Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KALA III PERSALINAN

Dosen Pengampu:
Ni Komang Sulyastini, S.ST., M.Pd

Oleh Kelompok 1:
 Putu Desy Riskayani (2006091022)
 Ni Putu Diva Maharani Wiraswanti (2006091023)
 Luh Putu Indah Cantika (2006091024)
 Luh Sherly Budi Sapitri (2006091025)
 Kadek Nadiya Cipta Sari (2006091027)
 Desak Made Windi Pratiwi (2006091030)
 Ni Putu Diah Anggita Pratiwi (2006091036)
 Luh Laksmi Mahayuni (2006091040)
 Komang Surini (2006091041)
 Kadek Dian Widiartini (2006091042)
 Putu Ika Sintiana (2006091043)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021

i
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas kami pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan. Kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan baik bagi penulis dan
pembaca.
Om Santih,santih,santih om

Singaraja, 26 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Kala III Persalinan ....................................................................... 3

2.2 Fisiologi Kala III persalinan .......................................................................... 3

2.3 Manajemen Aktif Kala III ............................................................................. 4

2.3.1 Pemberian suntikan Oksitoksin .............................................................. 5

2.3.2 Penengangan Tali Pusat Terkendali ....................................................... 6

2.3.3 Rangsangan Taktil (masase) Fundus Uteri ........................................... 11

2.4 Atonia Uteri ................................................................................................. 13

2.4.1 Gangguan Kontraksi meiometrium dan perdarahan kala tiga .............. 13

2.4.2Kompresi Bimanual Eksternal ............................................................... 14

2.4.3 Kompresi Aorta Abdominalis ............................................................... 15

2.4.4 Pemasangan Tampon Kondom Kateter ................................................ 16

BAB III.................................................................................................................. 20

PENUTUP ............................................................................................................. 20

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 20

3.2 Kritik Dan Saran .......................................................................................... 20

ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kala III persalinan adalah kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari
insersinya. Kala III persalinan dimulai saat proses kelahiran janin selesai dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara keseluruhan, tali pusat, dan ketuban.
Lama kala III <10 menit pada sebagian besar pelahiran dan <15 menit pada 95%
pelahiran (Sinclair, 2009). Normalnya, saat plasenta dilahirkan maka Rahim
berkontraksi (mengeras dan menyusut) untuk menghentikan perdarahan dari
tempat perlekatan plasenta.
Manajemen aktif kala III merupakan salah satu hal yang sangat penting
dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan
perdarahan pasca persalinan. WHO merekomendasikan agar semua tenaga
kesehatan yang menolong persalinan baik dokter maupun bidan dapat
melaksanakan manajemen aktif kala III. Tujuan manajemen aktif kala III yaitu
untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu pada kala III,mencegah perdarahan, dan mengurangi
kehiangan darah kala III persalinan. Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga
langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri
(Rohani dkk, 2011).
Disamping pemberian suntikan oksitosin 10 IU secara intramuskuler,
oksitosin alamiah dapat dimanfaatkan untuk menunjang kelahiran plasenta yang
cepat dan efektif. Oksitosin alamiah tersebut dapat diperoleh dari rangsangan
puting susu dengan IMD maupun dengan pemilinan pada puting susu ibu.
Rangsangan puting susu akan menyebabkan sel-sel mioepitel sekitar alveoli di
dalam kelenjar mamae memberikan refleks neurogenik kemudian dihantarkan ke
hipotalamus, lalu memicu hipofise posterior untuk mengeluarkan hormon
oksitosin ke dalam darah menimbukan kontraksi miometrium untuk melepas
plasenta (Prawirohardjo, 2011).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Ap aitu kala III Persalinan ?
2. Apa itu Fisiologi Kala III Persalinan ?
3. Apa itu Atonia Uteri ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui kala III Persalinan
2. Untuk Mengetahui Fisiologi Kala III Persalinan
3. Untuk mengetahui Atonia Uteri

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kala III Persalinan


Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses tersebut biasanya memakan
waktu sekitar 5 – 30 menit setelah bayi lahir.

2.2 Fisiologi Kala III persalinan


Pada Kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas (dengan gaya gravitasi) plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke
dalam vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah
ini:
 Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat (diskoid) dan tinggi
fundus berada 3 jari dibawah pusat . Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah alpukat dan
fundus setinggi pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)
 Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (
tanda Ahfeld)
 Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di
retroplasenter (diantara tempat implantasi dan permukaan maternal plasenta)
akan melepas plasenta (dengan gaya gravitasi) dari tempat perlekatannya di
dinding uterus. Jika kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang

3
antara dinding uterus dan plasenta telah melebihi kapasitas tampungnya maka
darah tersebur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

Gambar Pelepasan plasenta secara fisiologis

2.3 Manajemen Aktif Kala III


Tujuan MAK III adalah membuat uterus berkontraksi lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah selama kala III persalinan jika dibandingkan dengan pelepasan plasenta
secara spontan. Sebagian besar (25-29%) morbiditas dan mortalitas ibu di
Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri dan
separasi parsial/retensio plasenta yang dapat dicegah dengan Manajemen Aktif
Kala III.
Penelitian Prevention of Postpartum Hemorrhage Intervention-2006 terkait
dengan MAK III (Active Management of Third Stage of Labor/ AMTSL) di 20
rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa hanya 30% rumah sakit
melaksanakan hal tersebut. Hasil yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan
praktik MAK III di klinik bersalin atau bidan praktik swasta diwilayah Kabupaten
Kuningan dan Cirebon dimana sekitar 70% petugas kesehatan melaksanakan
intervensi ini bagi ibu bersalin. Jika pemerintah ingin menurunkan jumlah
kematian ibu yang disebabkan oleh berdarahan pascapersalinan maka MAK III
seharusnya menjadi prosedur standar bagi asuhan persalinan.
Keuntungan MAK III:
4
 Persalinan kala tiga yang lebih singkat
 Mengurangi jumlah kehilangan darah
 Mengurangi kejadian retensio plasenta
Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
 Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
 Melakukan penegangan tali pusat terkendali
 Masase fundus uteri

2.3.1 Pemberian suntikan Oksitoksin


1. Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan di perut bawah
ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi
tersebut
2. Pastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) di dalam uterus
Alasannya: Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi kuat dan dapat
menyebabkan hipoksia berat pada bayi kedua atau rupture uteri. Hati-hati
jangan menekan kuat (ekspresi) dinding korpus uteri karena dapat
menyebabkan kontraksi tetanik atau spasme sreviks sehingga tejadi plasenta
inkarserata atau kesulitan untuk mengeluarkan plasenta
3. Beritahu ibu bahwa akan disuntik
4. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitosin 10 I.U.IM
di perbatasan 1/3 bawah dan tengah lateral pada (aspektus lateralis)
Alasan: Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi efektif sehingga kan
mempercepat pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah. Lakukan
aspirasi sebelum penyuntikan untuk mencegah oksitosin masuk langsung ke
pembuluh darah.
Catatan: jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi
puting susu atau melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera. Upaya ini
akan merangsang produksi oksitosin secara alami. Untuk profilaksis, dapat
diberikan misoprostol 600 mcg yang diberikan per oral/sublingual jika tidak
tersedia oksitosin

5
5. Letakkan kembali alat suntik pada tempatnya, ganti kain alas dan penutup
tubuh bayi dengan kain bersih dan kering yang baru kemudian lakukan
penjepitan (2-3 menit setelah bayi lahir) dan pemotongan tali pusat sehingga
dari langkah 4 dan 5 ini. Akan tersedia cukup waktu bagi bayi untuk
memperoleh sejumlah darah kaya zat besi dari ibunnya
6. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk imd kontak kulit-
kulit dengan ibu dan tutupi ibu-bayi dengan kain
7. Tutup kembali perut ibu dengan kain bersih
Alasan: kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah
memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi darah pada perut ibu

2.3.2 Penengangan Tali Pusat Terkendali


1. Berdiri disamping ibu

2. Pindahkan klem (penjepit tali pusat) ke sekitar 5-10cm dari vulva.

3. Alasannya : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi

4. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas
simfisis pubi. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan
uterus pada saat melakukan pengembangan tali pusat. Setelah terjadi kontarksi
yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu Tangi dan tangan yang lain (pada
dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepl ibu (dorso-kranial).
Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri

5. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar
dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali
pusat terkendali

6. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan
tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah
lepas dan dapat dilahirkan

6
7. Tetapi jika langkah ke 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan
plasenta tidak turun setelah 30-40 detik sejak dimulainya pengembangan tali
pusat tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan
teruskan penegangan tali pusat

a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi
berikutnya jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineun pada saat tali
pusat menjadi lebih panjang pertahankan kesabaran pada saat melahirkan
plasenta

b. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi,ulangi penegangan tali pusat


terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti
langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta
terlepas dinding uterus

c. Jika setelah 15menit PTT dan dorongan dorso-kranial, plasenta belum juga
lahir maka ulangi pemberian oksitosin 10 I.U. IM, tunggu kontraksi yang
kemudian ulangi PTT dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta dapat
dilahirkan

d. Setelah plasenta terlepas dari dinding uterus (bentuk uterus menjadi


globuder dan tali pusat menjulur ke luar maka anjurkan ibu untuk meneran
agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina . Bantu kelahiran
plasenta dengan cara menegangkan dan mengarahkan tali pusat sejajr
dengan lantai (mengikuti poros jalan lahir)

8. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina , lahirkan plasenta dengan
mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya
untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah
7
robek. Pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.

9. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahn untuk melahirkan selaput


ketuban

10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks secara seksama. Gunakan
jari-jari tangan atau klem atau cunam ovum DTT/ Steril untuk mengeluarkan
selaput ketuban tersebut.

Plasenta manual

Plasemta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (


menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya keluar
dari cavum uteri.

Prosedur plasenta manual

1. Pasang set dan cairan infus

2. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan plasenta manual

3. Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal (ketoprofen dan tramadol)

4. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi

Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri

1. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong


8
2. Klem tali pusat pada jarak 5-10 cm dari vulv, tegangkan dengan satu tangan
sejajar lantai

3. Secara obstetrik, masukan tangan lainnya (punggung tangan mengarah ke


dinding uterus dan bagian palmar mengarah ke kavum uteri) ke dalam vagina,
menelusuri sisi bawah tali pusat.

(Memasukkan tangan secara Obstetrik) (Melepas Plasenta dari dinding


uterus)

4. Setelah mencapai bukaan servik, minta seorang asisten /penolong ulain untuk
memegang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.

5. Masukan tangan dalam hingga ke kavum uteri dan mencapai tepi implantasi
plasenta.

6. Bentangkan tangan obstetrik tetapi jari-jari merapat seperti memberi salam


(ibu jari dan jari-jari lainnya saling merapat)

Melepas Plasenta dari dingding uterus

7. Tentukan Implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah (distal) :

9
 Bila plasenta berimplamasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah
atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah (dinding posterior
korpus uteri)

 Bila di korpus depan maka pindahkan tangan kanan ke sebelah atas tali
pusat dan sisipkan ujung jari jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghaap ke atas (dinding anterior
korpus uteri)

8. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser, tangan ke kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uterus

Catatan :

 Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama
tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena
hal itu menunjukan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium)

 Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian
lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut
adalah plasenta akreta. Untuk keadaan pastikan ibu telah mendapatkan
uteritonika (oksitosin) sebelum ia dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan

Mengeluarkan Plasenta

9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal

10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah
uterus ) kemudian intruksikan asisten untuk menarik tali pusat sambil tangan
dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadi percikan darah)

10
11. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis ) uterus
kearah dorsol-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah disediakan

Pencegahan Infeksi Pascatindakan

12. Dekontiminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan

13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan plasenta lainnya di dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit

14. Cuci tangan dengan sabun da air bersih mengalir

15. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering

Pemantauan pasca tindakan

16. Pemeriksa kembali tanda vital ibu

17. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan

18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan
lanjutan

19. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan plasenta manual telah selesai
tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan

20. Lanjutan pemantauan melekat hingga 2 jam pascatindakan sebelum dipindah


ke ruang rawat gabung

2.3.3 Rangsangan Taktil (masase) Fundus Uteri


Segera plasenta lahir lakukan masase fundus uterus:

1. Letakan telapak tangan pada fundus uteri

2. Jelaskan tindakan kepada ibu,katakan bahwa mungkin ibu kurang merasa


nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas
dalam dan perlahan serta rileks.

