DISUSUN OLEH:
NAMA: Yuni Armanda
NIM: P05140320047
Segala puji senantiasa disampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan Pendahuluan ini dapat berjalan
lancar. Laporan praktik kerja lapangan ini disusun dengan kerja keras penulis dan pihak-
pihak yang turut berperan di dalamnya. Karena itu, secara khusus penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan penyusunan
laporan ini.Laporan ini memberikan penjelasan tentang Proses Nifas Secara Normal.
Selama proses penyusunan dan hasil yang disajikan dalam bentuk laporan ini,
penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan. Tidak ada manusia yang sempurna,
karena itu penulis senantiasa memohon maaf kepada pembaca apabila masih menemukan
kesalahan dalam penulisan. Penulis juga mengharapkan adanya kritik dan saran
membangun dari pembaca, dengan begitu dapat meningkatkan dan membantu penulis
untuk terus berkembang di masa depan.
Akhir kata, semoga laporan yang penulis susun ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca secara umum dan penulis secara khusus. Semoga dari laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi rekan rekan lain.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
LAPORAN PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Pengertian.................................................................................................................................3
B. Periode Nifas.............................................................................................................................3
C. Perubahan Fisik.........................................................................................................................4
D. Perubahan Psikologis................................................................................................................3
E. Perawatan dan Hal-Hal yang Terjadi Selama Nifas.................................................................5
F. Tanda-Tanda Normal pada Lochia.........................................................................................10
G. Tanda Normal pada Payudara.................................................................................................11
H. Tanda Bahaya Postpartum......................................................................................................11
I. Penatalaksanaan......................................................................................................................11
J. Elemen Kunci Pelayanan Kesehatan Pasca persalinan...........................................................14
K. Pengawasan Kala Akhir Nifas................................................................................................15
L. Asuhan Kebidanan..................................................................................................................16
Daftar Pustaka.................................................................................................................................22
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM (NIFAS) NORMAL
A. Pengertian
Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah 6 minggu (Mansjoer, 2000).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, Abdul Bari, 2007).
B. Periode Nifas
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya mencapainya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil/waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
C. Perubahan Fisik
Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan sebelum
hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks,
vagina dan perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan ini
disebut dengan involusi uterus yaitu :
1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm,
permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh
darah tertutup karena kontraksi otot.
3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6
sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama
dengan lochia.
2
3. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
4. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena
ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak
kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post
partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah
dicegahnya pula stasis darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa
nifas.
D. Perubahan Psikologis
Pada nifas terdapat tiga fase adaptasi.
1. Taking in (0 – 2 hari)
a. Ibu bersikap tergantung
b. Pasif
c. Fokus pada diri sendiri
2. Taking hold (hari 3 – minggu ke 5)
a. Tergantung atau tidak tergantung
b. Fokus melibatkan bayi
c. Melakukan peran diri sendiri
3. Letting go (minggu ke 5 – 8)
a. Independen ada peran yang baru
b. Tubuh ibu telah sembuh.
Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu :
persalinan;
4
persalinan;
4) Pembukaan serviks
a. Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan
konsistensinya lunak.
b. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
segera setelah melahirkan.
c. 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam
kavum uteri setelah 2 jam pasca persalinan.
d. 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum
uteri setelah 1 minggu.
5) Endometrium
a. Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta.
6) Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina
a. Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus berangsur-angsur kembali seperti semula.
b. Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua
pasca persalinan harus dilakukan latihan senam.
c. Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca
persalinan.
d. Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya
kira-kira setelah 3 minggu.
7) Luka dan infeksi
a. Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka
pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
b. Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila
berlanjut dapat menimbulkan sepsis.
2. Suhu badan pasca persalinan
1) Dapat naik lebih dari 0,5 derajat selsiuus dari keadaan normal tetapi
tidak lebih dari 39 derajat celsius.
2) Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam pertama
melahirkan.
3) Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius,, mungkin ada infeksi.
7
3. Nadi
1) Nadi umumnya 60-80 denyut per menit.
2) Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi.
3) Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada penyakit jantung.
4) Pada masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu
badan.
4. Hemokonsentrasi
Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan.
5. Laktasi
Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan.
Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca
persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih
kental daripada air susu, mengandung banyak protein albumin, globulin
dan benda-benda kolostrum. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan
dengan membalut kedua mammae hingga tertekan atau memberikan
bromokriptin hingga hormon laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat
terjadi selama masa laktasi ialah :
1) Puting rata
a. Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu.
b. Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
2) Puting lecet
a. Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan
payudara yang tidak benar dan infeksi monilia.
b. Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar,
puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia
diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet.
c. Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI
dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
3) Payudara bengkak
a. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
8
I. Penatalaksanaan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
a. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah
di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
b. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
c. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
12
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode
amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 %
kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:
a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,
pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggungjawab merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh
dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran
barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya,
keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini.
b. Infeksi
c. Tes rutin
3. 6 minggu
a. Berat badan
b. Pemberian minum
c. Imunisasi
4. 6 bulan
d. Tumbuh kembang
e. Weaning
Pada ibu
1. 6 – 12 jam
a. Kehilangan darah
b. Nyeri
c. Tekanan darah
d. Tanda bahaya
2. 3 – 6 hari
a. Breast care
b. Suhu/infeksi
c. Lokia
d. Mood
3. 6 minggu
a. Pemulihan
b. Anemia
c. Kontrasepsi
4. 6 bulan
a. Kesehatan umum
b. Kontrasepsi
c. Morbiditas lanjut (Saifuddin, Abdul Bari, 2008).
L. Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik kunjungan
1.) Kesehatan umum menanyakan bagaimana perasaan ibu
2. Diagnosa Kebidanan
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
a. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus pasca persalinan,
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
c. Cemas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, adanya luka post SC
3. Intervensi :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien
mampu mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume
cairan dengan kriteria hasil :Klien tidak mengalami kekurangan volume
cairan, masukan dan pengeluaran seimbang.
Intervensi :
1.) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya
tetap terlentang.
Evaluasi : dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return
dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
2.) Monitor tanda vital.
20
Daftar Pustaka
Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan : Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Saifuddin A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo