Anda di halaman 1dari 149

MODUL

IT MEDIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IT Medik

Dosen Pengampu:
Taufik Hidayat, M. T

Disusun Oleh :
1 Saryani 201091042 9. Fransiska 201091015
. Selminia Marda
2 Linda Rizky 201091021 10. Nada Irwanda 201091025
. Witosari
3 Rosalia Alberta 201091041 11. Yanti 201091055
. Kartini
4 Ananda Amalia 201091002 12. Dorasi Bela 201091008
. Dona
5 Dayu Sara 201091005 13. Vina Kurniawati 201091051
.
6 Aulia Fitri 201091003 14. Elisa 201091009
. Khairunnisa Junicahyani
7 Ria Apriyani 201091040 15. Clara Aldaviana 201091004
.
8 Lisa Purnmasari 201091059
.
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022/2023

ii
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan modul IT Medik ini.
Dalam penyusunan modul ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih pada semua pihak yang telah membatu dan menyelesaikan tugas
modul in sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul ini. Dan tidak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing kami.
Dalam penyusunan modul ini kami berharap semoga modul ini dapat
bermenfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya

Pontianak, November 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Cover......................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5
A. Pengenalan IT Medik..................................................................... 5
B. Tekhnologi Informasi Kesehatan................................................... 22
C. Patients Informatics....................................................................... 34
D. Evidence Based.............................................................................. 41
E. Network and Medical Mobile Technology.................................... 50
F. Format Register Penyakit IT Medik.............................................. 62
G. Identifikasi Kebutuhan Keselamatan Pasien................................. 77
H. Pengenalan Resep Elektronik........................................................ 88
I. Pengenalan Konsep E-Research.................................................... 93
J. Telehealth dan Telemedicine......................................................... 103
K. Bioinformatics............................................................................... 120
L. Digitalisasi Pencitraan (Image) Informasi Medik.......................... 126
M. Trend Teknologi Medik Masa Depan............................................ 139
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengenalan IT Medik
2.1 Pengertian dan Sejarah IT Medik
A. Pengertian Tekhnologi
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat
manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan
sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222)
berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan
(engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua
dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan
satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang
dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada
dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu
terhadap lainnya. Definisi mengenai sains menurut Sardar (1987,
161) adalah sarana pemecahan masalah mendasar dari setiap
peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar (1987, 161) suatu
peradaban tidak dapat mempertahankan struktur- struktur politik
dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat
dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal suatu
epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik, intelektual
dan budaya serta
memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu
peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah
sarana yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia
merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya. Sedangkan
rekayasa, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) menyangkut
hal pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang
diterapkan di bidang perancangan (termasuk mengenai peralatan
teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan
peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang didasarkan
atas hasil

6
sains.
Seringkali diadakan pemisahan, bahkan pertentangan
antara sains dan penelitian ilmiah yang bersifat mendasar (basic
science and fundamental) di satu pihak dan di pihak lain sains
terapan dan penelitian terapan (applied science and applied
research). Namun, satu sama lain sebenarnya harus dilihat sebagai
dua jalur yang bersifat komplementer yang saling melengkapi,
bahkan sebagai bejana berhubungan; dapat dibedakan, akan tetapi
tidak boleh dipisahkan satu dari yang lainnya (Djoyohadikusumo
1994, 223).
Makna Teknologi, menurut Capra (2004, 106) seperti
makna
„sains‟, telah mengalami perubahan sepanjang sejarah.
Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu technologia, yang
diperoleh dari asal kata techne, bermakna wacana seni. Ketika
istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di abad
ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas „seni
terapan‟ atau pertukangan, dan 4 berangsur-angsur artinya
merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20,
maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan
mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang
berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode.
Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut Capra (2004,
107) menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi
Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan
teknologi sebagai „kumpulan alat, aturan dan prosedur yang
merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu
pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan.
Akan tetapi, dijelaskan oleh Capra (107) teknologi jauh
lebih tua daripada sains. Asal-usulnya pada pembuatan alat
berada jauh di awal spesies manusia, yaitu ketika bahasa,
kesadaran reflektif dan kemampuan membuat alat berevolusi

7
bersamaan. Sesuai dengannya, spesies manusia pertama diberi
nama Homo habilis (manusia terampil) untuk menunjukkan
kemampuannya membuat alat-alat canggih.
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee
(2004,35) teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan
manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan semata.
Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non
material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004,
34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen
non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran ,
institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi
langsung dari bukti kecerdasan manusia. Dari pandangan
semacam itu, kemudian teknologi berkembang lebih jauh dari
yang dipahami sebagai susunan pengetahuan untuk mencapai
tujuan praktis atau sebagai sesuatu yang dibuat atau
diimplementasikan serta metode untuk membuat atau
mengimplementasikannya.
B. Pengertian Tekhnologi Informasi
Teknologi informasi sebagai seperangkat alat yang
membantu Anda untuk bekerja dengan informasi dan melakukan
tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.
(Haag dan Keen:1996) Dalam hal ini, TI dianggap alat yang
digunakan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan informasi.
Pengolahan informasi yang dihasilkan diproses menggunakan
alat-alat tersebut. Alat-alat ini adalah komputer beserta software-
software pendukungnya. Teknologi Informasi yang tidak hanya
terbatas pada teknologi komputer yang digunakan untuk
memproses dan menyimpan informasi melainkan juga mencakup
teknologi komunikasi untuk 5 mengirimkan informasi
(Martin:1999).
IT tidak hanya sebagai teknologi komputernya saja yang
dipergunakan untuk pemrosessan dan penyimpanan data.

8
Pengertiannya lebih luas lagi, karena teknologi komunikasi
digunakan untuk melakukan pengiriman informasi. Teknologi
Informasi merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang digunakan
untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan untuk
menggunakan informasi tersebut dalam segala bentuknya (Mc
Keown:2001) Cukup jelas di sini bahwa Teknologi Informasi
mencakup keseluruhan bentuk teknologi yang digunakan untuk
memproses informasi. Bentuknya bisa bermacam-macam
layaknya komputer sebagai alat yang multimedia. Didukung oleh
perangkat lunak yang sesuai dengan pengolahan informasi
tersebut.
2.2 Potensi yang Dimiliki IT Medik
A. Peran Tekhnologi Informasi di Bidang Kesehatan
Ketersediaan informasi obat yang akurat, benar, dan up
to date merupakan kebutuhan bagi penyedia layanan kesehatan
untuk pasien dan masyarakat. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi banyak berperan dalam dunia
kesehatan antara lain : untuk urusan adminstrasi, obat-obatan,
diagnostik, terapi, perawatan (monitoring status pasien), serta
penelitian. Selain itu, peran teknologi informasi lainnya yaitu
sebagai pusat informasi kesehatan (Health Information Center),
sebagai penyedia informasi yang terpercaya (reliable) dan
mampu untuk memetakan kondisi kesehatan masyarakat,
melakukan analisis kesehatan berdasarkan data yang
komprehensif dari semua unit-unit kesehatan, melakukan
pemantauan dan pengendalian masalah kesehatan melalui Health
Monitoring System, konsultan kesehatan bagi masyarakat, baik
secara online (web) maupun offline.
“Untuk penanganan yang lebih efisien dibutuhkan suatu
koordinasi antar unit pelayanan kesehatan dimana pasien itu
didiagnosa ke tempat-tempat dimana pasien tersebut akan
dirujuk sehingga penaganan dapat lebih tepat dan efisien tanpa

9
terdapat redudansi”(Irawan 2006:3).Pada tahapan saat ini telah
dilakukan identifikasi layanan- layanan unggulan bidang
kesehatan dengan karakteristik yang dimiliki, antara lain:
berorientasi pada kebutuhan masyarakat, berpotensi untuk
dikembangkan (high potential), layanan inovatif (strategic),
efektif dan integritas (key operational), dan menciptakan
efisiensi (support). Selanjutnya dilakukan pengembangan
aplikasi web berdasarkan layanan unggulan yang diidentifikasi.
Sistem yang dirancang akan menghubungkan jaringan Rumah
Sakit yang bekerjasama dan menyimpan data keberadaan
peralatan kesehatan serta ruangan yang tersedia di masing-
masing rumah sakit pada saat tertentu. Data ini kemudian dapat
diakses oleh masyarakat yang membutuhkan layanan unit gawat
darurat melalui fasilitas tertentu seperti situs web serta SMS.
DGS bidang kesehatan yang dihasilkan saat ini bersifat
informatif kepada masyarakat dan layanan interaktif untuk
layanan registrasi online tenaga kesehatan.
B. Manfaat Tekhnologi Informasi
Seperti yang telah dijabarkan di atas, peranan dan
aplikasi komputer dalam bidang kesehatan sangatlah banyak.
Komputer secara tidak langsung telah membantu manusia untuk
mengetahui penyakit yang dideritanya hingga sampai pada tahap
penyembuhan. Sebagai kesimpulannya, manfaat dari penerapan
komputer dalam bidang kesehatan di tiap-tiap aplikasinya antara
lain sebagai berikut :
 Mendiagnosa suatu penyakit dan menentukan obat yang cocok
 Melihat dan menganalisa organ – organ tubuh bagian dalam
manusia
 Memonitoring status pasien, merecord data pribadi pasien dan
riwayat penyakit pasien
 Melakukan penelitian ilmiah yang diperlukan
 Memasukkan, menyimpan, menggelompokkan dan mengolah

10
data – data secara cepat dan mudah
 Mendeteksi DNA seseorang
 Mengecek dan mengethaui hasil tes darah di laboratorium
 Sebagai alat Bantu dalam pemeriksaan medis
C. Contoh Penggunaan Tekhnologi di Bidang Kesehatan
Contoh penggunaan sistem komputer untuk menganalisa
organ – organ tubuh :
 System Computerized Axial Tomography (CAT) berguna
untuk menggambar struktur otak dan mengambil gambar
seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan
menggunakan sinar-X.
 System Dynamic Spatial Reconstructor (DSR) berguna untuk
melihat gambar dari berbagai sudut organ tubuh secara
bergerak.
 SPECT (Single Photon Emission Computer Tomography)
merupakan sistem komputer yang mempergunakan gas
radiokatif untuk mendeteksi partikel-partikel tubuh yang
ditampilkan dalam bentuk gambar.
 PET (Position Emission Tomography) merupakan sistem
komputer yang menampilkan gambar yang mempergunakan
isotop radioaktif.
 NMR (Nuclear Magnetic Resonance) yaitu teknik
mendiagnosa dengan cara memagnetikkan nucleus (pusat
atom) dari atom hydrogen.
 USG (Ultra Sonography) adalah suatu alat dalam dunia
kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu
gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250
kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam
layar monitor berupa gambar dua dimensi atau tiga dimensi.
 Helical CT-SCAN adalah alat untuk pemeriksaan organ tubuh
secara komputerisasi, dengan potongan tranversal, coronal
dan sagital, paling kecil jarak antara potongan 3 mm.

11
 Magnetic Resonance Imaging ( M R I ) adalah alat untuk
pemeriksaan organ tubuh secara komputerisasi, dengan
potongan tranversal, coronal dan sagita.
D. Contoh Penggunaan IT Medik di Bidang Kebidanan
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan alat yang
berguna untuk mendapatkan informasi detail dari perkembangan
janin. USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara
yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz) yang
kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
Pemeriksaan USG ini tidak menimbulkan bahaya bagi
ibu maupun janin. Kemungkinan efek yang merugikan tersebut
sudah sering diteliti dan tidak pernah terbukti ditemukan suatu
masalah. Tidak seperti X-ray yang berbahaya bagi bayi,
pemeriksaan USG mencakup penggunaan gelombang suara yang
berfrekuensi tinggi yang dibuat dengan memasang pengubah
arus pada suatu alat yang disebut transduscer.
Transducer inilah yang akan menerima dan mengirimkan
gelombang suara. Transducer tersebut bergerak di atas gel yang
sudah dioleskan di atas perut ibu hamil, dan mengumpulkan
gelombang suara echo ketika memantul pada bayi, kemudian
komputer akan menerjemahkan ke dalam gambar. Keadaan
seperti itu dapat diilustrasikan seperti radar yang digunakan
pesawat udara atau kapal selam untuk menciptakan gambaran
tanah lapang di kegelapan malam ataupun di dasar lautan.
Perangkat USG terdiri dari transducer, monitor, dan mesin USG.
Transducer adalah komponen USG yang yang
ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa (misalnya
dinding perut atau dinding poros usus besar) pada pemeriksaan
prostat. Di dalamnya juga terdapat kristal untuk menangkap
pantulan gelombang yang disalurkan oleh transducer. Monitor
merupakan perangkat yang digunakan untuk menampilkan

12
display hasil USG dan mengetahui arah dan gerakan jarum
menuju sasaran. Mesin USG merupakan bagian dari USG yang
berfungsi untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk
gelombang (berfungsi sama seperti CPU pada PC).
Sejak tahun 1961 USG dilakukan dalam dunia
kedokteran kandungan. USG merupakan salah satu imaging
diagnostik (pencitraan diagnostik) untuk memeriksa alat-alat
atau organ tubuh dalam manusia, di mana pemeriksaan itu bisa
digunakan untuk mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan,
serta hubungan dengan jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan USG memberikan informasi detail dari
perkembangan janin dalam kandungan. Penggunaan USG 2D
sebagai alat pemeriksa kondisi janin bayi dirasa masih belum
memuaskan hasilnya, akhirnya ditemukan model alat USG baru
seperti USG 3D, 4D, dan Doppler. Prinsip kerja dari USG-USG
yang baru ini sama halnya dengan USG 2D hanya saja gambar
yang ditampilkan oleh monitor sedikit berbeda. Tentunya karena
alat yang berkembang kini semakin canggih.
2.3 Peran “User” yang Terlibat dalam IT Medik
Dalam pembuatan suatu sistem informasi manajemen
dibutuhkan peran seorang progammer dan designer dimana dalam
hal ini adalah perekam medis. Perekam medis memiliki peran
sebagai jembatan yang menghubungkan antara seorang
programmer dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Apa yang
dibutuhkan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan
diimplementasikan dalam sebuah desain oleh seorang perekam
medis sehingga dapat dipahami dengan baik oleh seorang
programmer. Sehingga sistem informasi manajemen yang
dibutuhkan dapat tepat guna. Seorang perekam medis dapat
mendesain sebuah rancangan program melalui aplikasi GUI.
Aplikasi ini sangat mudah untuk digunakan bahkan untuk pemula.
Aplikasi ini berekstensi .dui. Dalam aplikasi GUI terdapat menu

13
menu atau icon yang dapat di lepas-pasang sesuai dengan
kebutuhan. Aplikasi ini sangat membantu seorang programmer
dalam pembuatan sebuah sistem informasi manajemen (SIM).
Oleh karena itu, teknologi informasi di bidang kesehatan
sangatlah penting. Terutama untuk pembuatan sistem informasi
manajemen suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Proses penginputan
data rekam medis pasien dapat berlangsung lebih cepat, efektif dan
efisien tentunya. Di samping kelebihan pastilah ada kekurangan.
Dalam pemakaian sebuah sistem informasi manajemen di suatu
fasilitas pelayanan kesehatan, tingkat keamanan data rekam medis
pasien belum dapat dijamin. Namun, secara keseluruhan
penggunaan teknologi informasi di bidang kesehatan ini akan
sangat membantu dalam pencapaian derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Era reformasi merupakan periode yang melibatkan banyak
informasi dalam pengambilan keputusan, baik oleh individu,
perusahaan, maupun instansi pemerintah. Informasi sudah semakin
mudah diperoleh, sudah semakin bervariasi bentuknya dan semakin
banyak pula kegunaannya (Wahyu,2004).
Informasi tersebut akan lebih tertata jika terdapat adanya
sebuah teknologi yang dapat memuatnya, misalnya teknologi
informasi. Teknologi informasi merupakan salah satu teknologi
yang berkembang dengan pesat saat ini. Contohnya penggunaan
komputer sebagai salah satu prasarana dalam mengolah informasi
yang dapat menghasilkan output lebih baik.
Rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya
tentunya membutuhkan suatu sistem informasi yang cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanan kesehatannya.
Pengelolaan data di suatu sarana pelayanan kesehatan menjadi
komponen penting dalam mewujudkan suatu sistem informasi pada
sarana pelayanan kesehatan. Dapat dikatakan begitu penting karena
data di suatu rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan jika

14
sudah diolah menggunakan suatu sistem informasi maka tingkat
human error akan dapat diminimalisasi. Jika suatu data rekam
medis pasien di sebuah sarana pelayanan kesehatan masih diolah
secara manual, maka kualitas pelayanan kesehatannya menjadi
rendah. Pelayanan akan berlangsung lebih lama, banyak ditemukan
kesalahan-kesalahan dalam penulisan dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, dengan adanya suatu teknologi informasi yang ada
sekarang ini, pengolahan data rekam medis pasien dapat dirubah
dari yang manual menjadi elektronik. Selain lebih cepat dan mudah,
pengelolaan data juga menjadi lebih akurat.
Teknologi informasi pada sarana pelayanan kesehatan dapat
diwujudkan dalam suatu bentuk Sistem Informasi Manajemen
(SIM). Jika sarana pelayanan kesehatan tersebut adalah rumah
sakit, maka sistem informasi manajemennya disebut SIMRS. Jika
sarana pelayanan kesehatan tersebut adalah puskesmas, maka
sistem informasi manajemennya disebut SIMPUS. Sistem informasi
manajemen dapat digunakan oleh tenaga kesehatan, baik dokter,
perawat maupun perekam medis itu sendiri. Dengan adanya SIM di
suatu sarana pelayanan kesehatan akan sangat membantu dalam
peningkatan pelayanan kesehatan kepada pasien. Sehingga akan
tercapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Dalam
sistem informasi manajemen minimal harus memuat :
1. Pendaftaran pasien, baik rawat inap, rawat jalan, maupun Instalasi
gawat darurat yang diisi oleh tenaga rekam medis. Dalam menu
ini terdapat input data mengenai data sosial pasien seperti nama,
nomor rekam medis, nomor registrasi, alamat, tempat dan tanggal
lahir, dan lain sebagainya.
2. Terdapat menu input pelayanan yang digunakan/diisi oleh tenaga
kesehatan. Dalam menu ini tenaga medis menginputkan
pelayanan apa saja yang telah diberikan kepada pasien.
3. Menu cari pasien. Menu ini digunakan untuk mencarai data
pasien, bisa melalui nomor rekam medisnya, nama maupun

15
alamat.
4. Menu pelaporan. Pelaporan merupakan hal yang penting dalam
suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Pelaporan dapat digunakan
untuk mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah diberikan
suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam pelaporan juga dapat
dilihat data 10 besar penyakit di fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut dan lain sebagainya.
2.4 Pengaruh Teknologi dalam IT Medik
Era Globalisasi sekarang ini kemajuan teknologi sangat
berkembang dengan begitu pesat. Salah satu kemajuan teknologi
informasi merambah pada bidang kesehatan. Penggunaan dan
pemanfaatan teknologi ini merupakan salah satu solusi tepat bagi
pemecahan masalah layanan publik. Setidaknya pemanfaatan hal itu
akan mengatasi masalah-masalah geografis, waktu dan sosial
ekonomis. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pemanfaatan
teknologi dalam bidang kesehatan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan serta dapat merubah perilaku kesehatan. Informasi adalah
hal yang sangat penting, karena semua hal terkait kesehatan
masyarakat adalah informasi yang dikelola dengan baik dan aman,
sehingga dibutuhkan suatu sistem yang aman dan lancar agar seluruh
informasi yang didapatkan dapat digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan lebih optimal dan dapat bermanfaat bagi seluruh
masyarakat
Dalam bidang kesehatan sendiri kemajuan Teknologi
Informasi sudah sangat menunjang pelayanan, apalagi di dunia medis,
dengan perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih
750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap
tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai
tool untuk mengudapte perkembangan terbaru, tidak hany itu
teknologi informasi juga memiliki kemampuan dalam memfilter data
dan mengolah menjadi informasi.
A. Peranan IT Medik di Bidang Kesehatan

16
Teknologi di bidang kesehatan atau medis telah
memperlihatkan peranan yang begitu signifikan, dalam membantu
menolong jiwa manusia yang tengah mengalami masalah pada
kesehatannya.
Teknologi yang ada dapat digunakan untuk melakukan berbagai
macam hal penting seperti
 Melakukan analisis organ tubuh manusia baik pada bagian luar
maupun bagian dalam yang sulit untuk dilihat secara kasat mata
 Melakukan diagnosis penyakit
 Menemukan obat yang tepat atau sesuai
Teknologi pada zaman sekarang ini sudah sangat pesat
perkembangannya. Bukan hanya dalam mencari informasi, tetapi
memudahkan kita dalam menyeselesaikan pekerjaan yang pada
zaman sekarang semuanya sudah sistem teknologi.
Teknologi komputer misalnya, banyak mengubah alat-alat
kedokteran. Semua informasi medis, termasuk yang dihasilkan dari
sinar X, tes laboratorium, dan monitor detak jantung, dapat
ditransmisikan ke dokter lain dalam format digital.
Teknologi transfer gambar juga menjadikan gambar
radiologi, misal CT scan dan MRI, bisa segera dikirim ke diagram
elektronik dan meja dokter. Pasien rawat intensif, yang selalu
dimonitor perawat selama istirahat, juga dapat dimonitor oleh
dokter melalui “menara kontrol” dari jarak jauh
Telemedicine (pengobatan jarak jauh), yaitu perawatan
yang diberikan melalui telekomunikasi juga turut mambantu dunia
kedokteran. Adapun dampak positif dan negatif dari teknologi
informasi yang berkembang antara lain:
B.Media Dalam Kesehatan
Perkembangan teknologi menciptakan berbagai kemajuan
di bidang kesehatan, salah satunya adalah metode untuk melakukan
edukasi dan juga promosi kesehatan kepada masyarakat dengan
Media yang menjadi penyaji dan penyalur pesan.

17
 Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan yang sangat bervariasi seperti booklet, leaflet, flyer,
flip, rubric, poster dan foto.
 Media Elektronik
Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-
pesan atau informasi kesehatan memiliki jenis berbeda antara
lain Televisi, radio, slide, film strip, internet, dan telepon
seluler.
 Media Papan
Penyampaian pesan kesehatan melalui media papan dapat berupa
billboard.
C. Dampak Teknologi dalam Bidang Kesehatan
 Dampak Positif
• Sistem pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Di berbagai tatanan pemberi pelayanan kesehatan kini
telah memanfaatkan kemajuan TI, misalnya di rumah sakit,
puskesmas atau klinik. Perekaman data-data pasien secara
digital, memudahkan perkerjaan di bagian rekam medis.
Adanya jaringan yang tertata rapi, memudahkan akses terhadap
data pasien dari bagian manapun.
Pada bagian diagnosis juga memberikan harapan cerah.
Berbagai alat diagnostik ditemukan, sehingga lebih
memudahkan untuk penentuan perawatan atau pengobatan.
Dengan perkembangan teknologi informasi yang terus
menerus, tidak menutup kemungkinan nantinya akan
ditemukan cara mengobati penyakit yang sementara saat ini
belum ditemukan obatnya, misalnya HIV AIDS.
• Sumber informasi kesehatan yang lebih lengkap dan
mudah.
Menilik ke belakang, pada mulanya informasi
disampaikan melalui bahasa. Lalu terjadi peningkatan dengan

18
menggunakan gambar sebagai media informasi. Kemudian
ditambah suara, gambar gerak (video) pada media televisi.
Kini ada internet sebagai media serba ada dan serba tahu.
Informasi kesehatan dapat diperoleh dengan mudah, hanya
dengan mengetik kata kunci yang diinginkan.
• Pengawasan gaya hidup sehat dalam genggaman
Teknologi mobile menjadi salah satu isu penting abad
ini. Sebuah kemudahan dan kepraktisan yang sangat
berpengaruh terhadap gaya hidup manusia. Asisten pribadi ada
dalam genggaman, berupa telepon seluler atau perangkat
sejenis. Kini telah banyak aplikasi kesehatan yang bisa
disematkan dalam perangkat tersebut. Misalnya cara
perhitungan Body Mass Index (BMI) yang diperlukan bagi
orang yang sedang melaksanakan diet.
• Perkembangan keilmuan/riset
Perkembangan teknologi informasi juga merambahi
keilmuan di bidang kesehatan. Banyak peneliti yang
melakukan penelitian dan kemudian memuat hasil
penelitiannya dalam bentuk jurnal di internet. Hal ini
memudahkan bagi peneliti di belahan dunia yang lain untuk
mengetahui, atau mempelajari riset kesehatan yang dilakukan
orang lain, sehingga ilmu yang berkaitan dengan kesehatan
dapat berkembang.
• Penurunan biaya/efisiensi
Kemudahan-kemudahan yang tercipta karena adanya
perkembangan teknologi informasi, dapat berpengaruh pada
efisiensi biaya.
 Dampak Negatif
• Resiko terjadinya penyakit baru.
Penggunaan alat-alat canggih menyimpan resiko yang
mengancam kesehatan. Misalnya pada laboratorium diagnostik
dengan tingkat radiasi yang tinggi. Bukan hanya alat yang

19
canggih, bahkan komputer yang setiap hari digunakan juga
memiliki efek radiasi.
• Pemberitaan yang kurang tepat
Perkembangan TI membuat mudahnya transfer informasi,
hingga tiba ke tangan masyarakat. Namun tidak menutup
kemungkinan akan ada pemberitaan yang tidak tepat dan tidak
bertanggung jawab, sehingga memberikan pengetahuan yang
salah kepada masyarakat.
• Kesalahan persepsi
Informasi banyak disampaikan melalui berbagai media.
Setiap orang belum tentu memiliki pemahaman yang sama
dengan yang dimaksudkan oleh pembuat informasi. Hal ini
menyebabkan kesalahan persepsi, sehingga esensi penyampaian
informasi tidak tercapai. Bisa jadi karena pemilihan tata bahasa
atau cara penyampaian yang tidak tepat.
• Biaya mahal
Sebagai konsekuensi dari penggunaan teknologi canggih,
ada jumlah biaya yang harus dikeluarkan.
Dalam hal inilah kita sebagai mahasiswa harus berperan lebih
aktif lagi dalam proses kemajuan dan perkembangan teknologi.
Kita dapat lebih peka, terutama kita sebagai petugas pelayanan
kesehatan dimana masyarakat banyak membutuhkan kita. Kita
bisa lebih aktif dalam mempelajari perkembangan teknologi
dalam meminimalisir kesalahan dan dampak-dampak negatif
yang di timbulkan teknologi informasi sekarang. Misalnya
dengan kita memahami peran kita di tengah-tengah masyarakat
kita bisa membangun kesehatan yang berkualitas dengan
intelektual dan keterampilan kita. Seperti pada jurusan Rekam
Medis yang mempelajari tentang “Teknologi Informasi Pada
Pelayanan Kesehatan” mahasiswa dapat mempelajari tentang
pelayanan kesehatan lebih dalam lagi. Seperti menggunakan
keterampilan dalam mendesaign formulir-formulir atau sistem

20
komputerisasi yang diperlukan untuk melayani pasien dalam
pelayan kesehatan di rumah sakit, puskesmas, klinik, dll. Ini
dapat mempermudah pekerjaan dalam melayani masyarakat
yang dapat mengefisiensiasikan waktu dan meningkatkan
efetifitasnya
2.5 Undang-Undang dan Peraturan Terkait Pelaksanaann IT Medik
Salah satu bentuk dari pelaksanaan IT di bidang kesehatan adalah
adanya Rekam Medis Elektronik,. Rekam medis elektronik sendiri
merupakan sistem informasi kesehatan berbasis komputerisasi yang
menyediakan dengan rinci catatan tentang data demografi pasien,
riwayat kesehatan, alergi, dan riwayat hasil pemeriksaan laboratorium
serta beberapa diantaranya juga dilengkapi dengan sistem pendukung
keputusan (Ludwick & Doucette, 2009). Rekam medis elektronik
menawarkan kemampuan bagi penyelenggara pelayanan kesehatan
untuk menyimpan dan saling berbagi informasi kesehatan tanpa
bergantung pada dokumen berbasis kertas (Ross, 2009).
Penggunaan rekam medis elektronik pada pelayanan rawat jalan
direkomendasikan sebagai metode untuk mengurangi kesalahan,
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, serta mengurangi
pembiayaan (Goodman, 2005). Dengan direkomendasikannya
penggunaan rekam medis elektronik, banyak penyelenggara pelayanan
kesehatan mengimplementasikan rekam medis elektronik sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan
kepuasan pasien, dan mengurangi medical errors (Schenarts &
Schenarts, 2012). Namun hingga saat ini belum ada regulasi
pemerintah yang secara spesifik mengatur tentang penyelenggaraan
rekam medis elektronik.
Dalam Permenkes No. 269 tahun 2008 Bab II pasal 2 disebutkan
bahwa:
(1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau
secara elektronik.
(2) Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi

21
informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan
tersendiri.
Ayat (1) menunjukkan bahwa rekam medis dapat dan boleh dibuat
secara elektronik. Namun merujuk pada ayat (2), sampai saat ini
masih belum ada peraturan lebih lanjut yang khusus membahas
tentang penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan
teknologi informasi.
Peraturan yang dapat dirujuk saat ini yang mengatur transaksi
elektronik secara umum adalah Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang kita kenal dengan
UU ITE.
Pada UU ITE disebutkan ada istilah “tanda tangan elektronik”,
“sertifikat elektronik”, dan “penyelenggara sertifikasi elektronik”.
Tanda tangan elektronik melekat pada sertifikat elektronik yang
dikeluarkan oleh penyelenggara sertifikasi elektronik. Lebih jauh
Anda dapat membaca dengan detail isi dari UU tersebut.
“Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri
atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait
dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat
verifikasi dan autentikasi”.
“Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik
yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang
menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi
Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Sertifikasi
Elektronik”.
“Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang
berfungsi sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan
mengaudit Sertifikat Elektronik”.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah
melakukan sosialisasi penggunaan tanda tangan elektronik serta
membuka pendaftaran dan verifikasi tanda tangan elektronik bagi
warga negara Indonesia. Merujuk pada UU ITE berarti Kementerian

22
Kominfo dapat disebut sebagai penyelenggara sertifikasi elektronik
yang mengeluarkan sertifikat elektronik bagi setiap warga negara
Indonesia.

23
Tekhnologi Informasi Kesehatan
2.1 Identifikasi Kebutuhan dan Keuntungan Pertukaran Data dan
Informasi Medik
Informasi Medik adalah tempat penyimpanan data dan
informasi mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien. Rekam kesehatan mencatat siapa, apa, kapan, dimana dan
bagaimana perawatan pada pasien.
Pemanfaatan komputer sebagai alat pengumpul data rekam
medis harus segera dilaksanakan. Pemanfaatan data rekam medis
menjadi bagian dari sistem informasi kesehatan
, merupakan langkah maju yang perlu segera dilaksanakan dalam
menghadapi perubahan yang sangat cepat dimana dampak globalisasi
sudah mulai dapat dirasakan. Bila pengembangan sistem informasi
rekam medis terlambat, maka upaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan terhambat.(Haniyah, 2016)
Pertukaran informasi kesehatan adalah perpindahan atau
pergerakan informasi kesehatan elektronik antar organisasi sesuai
dengan standar nasional. Tujuan pertukaran informasi kesehatan
adalah untuk memfasilitasi akses dan pengambilan data klinis untuk
memberikan asuhan atau pelayanan yang lebih aman, tepat waktu,
efisien, efektif, berpusat pada pasien. Beberapa penelitian tentang
Pertukaran Informasi Kesehatan memberikan hasil bahwa
implementasi pertukaran informasi kesehatan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan, dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas
pelaporan kesehatan masyarakat, memfasilitasi penyelidikan
kesehatan masyarakat .
Pertukaran informasi kesehatan bergantung pada pasien untuk
ikut serta dan setuju untuk berpartisipasi dalam Pertukaran informasi
kesehatan atau tidak berpartisipasi dalam Pertukaran informasi
kesehatan. Keputusan pasien untuk tidak berbagi informasi kesehatan
dilindungi oleh Undang-Undang Portabilitas dan Akuntabilitas
Asuransi Kesehatan (HIPAA) dan dapat memiliki konsekuensi

24
penting bagi penyedia layanan kesehatan jika keputusan tersebut
tidak dihormati. Penyedia layanan kesehatan dikenakan denda jika
keluhan diajukan ke Kantor Hak Sipil (Office of Civil Rights =OCR)
dan OCR menemukan penyedia layanan tersebut tersebut telah lalai
mematuhi peraturan privasi HIPAA HIPAA mengamanatkan bahwa
penyedia layanan telah setuju untuk membatasi akses terhadap
informasi pasien - kecuali keadaan darurat dan kebutuhan resmi
lainnya - harus mempertahankan pembatasan tersebut atau jika tidak
maka melanggar undang-undang privasi HIPAA.(Semukti, 2017)
A. Kebutuhan Pertukaran Informasi Medik
Rekam medis menyimpan sejarah lengkap kesehatan
seorang pasien, diagnosa yang akurat sangat bergantung pada
informasi historis rekam medis pasien. Idealnya, setiap orang
mempunyai historis rekam medis longitudinal, yang menyimpan
catatan kesehatan sejak lahir. Rekam medis ini menyimpan
informasi kesehatan, baik penyakit yang pernah diderita maupun
catatan kondisi kesehatan, sejak kelahiran seorang pasien.
Informasi medis ini akan sangat membantu seorang dokter
mengetahui status atau kondisi kesehatan seorang pasien. Di
Indonesia, rekam medis longitudinal masih menjadi tanggung
jawab pasien, karena Indonesia belum memiliki regulasi tentang
standar untuk pengelolaan dan penyimpanan rekam medis.
Kedua, di Indonesia adalah pengelolaan data historis kesehatan
pasien, dimana sebagian besar rumah sakit dan instansi
kesehatan masih menyimpan data kesehatan format teks.
Sedangkan data citra medis seorang pasien belum terintegrasi
dengan data historis pasien dan disimpan independen.
(Muhammadiyah, 2019)
Alasan utama penyimpanan yang terpisah antara data
tekstual dan citra medis ini adalah keterbatasan kapasitas
penyimpanan dan bandwith telekomunikasi yang diperlukan jika
data tersebut harus diakses lewat jaringan. Infrastruktur

25
telekomunikasi di Indonesia saat ini belum mendukung bandwith
yang diperlukan untuk pertukaran data citra medis. Oleh karena
itu, perlu pengembangan sistem yang mampu mengintegrasikan
data citra medis dengan data pasien serta mendukung pertukaran
data teks dan citra medis antara berbagai penyedia layanan
kesehatan khususnya bagi rumah sakit.(Rusmitasari, 2020)
B. Keuntungan Pertukaran Informasi Medis
Keuntungan Pertukaran Informasi Medis:(Arifin et al., 2013)
1. Organized & Coordinated Treatment Process.
Sistem informasi ini adalah sistem berbasis teknologi
yang membuat proses berbagi informasi kesehatan yang
dilindungi (protected health information/PHI) antara
organisasi dan penyedia layanan menjadi bebas masalah.
Karena sistem ini juga, pasien dapat memperoleh perawatan
yang mulus dan terkoordinasi dari penyedia layanan
kesehatan. Terutama bagi pasien yang di diagnosa
memerlukan koordinasi perawatan lintas-khusus dan
manajemen informasi medis yang substansial.
2. Improved Patient Safety.
Saat mendapatkan akses mudah ke data pasien melalui
sistem ini, semua informasi dapat disimpan dan dibagikan di
banyak basis data untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Sistem ini juga dapat mengirimkan sinyal peringatan setiap
kali ada masalah yang berkaitan dengan kesehatan pasien.
Sebagai contoh, penyedia layanan kesehatan dapat menerima
peringatan dari program keamanan yang memeriksa tentang
efek berbahaya yang mungkin dialami pasien pada obat
tertentu jika mereka memilikinya tanpa resep dokter. Dengan
cara ini, kesalahan serius dapat dihindari karena kurangnya
detail yang tersedia selama pengambilan keputusan.
3. Betterment in Patient Care.
Dengan mengumpulkan dan menyimpan informasi

26
(pasien, termasuk laporan diagnosis, riwayat medis, reaksi
alergi, vaksinasi, rencana informasi perawatan, hasil tes, dll),
sistem ini dapat memberikan kerangka kerja yang lengkap
dan teratur kepada penyedia layanan kesehatan. Ini dapat
membantu mereka berinteraksi dengan pasien dengan cara
yang lebih baik dan pada akhirnya dapat memberikan
perawatan dengan cara yang lebih efisien.
4. Hassle-free Process of Performance Analysis
Menggunakan sistem ini, memungkinkan manajemen
untuk dapat mengakses kinerja staf, menganalisis perawatan
pasien, memeriksa efisiensi dan stabilitas organisasi. Sistem
ini juga akan mengurangi dokumen dan membuat setiap
catatan terkomputerisasi. Manajemen dapat mengambil
keputusan apa pun yang terkait dengan staf berdasarkan
keahlian mereka. Selain itu juga, dapat mengambil keputusan
setelah berfokus pada detail kinerja sebelumnya. Melalui
sistem ini, pasien mendapat kesempatan untuk berbagi
tinjauan mengenai tingkat perawatan yang mereka terima dari
staf, sehingga manajemen dapat tetap mengetahui kinerja staf
dan menganalisis efektivitas organisasi.
5. Transfiguration in Clinical Procedures
Melalui sistem informasi kesehatan, manajemen dapat
mengatasi segala jenis situasi stres bagi pasien. Manajemen
dapat memiliki pandangan virtual tentang aliran pasien dan
apa yang dialami setiap pasien selama pertemuan dengan
penyedia layanan kesehatan, tenaga administrasi, teknisi
laboratorium, dan asisten keuangan. Proses ini dapat
membantu untuk menemukan area mana yang membutuhkan
perbaikan.
6. Circumvention of Medical Errors
Karena sistem dapat membuat dokumen lebih sedikit,
terkomputerisasi dan otomatis, maka manajemen dapat

27
memperoleh laporan dan informasi yang bebas dari
kesalahan. Dengan demikian, berbagai kesalahan pengobatan
dapat dihindari dan keselamatan pasien dapat dipastikan.
7. Instant & Seamless Accessibility to Patients’ Details
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan WHO,
sistem informasi kesehatan dapat mengumpulkan data dari
sektor kesehatan & sektor terkait lainnya, menganalisis data
& memastikan kualitas, relevansi, & ketepatan waktu
keseluruhannya, & mengubah data menjadi informasi untuk
kesehatan. Semakin dapat diandalkan informasinya, maka
manajemen memiliki kesempatan lebih baik untuk membuat
keputusan, menerapkan kebijakan, melaksanakan peraturan,
melakukan penelitian keseha-tan, pelatihan, & program
pengembangan, serta memeriksa pemberian layanan.
8. Minimized Operational Expense
Sistem informasi kesehatan memungkinkan organisasi
kesehatan dalam menetapkan sumber daya secara terencana
dan menghemat potensi pengeluaran, energi, dan persediaan
dalam jumlah yang luar biasa. Singkatnya, manajemen dapat
membuat layanan kesehatan lebih baik untuk pasien, sambil
menghemat banyak uang.
9. Saving of Time
Selain menghemat uang, sistem informasi kesehatan
juga membantu menghemat waktu. Dengan menjadikan
semua informasi pasien terkomputerisasi dan aktivitas pribadi
terotomatisasi, sistem ini menghemat banyak waktu dalam
membuat perawatan pasien terkoordinasi dan manajemen RS
menjadi lancar.
10. Improved Patient Satisfaction
Dengan menambahkan nilai pada proses klinis, sistem
informasi kesehatan tidak hanya membuat pekerjaan penyedia
layanan kesehatan & administrasi menjadi mudah, tetapi juga

28
meningkatkan tingkat kepuasan pasien. Pasien dapat
mengandalkan layanan, & layanan kesehatan menjadi dapat
diandalkan di sektor kesehatan. Sehingga dapat memperoleh
lebih banyak pasien dan mendapatkan pengembalian investasi
yang besar.
2.2 Konsep Pengorganisasian Informasi Bidang Kesehatan
Konsep pengorganisasian informasi bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
A. Struktur Keorganisasian
Struktur keorganisasian adalah susunan sub-subsistem dengan
hubungan wewenang dan tanggung jawabnya. Ada beberapa struktur
dasar yang banyak digunakan. Keadaan dalam mana setiap struktur
menguntungkan menjadi dasar untuk mengubah struktur keorganisasian
dalam menanggapiperubahan kondisi, seperti perbaikan sistem
pengolahan informasi dan perbaikan dalam sistem keputusan.
B. Struktur Hirarki
Struktur keorganisasian dasar adalah sebuah struktur hirarki
dengan manajemen puncak paling atas dalam bagan, manajemen
menengah/madya di tengah, dan manajemen bawahan di tempat paling
bawah.
C. Spesialisasi Organisasi
Membagi pekerjaan atas tugas-tugas khusus hingga
menimbulkan spesialisasi. Akuntan dalam fungsi akuntansi
mengkhususkan dalam akuntansi. Petugas pemasaran mengkhususkan
dalam pemasaran. Spesialisasi dapat berlanjut sedemikian sehingga
dalam sebuah fungsi terdapat para spesialis untuk bidang-bidang lebih
kecilperpanjakan, riset pasar, dan seterusnya.
D. Hubungan Lini dan Staf
Lini (garis utuh) menjelaskan wewenang perintah langsung dari
fungsi- fungsi dalam organisasi. Manajer pemasaran menerima laporan
dari para manajer penjualan. Para manajer penjualan menerima laporan
dari para wiraniaga. Wewenang mengalir dari atas ke bawah. Posisi-
posisi staf (garis putus) berhubungan dengan kegiatan-kegiatan

29
pendukung seperti analisis dan konsultasi. Mereka tidak memiliki
wewenang atas petugas operasi. Bila para ahli riset pemasaran
merumuskan sebuah strategi pemasaran baru, ahli tersebut tidak dapat
melaksanakannya dengan memerintah para wiraniaga menggunakannya.
Manajer pemasaran harus diyakinkan dahulu dan harus memerintahkan
penggunaannya pada para manajer penjualan, yang akan memberi
instruksi pada para wiraniaga.
E. Wewenang dan Tanggung jawab
Wewenang adalah hak untuk memerintah (kepemimpinan). Bila
seseorang memiliki tanggung jawab untuk sebuah kegiatan, ia harus
memiliki wewenang. Wewenang dibuktikan melalui pengendalian atas
sumber daya, ganjaran, dan fungsi, dan pelimpahan kuasa untuk
mengambil keputusan sehubungan dengan hal-hal tersebut.
F. Rentang Kendali
Rentang kendali (span of control) menunjukkan banyaknya
bawahan yang diawasi oleh seorang penyelia (yaitu banyaknya yang
melapor pada sang atasan). Jumlah ini tidak ditentukan berdasarkan
teori manajemen tradisional, tetapi secara mudahnya adalah bahwa
jumlahnya harus kecil (tiga sampai tujuh). Riset terakhir menunjukkan
bahwa rentang kendali yang efektif tergantung pada banyaknya
komunikasi yang diperlukan antara atasan dengan bawahannya.
Akibatnya, batas pengolahan informasi pada manusia menjadi variabel
pembatasnya.
G. Interaksi Manusia dalam Organisasi
Teori manajemen pada mulanya agak bersifat mekanis dalam
pandangannya atas interaksi manusia. Tujuan para anggota sebuah
organisasi dianggap konsisten dengan tujuan organisasi (atau setidaknya
terlebur dengan tujuan organisasi). Para karyawan dianggap konsisten
dengan tujuan organisasi). Para karyawan dianggap menanggapi positif
terhadap wewenang dan didorong oleh imbalan keuangan. Gerakan
hubungan kemanusiaan yang dimulai dengan telaah Hawthorne yang
terkenal antara tahun 1927 dan 1932 telah membentuk konsep tentang

30
organisasi sebgai sebuah sistem sosial. Motivasi ternyata didasari oleh
lebih dari sekedar imbalan ekonomis. Kelompok kerja, rekan sekerja
dan sebagainya ternyata penting. Gaya kepemimpinan dianjurkan yang
lebih meningkatkan kepuasan pekerja dalam organisasi. Hasil- hasil
riset keperilkuan (behavioral research) tidak menunjuk kepada
seperangkat tunggal prinsip tertentu, tetapi sebagian besar riset
memperlihatkan perlunya mempertimbangkan kebutuhan manusia
dalam merancang organisasi. Motivasi adalah alasan seseorang untuk
menjalankan sesuatu kegiatan. Hal ini biasanya dijelaskan dalam istilah
dorongan atau kebutuhan manusia. Kebutuhan seseorng manusia tidak
tetap. Kebutuhan ini berubah dari waktu ke waktu bersamaan dengan
tingkat karirnya, dan sementara kebutuhan tertentu mendapat lebih
banyak kepuasan. Sebuah klasifikasi yang bermanfaat tentang
kebutuhan umum manusia adalah sebuah hirarki yang dikembangkan
oleh Abraham Maslow. Ia menyebut lima kebutuhan dasar, tetapi
kebutuhan yang lebih tinggi menjadi semakin mendesak hanya bila
kebutuhan lebih rendah telah cukup terpuaskan.
H. Dinamika Kelompok
Dalam sebuah organisasi, seorang individu biasanya dimiliki
oleh satu atau beberapa kelompok kecil. Mereka mungkin berupa
kelompok keorganisasian formal seperti regu kerja produksi atau dapat
pula berdasarkan kepentingan bersama seperti latar belakang budaya,
profesi, tujuan rekreasi (kalb bowling), atau parkir kendaraan. Ada
banyak bukti yang menunjukkan bahwa kelompok kecil adalah faktor
penting yang mempengaruhi hubungan antara individu dengan
organisasi.
I. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang membujuk
atau memotivasi sebuah kelompok menuju pencapaian suatu tujuan atau
beberapa tujuan tertentu. Bagian ini meninjau pilihan pandangan
tentang bagaimana sebuah organisasi harus dikelola dan menguraikan
teori mengenai kepemimpinan.

31
J. Perencanaan dan Pengendalian Rencana
adalah satu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih
dahulu. Perencanaan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan
kegiatan- kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan tersebut.
Bagian ini mensurvai persoalan menetapkan tujuan dalam organisasi
dan ciri tingkat-tingkat perencanaan yang berlainan. Menetapkan
Tujuan Orang telah terbiasa tentang tujuan-tujuan sebuah organisasi
seakan organisasi adalah sesuatu yang terpisah dari para anggotanya.
Seperti diungkapkan oleh Cyert dan March, orang memiliki tujuan;
tetapi satu kumpulan orang yang tidak mempunyai tujuan. Akibatnya
tujuan sebuah organisasi mewakili serangkaian kendala yang dihadapi
organisasi melalui para pesertanya. Bila organisasi dianggap sebagai
gabungan individu yang masing-masing memiliki tujuan, maka tujuan
yang dikejar gabungan mewakili kompromi antara para anggotanya.
Tujuan berubah bila ada perubahan keanggotaan gabungan dan bila ada
perubahan dalam tujuan para anggota. Kompromi tadi pada umumnya
sangat terbatasi oleh struktur yang ada. Melalui mekanisme seperti
prosedur pengoperasian aturan keputusan, dan anggaran, kesepakatan
gabungan menjadi agak permanen. Para individu dalam sebuah
organisasi hanya memiliki waktu terbatas untuk proses
perundingan/kompromi, sehingga hasilnya cenderung bukan sesuatu
yang baru tetapi berdasarkan keadaan atau peristiwa terakhir. Perhatian
tidak dipusatkan pada semua maslah secara serempak, tetapi umumnya
secara berurutan sesuai kebutuhan. Tujuan dalam sebuah organisasi
cenderung mengandung kontradiksi, tetapi alat-alat bantu seperti
kelenturan organisasi digunakan untuk―meredam‖ keadaan tidak
konsisten ini. Tujuan perusahaan bisnis umumnya dinyatakan dalam
bentuk tujuan untuk laba, saham pasar, penjualan, sediaan barang, dan
produksi. Semua ini harus dinyatakan dalam istilah operasional. Bila
tujuan tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif, maka tujuan pengganti
dapat digantikan untuk program ini. Tujuan ―membuat tempat kerja
yang nyaman‖ tidaklah operasional. ―Mengurangi pergantian karyawan

32
menjadi 4%‖ akan lebih berarti dalam istilah operasional. Bila
sasaran-sasaran dinyatakan secara jelas dan operasional, ini akan
membentuk landasan untuk mencapai tujuan. Bila setiap manajer
membantu dalam menyusun tujuan dan cara untuk mencapainya
kemudian diukur seberapa jauh sudah dicapai, maka perusahaan telah
menggunakan apa yang disebut sebagai ―manajemen berdasarkan
sasaran.
K. Hirarki Perencanaan
Sebuah hirarki tingkat-tingkat perencanaan yang berlainan dapat
dikenali berdasarkan cakrawala perencanaan tiap tingkatan. Tiga
tingkatan yang sering disebut dalam bacaan adalah perencanaan
strategis, perencanaan taktis, dan perencanaan jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek. Perencanaan strategis berhubungan
dengan pertimbangan jangka panjang. Keputusan yang harus diambil
berhubungan dengan bidang usaha dalam mana perusahaan berada,
pasar tempat menjualnya, bauran produk dan seterusnya. Perencanaan
taktis (juga disebut sebagai pengendalian manajemen) berhubungan
dengan cakrawala perencanaan jangka menengah. Disini termasuk cara
sumber daya dicapai dan diatur, penstrukturan kerja, dan petugas yang
dibutuhkan serta pelatihannya. Perencanaan taktis dicerminkan dalam
anggaran pengeluaran modal, rencana penyusunan staf tiga tahunan dan
seterusnya. Perencanaan operasional berhubungan dengan keputusan
untuk operasi yang sedang berjalan. Penetapan harga, tingkat produksi,
tingkat sediaan barang dan seterusnya dicerminkan dalam sebuah
rencana operasinal, misalnya sebuah anggaran tahunan. Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan mengukur penyimpangan dari prestasi
yang direncanakan dan mengerakkan tindakan korektif. Unsur-unsur
dasar pengendalian adalah :
1) Sebuah standar spesifikasi prestasi yang diharapkan. Ini berupa
sebuah anggaran, sebuah prosedur pengoperasian, sebuah
algoritma/aturan keputusan dan sebagainya.
2) Sebuah pengukuran prestasi nyata.

33
2.3 Pentingnya Data Terstandarisasi dalam Proses Interoprabilitas
Interoperabilitas adalah kemampuan dua sistem atau lebih untuk
saling bertukar informasi, dan menggunakan informasi yang saling
dipertukarkan tersebut. Kebutuhan akan interoperabilitas nyata di
lingkungan fasilitas kesehatan yang menggunakan lebih dari satu sistem
informasi. Sistem informasi rekam medis perlu dapat bertukar data dengan
sistem informasi laboratorium.
Interoperabilitas memerlukan satu set standar (atau banyak standar)
untuk disepakati dan digunakan bersama oleh semua sistem informasi yang
terlibat. Standar diperlukan agar data, di bagian manapun dari sistem
informasi manapun, memiliki format dan makna yang sama. Dengan format
dan makna yang sama, informasi dapat digunakan bersama oleh berbagai
pihak yang terlibat dalam satu lingkungan kerja. EHR Interoperability Work
Group mengklasifikasikan interoperabilitas menjadi tiga:
 Interoperabilitas teknis: memastikan bahwa data dapat terkirim pada
pihak-pihak yang berkepentingan, terlepas dari terstruktur atau tidaknya
data yang dikirimkan tersebut.
 Interoperabilitas semantik: memastikan bahwa data dipahami secara
sama oleh pihak- pihak yang berkepentingan, terlepas dari mekanisme
pengirimannya.
 Interoperabilitas proses: memastikan bahwa data terkirim pada saat yang
tepat, dalam urutan yang tepat, dalam satu kerangka koordinasi kerja
antara pihak-pihak yang berkepentingan.
Untuk implementasi yang optimal dalam satu lingkungan kerja,
ketiga klasifikasi interoperabilitas tersebut harus terwujud. Namun ada
yang membagi interoperabilitas hanya menjadi dua bagian saja:
interoperabilitas sintaksis dan interoperabilitas semantik. Interoperabilitas
sintaksis adalah tentang struktur atau format komunikasi data. Contoh
standar interoperabilitas sintaksis adalah HL7 v2.x. Interoperabilitas
semantik adalah tentang makna dari data yang
dikomunikasikan/dipertukarkan, memastikan bahwa data yang
dipertukarkan dimaknai secara sama oleh semua pihak/sistem yang saling

34
bertukar data. Contoh standar interoperabilitas semantik adalah SNOMED
CT atau LOINC. Tanpa interoperabilitas semantik, data dapat saling
dipertukarkan, namun tak ada yang bisa memastikan penerima data akan
memaknai data yang dikirimkan secara sama sebagaimana pihak pengirim
data memaknainya. Ada empat mekanisme yang mungkin dilakukan untuk
terbentuknya sebuah standar:
1. Standar “ad hoc”
Standar ini muncul ketika beberapa kelompok pengembang
sistem informasi menyetujui secara informal untuk menggunakan
seperangkat format yang sama, di mana kesepakatan tersebut tidak
dipublikasikan secara meluas.
2. Standar “de facto”
Standar ini muncul begitu saja ketika banyak pengguna sistem
informasi yang terbiasa atau mengadopsi format yang sama.
3. Standar “de jure”
Standar ini muncul ketika pemerintah menyusun, menetapkan,
dan “memaksakan” implementasi seperangkat standar tertentu.
4. Standar berdasarkan konsensus.
Standar ini muncul dari hasil diskusi terbuka antara banyak pihak.