11
3. Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar fundus uteri
supaya fundus uterus berkontraksi. jika fundus tidak berkontraksi dalam waktu
15 detik lakukan penata laksanaan antonian uteri

4. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh:

a. Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk
memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang
hilang)

b. Pasangkan bagian bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk


memastikan tidak ada bagian yang hilang.

c. Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan


tidak ada kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata).

d. Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

5. Periksa kembali uterus setelah satu atau dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fudus
uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan mesase uterus sehingga
mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berfungsi baik.

6. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan

12
2.4 Atonia Uteri

2.4.1 Gangguan Kontraksi meiometrium dan perdarahan kala tiga


Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800
cc/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta,
maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 3500-500 cc/menit dari bekas
tempat melekatnya plasenta. Bila uterus berkontraksi maka myometrium akan
menjepit pembuluh darah yang menyusup di antara myometrium. Atonia uteri
adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan jika ini
terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi
tidak terkendali.

Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam


wakktu kurang dari 24 jam. Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90%
perdarahan pasca persalinan yang terjadi 24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley,
1999). Sebagian besar kematian ibu akibat perdarahan pascapersalinan terjadi
beberapa jam pertama setalah kelahiran bayi (Li, et al, 1996). Karena alasan ini,
penatalaksanaan kala III sesuai standard an penerapan manajemen aktif kala III
merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi kematian ibu.

Dimasa lampau, sebagian besar penolong persalinan manatalaksana


persalinan kala III dengan menunggu plasenta lahir secara alamiah (fisiologis),
intervensi dilakukan jika terjadi penyulit, jika kemajuan persalinan kala III tidak
berjalan normal. Penerapan manajemen aktif kala III kemungkinan diperhatikan
karena melahirkan plasenta secara spontan dianggap fisiologis dan aman.
Paradigma proaktif (pencegahan) dianggap berlebihan karena diacu pada masalah
yang belum terjadi seluruh manajemen aktif kala III disebut sebagai pemborosan.

Beberapa factor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pascapersalinan yang


disebabkan oleh atonia uteri adalah :

a) Distensi uterus lebih normal selama kehamilan, diantaranya :


 Jumlah air keyuban yang berlebihan (polihidramnion)
 Kehamilan gamely
 Janin besar (macrosomia)
13
b) Kala I dan/atau Kala II memanjang
c) Persalinan cepat (partus presipitatus)
d) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentaasi)
e) Infeksi intrapartum
f) Grandemultipara
g) Pengaruh magnesium sulfat sebagai anti kovulsi pada preeklampsia/eclampsia

Pemantauan melekat pada semua ibu pascapersalinan serta mempersiapkan


diri untuk menatalaksanan anotia uteri pada setiap kelahiran merupakan tindakan
pencegahan yang sangat penting. Meskipun beberapa factor-faktor telah diketahui
dapat meningkatkan terjadinya perdarahan pascaperdarahan, 2/3 kasus perdarahan
psaacapersalinan terjadi pada ibu tanpa factor resiko yang telah diketahui
sebelumnya dan tak terduga akan mengalami atonia uteri atau perdarahan pasca
persalinan. Karena alasan tersebut maka manajeman aktif kala III merupakan hal
yang sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu akibat
perdarahan pascapersalinan.

2.4.2Kompresi Bimanual Eksternal


1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen, di dinding depan korpus uteri dan
diatas simfisis pubis.

14
2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus
uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk
mencangkup/memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.

3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan
tangan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat
dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan
membatu uterus untuk berkomtraksi.

2.4.3 Kompresi Aorta Abdominalis


1. Lakukan perabaan pulpasi arteri fermolalis yang berada pada perpotongan garis
imajiner yang melalui tepi atas simfisis dan lipat paha (inguinal).

2. Setelah ditemukan maka sisihkan uterus ke arah bawah (simfisis), kemudian


tekan umbilikus dengan tangan lain yang membentuk tinju hingga mencapai
dataran depan kolumna vertebralis.

3. Jika pulapsi arteri fermolalis melemah atau hilang maka kompresi aorta
abdominalis berjalan efektif. Jika belum hilang maka geser permukaan jari-jari
yang menekan aorta abdominalis ke kiri atau kanan hingga pulpasi arteri
fermolalis terhenti dan pertahankan hingga kontraksi membaik dan perdarahan
berhenti.

Gambar kompresi aorta

15
2.4.4 Pemasangan Tampon Kondom Kateter
Pemasangan tampon untuk menghentikan perdarahan telah dilakukan sejak
beberapa dekade yang lalu. Sebelumnya, pemasangan tampon menggunakan kasa
padat yang untuk sesaat, terlihat seperti menghentikan perdarahan tapi ternyata
darah terhisap dan mengisi gulungan kasa yang padat dan kemudian terdorong
krluar disertai dengan terjadinya gangguan hemodinamika (ibu mengalami syok)
dan terjadi kondisi gawat darurat pascapersalinan. Hal ini menyebabkan tampon
padat utero vaginal tidak digunakan lagi untuk penanganan perdarahan yang
disebabkan oleh atonia uteri.

Saat ini, tamponade intrakaviter uterus menggunakan bahan yang tak


menyerap cairan tetapi dapat menghentikan perdarahan yang keluar melalui bekas
tempat implasi plasenta. Bahan tampon tersebut adalah karet yang berupa balon
panjang yang salah satu ujungnya tertutup, yang dikenal sebagai kondom. Untuk
memasukkan cairan; digunakan kateter yang dimasukkan hingga ke ujung
kondom kemudian ujung bawah kondom diikat dengan benang yang dilakukan
hingga 2 kali. Tahap pertama, ujung kondom diikat dengan tali ( untuk mengikat
tali pusat ) secara erat dan disimpul agar tidak bocor. Tahap kedua, sisa benang
dililitkan pada simpul dan ujung kindom agar kondom tidak bocor dan cairan
yang dimasukkan ke dalam kondom, mampu mencakup volume kavum uteri dan
menahan keluarnya darah dari bekas implantasi plasenta.

Pegang bagian ujung kondom dan bentuk tangan obstetrik yang kemudian
masukkan tangan hingga mencapai fundus kemudian isi kondom dengan 350 ml
cairan (air DDT atau cairan infus) kemudian tahan suprasimfisis sambil
mengeluarkan tangan hingga keluar seluruhnya. Pertahankan tangan
yangvmenekan suprasimfisis untuk memastikan tampon tidak berubah posisinya
dan perdarahan dapat terkendali. Jika perdarahan masih mengalir sedikit maka
cairan dapat ditambah 100 ml lagi hingga perdarahan berhenti. Untuk menahan
kateter, dapat dilakukan pemasangan tampon intravaginal yang harus dikeluarkan
jika kontraksi sudah membaik dan kuat. Kateter juga dapat direkatkan ke paha ibu
dengan plester dan pastikantidak tergeser oleh gerakan kaki ibu.

16
Jika pada saat memasukkan cairan ternyata sudah melampaui 500 ml dan
belum ada tanda-tanda bahawa perdarahan berkurang maka periksa kembali
apakah kondom pecah akibat terlampauinya kapasitas volume maksimal nya
adalah 500 ml atau terjadi kebocoran dari sela-sela ikatan di dasar atau ujung
bawah kondom sehingga harus diperbaiki kembali ikatannya. Tampon kondom
harus dilepaskan jika kintraksi uterus telah membaik dan ini dapat diakselerasi
dengan tetesan oksitosin 10-20 IU dengan tetesan pemeliharaan (gtt xxx per
menit).

Langkah-Langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri

NO. Langkah Alasan

1. Masase fundus uteri segera Masase merangsang uterus dan sekaligus


setelah lahirnya plasenta menilai kontraksi uters
(maksimal 15 detik)

2. Bersihkan bekuan darah dan Bekuan darah dalam kavum uteri dapat
atau selaput ketuban dari menghalangi uterus berkontraksi efektif.
vagina dan ostium serviks

3. Pastikan kandung kemih Kandung kemih yang penuh akan


kosong. Jika penuh lakukan mengganggu penilaian nyeri dan prosedur
kateterisasi per vaginam

4. Lakukan kompresi bimanual Kompresi akan menjepit pembuluh dari


internal selama 5 menit dinding uterus dan merangsang kontraksi.
Jika setelah 5 menit, tidak berhasil, segera
lakukan kompresi aorta/ kondom kateter

