Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERSALINAN PADA KALA III & IV

KELOMPOK 4
DWI SUKMA WATY (204201416151)
MEDELIN FRANSISKA KOLYAAN (204201416155)
RUSLIANA RAVITA DEWI (204201416145)
YULIA ASRI SAPUTRI (204201416130)

KELAS :E
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MATERNITAS I
DOSEN PENGAMPU : NS. ANDI MAYASARI USMAN, S.KEP, M.KEP

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas Kehadirat Alloh Subhanawatalla karena


berkat Rahmat dan KaruniaNya lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan tepat waktu. Pembuatan tugas ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
“Keperawatan Maternitas I” dengan tema Asuhan Keperawatan Persalinan pada Kala III
dan IV.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns.Andi Mayasari Usman,
S,Kep ,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas I yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
keperawatan maternitas saat ini.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu
kami sebagai penulis mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat lebih
baik lagi kedepannya.

Jakarta, 19 April 2022


Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak
303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per
100.000 kelahiran hidup (ASEAN Secretariat, 2020). Menurut Data Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2007
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007-2012. Angka Kematian
Ibu (AKI) mengalami penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi 305 per 100.000
kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 yaitu
sebanyak 4.221 kasus (Kemenkes RI, 2019).
Penyebab terbanyak kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 adalah
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, gangguan metabolik, dan lain
lain (Kemenkes RI, 2019). Sekitar 25-50% kematian ibu disebabkan masalah
yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas (WHO, 2018).
Perdarahan obstetrik masih tetap menjadi penyebab utama kematian ibu di
dunia, dan hampir sampai 93% kematian ini berpeluang besar untuk dapat
dicegah. Penelitian deskriptif retrospektif dilakukan untuk mengetahui morbiditas
dan mortalitas di antara kehamilan tanpa komplikasi mencatat bahwa jenis
persalinan yang paling banyak dilakukan di Rumah Sakit adalah jenis persalinan
normal dan lainnya melahirkan dengan sectio caesarea .
Perdarahan pascapersalinan (PPH) merupakan dampak yang dihasilkan
oleh gabungan berbagai faktor risiko, oleh karena itu sangat perlu dilakukan
langkah-langkah komprehensif untuk mengendalikan faktor risiko utama yaitu
risiko perdarahan sedini mungkin untuk menurunkan kejadian perdarahan
pascapersalinan .
Di Rumah Sakit komponen dalam prosedur manajemen aktif kala III
mengacu pada prosedur Asuhan Persalinan Normal (APN) Indonesia antara lain:
pemberian uterotonika Oxytocin, peregangan tali pusat terkendali, pemijatan
fundus uteri. Manajemen aktif diperkenalkan untuk mencoba mengatasi
perdarahan. Manajemen aktif kala III persalinan telah terbukti mengurangi risiko
perdarahan pascapersalinan (PPH)
Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan,
eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus
kesakitan dan kematian ibu di negara berkembang. Persalinan yang terjadi di
Indonesia masih di tingkat pelayanan primer dimana tingkat keterampilan dan
pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum
memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka
kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong
persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang
mungkin terjadi; menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik
sebelum atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu
dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
Manajemen aktif kala III sangat penting dilakukan pada setiap asuhan
persalinan normal dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu. Saat ini,
manajemen aktif kala III telah menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan
normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap tenaga
kesehatan penolong persalinan

B. RUMUSAN
Berdasarkan latar belakang yang ada, kelompok kami mencoba untuk
membuat gambaran secara fisiologis manajemen dan asuhan keperawatan kala III
dan kala IV.

C. TUJUAN
1. Mampu mengkaji persalinan kala III dan IV
2. Mampu mengkaji penyulit pada persalinan kala III dan IV
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada persalinan kala III dan IV
BAB II

TINJAUAN TEORI
Kala III
A. PENGERTIAN
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban, Berlangsung tidak lebih dari 30 menit, akan tetapi
apabila lebih dari menit resiko perdarahan meningkat. Disebut dengan kala uri atau
kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan
pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan.

B. PEMBAGIAN FASE KALA III


Kala uri dibagi menjadi 2 tingkat :
1) Tingkat Pelepasan Plasenta
a. Pada waktu bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil. Karena pengecilan
rahim, tempat perlekatan plasenta akan berlipat-lipat bahkan ada bagian-
bagian yang akan terlepas dari dinding rahim atau tempat insesinya, karena
tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya. jadi secara singkat, bagian
yang paling penting dalam pelepasan plasenta adalah retraksi dan kontraksi
otot rahim.
b. Ditempat-tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan
desidua basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah-olah
plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah
pelepasan meluas.

2) Tingkat Pengeluaran Plasenta


plasenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim, plasenta terdorong
kedalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari vagina. Dari tempat
ini plasenta didorong keluar oleh tenaga mengejan.

Tanda lepasnya plasenta


Tanda-tanda dari lepasnya plasenta mencakup beberapa hal,diantaranya:
a. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva

b. Semburan darah mendadak singkat


Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah
(retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan
dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah akan tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang - kadang terlihat
dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
c. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat.Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk
segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat

d. Perubahan bentuk uterus


Bentuk uterus yang semula discoid menjadi globuler akibat dari kontraksi
uterus.

e. Perubahan posisi uterus


Setelah plasenta lepas dan menempati segmen bawah rahim, maka uterus
muncul pada rongga abdomen

C. MACAM PELEPASAN PLASENTA


a. Secara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tegah dari plasenta dan disini terdapat
hematoma retro plasentair yang selanjutya mengangkat plasenta dari dasarnya.
Plasenta dengan hematoma diatasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik
lepas selaput janin bagian plasenta yang nampak dari vulva ialah permukaan
futal, sedangkan hematoma sekarang terdapat dalam katong yang terputar
balik.Tanda pelepasan dari
tengah ini mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum placenta lahir.
Perdarahan banyak terjadi segera setelah placenta lahir. Pelepasan secra
schult0e paling sering dijumpai.

b. Secara Dunchan
Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir plasenta.
Hal ini mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum placenta lahir. Darah
mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah
ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh
plasenta
lepas. Plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu.Pelepasan secara
Duncan terutama terjadi plasenta letak rendah.

D. Fisiologi Kala III

Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam
uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil.
Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam
ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta
tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut
dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh
darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan
berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir,
dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah
ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut.
Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360
cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya
berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran
yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding uterus
merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten.

E. RISIKO PERDARAHAN PADA KALA III

Sebagaimana diketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa


kehamilan adalah 500-800 ml/menit, sehingga ketika uterus tidak berkontraksi
selama beberapa menit saja maka akan berisiko kehilangan darah dalam jumlah
banyak (Sukarni & ZH, 2013). Perdarahan post partum tidak hanya terjadi pada
Ibu yang mengalami predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan
untuk terjadinya perdarahan post partum selalu ada. Cara terbaik untuk mencegah
terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III
persalinan secara tepat (Walyani & Purwoastuti, 2015). Ibu harus diamati dengan
cermat selama satu jam pertama pasca partum. Pengamatan yang paling penting
termasuk jumlah kehilangan darah dan tinggi fundus uteri. Jika uterus tidak cukup
berkontraksi, darah dapat berkumpul di dalam rongga uterus. Jika kehilangan
darah tidak normal dan uterus berkontraksi sangat buruk, pijatan lembut uterus
dapat membantu (Ilmiah, 2015).

F. PEMANTAUAN KALA III


1. Perdarahan , jumlah darah kurang lebih 500 cc ada bekuan atau tidak
2. Kontraksji baik, teraba keras dan globuber, TFU 2 jari bawah pusat
3. Laserasi jalan lahir (mukosa vagina sampai otot vagina ) derajat 1 dan 2
perineum yang boleh dilkaukan heeting oleh bidan
4. Tanda-tanda vital
• Tekanan darah mungkin mengalami sedikit penurunan dibandingkan ketika
kala I dan II
• Nadi normal
• Suhu tidak lebih dari 37,5 derajat
• Respirasi normal
• Periksa kandung kemih
• Periksa setiap 15 menit sekali
5. Personal hygiene
• Pastikan ibu nyaman
• Bersihkan dari darah dan lendir
• Ganti baju dan anjurkan untuk BAK
6. Pemberian cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu, untuk memulihkan tenaga
Kala IV
A. PENGERTIAN
- Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
- Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
- Masa 1 jam setelah plasenta lahir
- Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit
pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau
lebih sering
- Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
- Observasi yang dilakukan :
1) Tingkat kesadaran penderita.
2) Pemeriksaan tanda vital.
3) Kontraksi uterus.
4) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-
500cc.

