Dosen Pengampu:
Ni Komang Sulyastini, S.ST., M.Pd
Oleh Kelompok 1:
Putu Desy Riskayani (2006091022)
Ni Putu Diva Maharani Wiraswanti (2006091023)
Luh Putu Indah Cantika (2006091024)
Luh Sherly Budi Sapitri (2006091025)
Kadek Nadiya Cipta Sari (2006091027)
Desak Made Windi Pratiwi (2006091030)
Ni Putu Diah Anggita Pratiwi (2006091036)
Luh Laksmi Mahayuni (2006091040)
Komang Surini (2006091041)
Kadek Dian Widiartini (2006091042)
Putu Ika Sintiana (2006091043)
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas kami pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan. Kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan baik bagi penulis dan
pembaca.
Om Santih,santih,santih om
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
BAB III.................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Ap aitu kala III Persalinan ?
2. Apa itu Fisiologi Kala III Persalinan ?
3. Apa itu Atonia Uteri ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui kala III Persalinan
2. Untuk Mengetahui Fisiologi Kala III Persalinan
3. Untuk mengetahui Atonia Uteri
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
antara dinding uterus dan plasenta telah melebihi kapasitas tampungnya maka
darah tersebur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
5
5. Letakkan kembali alat suntik pada tempatnya, ganti kain alas dan penutup
tubuh bayi dengan kain bersih dan kering yang baru kemudian lakukan
penjepitan (2-3 menit setelah bayi lahir) dan pemotongan tali pusat sehingga
dari langkah 4 dan 5 ini. Akan tersedia cukup waktu bagi bayi untuk
memperoleh sejumlah darah kaya zat besi dari ibunnya
6. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk imd kontak kulit-
kulit dengan ibu dan tutupi ibu-bayi dengan kain
7. Tutup kembali perut ibu dengan kain bersih
Alasan: kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah
memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi darah pada perut ibu
3. Alasannya : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi
4. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas
simfisis pubi. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan
uterus pada saat melakukan pengembangan tali pusat. Setelah terjadi kontarksi
yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu Tangi dan tangan yang lain (pada
dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepl ibu (dorso-kranial).
Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri
5. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar
dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali
pusat terkendali
6. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan
tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah
lepas dan dapat dilahirkan
6
7. Tetapi jika langkah ke 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan
plasenta tidak turun setelah 30-40 detik sejak dimulainya pengembangan tali
pusat tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan
teruskan penegangan tali pusat
a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi
berikutnya jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineun pada saat tali
pusat menjadi lebih panjang pertahankan kesabaran pada saat melahirkan
plasenta
c. Jika setelah 15menit PTT dan dorongan dorso-kranial, plasenta belum juga
lahir maka ulangi pemberian oksitosin 10 I.U. IM, tunggu kontraksi yang
kemudian ulangi PTT dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta dapat
dilahirkan
8. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina , lahirkan plasenta dengan
mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya
untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah
7
robek. Pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks secara seksama. Gunakan
jari-jari tangan atau klem atau cunam ovum DTT/ Steril untuk mengeluarkan
selaput ketuban tersebut.
Plasenta manual
3. Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal (ketoprofen dan tramadol)
4. Setelah mencapai bukaan servik, minta seorang asisten /penolong ulain untuk
memegang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
5. Masukan tangan dalam hingga ke kavum uteri dan mencapai tepi implantasi
plasenta.
9
Bila plasenta berimplamasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah
atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah (dinding posterior
korpus uteri)
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan kanan ke sebelah atas tali
pusat dan sisipkan ujung jari jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghaap ke atas (dinding anterior
korpus uteri)
8. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser, tangan ke kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uterus
Catatan :
Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama
tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena
hal itu menunjukan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium)
Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian
lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut
adalah plasenta akreta. Untuk keadaan pastikan ibu telah mendapatkan
uteritonika (oksitosin) sebelum ia dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan
Mengeluarkan Plasenta
9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal
10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah
uterus ) kemudian intruksikan asisten untuk menarik tali pusat sambil tangan
dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadi percikan darah)
10
11. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis ) uterus
kearah dorsol-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah disediakan
12. Dekontiminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan
13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan plasenta lainnya di dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit
18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan
lanjutan
19. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan plasenta manual telah selesai
tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan
11
3. Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar fundus uteri
supaya fundus uterus berkontraksi. jika fundus tidak berkontraksi dalam waktu
15 detik lakukan penata laksanaan antonian uteri
4. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh:
a. Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk
memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang
hilang)
5. Periksa kembali uterus setelah satu atau dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fudus
uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan mesase uterus sehingga
mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berfungsi baik.
6. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan
12
2.4 Atonia Uteri
14
2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus
uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk
mencangkup/memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan
tangan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat
dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan
membatu uterus untuk berkomtraksi.
