Oleh
MUTIA UMAR AHMAD BATARFIE
H 24102074
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
fungsinya bagi kehidupan tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain.
Terpenuhinya kebutuhan air minum dengan kualitas yang baik, memungkinkan
masyarakat hidup secara sehat. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus
memenuhi persyaratan air minum dalam kemasan yang diatur sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI-01-3553-1996. Untuk hal tersebut
diperlukan pengendalian mutu dari awal sampai dengan akhir meliputi, bahan
baku, proses produksinya, serta produk jadi yang meliputi pengujian fisika, kimia,
dan mikrobiologi.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui proses produksi AMDK di
PT.Sinar Bogor Qua (PT.SBQUA), dalam usaha menghasilkan air minum yang
aman untuk dikonsumsi. (2) Menganalisis pengendalian mutu pada proses
produksi AMDK. (3) Mengidentifikasikan sebab – sebab potensial yang
mempengaruhi mutu air minum dalam kemasan di PT.SBQUA. (4) Mengetahui
apakah pengendalian mutu pada proses produksi tersebut terkendali ataupun tidak
terkendali.
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, dan
hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari data yang dimiliki perusahaan, bahan pustaka yang berkaitan dengan
kebutuhan penelitian. Analisis data menggunakan diagram sebab akibat dan grafik
kendali. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan bantuan alat pengolah data
Minitab versi 14.
Pada proses produksi, air baku akan diproses melalui beberapa tahap filtrasi
yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan kekeruhan serta melalui proses
sterilisasi (ozonisasi dan ultra violet). Pengendalian mutu pada PT SBQUA terbagi
menjadi empat tahap yaitu pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu
dalam proses, pengendalian mutu produk jadi, dan pengendalian mutu kemasan.
Agar kualitas air tetap terjamin, PT. SBQUA dilengkapi dengan laboratorium QC
yang cukup memenuhi syarat untuk melakukan pengujian mutu air, dan secara
berkala dilakukan perbandingan dengan pengujian kembali di laboratorium yang
sudah terakreditasi.
Pada diagram sebab akibat diperoleh faktor – faktor yang mempengaruhi
mutu dari AMDK, yaitu bahan baku, mesin / alat, kemasan, lingkungan, metode
serta karyawan. Analisis grafik kendali untuk pH, Total Dissolved Solid (TDS),
dan kekeruhan, menggunakan grafik kendali X-bar dan Range (R), dengan
pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali sehari dalam 20 kali observasi,
yakni pagi, siang, dan sore hari, pada enam kran tahapan produksi, antara lain tank
penampungan bahan baku, carbon active filter I, ressin filter, carbon active filter
II, setelah melewati filter cartridge mesin filler. Kriteria proses tidak terkendali
sesuai dengan kriteria dalam minitab versi 14.
Pada grafik kendali x-bar dan R disimpulkan rata-rata pH sesuai dengan
standar yang ditetapkan perusahaan yaitu 6,5 – 8,5 , meskipun terlihat bahwa
proses produksi masih tidak terkendali. Grafik kendali x-bar dan R untuk
kekeruhan juga terlihat bahwa proses produksi masih tidak terkendali, meskipun
demikian rata – rata kekeruhan masih berada dalam standar perusahaan yaitu
maks. 2,5 NTU. Pada grafik kendali x-bar dan R untuk TDS dapat disimpulkan
rata-rata TDS sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan yaitu 50–90
mg/l, meskipun terlihat bahwa proses produksi masih tidak terkendali. Kondisi
tersebut menandakan bahwa terdapat variasi penyebab khusus dalam proses
produksi, oleh karena itu pihak perusahaan harus menghilangkan variasi penyebab
khusus, agar membawa proses ke dalam pengendalian statistikal. Variasi penyebab
khusus dapat berupa: 1) Kondisi Bahan Baku. 2) Mesin,seperti carbon active
filter , atau ressin filter tidak berfungsi dengan baik, sehingga operator harus
melakukan backwash. 3) Filter Cartridge tidak berfungsi dengan baik atau
tersumbat, sehingga operator harus melakukan penggantian filter tersebut. 4)
Terjadi kesalahan pengujian, yang disebabkan oleh daya fungsi alat uji yang sudah
tidak maksimal, atau kesalahan metode dari pertugas QC. 5) Lingkungan yang
tidak steril dan bersih.
ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI
AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) SBQUA
(STUDI KASUS di PT SINAR BOGOR QUA, PAJAJARAN - BOGOR)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
MUTIA UMAR AHMAD BATARFIE
H 24102074
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
MUTIA UMAR AHMAD BATARFIE
H 24102074
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Saat ini masyarakat mulai sadar akan kebutuhan air minum yang mempunyai
kualitas baik. (Air Minum Dalam Kemasan) AMDK memiliki definisi yang jelas,
yaitu air yang telah diolah dan dikemas serta aman untuk diminum. Air minum
dalam kemasan yang aman, harus memenuhi persyaratan air minum dalam
kemasan yang diatur sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor
SNI-01-3553-1996. Untuk hal tersebut diperlukan pengendalian mutu dari awal
sampai dengan akhir produksinya. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengendalian
Mutu Pada Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) SBQUA (studi
kasus di PT. Sinar Bogor QUA, Pajajaran Bogor)”.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril
maupun materiil. Oleh kerena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ir. Abdul Basith, M.Sc dan Erlin Trisyulianti, STP, MSi sebagai dosen
pembimbing I dan II, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis.
2. Heti Mulyati, STP, MT, atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi
dosen penguji.
3. Pimpinan dan karyawan/wati PT. Sinar Bogor QUA, Teh Nur, Teh Rima, Pa
Toto, Pa Awal, dan Pa Udin, atas bantuan informasi dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM
IPB.
5. Keluarga tercinta, abah dan mama (alm), bunda yang datang melengkapi
hidup ini, kakak-kakakku, Ahmad dan Ibrahim, Pakde, Bude, Om, Tante,
iv
Ua, Opung, serta sepupu-sepupuku khususnya untuk Amalia, atas doa,
pengertian, dukungan dan kasih sayang yang tiada tara.
6. Sahabat – sahabatku tersayang, yang telah memberikan arti sebuah
persahabatan, Via, Imel, Meis, Manal, Desi.S, Ida, Ikoh, Iwed, Uthie, Inne,
Aya, Yulis, Maria.U, Ika.C, dan Dian.K atas perhatian, dukungan, dan
bantuannya.
7. Rusli CRY atas warna-warni hidup, pengertian, bantuan, dukungan, dan
semangatnya.
8. Arya, Eko, Dinie, dan Mala atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman satu bimbingan, Sri Nurainida dan Bima Aryo. W atas bantuan
dan kerjasamanya.
10. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan’39 yang selalu bersama-
sama membuat kenangan indah selama kuliah.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas
kebaikannya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................x
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang...................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3.Tujuan Penelitian...............................................................................................3
1.4.Manfaat Penelitian............................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi Mutu......................................................................................................5
2.2.Dimensi Mutu.....................................................................................................6
2.3.Pengendalian Mutu...........................................................................................7
2.4.Proses Produksi..................................................................................................8
2.5.Alat dan Teknik Pengendalian Kualitas......................................................10
2.6.Air Minum Dalam Kemasan..........................................................................19
2.7.Penelitian Terdahulu.........................................................................................21
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Kerangka Pemikiran.........................................................................................24
3.2.Metode Penelitian
3.2.1.Pengumpulan Data..................................................................................25
3.2.2.Pengolahan dan Analisis Data
a. Diagram Sebab Akibat......................................................................25
b.Grafik Kendali......................................................................................27
vi
4.4.Hasil Analisis
4.4.1.Analisis Diagram Sebab Akibat..........................................................38
4.4.2.Analisis Grafik Kendali (Control Chart)
a. Grafik Pengendali Derajat Keasaman (pH)Air..........................44
b.Grafik Pengendali Kekeruhan Air(Turbidity)............................54
c. Grafik Pengendali Total Disolved Solid Dalam Air (TDS)...66
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan........................................................................................................................77
Saran.....................................................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................79
LAMPIRAN......................................................................................................................80
vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Perkembangan Perusahaan Air Minum (PAM) 2002-2004..........................1
2. Interpretasi BKM untuk pola data yang sistematik........................................18
3. Persyaratan Mutu Air Minum Dalam Kemasan...............................................20
4. Pengendalian Mutu Bahan Baku..........................................................................35
5. Pengendalian Mutu dalam Proses........................................................................36
6. Pengendalian Mutu Produk Jadi...........................................................................37
7. Pengertian Grafik Kendali X-bar dan R.............................................................42
8. Kriteria Proses Tidak Terkendali..........................................................................43
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Sistem Pengendali Kualitas....................................................................................8
2. Skema Proses Produksi...........................................................................................9
3. Diagram Sebab Akibat.............................................................................................11
4. Bentuk Dasar Grafik Kendali................................................................................14
5. Pengendalian Kualitas Statistik............................................................................16
6. Kerangka Pemikiran Penelitian............................................................................24
7. Struktur Organisasi PT. SBQUA..........................................................................30
8. Diagram Sebab Akibat Kualitas AMDK SBQUA..........................................39
9. Grafik Kendali X-bar dan R pH Air pada BB..................................................44
10. Grafik Kendali X-bar dan R pH Air pada CF1………............................ 46
11. Grafik Kendali X-bar dan R pH Air pada RF...................................................47
12. Grafik Kendali X-bar dan R pH Air pada CF2................................................49
13. Grafik Kendali X-bar dan R pH Air pada SC..................................................50
14. Grafik Kendali X-bar dan R pH Air pada Filler.............................................52
15. Grafik Kendali X-bar dan R Kekeruhan Air pada BB...................................54
16. Grafik Kendali X-bar dan R Kekeruhan Air pada CF1.................................56
17. Grafik Kendali X-bar dan R Kekeruhan Air pada RF...................................58
18. Grafik Kendali X-bar dan R Kekeruhan Air pada CF2.................................60
19. Grafik Kendali X-bar dan R Kekeruhan Air pada SC...................................62
20. Grafik Kendali X-bar dan R Kekeruhan Air pada Filler..............................64
21. Grafik Kendali X-bar dan R TDS Air pada BB...............................................67
22. Grafik Kendali X-bar dan R TDS Air pada CF1.............................................68
23. Grafik Kendali X-bar dan R TDS Air pada RF...............................................70
24. Grafik Kendali X-bar dan R TDS Air pada CF2.............................................72
25. Grafik Kendali X-bar dan R TDS Air pada SC...............................................73
26. Grafik Kendali X-bar dan R TDS Air pada Filler..........................................74
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar nilai koefisien dalam perhitungan
batas-batas Grafik kendali X dan R....................................................................80
2. Total pemakaian air dan total produksi
AMDK PT. SBQUA pada bulan Januari hingga April 2006.......................81
3. Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) SBQUA.............84
4. Prosedur Pengujian Mutu Air................................................................................85
5. Cara –Cara Pengujian Mikrobiologi...................................................................87
6. Standar Mutu Gallon dan Tutup Gallon SBQUA............................................88
7. Instruksi Kerja Pencucian Gallon dan Gallon Berlumut...............................90
8. pH Air Pada Tank Penampungan Bahan Baku.................................................91
9. pH Air pada Carbon Active Filter I………............................................. 92
10. pH Air pada Ressin Filter.......................................................................................93
11. pH Air pada Carbon Active Filter II...................................................................94
12. pH Air Setelah Melewati Filter Cartridge........................................................95
13. pH Air pada Mesin Filler.......................................................................................96
14. Kekeruhan Air pada Tank Penampungan Bahan Baku.................................97
15. Kekeruhan Air pada Carbon Active Filter I…........................................ 98
16. Kekeruhan Air pada Ressin Filter.......................................................................99
17. Kekeruhan Air pada Carbon Active Filter II.…...................................... 100
18. Kekeruhan Air Setelah Melewati Filter Cartridge.........................................101
19. Kekeruhan Air pada Mesin Filler........................................................................102
20. TDS Air Pada Tank Penampungan Bahan Baku.............................................103
21. TDS Air pada Carbon Active Filter I.................................................................104
22. TDS Air pada Ressin Filter...................................................................................105
23. TDS Air pada Carbon Active Filter II................................................................106
24. TDS Air Setelah Melewati Filter Cartridge.....................................................107
25. TDS Air pada Mesin Filler....................................................................................108
x
I. PENDAHULUAN
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
fungsinya bagi kehidupan tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain.
Menurut Suprihatin (2004), air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna,
dan tidak berbau. Meskipun demikian, air yang jernih, tidak berwarna, dan
tidak berbau belum tentu aman dikonsumsi. Saat ini masyarakat mulai sadar
akan kebutuhan air minum yang mempunyai kualitas baik. Terpenuhinya
kebutuhan air minum dengan kualitas yang baik, memungkinkan masyarakat
hidup secara sehat. Sebagian besar kebutuhan air minum tersebut selama ini
dipenuhi dari sumber air sumur atau dari air permukaan yang telah diolah
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tabel 1 menjelaskan bahwa
pada tahun 2004, jumlah perusahaan air bersih di Indonesia mencapai sekitar
485 perusahaan, dengan jumlah air bersih yang disalurkan kepada konsumen
pada tahun 2004 sebanyak 2.586.000 meter kubik. Jumlah tersebut
meningkat sebanyak 11,08 % dari tahun sebelumnya yaitu 2.328.000 meter
kubik.
Saat ini air PDAM belum memenuhi standar air minum yang sehat dan
bisa langsung diminum, melainkan harus dimasak dahulu untuk membunuh
bakteri yang kemungkinan tidak mati oleh zat kimia (kaporit), oleh karena
itu, pemakaian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dewasa ini meningkat
tajam. Hal ini mendorong pertumbuhan industri AMDK di kota-kota besar di
Indonesia.
Para pakar memiliki definisi yang berbeda – beda tentang kata mutu,
namun pada intinya mengandung maksud yang sama.Menurut Juran dalam
Nasution (2004), kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk
(fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Kecocokan penggunaan itu didasarkan atas lima ciri utama berikut :
a. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan
b. Psikologis, yaitu citra rasa atau status
c. Waktu, yaitu kehandalan
d. Kontraktual, yaitu adanya jaminan
e. Etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur
Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai
daya tahan penggunaannya lama, produk yang digunakan akan
meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, produknya
tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality assurance) dan sesuai
etika bila digunakan.
Kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi
bahan baku, proses produksi dan produk jadi (Crosby dalam Nasution,
2004). Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan
harus benar–benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas
suatu produk yang akan dihasilkan (Deming dalam Nasution, 2004)
Figenbaum (1996) menyatakan, mutu produk dan jasa dapat
didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa
dari pemasaran, rekayasa, pembikinan, dan pemeliharaan yang membuat
produk dan jasa yang digunakan untuk memenuhi harapan–harapan
pelanggan. Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen (Garvin dan
Davis dalam Nasution, 2004).
Nasution (2004) menyimpulkan ada beberapa persamaan dalam definisi
kualitas, yaitu dalam elemen – elemen sebagai berikut :
a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
b. Kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan
c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang
berkualitas pada masa mendatang).
Menurut perbendaharaan istilah ISO 8402 dalam Gaspersz (2003),
kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang
menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dispesifikasikan atau ditetapkan. Menurut Prawirosentono (2004), jika
ditinjau dari produsen, mutu produk adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat
suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan
konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan.
Sifat khas suatu mutu yang “handal” harus mempunyai multi dimensi,
karena harus memberi kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi
konsumen dengan melalui berbagai cara (Prawirosentono, 2004).
Menurut Garvin dalam Ariani (1999), dimensi kualitas untuk industri
manufaktur, yaitu :
a. Performance, yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu
sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.
b. Feature, yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang
merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan
yang baik bagi pelanggan.
c. Reliability, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena
kehandalannya atau karena kemungkinan rusaknya rendah.
d. Conformance, yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran
tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan.
e. Durability, yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
f. Serviceability, yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau
kemudahan memperoleh komponen produk tersebut.
Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk
yang dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Hal
terbaik adalah apabila perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir,
melainkan proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses
(work in process), sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih
dapat diperbaiki, sehingga tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar
mahal karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan
ulang (Ariani, 1999). Dimensi kualitas dapat dijadikan dasar bagi pelaku
bisnis utuk mengetahui apakah ada kesenjangan (gap) atau perbedaan antara
harapan pelanggan dan kenyataan yang mereka terima. Jika kesenjangan
antara harapan dan kenyataan cukup besar, menunjukkan bahwa perusahaan
tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggannya (Yamit, 2004).
Pemasok Buang
Tolak Tolak
Pengerjaan Ulang
Penerima Proses Produk
Input Output
QC Dept Produksi Akhir
Proses
QC Dept
Terima Terima
Manajemen
Produksi Operasi
Kembali
M asu kan
Keluaran
Informasi Informasi
2.5.2. Brainstorming
Bahan Metode
Penyebab
Persoalan
dan Akibat
Penyebab
Peralatan Manusia
2.5.8. Histogram
kualitas
Batas pengendali bawah
Pengendalian
Kualitas Statistik
Air minum adalah semua air baik yang masih bersifat alami maupun
yang telah mengalami proses tertentu, misalnya desalinasi pada air laut dan
memenuhi standar air minum yang telah ditetapkan. Standar air minum
dibedakan menjadi air biasa, air mineral, air mineral alami, dan air minum
dalam kemasan (SII dalam Amelia, 2004). Menurut Dewan Standardisasi
Nasional (DSN), air minum dalam kemasan adalah air yang telah
diolah/diproses, dikemas dan aman diminum. Beberapa persyaratan mutu
yang harus dipenuhi dalam proses produksi air minum dalam kemasan,
yaitu:
Dua standar nasional yang mengatur kualitas air minum, yaitu SNI 01
3553 - 1996 (Standar Nasional Indonesia) dari Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, serta Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002, air minum harus memenuhi persyaratan tingkat
kontaminasi nol untuk keberadaan bakteri coliform. Menurut PERMENKES
No 907/Menkes/SK/VII/2002 dalam laporan pelaksanaan penyuluhan
makanan dan minuman (2003), kualitas air minum yang memenuhi syarat
kesehatan adalah :
a. Syarat Fisik :
Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan temperature tidak
melebihi suhu udara.
b. Syarat Kimia :
Tidak mengandung bahan kimia yang beracun dan zat yang
menimbulkan gangguan kesehatan.
c. Syarat Bakteriologi :
Tidak mengandung kuman parasit, kuman patogen, bakteri E coli
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting
kualitas air minum. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit
tertentu secara langsung, tetapi keberadaannya di dalam air minum
menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah. Oleh karena itu, dipersyaratkan
bahwa air minum harus bebas dari bakteri semua jenis coliform. Semakin
tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform maka akan semakin tinggi pula
resiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam
Kompetisi dalam
Industri
Proses Produksi
Proses Pengendalian
Mutu
Hasil Analisis
Pengendalian Mutu
b. Grafik Kendali
Grafik kendali X dan R (range) digunakan untuk
menganalisis data pada grafik kendali. Rata-rata ( X ) adalah
ukuran yang paling berguna bagi kecenderungan terpusat.
Variabilitas atau pemencaran proses dapat dikendalikan dengan
grafik pengendali untuk deviasi standar, yang dinamakan grafik
S, atau grafik pengendali untuk rentang yang dinamakan grafik
R. Rentang adalah perbedaan antara hasil pengukuran terendah
dan tertinggi dalam satu deretan. Grafik X dan R termasuk teknik
pengendalian proses statistik pada jalur yang paling penting dan
berguna untuk memelihara mean proses dan variabilitas proses
(Montgomery, 1990).
Langkah-langkah membuat grafik kendali X dan R
(Gasperz, 2003) adalah :
1) Tentukan ukuran contoh (n = 4,5,6,....). Untuk keperluan
praktek biasanya ditentukan lima unit pengukuran dari setiap
contoh (n = 5)
2) Kumpulkan 20 – 25 sampel
3) Hitung nilai X dan Range (R) dari tiap sampel.
X= X1+ X2+ + Xn..................................................................... (1)
n
R = x maks - xmin ..................................................................... (2)
Hitung nilai rata-rata dari semua X, yaitu X yang akan
digunakan sebagai garis tengah grafik X tersebut, serta nilai
rata-rata dari semua R, yaitu R yang merupakan garis tengah
dari grafik R.
Misalkan tersedia m sampel, masing-masing memuat n
observasi pada karakteristik kualitas itu. Misalkan X1, X2,...,
Xm adalah rata-rata tiap sampel. Maka penaksir terbaik untuk
rata-rata proses adalah mean keseluruhan yakni :
+X m (3)
X=X1+ X2+... ..................................................................
m
= R1 + R2 + + Rm (4)
R ...
m
4) Hitung batas-batas kendali 3-sigma dari grafik kendali x dan
R.
Grafik kendali x-bar (batas-batas kendali 3-sigma):
UCL (Batas Pengendali Atas) = (5)
X+ A2R ........................
CL (Garis Pusat) = X ......... (6)
.........
.........
.........
LCL (Batas Pengendali Bawah) = X - A R .........................
2
Grafik kendali R (batas-batas kendali 3-sigma):
........................................................
UCL (8)
= D4R
CL = R ...................... (9)
......................
................
LCL ...................................................... (10)
= D3R
Daftar nilai koefisien dalam perhitungan batas-batas grafik
kendali X dan R serta Indeks Kapabilitas Proses terdapat
pada lampiran 1.
5) Buatkan grafik kendali X dan R
6) Gunakan grafik kendali dari X dan R untuk memantau proses
yang sedang berlangsung dari waktu ke waktu, untuk
seterusnya, dan segera ambil tindakan perbaikan apabila ada
perubahan-perubahan yang tidak diinginkan pada proses itu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
DIREKTUR
OPERATOR PRODUKSI
Bahan
Kemasan Metode
Kalibras i Filter
Cuaca Standar Pencucian
Perawatan
Air Mesin / Alat
Tanki Sanitasi
pH Backwash
Mikrobiologi Bahan Penyabunan Kemasan Alat Uji
Chloridane TDS Pencucian Analisa Mutu Air
Kekeruhan Penyimpana
Suhu
Parameter Mutu Air
Pembilasan
Mutu Air Suhu
Mutu Air
Backwash Minum Dalam
Filler
Carbon Active Filter Pelatihan Kemasan
Backwash Filter Catridge
Ressin Filter Filter Pengetahuan Kebersihan
Ozon Sinar UV Pengalaman Suhu
Ozon Generator
Pump Sterilisasi
Kedisiplinan
Ozon Reactor Kalibrasi
Alat Uji Lab
Alat Pencuci Kemasan
Karyawan Lingkungan
Mesin /Alat
Gambar 8. Diagram Sebab Akibat Kualitas AMDK SBQUA
AMDK sebesar 50-90 mg/l. Mikrobiologi merupakan suatu
pengujian untuk melihat kandungan unsur – unsur mikrobiologi
seperti bakteri E-coli, yang dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Pengujian mutu air selanjutnya yaitu pengujian chlorida
(cl) yang terdiri dari total chlorine dan free chlorine, yang
dilakukan minimal 1 bulan sekali. Menurut persyaratan SNI-01-
3553-1996 total chlorine adalah maks. 250 mg/l dan free
chlorine adalah maks. 0,1 mg/l. Cuaca berpengaruh pada bahan
baku air, terutama jika musim hujan, kekeruhan air akan
meningkat. Penyimpanan bahan baku tidak boleh terkena sinar
matahari langsung oleh karena itu bahan yang digunakan adalah
bahan yang kedap cahaya, karena jika suhu dari air meningkat
maka akan mempermudah munculnya bakteri – bakteri pada air.
Suhu maksimum yang diperbolehkan adalah 30°C.
2) Mesin/Alat
Mesin atau peralatan memiliki peranan penting agar dapat
dihasilkan produk yang bermutu. Mesin/peralatan yang dimiliki
oleh PT SBQUA antara lain adalah carbon active filter I, ressin
filter, carbon active filter II, filter cartridge, pump, ozon
generator, ozon reactor, Ultra Violet (UV), dan mesin filler
(pengisi kemasan). Mesin pendukung produksi AMDK yaitu alat
pencuci kemasan. Peralatan lain yang dimiliki oleh PT SBQUA
yaitu peralatan laboratorium yang mampu menganalisa parameter
uji mikrobiologi dan uji fisika-kimia yang minimal dibutuhkan.
Mesin/peralatan memerlukan perawatan agar kinerjanya tetap
terkontrol dan berada dalam standar, perawatan yang dilakukan
antara lain penggantian filter dan backwash pada mesin produksi
serta kalibrasi untuk peralatan pengujian.
3) Kemasan
Bahan kemasan, terdiri dari galon, tutup galon, tissue, serta
segel SBQUA. Bahan kemasan tersebut diperoleh dari pemasok
dan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Galon dan
tutup galon harus melewati tahapan pencucian kemasan dari
pemberian sabun khusus kemasan (teepol), hingga pembilasan
sesuai dengan instruksi kerja pencucian galon.
4) Lingkungan
Kebersihan lingkungan meliputi ruang produksi dan tempat
penyimpanan produk jadi, serta laboratorium harus diperhatikan,
karena memiliki pengaruh terhadap mutu air. Jika kebersihan
tidak dijaga maka akan berpengaruh terhadap bau dan rasa dari
air tersebut. Kebersihan dapat dijaga dengan menjauhkan tempat
sampah dari ruang produksi, dan pembersihan ruangan produksi
setiap kali akan melakukan produksi. Sterilisasi ruangan harus
dilakukan terutama pada ruang filler dan juga laboratorium. Suhu
ruangan tidak boleh terlalu tinggi, agar mencegah timbulnya
bakteri – bakteri pada air.
5) Metode
AMDK yang terjamin harus melewati tahap pengujian
parameter mutu air, agar air yang dihasilkan terbebas dari rasa,
bau, dan warna, serta baketeri-bakteri yang merugikan.
Perawatan untuk mesin/alat yang dimiliki antara lain dilakukan
backwash atau penggantian filter, agar kinerja mesin tetap stabil
dalam menghasilkan air yang berkualitas. Kalibrasi pada
peralatan uji laboratorium, dilakukan sebelum menguji air, hasil
pengukuran air tersebut akurat. Kemasan yang digunakan juga
harus melewati tahapan pencucian kemasan seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
6) Karyawan
Karyawan memiliki pengaruh yang penting terhadap mutu
produk yang dihasilkan. Karyawan produksi / operator bertugas
menjaga dan mengendalikan mesin agar tetap berjalan sesuai
dengan fungsinya, serta melakukan pencucian galon, pengisian
galon, sampai pemberian seal segel galon. Karyawan bagian QC
bertanggungjawab dalam pengujian mutu air.
Pengetahuan terhadap mesin dapat ditingkatkan dengan
pelatihan, serta pengalaman yang mereka dapatkan selama
bekerja. Kebersihan dalam produksi sangat penting, terutama
pada bagian pengisian air kedalam kemasan (filler), dimana
ruangan serta pakaian yang dikenakan oleh operator harus steril.
Kedisiplinan karyawan dibutuhkan untuk menjaga kestabilan
mutu air, seperti pengecekan mesin setiap akan berproduksi,
pengecekan sampel air, serta penggunaan pakaian khusus,
penutup kepala, dan penutup mulut pada ruang filler.
(4) Empat belas titik berurutan Empat atau lima titik yang
berada di atas atau di bawah berturutan di luar batas 1-sigma.
(5) Dua dari tiga titik berada pada Pola tak biasa atau tak random
zona lebih dari 2 sigma dari dalam data.
garis tengah (pada sisi yang
sama)
(6) Empat dari lima titik berada Satu atau beberapa titik dekat satu
pada zona lebih dari 1 sigma batas peringatan atau pengendali.
dari garis tengah (pada sisi yang
sama)
(7) Lima belas titik berturut-turut
berada pada zona 1 sigma dari
garis tengah (pada sisi yang
berbeda)
(8) Delapan titik berturut-turut
berada pada lebih dari 1-sigma
dari garis tengah
Keterangan :
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(6) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis
tengah (pada sisi yang sama)
Keterangan :
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
Keterangan :
(6) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
Keterangan :
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
Keterangan :
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
Keterangan :
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(2) Sembilan titik berturut-turut berada pada sisi yang sama dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(6) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis
tengah (pada sisi yang sama)
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
(6) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(8) Delapan titik berturut-turut berada pada lebih dari 1-sigma dari garis tengah
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(2) Sembilan titik berturut-turut berada pada sisi yang sama dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
(6) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(8) Delapan titik berturut-turut berada pada lebih dari 1-sigma dari garis tengah
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(2) Sembilan titik berturut-turut berada pada sisi yang sama dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
(6) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(8) Delapan titik berturut-turut berada pada lebih dari 1-sigma dari garis tengah
Gambar 18. Grafik kendali X-bar dan R kekeruhan Air pada CF2
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(2) Sembilan titik berturut-turut berada pada sisi yang sama dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
(6) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(8) Delapan titik berturut-turut berada pada lebih dari 1-sigma dari garis tengah
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(2) Sembilan titik berturut-turut berada pada sisi yang sama dari garis tengah
(5) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
(6) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(8) Delapan titik berturut-turut berada pada lebih dari 1-sigma dari garis tengah
Gambar 20. Grafik kendali X-bar dan R kekeruhan Air pada Filler
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(6) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(6) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
Gambar 22. Grafik kendali X-bar dan R TDS Air pada CF1
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(6) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
Gambar 24. Grafik kendali X-bar dan R TDS Air pada CF2
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
Keterangan:
(1) Satu titik berada pada zona lebih dari 3 sigma dari garis tengah
(5) Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah
(pada sisi yang sama)
(6) Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada
sisi yang sama)
Gambar 26. Grafik kendali X-bar dan R TDS Air pada Filler
Kesimpulan
Bulan 3
Pemakaian Air (M )
Januari 84,048
Februari 88,365
Maret 110,26
April 99,670
Total 382,343
Meter Kubik 80
60
40
20
0
Bulan
5000
4093 4011
Total Produksi (unit) 4000 3201
3010
3000
2000
1000
0
Bulan
QC
FILTER CARTRIDGE
a. Petugas QC mengambil sampel air pada lokasi pengujian yang akan diukur.
b. Air tersebut diisi ke dalam erlenmeyer
c. Air yang telah diambil, diuji apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Karakteristik yang diuji adalah pH, TDS, turbidity, suhu, total
chlorine dan free chlorine, dengan cara sebagai berikut :
1). Analisa derajat keasaman (pH)
Nilai pH dalam perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa
dalam air. Penyimpangan dalam pH pada air minum akan mempengaruhi
pertumbuhan mikroba didalam air dan perubahan rasa pada air.
Alat yang digunakan dalam pengujian pH adalah pH meter, dan
erlenmeyer, sedangkan bahan yang digunakan dalam pengujian adalah
buffer pH 7,0, dan air sampel yang diuji.
Pertama – tama dilakukan kalibrasi pH meter, dengan cara menuangkan
buffer pH 7,0 kedalam erlenmeyer, lalu masukkan pH meter kedalam
erlenmeyer tersebut hingga mencapai angka 7,0. Setelah selesai
bahan yang digunakan dalam pengujian adalah air sampel yang diuji. Air
sampel yang diuji dimasukkan kedalam cuvet sampai batas 10 ml, lalu
keringkan luarnya dengan menggunakan tissue. Perusahaan menetapkan
persyaratan turbidity sebesar maks. 2,5 NTU.
4). Analisa Suhu
Suhu diukur dengan menggunakan termometer, dengan batas maksimum
yang ditetapkan perusahaan sebesar 30° C. Suhu yang tinggi akan
mengakibatkan pertumbuhan bakteri dalam air.
5). Analisa Total Chlorine
Pemeriksaan total chlorine dilakukan minimal sebulan sekali. Alat yang
digunakan dalam pengujian total chlorine adalah turbiditimeter, cuvet, dan
tissue, sedangkan bahan yang digunakan dalam pengujian adalah air
sampel yang diuji dan regent total chlorine. Regent total chlorine
dimasukkan ke cuvet, lalu masukkan air yang diuji sampai batasan 10 ml,
kemudian warna air akan berubah menjadi merah muda. Gunakan tissue
untuk membersihkan luar cuvet. Masukkan cuvet kedalam turbiditimeter.
6). Analisa Free Chlorine
Pemeriksaan free chlorine sama dengan total chlorine, hanya regent yang
digunakan adalah regent free chlorine.
Lampiran 5. Cara – Cara Pengujian Mikrobiologi
a. Pembuatan media
Alat: Gelas piala. Pengaduk, kompor listrik, tabung reaksi sebanyak 15,
tabung durham, plastik tahan panas, Otoklaf.
Bahan : Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) sebanyak ± 4,5 gr , air
steril ± 110 ml
Cara : BGLBB dimasukkan kedalam gelas piala lalu campur dengan air steril,
dan dipanaskan dikompor listrik (warna akan berubah menjadi hijau), sampai
tercampur rata dan mendidih. Setelah itu didinginkan sebntar hingga uapnya
menghilang.Tuang ±9 ml cairan tersebut kedalam tabung reaksi sebanyak 11
tabung, untuk tabung reaksi yang diperiksa sebagai media yaitu 9 tabung akan
dimasukkan tabung durham kedalamnya. Sisanya yang tidak dipakaikan
tabung durham disebut blanco. Dari penjelasan diatas
diperoleh 9 tabung reaksi sebagai media, 3 tabung reaksi sebagai blanco, dan 3
tabung reaksi terakhir diisi oleh air steril. Seluruh tabung reaksi tersebut
ditutup dan ditaruh pada gelas piala, agar tutup tidak terlepas maka gelas piala
tersebut dipakaikan plastik tahan panas dan diikat, lalu dimasukkan kedalam
autoclaf selama ±15 menit, setelah itu dinginkan.
b. Cara melakukan sampling
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan sampling :
1) Sebelum masuk dalam ruang laboratorium, pakaian dan tangan harus
bersih (semprot tangan dengan alkohol 70%)
2) Semprot seluruh ruangan dengan alkohol 70%
3) Petugas QC memakai masker, ketika melakukan sampling
4) Mengambil sampel atau menuangkan, agar selalu dekat dengan lampu
spirtus
Setelah hal – hal tersebut dipenuhi, pemeriksaan bakteri e-coli bisa
dilakukan. Setelah pemeriksaan dilakukan, tabung – tabung tersebut
disimpan dalam incubator selama 2x24 jam. Hasil dari pemeriksaan baru
bisa diketahui setelah 2x24 jam.
Lampiran 6. Standar Mutu Gallon SBQUA
7. P. Kuping bukaan : 12 mm – 15 mm
8. L.Kuping bukaan : 7,5 mm – 9,0 mm
9. Tutupan : mudah ditutup, tidak sobek/licin
10. Kebocoran : tidak menetes/bocor
CL = 6,84 CL = 0,38
UCL = X double bar + A2 R bar UCL = D4 R bar
= 6,84 + (1,023 ) 0,38 = (2,574 ) 0,38
= 7,22 = 0,97
LCL = X double bar - A2 R bar LCL = D3 R bar
= 6,84 - (1,023 ) 0,38 = (0 ) 0,38
= 6,46 =0
Lampiran 9. pH Air pada Carbon Active Filter I
CL = 6,87 CL = 0,43
UCL = X double bar + A2 R bar UCL = D4 R bar
= 6,87 + (1,023 ) 0,43 = (2,574 ) 0,43
= 7,30 = 1,09
LCL = X double bar - A2 R bar LCL = D3 R bar
= 6,87 - (1,023 ) 0,43 = (0 ) 0,43
= 6,43 =0
Lampiran 12. pH Air Setelah Melewati Filter Catridge
CL = 0,38 CL = 0,25
UCL = X double bar + A2 R bar UCL = D4 R bar
= 0,38 + (1,023 ) 0,25 = (2,574 ) 0,25
= 0,63 = 0,64
LCL = X double bar - A2 R bar LCL = D3 R bar
= 0,38 - (1,023 ) 0,25 = (0 ) 0,25
= 0,12 =0
Lampiran 15. Kekeruhan Air pada Carbon active filter I
CL = 0,28 CL = 0,14
UCL = X double bar + A2 R bar UCL = D4 R bar
= 0,28 + (1,023 ) 0,14 = (2,574 ) 0,14
= 0,42 = 0,37
LCL = X double bar - A2 R bar LCL = D3 R bar
= 0,28 - (1,023 ) 0,14 = (0 ) 0,14
= 0,13 =0
Lampiran 18. Kekeruhan Air Setelah Melewati Filter Catridge
CL = 0,27 CL = 0,13
UCL = X double bar + A2 R bar UCL = D4 R bar
= 0,27 + (1,023 ) 0,13 = (2,574 ) 0,13
= 0,40 = 0,34
LCL = X double bar - A2 R bar LCL = D3 R bar
= 0,27 - (1,023 ) 0,13 = (0 ) 0,13
= 0,14 =0
Lampiran 19. Kekeruhan Air pada Mesin Filler
CL = 0,23 CL = 0,17
UCL = X double bar + A2 R bar UCL = D4 R bar
= 0,23 + (1,023 ) 0,17 = (2,574 ) 0,17
= 0,40 = 0,43
LCL = X double bar - A2 R bar LCL = D3 R bar
= 0,23 - (1,023 ) 0,17 = (0 ) 0,17
= 0,06 =0
Lampiran 20. TDS Air pada Tank Penampungan Bahan Baku
CL = 61,68 CL = 4,13
UCL = X double bar + A2 R bar UCL = D4 R bar
= 61,68 + (1,023 ) 4,13 = (2,574 ) 4,13
= 65,90 = 10,62
LCL = X double bar - A2 R bar LCL = D3 R bar
= 61,68 - (1,023 ) 4,13 = (0 ) 4,13
= 57,46 =0
Lampiran 25. TDS Air pada Mesin Filler