B. FISIOLOGI KALA IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah
pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-
anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan.

C. TUJUH LANGKAH PEMANTAUAN YANG DILAKUKAN KALA IV


1. Kontraksi rahim
Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta lahir dilakukan
pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi
uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi
uterus. Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan
teraba keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah
dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri.
2. Perdarahan Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa
3. Kandung kencing Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu diminta
untuk kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasi. Kandung kemih yang
penuh mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus berkontraksi
sepenuhnya.
4. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai
perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas :
a) Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Pada
derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi
perdarahan
b) Derajat II
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot
perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur
c) Derajat III
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot
perineum dan otot spingter ani external
d) Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rectum anterior
e) Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini
memerlukan teknik dan prosedur khusus
5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap
6. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
a. Keadaan Umun Ibu
a) Periksa Setiap 15
b) menit pada jam pertama setelah persalinan dan setiap 30 menit pada
jam kedua setelah persalinan jika kondisi itu tidak stabil pantau lebih
sering
c) Apakah ibu membutuhkan minum
d) Apakah ibu akan memegang bayinya
b. Pemeriksaan tanda vital.
c. Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri: Rasakan apakah fundus uteri
berkontraksi kuat dan berada dibawah umbilicus.
Periksa fundus :
a) 2-3 kali dalam 10 menit pertama
b) Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.
c) Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
d) Masage fundus (jika perlu) untuk menimbulkan kontraksi
7. Bayi dalam keadaan baik

D. BENTUK TINDAKAN DALAM KALA IV


1. Mengikat tali pusat
2. Memeriksa tinggi fundus uteri
3. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi
4. Membersihkan ibu dari kotoran
5. Memberikan cukup istirahat
6. Menyusui segera
7. Membantu ibu ke kamar mandi
8. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya
baik bagi ibu maupun bayi

E. TANDA BAHAYA KALA IV


Selama kala IV, bidan maupun tenaga kesehatan lainnya harus memberitahu ibu
dan keluarga tentang tanda bahaya :
1. Demam
2. Perdarahan aktif
3. Bau busuk dari vagina
4. Pusing
5. Lemas luar biasa
6. Kesulitan dalam menyusui
7. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.

F. LOCHIA YANG KELUAR SAAT MASA NIFAS


Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina pada masa
nifas. Macam-macam lochia :
1. Lochia Rubra (Cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post partum.
2. Lochia Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 post partum
3. Lochia Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi pada hari ke 7-14 post partum
4. Lochia Alba
Cairan putih setelah 2 minggu
5. Lochia puruntela
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Lochiastasis
Lochia tidak lancar keluarnya. (Mochtar, Rustam, 1998 : 116
BAB III

A. ASUHAN KEPERAWATAN KALA III


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini
semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan
pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait
dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual pasien (Asmadi,
2008)
Menurut Ilmiah (2015), fokus pengkajian pada Kala III persalinan dengan
masalah keperawatan risiko perdarahan post partum adalah kontraksi atau his,
tekanan darah, nadi dan suhu, sedangkan menurut Manurung (2011)
pengkajian umum pada kala III persalinan adalah sebagai berikut:

a. Waktu dimulainya persalinan kala III.


b. Tanda-tanda pengeluaran plasenta (pengeluaran darah tiba-tiba
perubahan ukuran dan bentuk uterus, tali pusat memanjang saat
diregangkan).
c. Kondisi selaput amnion, kotiledon (lengkap atau tidak) serta bentuk
plasent

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
professional yang memberikan gambaran tentang masalah atau status
kesehatan pasien, baik aktual ataupun potensial yang ditetapkan berdasarkan
analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosa
keperawatan harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah kesehatan pasien
berikut penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan
(Asmadi, 2008). Adapun diagnosis yang dapat ditegakkan Kala III persalinan
adalah risiko perdarahan. Risiko perdarahan merupakan suatu kondisi yang
berisiko mengalami kehilangan darah baik internal maupun eksternal. Faktor
risiko pada masalah keperawatan risiko perdarahan pada Kala III persalinan
adalah komplikasi pasca partum seperti atonia uterus dan retensi plasenta
(PPNI, 2016). Perdarahan post partum tidak hanya terjadi pada Ibu yang
mengalami predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk
terjadinya perdarahan post partum selalu ada (Walyani & Purwoastuti, 2015).