35
Patients Informatics
A. Riwayat Informasi Pasien
a. Konsep Riwayat Informasi Pasien
Salah satu sub-sistem dari sistem informasi rumah sakit adalah
sistem rekam medis. Perekaman data pasien mutlak diperlukan untuk
menunjang proses peningkatan perawatan kesehatan terhadap pasien.
Masalah yang seringkali muncul pada perekaman data pasien adalah
kesalahan, kelalaian, ketidakpastian, serta sangat bervariasinya pasien dan
klinisi (petugas kesehatan) untuk mencari dan menganalisis data rekam
medis pasien tertentu dengan masalah tertentu pula. Dalam
perkembangannya, beberapa model perekaman, beberapa model
perekaman medis disusun berdasarkan kronologi waktu tertentu (time-
oriented medical record), permasalahan tertentu (problem-oriented medical
record), atau layanan sumber tertentu (source oriented medical record)
(Kusumadewi dkk, 2009).
Data pasien terdiri dari data administratif dan data klinis. Data
administratif mencakup data demografi, keluarga terdekat, keuangan, serta
informasi tertulis lain yang berhubungan dengan pasien seperti surat
persetujuan, surat kuasa yang membutuhkan pernyataan persetujuan/
penolakan dari pasien, dan identifikasi fasilitas pelayanan kesehatan,
sedangkan data klinis mencakup data kesehatan berupa keluhan pasien,
hasil pengamatan, hasil pengujian, yang kemudian dibandingkan,
digabungkan, dan ditafsirkan oleh dokter dan penyedia asuhan kesehatan
lainnya untuk membentuk informasi mengenai penyakit atau kondisi yang
menggangu pasien. Dokter menggunakan data dan informasi tersebut
untuk mendiagnosis penyakit, mengembangkan rencana pengobatan,
menilai keefektifan asuhan, dan menentukan prognosis pasien.
Proses pengumpulan data pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan
dimulai dari proses registrasi atau pendaftaran pasien, baik rawat jalan
maupun gawat darurat dan rawat inap. Pengumpulan data dapat dilakukan
oleh petugas pendaftaran, dokter, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya
yang memberikan pelayanan kepada pasien melalui wawancara atau

36
observasi. Data pasien yang dikumpulkan ada yang bersifat individu, yaitu
catatan kesehatan yang ada di dalam rekam medis pasien, maupun yang
bersifat kolektif contohnya catatan yang ada dalam buku registrasi.
Setiap pasien yang mendapat pelayanan di institusi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan lainnya membutuhkan
identitas pasien yang jelas. Pertama kali pasien datang yang kita sebut
sebagai pasien baru merupakan awal pengambilan data pasien. Data ini
akan diperbarui bila ada perubahan pada kedatangan berikutnya.

b. Masalah yang dapat terjadi pada informasi data pasien


Masalah yang seringkali muncul pada perekaman data pasien
adalah kesalahan, kelalaian, dan ketidakpastian, serta sangat bervariasinya
pasien dan petugas kesehatan. Jumlah data rekam medis yang sangat
banyak menyulitkan petugas kesehatan untuk mencari atau menganalisis
data rekam medis pasien tertentu dengan masalah tertentu pula. Dalam
perkembangannya, beberapa model perekaman medis disusun berdasarkan
kronologi waktu tertentu (timeoriented medical record), permasalahan
tertentu (problem oriented medical record), atau sumber layanan tertentu
(source-oriented medical record) (Kusumadewi dkk, 2009).
B. Pentingnya internet dalam proses edukasi informasi pasien
Istilah sistem informasi dan internet lebih mengarah pada sistem
informasi berbasis komputer yaitu sistem informasi yang memiliki
perangkat keras dan lunak komputer, jaringan telekomunikasi (semacam
internet ataupun lainnya), teknik manajemen sumber data berbasiskan
komputer dan teknologi informasi yang mentransformasi sumber data
tersebut menjadi berbagai variasi produk informasi yang siap digunakan
(Sabarguna, 2009).
Sistem informasi yang berbasis komputer dapat mempermudah
proses yang berjalan di rumah sakit. Output dari instrument medik seperti
rontgen yang telah tersedia dalam format digital akan lebih mudah
disimpan dalam penyimpanan data yang digital pula. Sistem informasi
yang membantu melakukan interpretasi data tersebut secara otomatis akan

37
sangat membantu mempermudah penyimpanan data rekam medis pasien
pada setiap rumah sakit, tidak terkecuali pada RSU.
Dengan dukungan teknologi informasi yang ada sekarang ini,
pekerjaan pengelolaan data dengan cara manual dapat digantikan dengan
suatu sistem informasi dengan menggunakan komputer. Selain lebih cepat
dan mudah, pengelolaan data juga menjadi lebih akurat (Handoyo, 2008).
Data yang akurat bila diproses akan menghasilkan informasi yang akurat.
Informasi akurat sangat berguna untuk membuat keputusan, baik bagi
manajemen maupun yang lain (Wahyu, 2004).
Pengelolaan data di rumah sakit merupakan salah satu komponen
yang penting dalam mewujudkan suatu sistem informasi di rumah sakit.
Pengelolaan data secara manual, mempunyai banyak kelemahan, selain 3
membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga kurang dapat
diterima, karena kemungkinan kesalahan sangat besar. Dengan dukungan
teknologi informasi yang ada sekarang ini, pekerjaan pengelolaan data
dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi
dengan menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah,
pengelolaan data juga menjadi lebih akurat (Handoyo, 2008).

C. Kebutuhan terhadap webportal Kesehatan untuk pasien


a. Konsep webportal kesehatan untuk pasien
Saat ini perkembangan registrasi pendaftaran sudah semakin maju,
sudah ada beberapa rumah sakit yang menyediakan pelayanan registrasi
pendaftaran online. Sistem inimemudahkan pasien rawat jalan mendaftar
untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Pasien tidak perlu datang
langsung ke rumah sakit untuk mendapatkan nomor antrian, pasien hanya
cukup mendaftar melalui website RS lalu mengisi data-data yang
dibutuhkan dan memilih jadwal kunjungan yang diinginkan serta memilih
dokter. Pada intinya, dengan sistem ini pasien membuat janji dengan
dokter yang ada di rumah sakit sehingga akan mengurangi antrian di
rumah sakit dan memperjelas waktu pelayanan. Pasien tidak perlu antri

38
berjam-jam sejak pagi karena sudah mendapatkan jam pelayanan yang
sudah ditentukan.
Pasien hanya perlu datang tepat waktu sesuai dengan yang dipilih
dan membawa berkas-berkas administrasi yang dibutuhkan serta bukti
pendaftaran yang telah di unduh. Sangat mudah bukan! Saat ini
perkembangan tehnologi sangat luar biasa, namun Anda perlu memahami
konsep registrasi pendaftaran secara manual sehingga saat perlu
berkembangan kearah yang lebih maju, anda mempunyai dasar atau
konsep pemikiran yang kuat tentang registrasi pendaftaran dan pelayanan
pasien.

b. Manfaat webportal kesehatan untuk pasien maupun tempat kesehatan


Penyelenggaraan webportal kesehatan di rumah sakit sejalan
dengan adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
semakin berkualitas.
Menurut Wolf, et al, 2006, keuntungan adanya webportal
kesehatan adalah menjamin kualitas perawatan (quality of care) dan
memicu produktivitas, tingat dan mutu pelayanan kesehatan antara lain :
 Mereduksi kesalahan medis (medication errors)
 Mencegah efek kerugian dari konflik materi pengobatan/perawatan
 Mengurangi waktu yang dihabiskan oleh pasien dan tenaga medis
dalam menunggu order medis, hasil test, diagnosa yang akurat,
intervensi medis
 Mengeliminasi pengulangan visit yang tidak perlu
 Mereduksi kerja dengan kertas
 Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan,
 Tidak memerlukan gudang yang besar dalam penyimpanan arsip
 Penyimpanan data (record) pasien menjadi lebih lama
 EHR yang dirancang dengan baik akan mendukung otonomi yang dapat
dipertanggung jawabkan
 Meningkatkan produktivitas bekerja
 Mengurangi kesalahan dalam menginterprestasikan pencatatan
39
 Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah
dan cepat diketahui
 Meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan
waktu perawat
berfokus pada pemberian asuhan
 Accessibility, legibility, artinya mudah dalam membaca dan mendapat
informasi klinik tentang semua pasien dan suatu lokasi
D. Proses surat-surat elektronik antara pasien dan klinisi medik
Rekam medis elektronik menjadi salah satu alat yang dapat
digunakan untuk dengan mudahnya mengakses informasi kesehatan dan
data, memasukan permintaan tes dan pengobatan, diagnose, demografi,
hasil pemeriksaan dan berbagai informasi lainnya. Informasi ini dapat
digunakan untuk memudahkan interaksi antar departemen, antar tenaga
kesehatan serta antara tenaga kesehatan dan pasien. 
Beberapa rumah sakit di Indonesia juga kini mulai beralih dari rekam
medis berbasis kertas menjadi rekam medis elektronik. Penelitian terkait
hal ini pun masih sedikit. Selain perlu adanya proses adaptasi menuju
rekam medis elektronik, rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya
perlu mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul dari
penggunaan rekam medis elektronik. Jika penggunaan elektronik rekam
medis dapat dimanfaatkan dengan baik, diharapkan dapat memfasilitasi
pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan dapat meningkatkan
kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan.
a) Proses rekam medis elektronik antara pasien dan klinisi medic adalah
sebagai berikut:
1. Pasien, rekam kesehatan merupakan alat bukti utama yang mampu
membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan telah
mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana
pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya
2. Pelayanan Pasien, rekam kesehatan mendokumentasikan pelayanan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga
yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan

40
demikian rekaman itu membantu pengambilan keputusan tentang
terapi, tindakan, dan penentuan diagnosis pasien. Rekam kesehatan
juga sebagai sarana komunikasi antartenaga lain yang rinchi dan
bermanfaat menjadi alat penting dalam menilai dan mengelola risiko
manajemen. Selian itu rekam kesehatan setiap pasien juga berfungsi
sebagai tanda bukti sah yang dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum. Oleh Karena itu rekam medis yang lengkap harus setiap saat
tersedia dan berisi untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang
diberikan.
3. Manajemen Pelayanan, rekam kesehatan yang lengkap memuat segala
aktivitas yang terjadi dalam menajemen pelayanan sehingga digunakan
dalam menganalisis berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik,
serta untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan.
4. Menunjang Pelayanan, rekam kesehatan yang rinci akan mampu
menjelaskan aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber-
sumber yang ada pada organisasi pelayanan di RS, menganalisis
kecenderungan yang terjadi dan mengomonikasikan informasi di
antara klinik yang berbeda.
5. Pembiayaan, rekam kesehatan yang akurat mencatat segala pemberian
pelayanan kesehatan yang diterima pasien. Informasi ini menentukan 9
besarnya pembayaran yang harus dibayar, baik secara tunai atau
melalui asuransi (Hatta, 2013).
Tujuan sekunder rekam kesehatan ditujukan kepada hal yang
berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien yaitu untuk
kepentingan edukasi, riset, peraturan dan pemuatan kebijakan. Adapun
yang dikelompokkan dalam kegunaan sekunder adalah kegiatan yang
tidak berhubungan secara spesifik antara pasien dan tenaga kesehatan
(Dick, Steen, dan Detmer 1997 dalam Hatta, 2013).
b) Bentuk Pelayanan Rekam Medis
Pelayanan rekam medis memiliki berbagai bentuk. Bentuk
pelayanan rekam medis ini dapat dilihat dari level terendah sampai

41
pada level yang lebih tinggi dan canggih. Menurut Depkes RI
(2008:10), bentuk pelayanan rekam medis meliputi:
1) Pelayanan rekam medis berbasis kertas
Rekam medis manual (paper based documents) adalah
rekam medis yang berisi lembar administrasi dan medis yang
diolah ditata/ assembling dan disimpan secara manual.
2) Pelayanan rekam medis manual dan registrasi komputerisasi
Rekam medis berbasis komputerisasi, namun masih
terbatas hanya pada pendaftaran (admission), data pasien masuk
(transfer), dan pasien keluar termasuk meninggal (discharge).
Pengolahan masih terbatas pada system registrasi secara
komputerisasi. Sedangkan lembar administrasi dan medis masih
diolah secara manual.
3) Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan terbatas
Pelayanan rekam medis yang diolah menjadi informasi dan
pengelolaannya secara komputerisasi yang berjalan pada satu
sistem secara otomatis di unit kerja manajemen informasi
kesehatan.
4) Pelayanan Sistem Informasi Terpadu
Computerized Patient Record (CPR), yang disusun dengan
mengambil dokumen langsung dari sistem image dan struktur
system dokumen yang telah berubah.
5) Pelayanan MIK dengan Rekam Kesehatan Elektronik (WAN)
System pendokumentasian telah berubah dari Electronic
Medical Record (EMR) menjadi Electronic Patient Record sampai
dengan tingkat yang paling akhir dari pengembangan Health
Information System, yakni Electronic Health Record (EHR) –
Rekam Kesehatan Elektronik.

42
Evidence Based
A. Pengertian EBM
Evidence Based Medicine adalah integrasi keahlian klinis, nilai-
nilai pasien dan bukti – bukti terbaik dalam hal pembuatan keputusan
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien (Izet, Milan &
Belma, 2010). Wargahadibrata dalam Setiabudi (2007) menyatakan
suatu pendekatan atau cara untuk menyaring semua data dalam praktek
pelayanan dan perawatan pasien dengan menyadari kepentingan dan
kekuatan suatu bukti ilmiah, serta pemanfaatan bukti eksternal terbaik
dan mutakhir dari berbagai hasil penelitian yang sahih dalam
tatalaksana pengobatan pasien. Geddes (2000) menyatakan bahwa
EBM adalah strategi yang dibuat berdasarkan pengembangan
teknologi informasi dan epidemiologi klinik dan ditujukan untuk dapat
menjaga dan mempertahankan ketrampilan pelayanan medik dokter
dengan basis bukti medis yang terbaik.
EBM dapat diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah secara
seksama, ekspulsit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan untuk
tatalaksana pasien. Artinya mengintegrasikan kemampuan klinis
individu dengan bukti ilmiah yang terbaik yang diperoleh dengan
penelusuran informasi secara sistematis.
Praktek EBM adalah suatu proses yang panjang dan berkelanjutan,
melakukan pembelajaran/analisis berdasarkan masalah yang timbul
dari pasien dan karenanya bisa menemukan informasi yang penting
dalam aspek diagnosis, terapi, prognosis atau aspek lainnya dari
pelayanan kesehatan, antara lain pedoman pengobatan dan sebagainya.
Melalui proses ini diharapkan juga dokter akan memfokuskan topik
bacaannya pada masalah yang terkait dengan masalah pasien. Latihan
membuat pertanyaan klinis yang baik, dan membuat strategi untuk
mencari jawabannya dalam arsip data dimanapun didunia ini akan
lebih produktif dan tetap terkait dengan masalah klinis dari pada
sekedar membaca artikel dalam suatu jurnal yang dipilih. Sebagian
ahli beranggapan bahwa EBM merubah kebiasaan para dokter untuk

43
menilai sebuah artikel dari membaca abstraknya saja, menjadi suatu
kebiasaan menelaah secara kritis suatu artikel untuk kepentingan
pasien dan dengan sendirinya memperluas basis pengetahuan dokter
tersebut.
Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai
situasi, khususnya jika timbul keraguan dalam hal diagnosis, terapi,
dan penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-langkah dalam EBM
adalah:
1. Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan
masalah penyakit yang diderita oleh pasien.
Setiap menghadapi pasien, seorang dokter selayaknya menyusun
beberapa pertanyaan ilmiah terkait dengan kondisi, penyakit, atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut meliputi proses penegakkan diagnosis, faktor
risiko yang dimiliki oleh pasien, jenis pengobatan yang akan
diberikan, hingga prognosis pasien atas kondisi yang dialaminya.
Dalam kondisi tersebut, seorang dokter perlu memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasi dan menelaah masalah yang ada, sehingga
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan kepada
pasien akan memberikan jawaban yang dapat menjadi kunci untuk
menangani kondisi yang dialami oleh pasien tersebut.
2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi.
Setelah menyusun pertanyaan, langkah selanjutnya adalah mencoba
mencari dan menemukan bukti ilmiah yang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam hal ini, dokter harus
memiliki keterampilan penelusuran informasi ilmiah, dan tentunya
akses terhadap sumber-sumber informasi tersebut.
3. Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada.
Setelah menemukan bukti ilmiah ataupun informasi, dokter
selayaknya dapat melakukan identifikasi dan penilaian terkait
apakah bukti ilmiah dan informasi yang didapatkannya itu valid dan

44
update, serta dapat menunjang secara klinis dalam proses
pengambilan keputusan. Kemampuan ini sangat vital, mengingat
tidak semua bukti ilmiah atau informasi yang dipublikasi telah
memenuhi kriteria metodologi yang valid dan reliable. Oleh karena
itu, seorang dokter harus memahami prinsip critical appraisal yang
akan bermanfaat untuk menentukan apakah informasi yang kita
miliki dapat kita jadikan sebagai acuan.
4. Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah ke dalam praktek
pengambilan keputusan.
Dengan adanya bukti-bukti ilmiah yang dapat dijadikan acuan,
dokter dapat menerapkan bukti-bukti ilmiah tersebut untuk
menyusun rencana penanganan terhadap pasien, tentunya dengan
pertimbangan risiko dan manfaat (risk and benefit analysis).
5. Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektivitas intervensi.
Tahap evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui apakah
tindakan dan intervensi yang saat ini diambil masih merupakan
tindakan yang terbaik bagi pasien, berdasarkan bukti-bukti ilmiah
yang valid dan update. Inilah pentingnya seorang dokter untuk bisa
selalu melakukan update ilmu, termasuk di antaranya melalui
diskusi dengan rekan sejawatnya.
B. Sejarah EBM
Pada tahun 1990, coordinator residensi penyakit dalam di
universitas McMasters, Dr. Gordon Guyat memperkenalkan konsep
baru yang disebut “Scientific Medicine” yang dibangun atas dasar
bahwa selama ini keputusan klinis kurang ilmiah. Namun hal ini masih
ditentang oleh rekan-rekannya. Pada tahun 1991, Guyatt kemudian
membuat konsep baru yaitu “Evidence Based Medicine”. EBM ini
mencakup berbagai topik dari epidemiologi klinis hingga informatika
biomedis hingga bukti pedoman berbasis.
Konsep dan dorongan untuk EBM dapat dikaitkan dengan
meningkatnya kesadaran akan kelemahan praktis klinis standar dan
dampaknya terhadap kualitas dan biaya perawatan pasien. Praktik

45
klinis secara historis dipandang sebagai “seni kedokteran”. Pendapat
ahli, pengalaman, dan penilaian otoriter menjadi dasar pengambilan
keputusan.
Pada tahun 1960, Alvan Feinstein, seorang matematikawan yang
menjadi dokter, berusaha menyelesaikan ketidakpastian yang melekat
dalam praktik medis dan menunjukkan bahwa selama ini dasar
diagnosis adalah otoritas klinis murni- bukan kriteria ilmiah. Dia
mengusulkan istilah “Epidemiologi Klinis”. Pada tahun 1967,
Epidemiologi klinis menjadi program studi formal pertama di sekolah
kedokteran baru Universitas McMaster. Pada tahun 1981 serangkaian
artikel dariJurnal Asosiasi Medis Kanada(CMAJ) yang ditulis oleh
David Sackett, Brian Haynes, Peter Tugwell, dan Victor Neufeld
memperkenalkan metode baru untuk dokter membaca literatur. Istilah
yang menggambarkan teknik baru ini disebut "penilaian kritis."
Sackett dan rekan-rekannya melihat kebutuhan untuk tidak hanya
mengajarkan metode untuk memahami literatur tetapi juga
mengajarkan penerapan informasi baru kepada para dokter. Yang
kemudian pada tahun 1990- an, Gordon Guyatt Bersama rekannya
menyempurnakannya menjadi suatu konsep baru yang diberi nama
“Evidence Based Medicine”.
Ketidakpastian yang selalu menjadi karakteristik yang melekat pada
kedokteran. Pada tahun 1960-1970an praktik medis tetap menetapkan
diagnosis berdasarkan pada “otoritas klinis” yaitu hanya berdasarkan
pengamatan dan intuisi pribadi daripada kriteria ilmiah standar.
Namun pada akhir 1970-an, orang-orang menyadari bahwa penelitian
klinis telah berkembang pesat dan oleh karena itu diperlukan
penanganan efisien.
Awal tahun 1990-an David Sackett menciptakan istilah evidence based
medicine (EBM) yang artinya mengintergasikan keahlian klinis
individu dengan bukti klinis eksternal terbaik yang tersedia dari
penelitian yang sistematis untuk mencapai manajemen pasien sebaik
mungkin. EBM usaha meningkatkan mutu informasi yang dijadikan

46
dasar pengambilan keputusan pelayanan kesehatan. EBM membantu
praktisi untuk menghindari kelebihan informasi, tetapi pada saat yang
sama mencari dan menerapkan informasi yang paling berguna.
Konsep keputusan klinik berdasarkan bukti terkini (evidence based
medicine). Di Indonesia konsep EBM ini merupakan paradigma baru
yang digunakan dalam pengambilan keputusan klinik, paradigma lama
dalam pengambilan keputusan klinik merujuk pada opini atau
pengalaman dari seorang pakar. Pendekatan konsep evidence based
medicine merupakan pemanfaatan bukti ilmiah berdasarkan penelitian
klinis mutakhir yang sahih dalam tatalaksana proses penyembuhan
penyakit. Evidence Based Medicine ini menuntut para dokter atau
klinisi untuk senantiasa meng-up-date pengetahuan dari riset terbaru,
agar keputusan klinis yang akan dilakukan tidak menghasilkan
keputusan yang keliru.
C. Keuntungan dan Keterbatasan EBM
Keuntungan EBM (Evidence Based Medicine)
1. Praktisi medik, khususnya dokter umum, tidak mungkin tahu
segalanya. EBM membantu para dokter memberi informasi yang
lebih luas.
2. MEDLINE dan database yang serupa mempunyai beberapa
keuntungan. Untuk praktisi medik, ini merupakan cara
mendapatkan informasi yang bermutu baik dan terkini yang
mempunyai kecenderungan bisa kecil dibanding informasi yang
diperoleh dari sumber yang lain (misalnya dari perusahaan).
3. Para dokter dapat menemukan informasi yang pada awalnya
mereka tidak tahu bahwa mereka membutuhkan, tetapi ternyata
sangat penting untuk praktik klinikyang baik.
4. Bukti dapat dipakai untuk mengukur outcome (bukti empirik), ini
memungkinkan masyarakat untuk menilai kemungkinan
mendapatkan manfaat dari terapi atau aktivitas tertentu daripada
hanya sekedar mempertimbangkan mekanisme yang mendasari.
5. Pasien menyukai pendekatan empirik EBM karena lebih muda

47
dimengerti dan memungkinkan mereka untuk berbagi dalam
membuat keputusan sehingga mengurangi peluang untuk tuntutan
hukum dikemudian hari.
6. Penelusuran elektronik dapat memunculkan informasi bermanfaat
lainnya yang mungkin menguntungkan pasien

EBM memiliki beberapa keterbatasan:


1. Tidak cukup data untuk menjawab pertanyaan klinis tertentu
2. Tidak mudah mengaplikasikan hasil penelitian ke masyarakat umum
3. Keterbatasan akses ke sumber informasi
4. Keterbatasan waktu

D. Tingkatan (level) Evidence

Critically-appraised individual articles and synopses include:

48
Filtered evidence:

 Level I: Evidence from a systematic review of all relevant


randomized controlled trials.
 Level II: Evidence from a meta-analysis of all relevant randomized
controlled trials.
 Level III: Evidence from evidence summaries developed from
systematic reviews
 Level IV: Evidence from guidelines developed from systematic
reviews
 Level V: Evidence from meta-syntheses of a group of descriptive or
qualitative studies
 Level VI: Evidence from evidence summaries of individual studies
 Level VII: Evidence from one properly designed randomized
controlled trial

Unfiltered evidence:

49
 Level VIII: Evidence from nonrandomized controlled clinical trials,
nonrandomized clinical trials, cohort studies, case series, case
reports, and individual qualitative studies.
 Level IX: Evidence from opinion of authorities and/or reports of
expert committee

Quality Type of Evidence


1a (best) Systematic review of randomized controlled trials
1b Individual randomized controlled trials with narrow
confidence interval
1c All or none case series (when all patients died before a new
therapy was introduced, but oatients receiving the new
therapy now survive

2a Systematic review of cohort studies


2b Individual cohort study of randomized controlled trials with
< 80 % follow up
2c Outcome research, ecological studies
3a Systematic review of case-control studies
3b Individual case control study
4 Case series
5 (worst) Expert opinion

E. Pentingnya Sumberdaya Berbasis Online dalam EBM


Era globalisasi ditandai dengan perkembangan teknologi dan
informasi yang semakin maju, berimbas pada meningkatnya kebutuhan
manusia akan informasi. Informasi merupakan hal yang sangat penting
dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Berbagai
macam dokumen dan media telah tercipta untuk kemudahan manusia
dalam menyimpan, mencari dan menyebarkan informasi Semakin

50
majunya teknologi, evidence based medicine dituntut untuk dapat
beradaptasi dan menguasai sumberdaya berbasis online termasuk dalam
menerapkan riset.
Sumberdaya berbasis online ini sangat membantu dalam EBM.
Dengan adanya sumberdaya berbasis online, tenaga kesehatan dapat
dengan mudah mengakses dan melakukan riset untuk menemukan
EBM dalam suatu masalah kesehatan.
Peranan dosen dan para guru besar sebagai pakar yang dahulu
menjadi sumber utama dalam informasi tentang teori kedokteran, telah
bergeser oleh teori-teori baru hasil penelitian terbaru dan para ilmuwan
di seluruh dunia yang dapat di akses langsung dari piranto teknologi
internet sebagai sumberdaya berbasis online. Pengambilan keputusan
klinis dalam praktik kedokteran kini lebih ditekankan pada penelitian
sebagai dasar pelengkap terhadap bukti-bukti klinis yang ditemukan
pada penderita guna mengatasi permasalahan klinis yang dihadapi.
Perubahan paradigm aini didorong oleh perkembangan dokumentasi
atau pendataan berbagai hasil penelitian klinis yang begitu maju
dengan pesat.
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi sebagai
sumberdaya berbasis online berkembang secara cepat termasuk juga
informasi dalam bidang kesehatan. Informasi dalam bidang kesehatan
tidak hanya di peroleh dari majalah kedokteran atau perpustakaan,
namun dapat juga diperoleh dari data internet yang tersimpan pada
website. Online data base website pada tahun 1998 diperkirakan
sebanyak 5 juta. Jumlah website bidang kedokteran lebih dari 100 ribu,
karena era sekarang disebut sebagai Cyber medicine
Contohnya :
1. Arsip elektronik yang bertujuan untuk dapat menyimpan data
secara elektronik sehingga ini dapat mempermudah suatu pekerjaan
2. Aplikasi berbasis web untuk memudahkan agar dapat mencari
jurnal-jurnal berbasis EBM

51
Network And Medical Mobile Technology
A. Teknologi Komunikasi dan Jaringan (Network) dalam system
Informasi
a. Definisi Operasional
Teknologi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis (ilmu
pengetahuan terapan) atau, keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan
dan kenyamanan hidup manusia. Pengertian lain dari teknologi
adalah desain untuk tindakan yang mengurangi ketidakpastian,
sebagai akibat dari hubungan.
Sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal
dimana data dikelompokan, diproses menjadi informasi dan
didistribusikan kepada pemakai. (Hall, 2001).
Sebuah sistem informasi mengumpulkan, memproses,
menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi untuk
tujuan yang spesifik. (Turban, McLean dan Wetherbe, 1999).
Menurut kamus Oxford (1995), Teknologi informasi adalah
studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama
komputer, untuk menyimpan, menganalisa dan
mendistribusikan apa saja termasuk kata- kata, bilangan dan
gambar.
Menurut Alter (1992) Teknologi informasi mencakup
perangkat keras, perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau
sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap,
mentransmisikan, menyimpan, mengambil dan memanipulasi
atau menampilkan data.
Teknologi komunikasi dapat diartikan sebagai suatu sarana
(alat) yang dibuat secara terstuktur melalui metode ilmiah
sebagai penerapan dari ilmu pengetahuan, yang bertujuan untuk
mempermudah penyampaian informasi dari satu pihak kepada
pihak lain untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai akibat dari

52
hubungan agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya.
Telekomunikasi merupakan salah satu hasil teknologi. Pada
awalnya orang melakukan komunikasi verbal dengan cara
berteriak satu sama lain. Tapi hal ini menghasilkan komunikasi
yang buruk untuk jarak lebih dari 2 mil. Kondisi ini lalu
mendorong dikembangkannya teknologi komunikasi salah
satunya yaitu telepon, misalnya. Pesawat telepon telah lama
dikenal sebagai salah satu sarana telekomunikasi yang sangat
berguna dan merupakan alat komunikasi pertama dalam sejarah
perkembangan telekomunikasi.
Kemampuan-kemampuan yang ditawarkan teknologi
komunikasi misalnya dapat memberikan kenyamanan bagi
kelangsungan transaksi bisnis. Dalam bidang pendidikan,
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah
memberikan kesempatan yang amat luas bagi masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan.
Dengan teknologi komunikasi dan informasi
memungkinkan orang belajar dengan sistem jarak jauh atau
belajar dengan bantuan computer, dalam bidang Kesehatan
memudahkan pasien untuk berkomunikasi secara virtual
dengan tenaga Kesehatan.
B. Sejarah Teknologi “Mobile” IT Medik
Teknologi mobile telah menjadi bagian kehidupan kita
sehari- hari. Hampir semua kalangan masyarakat memiliki telepon
seluler, personal digital assistant (PDA) atau sejenisnya yang
mereka gunakan untuk berkomunikasi lewat suara, memeriksa
email atau manfaat teknologi lainnya.
Teknologi Mobile merupakan teknologi abad ke-21 di mana
terdapat perkembangan aplikasi yang luar biasa. Perkembangan
teknologi mobile juga diiringi dengan perkembangan internet salah
satunya yaitu perkembangan situs jejaring sosial. Sebagian besar
layanan situs sosial adalah berdasarkan web (web based) dan

53
menyediakan fasilitas bagi pengguna untuk berinteraksi dengan
pengguna lain.
Selain adanya komunikasi antar pengguna, mereka juga
bisa mendapatkan berbagai informasi yang akurat dan tepat waktu
dari berbagai sumber. Dewasa ini, aktivitas sangat padat, sering
kali kita mengakses internet menggunakan telepon seluler, salah
satunya yaitu untuk mendapatkan sebuah informasi yang realtime.
Bidan sebagai salah satu tenaga yang mempunyai
kontribusi besar bagi pemberi asuhan pelayanan kesehatan
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu. pelayanan
kesehatan dan harus mampu melaksanakan asuhan kebidanan
sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi.
Sistem pendokumentasian asuhan kebidanan sebagian
besar masih dilakukan dengan cara manual dan konvensional serta
belum disertai dengan sistem/perangkat teknologi yang memadai.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang
saat ini memungkinkan bidan untuk memiliki sistem
pendokumentasian asuhan kebidanan yang lebih baik dengan
menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Telemedika adalah penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi (termasuk telekomunikasi, komputer, dan elektronika)
di bidang medik untuk mengirim dan menerima berbagai informasi
kedokteran dari tempat satu ke tempat lainnya guna meningkatkan
pelayanan klinis dalam mendiagnosa dan terapi kesehatan serta
pendidikan medis.
Telemedika, untuk pelayanan kesehatan masyarakat,
berpeluang memiliki pengaruh yang lebih penting bagi negara
berkembang seperti Indonesia bila dibandingkan dengan negara
maju. Telemedika di Indonesia sudah berkembang cukup
signifikan, dimana telemedika telah berkembang sejak abad 90-an.
Telemedika berkembang sangat pesat, diakibatkan oleh pesatnya
perkembangan bidang-bidang yang mendukungnya, tersedianya

54
prasarana dan sarana teknologi, meningkatnya pemahaman pelaku
terhadap bidang-bidang tersebut, serta kebutuhan nyata untuk
menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan masyarakat.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin
meningkat membuat dampak yang cukup besar dalam seluruh
aspek kehidupan dan membawa manusia saat ini masuk ke dalam
era globalisasi, dimana pada era ini manusia memerlukan informasi
yang terbaru dengan cepat, praktis, efisien dan akurat serta dapat
diandalkan, salah satunya adalah pada bidang kesehatan. Kesehatan
merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia.
Semakin banyak dan beragamnya penyakit yang diderita
manusia yang berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang
dipengaruhi oleh kemajuan jaman, menyebabkan kebutuhan
manusia akan pelayanan kesehatan semakin meningkat.
Teknologi informasi dan komunikasi memiliki potensi yang
besar untuk menghadapi masalah yang dimiliki oleh negara
berkembang maupun negara yang sedang berkembang dengan
menyediakan akses cepat, cost effective, dan perawatan kesehatan
yang berkualitas. Salah satu pengembangan teknologi informasi
dan komunikasi dalam bidang kesehatan, adalah telemedika.
Telemedika adalah perubahan dan tantangan terbesar yang
akan mempengaruhi penyediaan layanan kesehatan secara
mendalam pada abad ke 21 ini. Hal ini adalah sebuah kegiatan
multidisiplin ilmu yang membutuhkan keahlian dari bidang
telekomunikasi, perawatan kesehatan dan teknologi informasi.
Berikut ini merupakan pembahasan singkat tentang
beberapa system telemedika dan e-health serta beragam aplikasinya
yang telah dilakukan dan dikembangkan di Indonesia.
1. Telenursing
Telenursing adalah penggunaan teknologi dalam
keperawatan untuk meningkatkan perawatan bagi orang yang
memerlukan pelayanan Kesehatan dan memperoleh pelayanan

55
kesehatan jarak jauh melalui video conference, video phone,
dan sebagainya sehingga dapat dijangkau oleh pasien dengan
kendala jarak jauh, pasien lansia, pasien penyakit kronis yang
dirawat dirumah, dan lain-lain. Penerapan telenursing paling
banyak adalah melalui telepon dalam triase dan home care.
(Murdiyanti, 2012)
2. Sistem Telemedika Puskesmas
Sejak tahun 1997, Program Studi Teknik Biomedis -
Institut Teknologi Bandung (ITB) telah memusatkan
usahanya dalam pengembangan dan implementasi ICT
berbasis telemedika dan e-health systems untuk pelayanan
kesehatan masyarakat. Sistem telemedika ini terdiri dari
beberapa PC sebagai stasiun medis yang tehubung dengan
suatu jaringan lokal (LAN) atau internet. Sistem
telemedika puskesmas ini berfungsi untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan data, telekonsultasi,
telekoordinasi, telediagnosis sederhana pada suatum
puskesmas. (Soegijardjo, 2009)
3. Sistem e-Health berbasis Pengolahan Citra
Banyak kegiatan pengembangan dan penerapan
teknologi pengolahan citra (image processing & medical
imaging) serta memanfaatkannya dalam bidang e-health untuk
mendapatkan manfaat yang lebih besar bagi peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat.
Kegiatan dalam hal ini meliputi akuisisi citra medis
dengan mengkonversi ke format digital, proses pengolahan
citra dalam arti luas, pengiriman dan penyimpanan, de-
kompresi citra, interpretasi citra medis, serta tindak lanjut.
Hal terpenting dalam setiap tahap proses tidak boleh terjadi
kesalahan dan/atau kehilangan informasi kedokteran dan
perlu ditunjukan melalui tahap uji-coba klinis.
C. Fitur Smartphone dan PDA

56
a. Fitur Smarthphone
Ponsel cerdas (bahasa Inggris: smartphone) adalah telepon
genggam yang mempunyai kemampuan dengan pengunaan dan
fungsi yang menyerupai komputer. Belum ada standar pabrik
yang menentukan arti ponsel cerdas. Bagi beberapa orang,
ponsel cerdas merupakan telepon yang bekerja menggunakan
seluruh perangkat lunak sistem operasi yang menyediakan
hubungan standar dan mendasar bagi pengembang aplikasi.
Bagi yang lainnya, ponsel cerdas hanyalah merupakan
sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih seperti surel
(surat elektronik), internet dan kemampuan membaca buku
elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik (baik
sebagaimana jadi maupun dihubung keluar) dan penyambung
VGA. Dengan kata lain, ponsel cerdas merupakan komputer
kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon.
Masyarakat menanggapi smartphone ini dengan respon
yang cukup positif. Kebutuhan akan informasi mengenai
segala hal tentunya menjadikan smartphone sebagai salah satu
pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, seperti
GPS (Global Positioning System) yang dapat membantu
pengguna agar tidak tersesat. Hampir semua smartphone yang
beredar di Indonesia memiliki fitur ini, seperti iPhone,
Blackberry, dan smartphone berbasis sistem operasi Android
Sistem operasi Android saat ini mulai memikat para
pengguna smartphone. Banyaknya fitur-fitur aplikasi yang
menarik dan sangat menghibur, tentu bisa menjadi salah satu
pilihan para pengguna perangkat smartphone saat ini yang juga
menuntut gaya hidup dalam perangkat yang mereka gunakan.
Keberadaan Android ini sedikit banyak cukup mempengaruhi
pangsa pasar smartphone. Sejak awal kemuculannya dua tahun
yang lalu, ponsel Android diprediksi akan menjadi ancaman
tersendiri bagi smartphone lain seperti Blackberry, iPhone dan

57
sejenisnya.
Terdapat kecenderungan didunia pertelepon genggaman
bahwa telepon genggam yang mutakhir selalu dilengkapi
dengan banyak fitur- fitur menarik yang memudahkan banyak
pekerjaan dan juga mampu menghibur (mengentertaint)
manusia. Fitur-fitur telepon genggam melekat pada seri-seri
telepon genggam tertentu yang berkesesuain dengan alasan
atau tertuju pada segmen apa model telepon genggam itu
dikeluarkan oleh vendor perusaahaannya. Misalnya untuk
kalangan orang-orang yang suka mendengarkan musik, maka
kemudian vendor Sony Ericsson mengeluarkan seri W…..,
yang merupakan adopsi nama dari Walkman. Berikut ini
merupakan beberapa fitur yang ada didalam smartphone:
1. Camera (video dan photo)
Telepon genggam berkamera menjadi booming pada
awal- awal diperkenalkannya lensa yang sudah
terintegrasi dengan telepon genggam. Orang-orang bisa
dengan mudah mengabadikan peristiwa-peristiwa
penting hanya dengan menenteng telepon genggam
yang canggih itu. Mulai dari kamera tingkat biasa
(rendah) EGA, VGA, kamera 2 sampai 41 mega pixel
(Sony Bob-808), lensa zeis dan lain sebagainya.
Harga yang ditawarkan juga sangat bervariasi,
meski semakin lama semakin bermunculan tipe-tipe
baru dengan penyempurnaan di sana-sini membuat
harga tipe terdahulu cepat bergeser turun.Telepon
genggam yang menyatu dengan kamera berteknologi
tinggi dipatok dengan harga selangit. Telepon genggam
dengan rate ini hanya dapat dimiliki oleh orang-orang
yang berpenghasilan selangit pula. (Binar, 2010)
2. Music Player
Kalau dahulu orang orang menikmati musik hanya

58
di ruangan akustik orkestra atau panggung musik atau
studio musik atau ruangan statis tertentu saja sekarang
msuik dapat dinikmati dengan ambil melakukan apa
saja, sambil apasaja, dimana saja, dan kapan saja.
Bermula ketika perusahaan elekrtonik Jepang
mengeluarkan Walkman sebagai perangkat yang bisa
memainkan musik sambil penikmatnya berjalan-jalan
dinamis.
Model ini di terapkan pada telepon genggam. Bagi
para penikmat musik atau yang hobi mendengarkan
audio-audio tertentu menjadi target seri-seri telepon
genggam yang mendukung fitur pemutar musik dengan
kualitas yang sejernih musik digital Hifi (high fidelity).
Vendor-vendor sudah sejak awal mulai melirik
pangsa pasar ini, awalnya fitur ini hanya bermula pada
ketertarikan membuat ringtone yang lebih indah dengan
bunyi music menggantikan bunyi-bunyi sebelumnya
yang masih konvensional dan tidak menarik (hingga
pada pemutar file Midi saja), kemudian menjelma
menjadi perangkat pemutar musik yang khusus.
3. Game
Dunia dipenuhi oleh para pencinta-pencinta game-
game (permainan). Gamer-gamer juga dimanjakan
dengan hadirnya tipe-tipe telepon genggam yang men-
support untuk mengaplikasi pelbagai jenis permainan
dalam genggaman tangan saja. Nokia ‘berjasa besar’
dalam memperkenalkan game-game serius (berat)
dalam ponsel, awalnya kalangan penikmat game dapat
menyalurkan hobi mereka melalui telepon genggam
Nokia Engage dan New Engage. Permainan- permainan
yang ditawarkan juga sangat beragam dan menarik.
Karena telepon genggam mempunyai sistem operasi

59
yang handal seperti Symbian, Blackberry, Windows
(bahkan Windows 7 ditanamkan pada vendor ZTE pada
tahun 2010), , Android, juga Linux, serta berprosesor
kencang, maka aplikasi game menjadi sangat kaya,
sudah mirip dengan game-game PC (juga game online)
yang sangat kompleks dan menarik. Misalnya game-
game berat (high spescification modul) seperti Tomb
Raider, Need for speed, Dark Enggines, dan masih
banyak lagi bertaburan di internet siap di-download
dengan menggunaan telepon genggam itu sendiri.
4. Organizer and Office Application
Bagi para kalangan yang sibuk dengan pelbagai
rutinitas aktifitas seharihari dengan jadwal ketat serta
tidak punya banyak waktu untuk mengatur jadwal
konvensional blocknote, maka telepon genggam
sekarang sudah banyak menyediakan fitur- fitur yang
sangat membantu. Seperti aplikasi reminder, note,
agenda, alarm, dan lain-lain.
Jadi seorang eksekutif yang dinamis dapat
membawa kemana saja jadwal hariannya dan dapat
melihatnya kapan saja serta juga dapat mengubah dan
menyesuaikannya dengan jadwal-jadwal lainnya rutin.
Sebenarnya fitur telepon genggam ini sudah pernah ada
pada perangkat sebelumnya, yakni PDA.
b. PDA
Personal Digital Assistants disingkat PDA adalah sebuah
alat elektronik yang berbasis komputer dan berbentuk kecil
serta dapat dibawa kemana-mana. PDA banyak digunakan
sebagai pengorganisir pribadi pada awalnya, tetapi karena
perkembangannya, kemudian bertambah banyak fungsi
kegunaannya, seperti kalkulator, penunjuk jam dan waktu,
permainan komputer, pengakses internet, penerima dan

60
pengirim surat elektronik (e-mail), penerima radio, perekam
video, dan pencatat memo.
Selain dari itu dengan PDA (komputer saku) ini, kita dapat
menggunakan buku alamat dan menyimpan alamat, membaca
buku-e, menggunakan GPS dan masih banyak lagi fungsi yang
lain. Bahkan versi PDA yang lebih canggih dapat digunakan
sebagai telepon genggam, akses internet, intranet, atau extranet
lewat Wi-Fi atau Jaringan Wireless. Salah satu ciri khas PDA
yang paling utama adalah fasilitas layar sentuh.
PDA pertama kali muncul pada tahun 1986 dengan
diluncurkannya The Psion Organizer II. PDA pertama ini
berbentuk seperti komputer genggam yang dilengkapi dengan
keyboard dan layar yang kecil. Ditambah dengan fitur-fitur
dasar seperti alarm, jam, kalender, kalkulator, serta telepon.
Bisa disimpulkan PDA adalah penggabungan antara telepon
genggam dengan PC (Personal Computer). Pada tahun 1993,
sebuah vendor yaitu Apple, meluncurkan produk Newton
Messagepad dengan fitur yang lebih lengkap daripada
sebelumnya.
Sebagai komputer genggam, PDA memiliki processor dan
sistem operasi layaknya komputer biasa. Sistem operasi ini
merupakan peranti lunak utama pada PDA. Cara kerjanya sama
seperti sitem operasi pada komputer seperti Windows XP, Mac
OS, tetapi didesain khusus untuk PDA. Terdapat dua
kesamaan sistem operasi pada PDA yaitu Palm dan
Pocket PC (Windows Mobile). Keduanya bekerja dengan
program piranti lunak yang berbeda, jadi walaupun berisikan
banyak dokumen seperti gambar, musik dan lainnya yang bisa
dipakai namun tidak pada pemrogaman. Pada penyimpanan
data tanpa kartu memori, disimpan dalam RAM dengan ukuran
puluhan MegaByte sedangkan sumber energinya berasal dari
baterai isi ulang. Selain itu bisa juga menggunakan adaptor

61
yang disambungkan ke tenaga listrik.
Banyak tenaga kesehatan yang menghabiskan waktu di luar
gedung (misalnya saat melakukan home care). Saat ini
dengan menggunakan PDA yang ditunjang dengan program
software yang sesuai, maka memungkinkan bagi tenaga
kesehatan untuk membawa data-data mengenai pasiennya
hanya dalam genggaman tangannya (Spikol, 2005).
 Keuntungan PDA
Pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi pasien, tingkat
keamanan pasien yang lebih tinggi, dan meningkatkan
efisiensi (Spikol, 2005).
Sistem ini mampu memberikan informasi tentang
asuhan keperawatan. Termasuk didalamnya asuhan dalam
keadaan emergensi, atau dalam keadaan non emergensi.
Setiap perawat dilengkapi dengan PDA yang
didesain khusus sehingga peka terhadap kesalahan input
dan eror data. Hasil penelitian dari aplikasi sistem ini
menunjukan bahwa ada peningkatan kualitas dokumen dan
menghindari dari keterlambatan tindakan keperawatan
dalam keadaan darurat (Kuwahara, Noma, Tetsutani,
Kogure, Hagita and Iseki, 2003).
Penggunaan PDA dalam pemberian pelayanan
asuhan kebidanan sangat bermanfaat dalam meningkatkan
mutu dan kualitas asuhan pelayanan kesehatan. Kualitas
atau mutu pelayanan keperawatan di berbagai tatanan
layanan kesehatan sangat bergantung kepada kecepatan,
kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan
kesehatan yang berarti juga pelayanan kebidanan
bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang
ada dalam keseluruhan sistem dari suatu institusi pelayanan.
Akses yang mudah, sistem analisis yang cepat dan tepat,
sehingga keputusan dan tindakan bisa dengan cepat pula

62
dapat dilakukan.
Sistem operasi Android saat ini mulai memikat para
pengguna smartphone. Banyaknya fitur-fitur aplikasi yang
menarik dan sangat menghibur, tentu bisa menjadi salah satu
pilihan para pengguna perangkat smartphone saat ini yang juga
menuntut gaya hidup dalam perangkat yang mereka gunakan.
Keberadaan Android ini sedikit banyak cukup mempengaruhi
pangsa pasar smartphone. Sejak awal kemuculannya dua tahun
yang lalu, ponsel Android diprediksi akan menjadi ancaman
tersendiri bagi smartphone lain seperti Blackberry, iPhone dan
sejenisnya.

63
Format Register Penyakit IT MEDIK
2.1 Definisi Manajemen Penyakit dalam Pengelolaan Penyakit Kronis
Manajemen penyakit kronis mutlak dilakukan. penyakit kronis
menghasilkan beban terbesar dari bidang kesehatan dalam masyarakat
di masa modern saat ini. Para dokter sedang menghadapi tantangan
terbesar dalam mengatasi masalah tersebut. Sedangkan jumlah
penderita penyakit kronis terus bertambah dari tahun ke tahun.
Kebanyakan penderita penyakit kronis tersebut memiliki minimal dua
atau bahkan lebih dari dua penyakit yang diderita.
Istilah manajemen penyakit kronis atau chronic disease
management (CDM) adalah sistem pelayanan yang dirancang untuk
meningkatkan dejarat kesehatan pasien dan mengurangi biaya yang
berkaitan dengan penyakit jangka panjang Maver (2008). Pada
dasarnya sistem ini bertujuan untuk menciptakan cost-effective
treatment yang terdiri dari promosi kesehatan, tindakan preventif,
mendeteksi secara dini, dan gaya hidup sehat.
Keberhasilan sebuah manajemen penyakit kronis yang baik
dapat tercipta apabila komponen-komponen kunci ini dapat terpenuhi
yaitu, penggunaan sistem informasi untuk mengakses data kunci pada
individu dan populasi, mengidentifikasi pasien dengan penyakit
kronis, stratifikasi pasien menurut risiko, melibatkan pasien dalam
perawatan mereka sendiri, melibatkan multidisciplinary teams,
mengintegrasikan keahlian dokter spesialis dan dokter umum,
mengintegrasikan perawatan melintasi batas organisasi, bertujuan
untuk meminimalkan kunjungan yang tidak perlu. Sehingga, untuk
mencapai semua syarat tersebut diperlukan sebuah hubungan timbal
balik yang erat antara masyarakat, sistem kesehatan dan kinerja
institusi kesehatan.
Dalam hal kinerja institusi kesehatan, sebuah institusi di
katakan memiliki kinreja yang baik apabila memenuhi aspek menurut
Grumbach & Bodenheimer (2004) adalah sistem organisasi yang
terintregasi dan terstuktur secara baik, pembagian kerja antara dokter

64
spesialis, dokter umum perawat , dan profesional kesehatan lainnya
yang tidak overlapping satu sama lain, Effective team work antar
profesional kesehatan, komunikasi dan kolaborasi

65
antar profesional kesehatan dalam pengelolaan konflik (managing
conflict).
Saat ini, manajemen penyakit kronis sendiri telah diaplikasikan
di Indonesia, khususnya di puskesmas. Dengn merubah tren
pengobatan kuratif menjadi preventif, puskesmas yang notaben garda
depan pelayanan kesehatan dituntut untuk mampu menciptakan
masyarakat Indonesia yang sehat.
Pelayanan Prolanis di suatu puskesmas merupakan suatu
sistem yang terdiri atas unsur masukan (input), proses, keluaran
(output), dampak (impact), umpan balik, dan lingkungan. Proses
merupakan tahapan kompleks dan penting dalam sistem yang
mengubah masukan menjadi keluaran sehingga tujuan dapat tercapai.
Manajemen merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Manajemen yang dapat diterapkan dalam
pelayanan kesehatan salah satunya adalah manajemen dari Terry yaitu
manajemen POAC dengan penambahan fungsi evaluating (penilaian)
(Satrianegara, 2014). POAC/E merupakan model manajemen yang
terdiri atas kegiatan planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (penggerakan dan pelaksanaan), dan
controlling/evaluating (pengawasan, pengendalian, dan penilaian).
Manajemen diperlukan agar pelayanan kesehatan yang diberikan
berjalan secara efektif dan efisien serta dapat membantu para manajer
memecahkan permasalahan dan hambatan kesehatan yang ada.
2.2 Kebutuhan Terhadap Kecepatan Penemuan Populasi Untuk
Statistik dalam Mengelola Penyakit Kronis
Rate adalah perbandingan antara suatu kejadian dengan
jumlah penduduk yang mempunyai risiko kejadian tersebut,
menyangkut interval waktu tertentu. Rate untuk menyatakan dinamika
dan kecepatan kejadian dalam suatu populasi masyarakat tertentu.
Contohnya, penyakit campak berisiko pada balita dan penyakit cancer
servik berisiko pada wanita.
Data statistik vital mencakup data populasi yang dipadukan

66
dengan informasi yang berkaitan dengan status kesehatan, penyakit,
cedera, dan peristiwa kematian. Singkatnya, data statistik vital terdiri
atas semua data penduduk ditambah dengan data yang berkaitan
dengan kesehatan (penyakit). Informasi yang diperoleh dari
pengumpulan, analisis, dan distribusi data penting untuk perencanaan
dan prediksi pergerakan dan perubahan penduduk.

67
Informasi kematian dan kelahiran merupakan inti dan sangat berguna
di dalam perencanaan layanan kesehatan
2.3 Format Register Penyakit dalam Pengelolaan HER
Perkembangan rekam medis di dunia ataupun di Indonesia
sendiri mengalami kemajuan yang cukup berarti, disebagian sarana
pelayanan kesehatan di Indonesia rekam medis sudah tidak lagi ditulis
di media kertas tetapi sudah ditulis atau diinput kedalam komputer
Pengembangan sistem informasi rekam medis ditujukan untuk
mendukung ketersedian data informasi bagi manajemen dan
pelaksana layanan serta pengembangan jaringan informasi kesehatan.
Sistem ini dibangun dengan teknologi komputer berbasis web. Sistem
informasi rekam medis ini dibangun dengan menggunakan bahasa
pemrograman PHP dengan didukung basis data MySQL. Sistem yang
berjalan menemui berbagai kendala dan permasalahan terutama pada
penggunaan basis data dan sistem yang diterapkan hanya sebagai
mesin pencatat. Dalam perkembangannya diharapkan sistem ini dapat
diterapkan dalam jaringan intranet dan saling terhubung dengan
instansi medis lain. Arsitektur rekaman, struktur standar informasi
klinis dan protokol komunikasi , juga masalah konfidensialitas

informasi, kualitas data pasien, data set dan kamus data harus

68
dipersiapkan.

Program percepatan peningkatan tenaga kesehatan,


bahwa

69
mendefinisikan EHR atau rekam kesehatan elektronik (RKE) tidaklah
sederhana. Tidak ada standar definisi. RKE bukanlah system
informasi yang dibeli dan diinstal sebagai suatu paket atau system
penagihan atau system informasi laboratorium yang terhubung dengan
system informasi lainnya dan peralatan dan dipersempit kepada
lingkungan yang spesifik. RKE adalah lebih dari sekedar kerangka
system infomasi untuk mencapai suatu set fungsi.
Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE) Nomor 11 Tahun 2008 telah memberikan peluang bagi
Rumah Sakit di Indonesia untuk segera mengimplementasikan Rekam
Medis Elektronik (RME)/EMR atau Electronic Medical Record. UU
ITE telah memberikan jawaban atas keraguan dari Sarana Pelayanan
Kesehatan sekunder maupun tersier untuk memulai merancang
Rekam Medis Elektronik secara legal.
Electronic Health Record dirancang supaya membawa dampak
yang baik, hal ini bisa Anda buktikan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Banner- Olney dalan Journal CIN (Computer
Informatic Nursing, 2009 ;27: 75-81), yang menyatakan dampak dari
EHR terhadap perilaku perawat antara lain bahwa seorang perawat
tidak disibukkan dengan mencatat hasil perkembangan pasien secara
manual yang membutuhkan waktu lama untuk berkonsentrasi dalam
pencatatannya. Bahkan seorang perawat dapat menghabiskan
waktunya lebih banyak dengan merawat pasien langsung.
Suatu studi tentang Electronic Health Records (EHR)
Documentation in Nursing pada Magnet Hospital di Southwest
Florida (Moody, et al, 2004), yang mengkaji kebutuhan, preferensi
dan persepsi perawat berhubungan dengan metode EHR dokumentasi
menunjukkan bahwa lebih sepertiga perawat (36%) merasakan EHR
menurunkan workload. Selanjutnya, 75% perawat berfikir EHR
meningkatkan kualitas dokumentasi dan 76% percaya EHR
meningkatkan safety dan perawatan pasien. Program EHR di buat
dalam rangka memudahkan dan mempercepat pendokumentasian

70
asuhan keperawatan yang dibuat. Dengan sistem ini perawat lebih
dapat menghemat waktu dan perawat akan lebih sering berada di
samping pasien.
Keuntungan EHR jika diimplementasikan di Rumah Sakit
yang sejalan dengan tuntutan masyarakat adanya pelayanan
kesehatan yang semakin

71
berkualitas. Menurut Wolf, Debra Met.all, (Wolf, 2006:24 (6):307-
316) dalam journal CIN, keuntungan peralihan dari paperbased adalah
menjamin quality of care (perawatan yang berkualitas) dan memicu
produktivitas kerja, antara lain :
1. Mereduksi duplikasi pengujian
2. Mereduksi kesalahan medis (medication error)
3. Mencegah efek kerugian dari konflik materi pengobatan/perawatan
4. Mengurangi waktu yang dihabiskan oleh pasien dan tenaga
medis dalam menunggu order medis, hasil test, diagnose yang
akurat dan intervensi
5. Mengeliminir/pengurangan visit yang tidak perlu
6. Mereduksi kerja dengan kertas
7. Penghematan biaya dari penggun

72
73
2.4 Hubugan Antara Register Penyakit, EBM, dan Pembiayaan
Pendokumentasian Rekam Medis merupakan arsip data Rekam
Medis pada institusi pelayanan kesehatan pasien merupakan berkas
yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
(Permenkes 269, 2008}. Berarti Rekam berisi empat unsur pelayanan
yaitu pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini
dapat dikatakan bahwa isi dari RM itu tidak hanya data pengobatan
pasien yang sakit, tetapi juga data kesehatan secara menyeluruh
sehingga lebih tepat disebut Rekam Kesehatan. Pada umumnya Rekam
Kesehatan merupakan ichtisar dari kesehatan pasien yang diberikan
oleh pemberi pelayanan/ dokter kepada pasien untuk menjadi catatan
kesehatan si pasien tersebut.
(Evidence-Based Medicine (EBM) berarti dokter dalam hal ini
praktisi kedokteran menggunakan data ilmiah terbaik yang tersedia.
Bila dokter diberi latihan 7 kriteria pendokumentasian klinis yang
berkualitas tinggi, kualitas mereka akan meningkat. Jika dokter dan
praktisi lain menggunakan 7 kriteria ini berarti telah mempraktekkan
Evidance-Based Documentation. 7 Kriteria pendokumentasian :
1. Dapat dibaca /Legible
Biasanya RM yang tidak dapat dibaca faktanya karena tulisan
dokter yang tidak dapat ditafsirkan. Keterbacaan Dokumen Klinis
pada isi RK merupakan hal yang diharapkan oleh setiap badan
regulasi dan hukum . Di Amerika ada Peraturan “Health
Insurance Portability and Accountability Act” yang merupakan
hak pasien meminta klarifikasi informasi yang tidak jelas pada
RK nya. Ketidakjelasan tulisan tangan umumnya hasil dari
praktek pendokumentasian yang tergesa-gesa dan ceroboh . Bila
RKE ketidakjelasan tulisan bukan menjadi masalah lagi. Namun
demikian pembuatan RKE yang tergesa-gesa dan ceroboh dapat
dikategorikan dalam tujuan “legible” ini.
2. Dapat Dipercaya /Reliable

74
Contoh: Diasumsikan Instruksi dokter untuk transfusi darah pada
pasien dengan Upper Gastrointestinal bleed + Hb dan hematokrit
yang sangat rendah. Diagnosa dokter adalah bleeding Gastric
ulcer. Diagnosa dokter hanya bleeding Gastric ulcer tidak dapat
dipercaya sebagai dasar dari transfuse darah. Bila diagnose
bleeding Gastric ulcer dengan acute blood loss anemia ( (jika ada
indikasi klinik), ini menjadi dasar pemberian transfusi darah,
sehingga diagnosa ini dapat dipercaya.
Contoh pendokumentasian klinis yang tidak dapat dipercaya:
Pasien masuk rawat dengan napas sesak dan sakit pada dada.
Pasien diberi obat : lasix, oxyangen dan theophylline. Diagnosa
akhir “ acute exacerbation of Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD)
Contoh pendokumentasian klinis yang dapat dipercaya: Pasien
diberi lasix untuk mengobati Chronic Congestive Heart Failure
(CHF). Dokter pada catatan perkembangan terakhir menulis
diagnose” acute exacerbation of bronchitis dengan COPD dan
acute dan chronic CHF. Pada kasus ini pasien menderita
bronchitis dan COPD , dokumentasi awal tidak memenuhi
kriteria baik untuk dapat dipercaya maupun presisi (lasix untuk
CHF)
3. Tepat /Precise
Terperinci, jika tersedia dan tepat secara klinis merupakan
komponen yang penting pada setiap RM pasien. Lebih
diharapkan jika dokter membuat RM dengan pendokumentasian
klinis yang lebih terperinci, lebih menggambarkan dan akurat.
Contoh pendokumentasian klinis yang tidak menggambarkan
Precise: Pasien masuk rawat dengan napas sesak dan sakit pada
dada, demam dan batuk. Chest X-ray menunjukkan aspiration
pneumonia. Diagnosa akhir dari dokter “ Pneumonia” Contoh
pendokumentasian klinis yang menggambarkan Precise: Pasien
mereview Chest X-ray. Diagnosa akhir dari dokter pada resume

75
“Aspiration Pneumonia”
4. Lengkap /Complete
Artinya perhatian dokter sepenuhnya ditujukan dalam membuat
RM pasien. Kelengkapan juga termasuk dalam ketepatan
autentikasi dokter, yang biasanya termasuk tanggal dan
tandatangan. Pendokumentasian diagnostic meliputi: a.
pelaksanaan mulai dari keluhan pasien ( apakah dokter
menegakkan diagnose kerja dan diagnose akhir?) b.
menginstruksikan pemeriksaan ( apakah dokter memberikan
alasan untuk permintaan pemeriksaan?) c. sampai pada hasil
pemeriksaan yang abnormal (apakah dokter mendokumentasikan
hasil pemeriksaan diagnostic yang signifikan abnormal?)
Contoh pendokumentasian klinis yang tidak Lengkap: Dokter
meminta pemeriksaan kimia darah lengkap. Hasil : rendah Na,
Mg dan K. Dokter tidak menulis diagnose berdasarkan hasil
pemeriksaan ini, juga tidak melakukan pencatatan bahwa hasil
pemeriksaan secara klinis tidak signifikan. Contoh
pendokumentasian klinis yang Lengkap: Dokter mencatat
perkembangan pasien sesudah hasil pemeriksaan diperoleh..
Hasil pemeriksaan kimia darah : Na 131, , Mg 1.3 dan K 3.1.
Pasien dehidrasi. Pottasium dalam batas normal. Pasien telah
diberi obat untuk hipertensi dan CAD. Dokter tidak menulis
diagnose bila hasilnya tidak mendukung diagnose. Maka dokter
harus menulis “ Hasil tes yang abnormal tidak signifikan secara
klinis”.
5. Konsisten /Consistent
Pendokumentasian klinis pasien tidak bertentangan satu sama lain
pada catatan perkembangan dokter yang satu dengan dokter
lainnya. Peraturannya bila terjadi pendokumentasian yang
bertentangan dokter Penanggung jawab pasien (DPJP)
mempunyai hak lebih tinggi. Bila DPJP mendokumentasikan
tulisannya sendiri yang saling bertentangan, maka dia harus

76
mengklarifikasidan menambahkan pada resume atau catatan
perkembangan akhir.
Contoh pendokumentasian klinis yang tidak konsisten Pasien
masuk melalui dokter poliklinik dengan vertigo dan confusion.
Pada surat masuk diberi diagnose awal “Transient Ischemic
Attack (TIA) dan meminta konsul dengan dokter spesialis saraf.
Setelah pemeriksaan dokter saraf pada konsultasi akhir diperoleh
diagnose cerebrovasculer Accident (CVA)
. DPJP tidak mendokumentasikan Diagnosa yang diberikan
dokter spesialis saraf. (Berarti diagnose DPJP dan dokter
Sp.Saraf tidak konsisten) Contoh pendokumentasian klinis yang
konsisten DPJP diminta untuk meninjau ulang hasil konsultasi
dokter Sp. Saraf. DPJP menambahkan pada catatan
perkembangan akhir pasien bahwa Diagnosa akhir adalah CVA.
6. Jelas /Clear
Ketidak jelasan dan pengertian yang mendua terjadi jika
pendokumentasian tidak menjelaskan apa yang terjadi
permasalahan pada pasien. Hasilnya mungkin mencatat symptom
tanpa penyebab (etiology or possible etiology). Jika pasien datang
dengan keluhan seperti sakit dada dan dokter tidak menulis
lainnya, ini akan tidak memberikan kejelasan. Jika tidak ada bukti
secara klinis maka hal yang tepat ditulis adalah” Chest pain
etiology undetermined”
Contoh pendokumentasian klinis yang tidak jelas Pasien datang
dengan syncope. Dokter menginstruksikan untuk dilakukan Ct
Scan ,MRI Otak, EKG, dan pemeriksaan darah, semua
pemeriksaan ini menunjukkan kondisi dalam batas normal.
Dokter menulis diagnose akhir”Syncope” saja Contoh
pendokumentasian klinis yang jelas Dengan contoh yang sama
dapat ditulis diagnosanya: a. Syncope ,etiology undetermined b.
Syncope, possible bradycardia c. Syncope, probable TIA
7. Tepat waktu /Timely

77
Ketepatan waktu pendokumentasian klinis merupakan hal yang
penting, untuk pengobatan yang terbaik bagi pasien. RKE akan
membantu ketepatan waktu, tetapi entry oleh. dokter sangat
penting. Catatan perkembangan harian dan ringkasan pulang juga
perlu tepat waktu dengan diagnosa saat masuk. RS perlu
membuat laporan bila diagnosa saat masuk sebagai bukti bahwa
kondisi tidak dikembangkan di RS. Adanya pendokumentasian
saat masuk mempengaruhi penelitian, penagihan, indikator
kualitas dan perencanaan

78
Identifikasi Kebutuhan Keselamatan Pasien

A. Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien


a. Definisi Operasional
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera
aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis
dan kesalahan pengobatan. Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Hal ini termasuk: assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan
(DepKes RI,2006)
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety
adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau 4
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

79
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan
panduan yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga
tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap
rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus
berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling
strategis dan paling mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-
langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum
dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik rumah
sakit dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
 7 (tujuh) langkah keselamatan pasien:
a. membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
b. memimpin dan mendukung staf;
c. mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
d. mengembangkan system pelaporan;
e. melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
f. belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;
g. mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
b. Tujuan keselamatan pasien
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan ma
syarakat
3. Menurunnya KTD di RumahSakit

80
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terja
di penanggulangan KTD.
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara bena
r)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi
yang efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan ke
amanan dari pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, kesalahan proseduroperasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (menguran
gi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanankesehata
n)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko p
asienterluka karenajatuh)
c. Urgensi Patient Safety
Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit denga
n tujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, seh
ingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien
menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya d
apat dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari
akibat yang timbul karena error. Bila program keselamatan pasien tidak
dilakukan akan berdampak pada terjadinya tuntutan sehingga meningka
tkan biaya urusan hukum, menurunkan efisisiensi, dll
B. Peran teknologi informasi dalam meningkatkan keselamatan pasien
Masyarakat menuntut seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan dan
pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani secar
a mudah, cepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau. Untuk mencipta
kan pelayanan seperti itu maka diperlukanlah suatu sistem informasi mana
jemen yang terintegrasi, komunikatif dan efisien. Sistem informasi manaje

