Anda di halaman 1dari 27

TUGAS TERSTRUKTUR

PERSALINAN KALA I, II, III, IV

Dosen Pengampu :
Elsa Noftalina, S.Keb., Bd., M.Keb

Disusun oleh :
Mitha Amelia Nim. 201091023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN
DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AJARAN 2023/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena dengan izin,
rahmat dan kuasa-Nyalah kami diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul "Persalinan Kala I, II, III, dan IV". Pada kesempatan ini
taklupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
terutama kepada Dosen Pengajar yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Untuk itu kami berharap kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi siapapun yang membacanya.

Pontianak, 30 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 2
2.1 Persalinan ...................................................................................... 2
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 26
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 26
3.2 Penutup ........................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah tugas dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan
tabah, walaupun tidak jarang mereka merasa cemas dalam menghadapi
masalah tersebut. Oleh karena itu, mereka memerlukan penolong yang dapat
dipercaya, yang data memberikan bimbingan dan semangat selalu siap di depan
dalam mengatasi kesukaran.
Persalinan adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau
post matur) mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi) selesai setelah 4
jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau
partus lama) mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak
kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana tanpa bantuan
artificial (seperti forseps) tidak mencakup komplikasi (seperti pendarahan
hebat) mencakup pelahiran plasenta yang normal. Dalam makalah ini akan
dijelaskan mengenai proses kelahiran
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana persalinan dalam kebidanan ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui persalinan dalam kebidanan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Bentuk persalinan berdasarkan degfinisi adalah sebagai berikut :
1. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri
2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan
Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
mengakibatkan perubahan serviks.
Persalinan normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian
secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan
untuk mengeluarkan bayi. Dari pengertian diatas persalinan adalah proses
alamiah dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan plasenta dari Rahim
ibu. Persalinan normal disebut juga alami karena terjadi secara alami. Jadi
secara umum persalinan normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian
secara alami dengan adanya kontraksi Rahim ibu dan dilalui dengan
pembukaan untuk mengeluarkan bayi.
1. Perubahan fisiologis pada persalinan
a. Perubahan Fisiologis kala I
1) Perubahan pada uterus
Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama
myometrium dan serviks. Berikut ini akan dibahas tentang kedua
komponen fungsional dengan perubahan yang terjadi pada kedua

5
komponen tersebut. Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap
penipisan dan pembukaan servik dan pengeluaran bayi dalam
persalinan. Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena
kontraksi ini merupakan kontraksi otot yang sangat sakit. Kontraksi
ini bersifat involunter yang beketrja dibawah control saraf dan
bersifat intermitten yang memberikan keuntungan berupa adanya
periode istirahat/reaksi diantara dua kontraksi. Terdapat 4 perubahan
fisiologi pada kontraksi uterus yaitu :
a) Fundal dominan atau dominasi
Kontraksi berawal dari fundus pada salah kornu.
Kemudian menyebar ke samping dan kebawah. Kontraksi
tersebar dan terlama adalah dibagian fundus. Namun pada puncak
kontraksi dapat mencapai seluruh bagian uterus.
b) Kontraksi dan retraksi
Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap
15 – 20 menit selama 30 detik dan diakhir kala 1 setiap 2 – 3 menit
selama 50 – 60 detik dengan intensitas yang sangat kuat. Pada
segmen atas Rahim tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang
aslinya setelah kontraksi namun relative menetap pada panjang
yang lebih pendek. Hal ini disebut dengan retraksi.
c) Polaritas
Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keselarasan saraf – saraf otot yang berada pada
dua kutub atau segmen uterus ketika berkontraksi. Ketika segmen
atas uterus berkontraksi dengan kuat dan berertraksi maka
segmen bawah uterus hanya berkontraksi sedikit dan membuka.
d) Differensisiasi atau perbedaan kontraksi uterus
Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi dua
bagian yang berbeda segmen atas uterus yang berkontraksi secara
aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan maju. Segmen bawah
uterus dan servik relative pasif dibanding dengan dengan segmen
atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan yang berdinding

6
jauh lebih tipis untuk janin. Cincin retraksi terbentuk pada
persambungan segmen bawah dan atas uterus. Segmen bawah
Rahim terbentuk secara bertahap ketika kehamilan bertambah tua
dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan.
2) Perubahan serviks
Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi
persalinan yang ditandai dengan perubahan serviks secara progesif
dan diakhiri dengan pembukaan servik lengkap, Kala ini dibagi
menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif
a) Fase laten : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 0 dan
berakhir sampai pembukaan servik mencapai 3 cm. pada fase ini
kontraksi uterus meningkat frekuensi, durasi, dan intensitasnya
dari setiap 10 – 20 menit, lama 15 – 20 detik dengan intensitas
cukup menjadi 5 – 7 menit, lama 30 – 40 detik dan dengan
intensitas yang kuat.
b) Fase aktif : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4 dan
berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 10 cm. Pada fase
ini kontraksi uterus menjadi efektif ditandai dengan
meningkatanya frekuensi, durasi dan kekuatan kontraksi.
Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan mencapai 40 – 50
mmHg. Diakhir fase aktif kontraksi berlangsung 2 – 3 menit
sekali, selama 60 detik dengan intensitas lebih dari 40 mmHg.
Fase aktif dibedakan menjadi fase akselerasi, fase lereng
maksimal dan fase deselarasi.
- Fase akselerasi : dari pembukaan servik 3 menjadi 4 cm. fase
ini merupakan fase persiapan menuju fase berikutnya.
- Fase lereng maksimal : fase ini merupakan waktu ketika
dilatasi servik meningkat dengan cepat. Dari pembukaan 4
cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Normalnya pembukaan
servik pada fase ini konstan yaitu 3 cm perjam untuk
multipara dan 1.2 cm untuk primipara.

7
- Fase deselerasi : merupakan akhir fase aktif dimana dilatasi
servik dari 9 cm menuju pembukaan lengkap 10 cm. dilatasi
servik pada fase ini lambat rata – rata 1 cm perjam namun
pada multipara lebih cepat.
Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada servik :
a) Pendataran servik disebut juga penipisan servik pemendekan
saluran servik dari 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar
dengan tepi hampir setiis kertas. Proses ini terjadi dari atas
kebawah sebagai hasil dari aktivitas myometrium. Serabut –
serabut otot setinggi os servik internum ditarik keatas dan
dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara os
eksternum tidak berubah
b) Pembukaan servik, pembukaan terjadi sebagai akibat dari
kontraksi uterus serta tekanan yang berlawanan dari kantong
membrane dan bagian bawah janin. Kepala janin saat fleksi akan
membantu pembukaan yang efisien. Pada primigravida
pembukaan didahului oleh pendatara servik. Sedangkan multi
gravida pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan
pendataran
c) Kardiovaskuler, pada setiap kontraksi, 400 ml darah
dikeluarkan dari uterus dan masuk kedalam system vaskuler ibu.
Hal ini akan meningkatjan curah jantung meningkat 10% – 15%.
d) Perubahan tekanan darah, tekanan darah meningkat selama
terjadi kontraksi (sistolik rata – rata naik 15 mmHg, diastolic 5
– 10 mmHg), antara kontraksi tekanan darah kembali normal
pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga
akan meningkatkan tekanan darah.
e) Perubahan metabolisme, selama persalinan metabolisme aerob
maupun anaerob terus menerus meningkat seiring dengan
kecemasan dan aktivitas otot. Peningkatan metabolisme ini
ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh, nadi, pernafasan,
cardiac output dan kehilangan cairan.

8
f) Perubahan ginjal, poliuri akan terjadi selama persalinan selama
persalinan. Ini mungkin disebabkan karena meningkatnya curah
jantung selama persalinan dan meningkatnya filtrasi glomelurus
dan aliran plasma ginjal.
g) Perubahan hematologi, hemoglobin meningkat sampai 1.2
gram/100ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat
seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada
perdarahan pot partum.6
b. Perubahan Fisiologi kala II
1) Tekanan darah
Tekanan darah dapat meningkat 15 sampai 25 mmHg selama
kontraksi pada kala dua. Upaya mengedan pada ibu juga dapat
memengaruhi tekanan darah, menyebabkan tekanan darah
meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada sedikit
diatas normal. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi tekanan darah
dengan cermat diantara kontraksi. Rata – rata peningkatan tekanan
darah 10 mmHg di antara kontraksi ketika wanita telah mengedan
adalah hal yang normal.
2) Metabolisme
Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut
sampai kala dua disertai upaya mengedan pada ibu yang akan
menambah aktivitas otot – otot rangka untuk memperbesar
peningkatan metabolisme.
3) Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada setiap kali
mengedan. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama
kala dua persalinan disertai takikardi yang mencapai puncaknya
pada saat persalinan.
4) Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat persalinan dan
segera setelahnya. Peningkatan normal adalah 0.5 sampai 1oC
5) Perubahan system pernafasan

9
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi
6) Perubahan ginjal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus
dan aliran plasma ginjal. Polyuria menjadi kurang jelas pada posisi
terlentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama
kehamilan.
7) Perubahan gastrointestinal
Penurunan motilitas lambung berlanjut saampai kala dua.
Muntah normalnya hanya terjadi sesekali. Muntah yang konstan dan
menetap merupakan hal yang abnormal dan kemungkinan
merupakan indikasi komplikasi obstetric, seperti rupture uterus20
8) Dorongan mengejan
Perubahan fisiologis terjadi akibat montinuasi kekuatan
serupa yang telah bekerja sejak jam – jam awal persalinan , tetapi
aktivitas ini mengalami akselerasi setelah serviks berdilatasi lengkap
namun, akselerasi ini tidak terjadi secara tiba – tiba. Beberapa wanita
merasakan dorongan mengejan sebelum serviks berdilatasi lengkap
dan sebagian lagi tidak merasakan aktivitas ini sebelum sifat
ekspulsif penuh.
Kontraksi menjadi ekspulsif pada saat janin turun lebih jauh
kedalam vagina. Tekanan dan bagian janin yang berpresentasi
menstimulasi reseptor saraf di dasar pelvik (hal ini disebut reflek
ferguson) dan ibu mengalami dorongan untuk mengejan. Reflex ini
pada awalnya dapat dikendalikan hingga batas tertentu, tetapi
menjadi semakin kompulsif, kuat, dan involunter pada setiap
kontraksi. Respon ibu adalah menggunakan kekuatan ekspulsi
sekundernya dengan mengontraksikan otot abdomen dan diafragma
9) Pergeseran jaringan lunak

10
Saat kepala janin yang keras menurun, jaringan lunak pelvis
mengalami pergeseran. Dari anterior, kandung kemih terdorong
keatas kedalam abdomen tempat risiko cedera terhadap kandung
kemih lebih sedikit selama penurunan janin. Akibatnya, terjadi
peregangan dan penipisan uretra sehingga lumen uretra mengecil.
Dari posterior rectum menjadi rata dengan kurva sacrum, dan
tekanan kepala menyebabkan keluarnya materi fekal residual. Otot
levator anus berdilatasi, menipis, dan bergeser kearah lateral, dan
badan perineal menjadi datar, meregang dan tipis. Kepala janin
menjadi terlihat pada vulva, maju pada setiap kontraksi dan mundur
diantara kontraksi sampai terjadinya crowning23
10) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata – rata 1.2 gm/ 100 ml selama
persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari
pertama paska partum jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal.6
c. Perubahan fisiologis kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba
keras dengan fundus uteri diatas pusat beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran
plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat
timbul pada kala II adalah perdarahan akibat atonia uteri, retensio
plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat.
Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat
pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta
dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero
– plasenter akan mendorong plasenta keluar. Otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayinya. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya

11
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding Rahim, setelah
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina7
d. Perubahan Fisiologis kala IV
Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan
berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk
mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan.
Selama kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam
pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi
ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering. Setelah
pengeluaran plasenta , uterus biasanya berada pada tengah dari
abdomen kira – kira 2/3 antara symphysis pubis dan umbilicus atau
berada tepat diatas umbilicus.
2. Perubahan psikologis pada persalinan
Perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi namun ia
memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar ia
dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat
memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya. fase laten dimana fase ini ibu biasanya merasa lega
dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun, pada
awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir
sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya dia ingin
berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan – jalan dan
menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari bahwa
proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan
tersebut dan pada fase aktif saat kemajuan persalinan sampai pada fase
kecepatan maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Kontraksi
menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak
dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini wanita akan menjadi lebih serius.
Wanita tersebut menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena
dia merasa takut tidak mampu beradaptasi.

12
3. Tanda – Tanda Persalinan
a. Tanda dan Gejala Inpartu
1) Penipisan dan pembukaan serviks
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
serviks ( frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit )
3) Cairan lendir bercampur darah “show” melalui vagina.
b. Tanda-Tanda Persalinan
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan
vagina
3) Perenium menonjol
4) Vulva-vagina dan spingter ani membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a. Power (Kekuatan Ibu)
b. Passage (jalan lahir)
c. Passanger (Janin)
d. Psikis
e. Penolong
5. Tanda Bahaya Persalinan
a. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dengan sedikitnya satu tanda
lain atau gejala preeklamsi.
b. Temperatur lebih dari 38oC, Nadi lebih dari 100 x/menit dan DJJ kurang
dari 120 x/menit atau lebih dari 160 x/menit
c. Kontraksi kurang dari 3 kali dalam 10 menit, berlangsung kurang dari
40 detik, lemah saat di palpasi
d. Partograf melewati garis waspada pada fase aktif
e. Cairan amniotic bercampur meconium, darah dan bau
6. Penatalaksanaan Dalam Persalinan
Pembagian kala dalam persalinan normal dibagi 4 kala yaitu :
Lamanya persalinan. Lamanya persalinan tertentu bagi primigravida dan
multi gravida

13
Primigravida Multigravida
Kala I : 12,5 jam Kala I : 7 jam 20

menit

Kala II : 80 menit Kala II : 30 menit

Kala III : 10 menit Kala III : 10 menit

Persalinan : 14 jam Persalinan : 8 jam

Penambahan pembukaan 1 sejam bagi primigravida, dan 2 cm


sejam bagi multigravida. Tapi sesungguhnya kemajuan pembukaan tidak
sama rata.
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Persalinan kala satu dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatanya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). kala satu persalinan terdiri dari dua fase
yaitu fase laten dan fase aktif
1) Fase laten, pada fase ini pembukaan sangat lambat ialah dari 0
sampai 3cm mengambil waktu kurang lebih 8 jam
2) Fase aktif, pada fase aktif pembukaan lebih cepat, fase ini dapat
dibagi dalam 3 fase lagi yaitu:
a) Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai
4 cm yang dicapai dalam 2 jam
b) Fase kemajuan dari pembukaan 4 cm sampai 9 selama 2 jam
c) Fase deccelerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm selama 2 jam.
7. Asuhan PersalinanKala I
a. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami,
keluarga, orang terdekat, yang dapat menemani ibu dan memberikan
support pada ibu.