3. Intetervensi keperawatan
Perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang
ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa
yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun
rencana tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga dan orang terdekat
perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008).
Tujuan dan kriteria hasil intervensi untuk masalah keperawatan risiko
perdarahan menurut SIKI PPNI adalah sebagai berikut:

Resiko Perdarahan
Intervensi utamanya : Pencegahan Perdarahan (I.02067)
Definisi
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko atau komplikasi stimulus yang
menyebabkan perdarahan atau risiko perdarahan.
Tindakan :
a. Observasi :
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
b) Monitor nilai hematokrit /hemoglobin sebelum dan sesudah kehilangan
darah
c) Monitor tanda-tanda vital
d) Monitor koagulasi
b. Teraupetik :
a) Bedrest selama perdarahan
b) Batasi tindakan invasif
c. Edukasi :
a) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
b) Anjurkan gunakan kauskaki saat ambulasi
c) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
d) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
d. Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
b) Kolaborasi pemberian produk darah

Intervensi pendukungnya : Perawatan Pasca Persalinan (I.07225)


Definisi :
Mengidentifikasi dan merawat ibu segera setelah melahirkan sampai dengan
enam minggu.

Tindakan :
a. Observasi :
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Monitor keadaan lokia
c) Periksa perineum atau robekan
d) Monitor nyeri
b. Teraupetik
a) Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
b) Massage fundus uteri sampai kontraksi kuat, jika perlu
c) Fasilitasi ikatan tali kasih ibu dan bayi secara bertahap
d) Diskusikan tentang perubahan aktivitas dan istirahat selama
postpartum
c. Edukasi
a) Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
b) Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
c) Ajarkan ibu mengatasi nyeri secara non farmakologis ( dengan teknik
relaksasi dan imajinasi )
d. Kolaborasi : rujuk ke konselor laktasi ,jika perlu
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan
tersebut.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi,
2008). Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut
Dinarti et al., (2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari :

a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada ibu partus
spontan kala III dengan risiko perdarahan tidak dicantumkan data
subyektif karena pada diagnosa keperawatan potensial (risiko) tidak
memiliki data subyektif.
b. Objective, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada
ibu partus spontan kala III, indikator evaluasi menurut Moorhead et al.
(2013) yaitu :
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal.

2) Perdarahan di vagina dalam batas normal (< 500 mL).

3) Kontraksi baik.

4) Plasenta lahir lengkap.

c. Assesment, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis


dala bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan
telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan
simpulan:
1) Tujuan tercapai; yaitu, respons pasien sama dengan hasil yang
diharapkan

2) Tujuan tercapai sebagian;, yaitu hasil yang diharapkan hanya


sebagian yang berhasil dicapai.
3) Tujuan tidak tercapai

d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analis

B. ASUHAN KEPERAWATAN KALA IV


1. Pengkajian pada kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc.

2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosis yang dapat ditegakkan Kala IV persalinan adalah
ketidaknyamanan post partum.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Utamanya : Manajemen nyeri dan Terapi Relaksasi
Intervensi Pendukungnya :
1) Edukasi manajemen nyeri
2) Edukasi perawatan peripenium
3) Edukasi teknik nafas
4) Pemantauan nyeri
5) Manajemen nyeri persalinan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan
untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri
tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons pasien
terhadap tindakan tersebut

5. Evaluasi Keperawatan

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kala III merupakan salah satu fase atau tahapan suatu persalinan yang memiliki
durasi yang relatif singkat,namun dapat membahayakan karena adanya
peningkatan risiko perdarahan yang dapat berujung pada kematian ibu. Sebagian
perdarahan tersebut dapat dicegah dengan menerapkan manajemen aktif kala
III.Dimana manajemen aktif ini dijadikan tatalaksana asuhan persalinan.
Kala IV merupakan kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir
dan untuk memantau kondisi ibu.Dengan penatalaksaan kala IV yang baik akan
juga membantu proses penyembuhan luka pasca persalinan.
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai