KELOMPOK 4
DWI SUKMA WATY (204201416151)
MEDELIN FRANSISKA KOLYAAN (204201416155)
RUSLIANA RAVITA DEWI (204201416145)
YULIA ASRI SAPUTRI (204201416130)
KELAS :E
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MATERNITAS I
DOSEN PENGAMPU : NS. ANDI MAYASARI USMAN, S.KEP, M.KEP
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak
303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per
100.000 kelahiran hidup (ASEAN Secretariat, 2020). Menurut Data Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2007
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007-2012. Angka Kematian
Ibu (AKI) mengalami penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi 305 per 100.000
kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 yaitu
sebanyak 4.221 kasus (Kemenkes RI, 2019).
Penyebab terbanyak kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 adalah
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, gangguan metabolik, dan lain
lain (Kemenkes RI, 2019). Sekitar 25-50% kematian ibu disebabkan masalah
yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas (WHO, 2018).
Perdarahan obstetrik masih tetap menjadi penyebab utama kematian ibu di
dunia, dan hampir sampai 93% kematian ini berpeluang besar untuk dapat
dicegah. Penelitian deskriptif retrospektif dilakukan untuk mengetahui morbiditas
dan mortalitas di antara kehamilan tanpa komplikasi mencatat bahwa jenis
persalinan yang paling banyak dilakukan di Rumah Sakit adalah jenis persalinan
normal dan lainnya melahirkan dengan sectio caesarea .
Perdarahan pascapersalinan (PPH) merupakan dampak yang dihasilkan
oleh gabungan berbagai faktor risiko, oleh karena itu sangat perlu dilakukan
langkah-langkah komprehensif untuk mengendalikan faktor risiko utama yaitu
risiko perdarahan sedini mungkin untuk menurunkan kejadian perdarahan
pascapersalinan .
Di Rumah Sakit komponen dalam prosedur manajemen aktif kala III
mengacu pada prosedur Asuhan Persalinan Normal (APN) Indonesia antara lain:
pemberian uterotonika Oxytocin, peregangan tali pusat terkendali, pemijatan
fundus uteri. Manajemen aktif diperkenalkan untuk mencoba mengatasi
perdarahan. Manajemen aktif kala III persalinan telah terbukti mengurangi risiko
perdarahan pascapersalinan (PPH)
Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan,
eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus
kesakitan dan kematian ibu di negara berkembang. Persalinan yang terjadi di
Indonesia masih di tingkat pelayanan primer dimana tingkat keterampilan dan
pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum
memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka
kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong
persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang
mungkin terjadi; menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik
sebelum atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu
dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
Manajemen aktif kala III sangat penting dilakukan pada setiap asuhan
persalinan normal dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu. Saat ini,
manajemen aktif kala III telah menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan
normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap tenaga
kesehatan penolong persalinan
B. RUMUSAN
Berdasarkan latar belakang yang ada, kelompok kami mencoba untuk
membuat gambaran secara fisiologis manajemen dan asuhan keperawatan kala III
dan kala IV.
C. TUJUAN
1. Mampu mengkaji persalinan kala III dan IV
2. Mampu mengkaji penyulit pada persalinan kala III dan IV
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada persalinan kala III dan IV
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kala III
A. PENGERTIAN
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban, Berlangsung tidak lebih dari 30 menit, akan tetapi
apabila lebih dari menit resiko perdarahan meningkat. Disebut dengan kala uri atau
kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan
pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan.
b. Secara Dunchan
Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir plasenta.
Hal ini mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum placenta lahir. Darah
mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah
ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh
plasenta
lepas. Plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu.Pelepasan secara
Duncan terutama terjadi plasenta letak rendah.
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam
uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil.
Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam
ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta
tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut
dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh
darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan
berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir,
dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah
ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut.
Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360
cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya
berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran
yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding uterus
merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten.
B. FISIOLOGI KALA IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah
pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-
anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
professional yang memberikan gambaran tentang masalah atau status
kesehatan pasien, baik aktual ataupun potensial yang ditetapkan berdasarkan
analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosa
keperawatan harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah kesehatan pasien
berikut penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan
(Asmadi, 2008). Adapun diagnosis yang dapat ditegakkan Kala III persalinan
adalah risiko perdarahan. Risiko perdarahan merupakan suatu kondisi yang
berisiko mengalami kehilangan darah baik internal maupun eksternal. Faktor
risiko pada masalah keperawatan risiko perdarahan pada Kala III persalinan
adalah komplikasi pasca partum seperti atonia uterus dan retensi plasenta
(PPNI, 2016). Perdarahan post partum tidak hanya terjadi pada Ibu yang
mengalami predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk
terjadinya perdarahan post partum selalu ada (Walyani & Purwoastuti, 2015).
3. Intetervensi keperawatan
Perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang
ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa
yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun
rencana tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga dan orang terdekat
perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008).
Tujuan dan kriteria hasil intervensi untuk masalah keperawatan risiko
perdarahan menurut SIKI PPNI adalah sebagai berikut:
Resiko Perdarahan
Intervensi utamanya : Pencegahan Perdarahan (I.02067)
Definisi
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko atau komplikasi stimulus yang
menyebabkan perdarahan atau risiko perdarahan.
Tindakan :
a. Observasi :
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
b) Monitor nilai hematokrit /hemoglobin sebelum dan sesudah kehilangan
darah
c) Monitor tanda-tanda vital
d) Monitor koagulasi
b. Teraupetik :
a) Bedrest selama perdarahan
b) Batasi tindakan invasif
c. Edukasi :
a) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
b) Anjurkan gunakan kauskaki saat ambulasi
c) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
d) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
d. Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
b) Kolaborasi pemberian produk darah
Tindakan :
a. Observasi :
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Monitor keadaan lokia
c) Periksa perineum atau robekan
d) Monitor nyeri
b. Teraupetik
a) Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
b) Massage fundus uteri sampai kontraksi kuat, jika perlu
c) Fasilitasi ikatan tali kasih ibu dan bayi secara bertahap
d) Diskusikan tentang perubahan aktivitas dan istirahat selama
postpartum
c. Edukasi
a) Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
b) Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
c) Ajarkan ibu mengatasi nyeri secara non farmakologis ( dengan teknik
relaksasi dan imajinasi )
d. Kolaborasi : rujuk ke konselor laktasi ,jika perlu
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan
tersebut.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi,
2008). Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut
Dinarti et al., (2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari :
a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada ibu partus
spontan kala III dengan risiko perdarahan tidak dicantumkan data
subyektif karena pada diagnosa keperawatan potensial (risiko) tidak
memiliki data subyektif.
b. Objective, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada
ibu partus spontan kala III, indikator evaluasi menurut Moorhead et al.
(2013) yaitu :
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
3) Kontraksi baik.
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosis yang dapat ditegakkan Kala IV persalinan adalah
ketidaknyamanan post partum.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Utamanya : Manajemen nyeri dan Terapi Relaksasi
Intervensi Pendukungnya :
1) Edukasi manajemen nyeri
2) Edukasi perawatan peripenium
3) Edukasi teknik nafas
4) Pemantauan nyeri
5) Manajemen nyeri persalinan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan
untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri
tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons pasien
terhadap tindakan tersebut
5. Evaluasi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kala III merupakan salah satu fase atau tahapan suatu persalinan yang memiliki
durasi yang relatif singkat,namun dapat membahayakan karena adanya
peningkatan risiko perdarahan yang dapat berujung pada kematian ibu. Sebagian
perdarahan tersebut dapat dicegah dengan menerapkan manajemen aktif kala
III.Dimana manajemen aktif ini dijadikan tatalaksana asuhan persalinan.
Kala IV merupakan kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir
dan untuk memantau kondisi ibu.Dengan penatalaksaan kala IV yang baik akan
juga membantu proses penyembuhan luka pasca persalinan.
B. SARAN