5. Anjurkan keluarga untuk Keluarga dapat melakukan KBE atau


mulai membantu kompresi melakukan pemasangan tampon kondom
bimanual eksternal atau minta kateter yang diisi 300-400 ml cairan
petugas lain untuk memasang
infus

17
6. Keluarkan tangan perlahan- Bisa timbul nyeri
lahan

7. Beri ergometrin 0,2 mg IM Ergometrin akan bekerja setelah 5 menit


(kontraindikasi hipertensi) dan misoprostol akan bekerja setelah 10
menit

8. Pasang infus menggunakan Jarum besar memungkinkan pemberian


16 atau 18 dan berikan 1000 infus secara cepat untuk transfusi dalam
cc Ringer Laktat pada satu ringer laktat akan membantu restorasi yang
alur i.v dan 20 I.U oksitosin hilang selama pendarahan. Oksitosin dapat
gtt xxv-xxx melalui alur i.v membuat uterus berkontraksi
yang lainnya. Berikan 1000
cc dalam 15 menit pertama.

9. Ulang kompresi bimanual KBI disertai dengan suntikan ergometrium


internal dan di oksitosin akan membuat uterus
berkontraksi. Misoprostol 600 mcg untuk
pendukung

10. Rujuk segera Jika uterus tidak berkontraksi dalam 1-2


menit maka hal ini bukan atonia sederhana.
Ibu perlu tindakan lanjutan/ operatif di RS
rujukan.

11. Damping ibu ke tempat Kompresi bekas tempat implantasi plasenta


rujukan. Pasang kondom dengan kondom kateter dapat
kateter atau lakukan kompresi menghentikan pendarahan. Kompresi aorta
aorta abdominal menghalangi pasokan utama
darah ke uterus (control melalui pulasi
arteri femuralis)

12. Lanjutkan infus ringer laktat Ringer laktat akan membantu pemulihan
750-1000 cc selama 45-60 volume cairan yang hilang selama
menit kedua hingga tiba di pendarahan. Oksitosin melalui infus

18
tempat rujukan dengan tetesan yang tepat akan segera
(menghabiskan 1,5-2 L cairan memperbaiki kontraksi uterus jika kondisi
infus). Berikan oksitosin 20 vital ibu terjaga baik.
I.U gtt xxx/ menit pada alur
i.v lainnya

Ingat:

Seorang ibu dapat meninggal dalam 1 jam pertama pasca persalinan akibat dari
atonia uteri (perdarahan dan syok hipovolemik). Penilaian dan penatalaksanaan
yang cermat seama kala 3 dan 4 persalinan dapat menghindarkan ibu dari
komplikasi berat dan kematian.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses tersebut biasanya memakan
waktu sekitar 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Tanda-tanda lepasnya plasenta
mencakup beberapa atau semua hal yaitu perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali
pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat. Manajemen aktif kala
III terdiri dari tiga langkah utama:
 Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
 Melakukan penegangan tali pusat terkendali
 Masase fundus uteri
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat
berkontraksi dan jika ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Seorang ibu dapat meninggal
karena perdarahan pasca persalinan dalam wakktu kurang dari 24 jam. Atonia
uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi
24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999). Sebagian besar kematian ibu akibat
perdarahan pascapersalinan terjadi beberapa jam pertama setalah kelahiran bayi
(Li, et al, 1996). Karena alasan ini, penatalaksanaan kala III sesuai standard an
penerapan manajemen aktif kala III merupakan cara terbaik dan sangat penting
untuk mengurangi kematian ibu

3.2 Kritik Dan Saran


Diharapkan materi ini dapat berguna bagi mahasiswa dalam kehidupan
sehari-hari. Bukan hanya berguna tetapi dapat kita terapkan dalam pembelajaran
tetapi juga dapat menunjang pembelajaran dalam perkuliahan mata kuliah asuhan
kebidanan persalinan dan bayi baru lahir.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhani,Isty.2019 Manajemen aktif kala III

Diakses pada 26 Oktober 2021

Link:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2a
hUKEwjL8Kec7ObzAhXEXisKHWdZASMQFnoECAQQAQ&url=http%3A%2
F

Buku Asuhan Persalinan Normal.2017:Asosiasi Unit Pelatihan Klinik Organisasi


Profesi

21

Anda mungkin juga menyukai