14
b. Mengatur aktivitas dan posisi ibu sesuai dengan keinginannya dengan
kesanggupannya, posisi tidur sebaiknya tidak dilakukan dalam
terlentang lurus
c. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dan dianjurkan untuk
menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar dan dikeluarkan dengan
meniup sewaktu his.
d. Menjaga privisi Ibu antara orang lain menggunakan penutup tirai, tidak
menghadirkan orang tanpa seizin ibu.
e. Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi pada
tubuh ibu serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil - hasil
pemeriksaan.
f. Menjaga kebersihan diri dengan cara mandi, membasuh sekitar
kemaluan sesudah BAB/BAK.
g. Mengtasi rasa panas dan banyak keringat, dapat diatasi dengan
menggunakan kipas angina, AC didalam kamar.
h. Melakukan massase pada daerah punggung atau mengusap perut ibu
dengan lembut.
i. Pemberian cukup minum atau kebutuhan energy dan mencegah
dehidrasi
j. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dan ibu dianjurkan
untuk berkemih sesering mungkin.
8. Kala II Persalinan
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga
sebagai kala pengeluaran.
a. Tanda gejala kala II Persalinan
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau
vaginnya
3) Perineum terlihat menonjol
4) Vulva vagina, dan spingter ani terlihat membuka

15
5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah Asuhan Persalinan Kala
II
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat – obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai kedalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci


kedua tangan dengan sabin dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang
bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk pemeriksaan
dalam
6. Mengisap oksitosin 10 unit kedalam atbung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
Memastikan Pembukaan Lengkap
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati – hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum atau anus terkontaminasi oleh kotorang ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan
ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasa dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan dekontaminasi)
8. Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
• Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
lakukan amniotomi.

16
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
dan kemudian melepaslannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan.
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit)
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
• Mendokumentasi hasil – hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
• Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendekontaminasikan temuan – temuan.
• Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai derongan yang
kuat untuk meneran :
• Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
• Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
• Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)

17
• Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
• Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu
• Menganjurkan asupan cairan per oral
• Menilai DJJ setiap 5 menit
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera
dalam waktu 120 menit meneran untuk primipara atau 60 menit
untuk multipara, merujuk segera.
• Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran, maka :
menjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
mengajurkan ibu untuk muali meneran pada puncak kontraksi –
kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
14. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
meletakan handuk bersih diatas perut untuk mengeringkan bayi.
16. Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memastikan kembali kelengkapan alat
18. Memakai sarung tangan DTT atau sterril pada kedua tangan
Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan
yang lain dikepala dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepa keluar perlahan –
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan – lahan atas bernafas
cepat saat kepala lahir.
• Jika ada meconium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lender deelee

18
disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penhisap yang
baru dan bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
• Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
• Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di satu
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahir Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
di masing – masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kea rah bawah
dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan ke arah luar
untuk melahirka bahu posterior.
Lahir Badan Tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan , menelusurkan tangan muali kepala
bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum tangan
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tetangan tersebut.
Mengendelikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi
saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan, menelusurkan tangan yang ada atas
(anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua kaki bayi dengan hati –
hati membantu kelahiran kaki.

19
Penanganan bayi baru lahir
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakan bayi ditempat yang memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat. Ganti handuk atau kain yang kering. Biarkan
bayinya berada diatas perut.
27. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinanan
adanya bayi kedua.
28. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi
29. Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 IU IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
30. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari pusat bayi.
Melaukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu)
31. Memegang talipusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
32. Meletakan bayi tengkurao didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
menempel didada/ perut ibu. Usahakan bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu
33. Mengganti handuk yang basah dan selimuti bayidengan kain atau
selimut yang bersih dan kering.
34. Memindahkan klem dan tali pusat
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusay dan klem dengan tangan lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan kea rah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan

20
uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati – hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30 detik – 40 detik, menghentikan penegangan tali
pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat kea rah bawah dan keamudian kea rah atas, mengikuti kurve
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
- Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penengan tali pusat
selama 15 menit.
- Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU Im
- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
- Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati – hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut.
- Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tingggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari – jari tangan atau klem atau
forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
bagian selaput yang tertinggal

21
Pemijatan uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan massase
uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan massase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras)
Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakan plasenta dalam kantung plastic atau
tempat khusus.
- Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase selama
15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42. Menilai ulan uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri tetes
mata/zalf antibiotic profilaksis, dan vitamin K 1 mg dipaha kiri
anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha anteroteral.
46. Melanjutan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
48. Mengevaluasi dan estimasi kehilangan darah
49. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.

22
- Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Memeriksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bernafas dengan baik
(40 – 60 x/menit serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5) )
51. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
52. Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lender dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan makanan
yang diinginkan.
55. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,
membalikan bagian luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 58.Melengkapi
partograf.
IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protocol tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai salah satu dari Evidence for the ten
step to successful breastfeeding yang harus diketahui oleh setiap tenaga
kesehatan. Segera setelah dilahirkan, bayi diletakan di dada atau perut atas
ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan kepada bayi
untuk mencari dan menemukan putting ibunya.
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan

23
incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah
infeksi nosocomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena
pengeluaran meconium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden
ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi telah
tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian,
berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit.
Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormone oksitosin,
prolactin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu
dan bayi.10
9. KALA III
Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Tanda – tanda lepasnya
plasenta mencakup beberapa atau semua hal – hal dibawah ini :
a. Uterus menjadi bundar
b. Perdarahan, terutama perdarahan yang agak banyak
c. Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir
d. Naiknya fundus uteri karena naiknya Rahim lebih mudah digerakan.
Manajemen aktif kala III terdiri dari beberapa komponen :
a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
b. Melakukan peregangan tali pusat terkendali.
c. Massase fundus uteri
Asuhan kala III
a. Melakukan manajemen aktif kala III
b. Memeriksa ada tidaknya janin kedua
c. Memberitahukan kepada ibu bahwa plasenta lahir, memeriksa
kelengkapan plasenta
d. Mengevaluasi kontraksi uterus, beserta perdarahan pada kala III
e. Memantau adanya tanda bahaya kala III seperti kelainan kontraksi.
10. KALA IV
Dimulai dari lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam pertama post
partum. Dalam kala IV ini penderita masih membutuhkan pengawasan
yang intensif karena perdarahan karena atonia uteri masih mengancam.

24
Maka dalam kala IV penderita belum boleh dipindahkan keruang
perawatan dan tidak boleh ditinggalkan oleh bidan. Observasi yang
dilakukan 2 jam postpartum.
a. Mengawasi perdarahan postpartum
- Darah yang keluar dari jalan lahir
- Kontraksi Rahim
- Keadaan umum ibu
- Pengobatan perdarahan postpartum
- Menjahit robekan perineum
- Memeriksa bayi
b. Asuhan persalinan kala IV
- Memeriksa perdarahan da nada tidaknya laserasi, jika ada laserasi
maka dilakukan heacting
- Mengobservasi TTV, kontraksi uterus, perdarahan dan kandung
kemih tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam
kedua.
- Mengjanjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
- Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
- Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm
(bukan premature atau postmatur),mempunyai onset yang spontan
(tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat
awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak kepala,
terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta lahir
normal.Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.Bentuk-Bentuk Persalinan:Persalinan spontan, Persalinan Bantuan,
Persalinan Anjuran
Tanda – Tanda Melahirkan gejala paling sering menjelang persalinan
adalah rasa mulas. Perut terasa seperti kram, mirip saat menstruasi. Ada juga
yang merasa mual, kembung, dan nyeri punggung. Bahkan ada yang diare atau
pusing.Menjelang persalinan, sistem pencernaan Ibu akan melambat.Kala
dalam persalinan : Kala 1 (dari pembukaan 1 sampai lengkap),Kala II (dari
pembukaan lengkap sampai bayi lahir),Kala III (dari bayi lahir hingga plasenta
lahir).
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
masih terdapat kekurangan, sehingga kami sebagai penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini. Penulis juga
berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang
persalinan dalam kebidanan kepada seluruh pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA

Adrian. (2018). Buku Ajar Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.


Ekasari, & Natalia. (2019). Deteksi Preeklamsi Dengan Antenatal Care. Sulawesi
Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia. Fourianalistyawati, E., &
Caninsti, R. (2017). Kualitas Hidup Pada Ibu Dengan Kehamilan Risiko Tinggi.
Irmawati. (2015). Bayi dan Balita Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Marmi, S. S. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Asuhan Kebidanan
Pada Persalinan, 1.

27

Anda mungkin juga menyukai