3. Jika pulapsi arteri fermolalis melemah atau hilang maka kompresi aorta
abdominalis berjalan efektif. Jika belum hilang maka geser permukaan jari-jari
yang menekan aorta abdominalis ke kiri atau kanan hingga pulpasi arteri
fermolalis terhenti dan pertahankan hingga kontraksi membaik dan perdarahan
berhenti.
15
2.4.4 Pemasangan Tampon Kondom Kateter
Pemasangan tampon untuk menghentikan perdarahan telah dilakukan sejak
beberapa dekade yang lalu. Sebelumnya, pemasangan tampon menggunakan kasa
padat yang untuk sesaat, terlihat seperti menghentikan perdarahan tapi ternyata
darah terhisap dan mengisi gulungan kasa yang padat dan kemudian terdorong
krluar disertai dengan terjadinya gangguan hemodinamika (ibu mengalami syok)
dan terjadi kondisi gawat darurat pascapersalinan. Hal ini menyebabkan tampon
padat utero vaginal tidak digunakan lagi untuk penanganan perdarahan yang
disebabkan oleh atonia uteri.
Pegang bagian ujung kondom dan bentuk tangan obstetrik yang kemudian
masukkan tangan hingga mencapai fundus kemudian isi kondom dengan 350 ml
cairan (air DDT atau cairan infus) kemudian tahan suprasimfisis sambil
mengeluarkan tangan hingga keluar seluruhnya. Pertahankan tangan
yangvmenekan suprasimfisis untuk memastikan tampon tidak berubah posisinya
dan perdarahan dapat terkendali. Jika perdarahan masih mengalir sedikit maka
cairan dapat ditambah 100 ml lagi hingga perdarahan berhenti. Untuk menahan
kateter, dapat dilakukan pemasangan tampon intravaginal yang harus dikeluarkan
jika kontraksi sudah membaik dan kuat. Kateter juga dapat direkatkan ke paha ibu
dengan plester dan pastikantidak tergeser oleh gerakan kaki ibu.
16
Jika pada saat memasukkan cairan ternyata sudah melampaui 500 ml dan
belum ada tanda-tanda bahawa perdarahan berkurang maka periksa kembali
apakah kondom pecah akibat terlampauinya kapasitas volume maksimal nya
adalah 500 ml atau terjadi kebocoran dari sela-sela ikatan di dasar atau ujung
bawah kondom sehingga harus diperbaiki kembali ikatannya. Tampon kondom
harus dilepaskan jika kintraksi uterus telah membaik dan ini dapat diakselerasi
dengan tetesan oksitosin 10-20 IU dengan tetesan pemeliharaan (gtt xxx per
menit).
2. Bersihkan bekuan darah dan Bekuan darah dalam kavum uteri dapat
atau selaput ketuban dari menghalangi uterus berkontraksi efektif.
vagina dan ostium serviks
17
6. Keluarkan tangan perlahan- Bisa timbul nyeri
lahan
12. Lanjutkan infus ringer laktat Ringer laktat akan membantu pemulihan
750-1000 cc selama 45-60 volume cairan yang hilang selama
menit kedua hingga tiba di pendarahan. Oksitosin melalui infus
18
tempat rujukan dengan tetesan yang tepat akan segera
(menghabiskan 1,5-2 L cairan memperbaiki kontraksi uterus jika kondisi
infus). Berikan oksitosin 20 vital ibu terjaga baik.
I.U gtt xxx/ menit pada alur
i.v lainnya
Ingat:
Seorang ibu dapat meninggal dalam 1 jam pertama pasca persalinan akibat dari
atonia uteri (perdarahan dan syok hipovolemik). Penilaian dan penatalaksanaan
yang cermat seama kala 3 dan 4 persalinan dapat menghindarkan ibu dari
komplikasi berat dan kematian.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses tersebut biasanya memakan
waktu sekitar 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Tanda-tanda lepasnya plasenta
mencakup beberapa atau semua hal yaitu perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali
pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat. Manajemen aktif kala
III terdiri dari tiga langkah utama:
Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
Melakukan penegangan tali pusat terkendali
Masase fundus uteri
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat
berkontraksi dan jika ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Seorang ibu dapat meninggal
karena perdarahan pasca persalinan dalam wakktu kurang dari 24 jam. Atonia
uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi
24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999). Sebagian besar kematian ibu akibat
perdarahan pascapersalinan terjadi beberapa jam pertama setalah kelahiran bayi
(Li, et al, 1996). Karena alasan ini, penatalaksanaan kala III sesuai standard an
penerapan manajemen aktif kala III merupakan cara terbaik dan sangat penting
untuk mengurangi kematian ibu
20
DAFTAR PUSTAKA
Link:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2a
hUKEwjL8Kec7ObzAhXEXisKHWdZASMQFnoECAQQAQ&url=http%3A%2
F
21