pada payudara yang sering disebut mastitis. Masalah tersebut dapat
diatasi dengan cara melakukan perawatan secara rutin pada puting susu, dan usahakan
menyusui secara langsung.

3. Asupan Nutrisi yang optimal

Nutrisi optimal merupakan salah satu modal persiapan menyusui. Konsumsi


makanan yang bergizi tinggi dapat menghasilkan kualitas ASI yang baik sehingga
dapat mencukupi kebutuhan Gizi pada bayi.

4. Ubah mindset dan cari dukungan

Perubahan pola pikir dapat menumbuhkan keyakinan pemberian ASI


eksklusif. Karena pikiran positif akan menghasilkan hal yang positif, jadi pada saat
anda memutuskan untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi anda, maka yakinlah
bahwa pasti dapat melaksanakan dengan optimal. Selain perubahan pola pikir juga
sangat penting adanya dukungan dari lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang baik adalah lingkungan kerja yang mendukung


keberhasilan ASI Eksklusif, dengan menyediakan fasilitas, sarana pemberian ASI,
serta disediakan waktu untuk memerah atau memberikan ASI kepada bayinya.

5. Rajin mencari informasi

ASI harus diperah minimal tiap 1 - 3 jam sekali, semakin sering diperah maka
produksi ASI akan semakin meningkat. Produksi ASI sudah dirancang tidak lebih dan
tidak kurang pada setiap bayi. Jika terjadi masalah dengan menyusu, dan masalah
pemberian ASI sebaiknya dapat diatasi secara mandiri, maka dari itu seorang ibu harus
lebih rajin membaca dan mencari informasi tentang cara menangani masalah
menyusui, bahkan Anda bisa menjadi sumber informasi untuk masyarakat sekitar
anda.

Ingatlah bahwa pemberian ASI secara maksimal maka secara otomatis sang
ibu telah mentransfer imunitas kepada bayi. Dan keputusan untuk menyusui bayi anda
secara eksklusif merupakan keputusan yang sangat bijaksana.

ii
F. Manfaat Pemberian ASI

Memberikan ASI sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal


hingga bayinya berusia 6 bulan. Berikut merupakan manfaat pemberian ASI menurut
Kristiyansari (2009):

 Manfaat ASI bagi bayi


a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang mendapat
ASI memiliki kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan
setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.
b) Mengandung antibodi. Apabila ibu mengalami infeksi, maka tubuh ibu akan
membentuk antibodi dan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit.
Antibodi di payudara disebut Mammae Associated Immunocompetent
Lymphoid Tissue (MALT).
c) ASI mengandung komposisi yang tepat. ASI terdiri dari proporsi seimbang dan
cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan
pertama.
d) Mengurangi karies dentis.
e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi. Hubungan fisik ibu dan bayi,
kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor
maupun sosial yang baik.
f) Terhindar dari alergi. Pada bayi baru lahir, sistem IgE belum sempurna,
pemberian protein asing yang ditunda sampai usia 6 bulan mengurangi resiko
alergi.
g) Meningkatkan kecerdasan bayi. Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang
mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak.
h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena
gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.
 Manfaat ASI bagi ibu
 Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting merangsang ujung syaraf sensorik


sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin, yang akan masuk ke

ii
indung telur, menekan produksi estergen sehingga tidak terjadi ovulasi.
Pemberian ASI membrikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6
bulan pertama dengan metode ASI eksklusif dan belum menstruasi.

 Aspek keselamatan ibu

Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis, yang


membantuinvolusi uterusdan mencegah pendarahan post partum. Penundaan haid dan
berkurangnya perdarahan post partum mengurangi resiko anemia defisiensi besi.

 Aspek penurunan berat badan

Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan
lemak akan terpaki.

 Aspek psikologis

Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

 Manfaat ASI bagi keluarga


a) Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, dan bayi yang mendapat ASI cenderung lebih sehat
sehingga mengurangibiaya berobat jika sakit.

b) Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga


suasana kejiwaan keluarga terpenuhi.

c) Aspek kemudahan

ASI dapat diberikan di mana saja, kapan saja. Tidak memerlukan perwatan dot
dan sebagainya.

Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara
lain sebagai berikut :

 Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan


 Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
 Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
 Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur

ii
 Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga
puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
 Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara.
 Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap
(menangkap) puting susu.
 Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah
payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di
pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudara

ii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jaringan payudara terentang dari sekitar iga ke 2 sampai ke 6 (Bergantung pada


kostur). Pada awal kehamilan, ukuran payudara dan pigmentasi Aerola meningakt
Tuberkel Montgomery membesar dan puting payudara menjadi tegak. Aliran darah ke
payudara berlipat dua sehingga pembuluh darah menjadi jelas, dan kulit mungkin
tampak seperti marmer tpaslusen.

Struktur buah dada teridiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan lemak, cairan
susu / kolostrum yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 35 jam pertama setelah
melahirkan mengandung banyak gizi dan zat – zat pertahanan tubuh. Laktasi adalah
Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI merupakan suatu
interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-
macam hormon.

B. Saran

Bagi ibu menyusui perawatan puting susu merupakan hal yang sangat penting
sehingga harus dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus menjaga organ refroduksi
terutama payudara agar dapat terhindar dari penyakit yang menyerang payudara.
Selain itu dengan merawat payudara kitaterutama pada seorang Ibu maka zat gizi yang
di perlukan bayinya akan terpenuhi dengan baik, sehingga pertumbuhan bayi dapat
berjalan dengan lancar.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra.

Evulanda, Ayu F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika.

Kristiyanasari, W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha medika.

Marimbi, H. 2010. Biologi Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Maryunani, A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info


Media.

Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara.

Saryono. 2009. Biokimia Reproduksi. Yogyakarta : Mitra Cedika.

ii

Anda mungkin juga menyukai