81
men keperawatan menjadi bagian yang sangat penting dalam penyelenggar
aan pelayanan yang berorientasi pada konsumen tersebut (Dian, 2009).
Konsep dasar keselamatan pasien di RS Patient safety melibatkan s
istem operasional dan proses pelayanan yang meminimalkan kemungkinan
terjadinya adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah pena
nganan bila error telah terjadi. Tujuan patient safety adalah untuk mengura
ngi risiko cedera atau harm pada pasien akibat struktur dan proses pelayan
an Kesehatan.
Salah satu penerapan teknologi informasi rumah sakit menyangkut
keputusan manajemen, sistem yang digunakan untuk menyusun, menganal
isa, dan mengambil bagian data yang dikehendaki disebut sistem informasi.
Penerapan sistem informasi dirumah sakit digunakan untuk menyajikan in
formasi mengenai kegiatan operasional organisasi kepada para pelaku man
ajemen, sehingga dapat dilakukan perencanaan, pengendalian, dan pengem
bangan stratejik organisasi tersebut (Paulus, 2005).
Komunikasi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pel
ayanan keperawatan yang baik. Setiap kali perawat bertemu pasien dimula
ilah sebuah hubungan, baik untuk pasien maupun perawat. Walaupun demi
kian, ini merupakan hubungan yang berbeda dari peran sosial biasa karena
melibatkan perawat sebagai penyedia layanan kesehatan profesional yang
bekerja dengan seorang pasien. Hubungan ini seringkali berkembang di ata
s titik rentan pada kesehatan pasien, disaat pasien mencari penilaian, penan
ganan, informasi, dan seringkali ketentraman hati. Hilanglah berbagai bata
san sosial yang menentukan hubungan sehari-hari. Ini merupakan hubunga
n yang berbeda yaitu suatu hubungan yang memiliki potensi untuk mempe
ngaruhi baik pasien maupun perawat (Kennedy, 2009).
Salah satu peran teknologi informasi di bidang kesehatan adalah se
perti penyampaian hasil laboratorium secara online maupun lewat Short M
essage Service (SMS) dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih e
fisien dan efektif kepada masyarakat. Sistem informasi hasil laboratorium
online yang dapat dengan mudah diakses lewat website maupun SMS. Pasi

82
en dari rumah tidak harus datang kembali ke laboratorium untuk mengamb
il hasil pemeriksaan.
Keberadaan sistem informasi hasil laboratorium online dan SMS b
agi pelanggan sangat membantu dan mempermudah mengetahui hasil pem
eriksaan dengan cepat melalui SMS atau internet. Pasien tidak harus datan
g ke laboratorium kembali untuk mengambil hasilnya sehingga lebih prakt
is dari segi waktu terutama untuk pasien yang tempat tinggalnya jauh dari l
aboratorium maupun bagi pasien dengan aktifitas dan mobilitas tinggi. Sal
ah satu kunci awal keberhasilan implementasi teknologi informasi dan ko
munikasi adalah kemauan untuk menerima teknologi tersebut bagi penggu
na. (Wijaya, 2006).
Penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat meningkatkan p
atient safety. Pada tahun 2004 Agency for Healthcare Researchand Quality
menganggarkan $ 60 juta bagi pengembangan teknologi informasi untuk
menunjang patient safety. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efe
ktivitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek peresepa
n, mengurangi medication error, dan meningkatkan kepatuhan terhadap pe
laksanaan standar pelayanan.
Kajian sistematis Kawanoto, dkk pada 70 penelitian terdahulu men
unjukkan bahwa sistem pendukung keputusan klinis berbasis komputer ter
bukti meningkatkan pelayanan klinik pada 68% studi. Beberapa penelitian
terdahulu menunjukkan efektivitas penggunaan sistem komputer untuk me
mperbaiki praktek peresepan, meningkatkan kepatuhan terhadap standar p
elayanan medik, dan mengurangi risiko kesalahan pengobatan.
Komite Agency for Healthcare Research and Quality mengkaji ber
bagai bukti ilmiah berbagai intervensi untuk meningkatkan patient safety.
Sebagai contoh: pengurangan risiko efek samping karena obat dapat dilaku
kan dengan strategi sebagai berikut:
(1) pengunnan sistem komputerisasi dan sistem pendukung keputus
an klinis
(2) melibatkan farmasis klinik
(3) protokol standar untuk obat-obat berisiko tinggi

83
(4) sistem distribusi obat-obat unit-dosis
(5) penggunaan Automated Medication Dispensing Devices.

C. Hambatan terhadap inisiatif implementasi keselamatan pasien


Keselamatan pasien merupakan suatu prinsip dasar dalam pelayana
n kesehatan. Menurut Depkes RI (2008) Keselamatan pasien (patient safet
y) rumah sakit adalah suatu sistem rumah sakit yang menciptakan asuhan
pasien yang lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko, identif
ikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelapor
an dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindaklanjut serta
implementasi solusi untuk mencegah timbulnya risiko.
Keselamatan merupakan faktor penting untuk memahami upaya da
lam memajukan perawatan pasien yang aman. Hasil ini memberikan impli
kasi kualitas pelayanan untuk seluruh petugas pelayanan kesehatan di rum
ah sakit Ketika para pemimpin memprioritaskan budaya keselamatan, resik
o terhadap pasien mungkin telah diperbaiki dengan pergantian staf dan pen
ingkatan produktivitas. Hal ini dapat dijadikan investasi dalam sistem kese
lamatan pasien untuk memberikan perawatan andal dan aman (Brown &
Wolosin, 2013).
Kebanyakan Budaya Keselamatan pasien harus ditunjukan atau di
beri contoh terlebih dahulu agar para staf melakukan hal yang sama. Hal in
i justru akan mengakibatkan pelaksanaan budaya keselamatan pasien menj
adi suatu keterpaksaan. Hal ini jugalah yang menjadi penghambat budaya
keselamatan pasien.
Salah satu tujuan keselamatan pasien yaitu menurunnya KTD (Kej
adian tidak diduga) yang merupakan bagian dari insiden keselamatan pasie
n. Tingginya KTD menandakan bahwa penerapan budaya keselamatan pas
ien di rumah sakit sangat rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-fakt
or penghambat sehingga jalannya penerapan kebudayaan keselamatan pasi
en di rumah sakit terhambat.
Pelayanan kesehatan memegang prinsip untuk menyelamatkan pasi
en dikenal dengan istilah ”Primum non nocere” atau ”First, do no harm”

84
(melayani tanpa harus membahayakan) sebagaimana di kemukakan oleh H
ippocrates beberapa tahun yang lalu. Potensi dan risiko bahaya yang tinggi
karena insiden KTD dalam pelayanan kesehatan, dapat disebabkan oleh be
berapa faktor seperti:
(1) pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak procedural
(2) infrastruktur yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan
(3) kualitas SDM kesehatan belum optimal
(4) manajemen pelayanan yang belum berorientasi pada keselamatan pasie
n. Kondisi ini, merupakan faktor yang cenderung menyebabkan terjadinya
kesalahaan medis (medical error), dan bisa berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan kesehatan.
Hambatan dalam penyelenggaraan program keselamatan pasien dis
ebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa hal diantarany
a adalah:
(1) program keselamatan pasien belum menjadi agenda prioritas
(2) tidak adanya tenaga penggerak
(3) Dilakukan dengan kondisi yang terpaksa, seperti hanya karena tuntutan
dari atasan.
(4) masih adanya resistensi yang kuat dari sejumlah elemen rumah sakit
(5) adanya kendala karena kurangnya pemahaman implementasi dari progr
am keselamatan pasien
(6) tidak adanya rasa kesadaran dalam diri terhadap budaya keselamatan p
asien
(7) pelaporan insiden yang tidak optimal.
Budaya keselamatan pasien menjadi hal yang penting untuk dilaku
kan dalam peningkatakan kualitas pelayanan di rumah sakit. Hambatan dal
am penerapan budaya keselamatan pasien menajdikan rumah sakit tidak da
pat berkembang dan terus berjalan dalam kondisi yang salah. Untuk itu ma
ka diperlukan analisa faktor penghambat yang dapat meningkatkan mutu p
enerapan keselamatan pasien.

D. Peran teknologi dalam mengurangi kesalahan medik

85
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat a
khir – akhir ini, sangat mempengaruhi tuntutan masyarakat terhadap pelay
anan kesehatan. Hal ini karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi tersebut maka masyarakat mudah mendapatkan informasi te
ntang kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat tentang kesehatan aka
n meningkat.
Dengan semakin pesatnya penggunaan teknologi informasi dan ko
munikasi bagi penyedia layanan kesehatan maupun organisasi kesehatan, e
fektifitasnya justru mulai dipertanyakan. Data dan informasi kesehatan ters
ebar membentuk pulau-pulau informasi yang saling tertutup di berbagai fa
silitas pelayanan kesehatan dan organisasi kesehatan. Pertukaran dan komu
nikasi data lintas organisasi terbentur kendala standarisasi dan interoperabi
litas system.
Penerapan teknologi informasi di bidang kesehatan ini diyakini dap
at memberikan berbagai manfaat bagi penyedia layanan kesehatan. Denga
n dukungan teknologi tersebut, manfaat yang dapat diperoleh antara lain a
dalah tersedianya informasi kesehatan pasien yang akurat dan komprehens
if, sehingga penyedia dapat memberikan berbagai kemungkinan perawatan
terbaik. Lebih lanjut dengan penerapan teknologi informasi yang lengkap
dan akurat dapat membantu dalam proses diagnosa, kesalahan medis serta
dapat menawarkan pelayanan kesehatan yang aman dengan biaya rendah.

Manfaat Teknologi di Bidang Kesehatan


1. Memudahkan Pasien
Keuntungan teknologi di bidang kesehatan yang pertama adalah m
emudahkan pasien. Hadirnya teknologi sangat memudahkan pasien ter
utama dalam mengakses informasi dan pelayanan kesehatan. Hanya d
engan ponsel atau komputer, kini pasien dapat mengakses berbagai ma
cam informasi kesehatan di internet. 
Selain itu, berbagai macam layanan kesehatan yang hadir secara on
line juga memudahkan pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Pasien kini dapat mengakses informasi, mendapat layanan konsultasi,

86
hingga melakukan penebusan resep obat secara online. Hal ini tentu sa
ngat bermanfaat bagi tenaga dan waktu yang dimiliki pasien.
2. Mempersingkat Waktu Tunggu Pasien
Selain memudahkan pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan,
teknologi di bidang kesehatan juga dapat mempersingkat waktu tungg
u pasien. Biasanya jika melakukan pelayanan kesehatan di rumah sakit,
bisa mengantri hingga berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan. Na
mun kini dengan adanya teknologi, tidak perlu menunggu lama. dapat
membuat janji secara online dan melakukan konsultasi secara tatap m
uka di pelayanan kesehatan. Selain itu juga bisa membuat janji untuk
melakukan konsultasi secara online dengan dokter.
3. Mempermudah Dokter dan Tenaga Medis Lainnya dalam Menolo
ng Pasien
Hampir sama dengan manfaat teknologi di bidang kesehatan sebelu
mnya. Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang kesehatan, d
okter dan tenaga medis lainnya sehingga lebih mudah dijangkau pasie
n. Kini hanya dengan koneksi internet dan ponsel, dokter dan tenaga
medis lainnya dapat membantu menolong pasien tanpa harus bertatap
muka. Dokter juga dapat memiliki waktu dan tempat yang lebih fleksi
bel untuk membantu pasien.
4. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat
Dengan akses yang lebih cepat dan mudah dicapai, kesehatan masy
arakat tentunya akan meningkat. Terutama berbagai informasi yang te
rsedia di internet, ditambah layanan kesehatan secara online dapat me
ningkatkan pengetahuan pasien dan membuat pasien lebih cepat ditan
gani. Selain itu, dengan berkembangnya teknologi alat-alat kesehatan j
uga mengalami kemajuan. Berbagai macam alat kesehatan yang mem
permudah dokter dalam mendiagnosa dan menangani pasien.
Beberapa teknologi yang mempermudah dokter dalam menangani
pasien adalah alat cuci darah. Tentunya hal ini sangat membantu dala
m meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Penyimpanan dan Perawatan Data Menjadi Lebih Mudah

87
Keuntungan teknologi di bidang kesehatan selanjutnya adalah peny
impanan dan perawatan data menjadi lebih mudah. Teknologi tidak ha
nya memudahkan dari sisi pasien dan tenaga medis saja. Namun ternya
ta juga membantu sisi penyedia layanan kesehatan. Dengan adanya tek
nologi, penyedia layanan menjadi lebih mudah dalam menyimpan dat
a-data penting milik pasien seperti rekam medis, atau data penting lain
nya. Penyedia layanan kesehatan dapat membuka dan menyimpan data
kembali secara mudah.
3. Membuat Alur Kerja Menjadi Lebih Sederhana
Perkembangan teknologi di bidang kesehatan membuat alur kerja
menjadi lebih sederhana. Karena dengan adanya pelayanan secara onli
ne, alur yang disiapkan tidak sesuai ketika pasien melakukan pelayana
n di rumah sakit secara tatap muka. Pasien dapat membuat janji secara
online dan melakukan konsultasi dengan waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan jika dilakukan secara tradisional, pasien perlu mendaftar ke
pelayanan kesehatan, lalu mengambil nomor antrian. Setelah itu pasien
perlu mengantri lama untuk dapat menghasilkan dokter. Hal ini tentu
membutuhkan tenaga dan waktu yang cukup besar. Sehingga teknologi
di bidang kesehatan menjadi solusi dari permasalahan ini.
4. Pemantauan Secara Online
Dengan adanya perkembangan teknologi, hal ini memungkinkan d
okter untuk melakukan pemantauan kondisi pasien secara online. Pasie
n dengan kondisi yang pulih kembali dapat tetap dipantau secara onlin
e oleh dokter atau tenaga medis lainnya.
5. Menjangkau Pasien Lebih Luas
Teknologi membuat pelayanan kesehatan yang menjangkau pasien
secara lebih luas. Dengan adanya teknologi, pasien dari berbagai daera
h dapat mengetahui mengenai keberadaan dan pelayanan informasi kes
ehatan secara mudah. Hal ini akan meningkatkan jumlah kunjungan pa
sien ke pelayanan kesehatan dan membuat pelayanan kesehatan lebih d
ikenal oleh masyarakat.
6. Mencegah Penularan Penyakit

88
Selain kemudahan pasien dan pelayanan kesehatan, dengan adanya
teknologi pasien dapat mencegah penularan penyakit. Rumah sakit mer
upakan tempat dirawat dan berbagai tindakan bagi orang-orang yang s
edang sakit. Bakteri penyebab penyakit yang bertebaran di area rumah
sakit sangat memungkinkan pasien sehat tertular penyakit.

89
Pengenalan Resep Elektronik

A. Keuntungan Resep Elektronik


Menurut Permenkes No 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau
dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Penulisan resep memiliki beberapa tujuan antara lain memudahan tenaga
medis dalam memberikan pelayanan kesehatan, mengurangi kesalahan dalam
memberikan obat, dan juga dapat berfungsi sebagai medical record yang bersifat
rahasia.
Resep Elektronik (e-resep) adalah resep yang ditransmisikan menggunakan
media elektronik untuk menggantikan tulisan tangan, yang menghubungkan
berbagai informasi antara dokter, alat pembuat resep elektronik, dan apotek baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Pada peresepan elektronik dokter dapat
menulis resep secara elektronik dan mengirimkannya langsung ke apotek yang
dituju dalam suatu jaringan e-resep. Sebuah resep elektronik dapat dikirim melalui
suatu sistem jaringan internet tertutup intranet) yang lebih aman. Pengguna akses
yang akan memasuki sistem jaringan internet tertutup (intranet) harus
menggunakan nama pengguna tertentu dan kata kunci atau SecureID yang lain
(login).
Aplikasi e-resep dapat memfasilitasi dan meningkatkan komunikasi dalam
proses peresepan, membantu administrasi medis, membantu penyediaan obat,
serta penyediaan jejak audit untuk riwayat pengobatan. Aplikasi e-resep
memberikan keuntungan untuk tenaga kesehatan dan pasien. Pemanfaatan sistem
resep elektronik ini pada awalnya bertujuan untuk penghematan kertas
(paperless), namun pada perkembangannya banyak manfaat yang diperoleh dari
sistem ini.
Manfaat dari sistem resep elektronik diantaranya mencegah kesalahan
pembacaan resep, membantu dokter dalam menentukan pemberian sediaan,
membantu dokter dan petugas apotek dalam mewaspadai drug-related problems,
dan mempersingkat waktu pelayanan. Aplikasi peresepan elektronik dapat

90
dihubungkan dengan akses elektronik lainnya seperti informasi farmasi, riwayat
pengobatan pasien, catatan klinis, hasil tes laboratorium, diagnosis klinis, dan
status klinis pasien. Peresepan elektronik memberikan akses ke data yang
terintegrasi, sehingga mendukung peresepan yang rasional.
Potensi manfaat/keuntungan implementasie-prescribing atau e-resep
meliputi:
1. Peningkatan efisiensi apotek. Pengiriman resep elektronik menghilangkan
kemungkinan salah penafsiran dari tulisan tangan dokter dan mempersingkat
waktu dalam membacaresep sehingga memungkinkan apoteker dapat
mempersiapkan resep lebih cepat.
2. Percepatan penerimaan resep di apotek sebelum pasien meninggalkan
tempat praktek dokter, sehingga ketika pasien tiba di apotek, waktu tunggu
menjadi lebih singkat.
3. Promosi kepatuhan terhadap formularium obat.
4. Peningkatan perbaikan kesalahan resep yang dibuat oleh dokter. Software
apotek dapat memeriksa obat yang tepat yang diresepkan pada dosis tepat dalam
banyak kasus sehingga kesalahan pengobatan dapat diminimalkan.
5. Pengurangan reaksi obat yang berpotensi merugikan pasien. Dalam e-
resep juga tercantum data/riwayat alergi pasien, pengalaman buruk masa lalu
dengan obat tertentu, dan teridentifikasi potensi interaksi antar obat.
6. Identifikasi kesalahan dosis, terutama karena perbedaan formulasi
pediatrik dan tingkat dosis dewasa. Hal tersebut juga dapat menjadi bagiandari
penilaian yang dilakukan secara elektronik sebelum apoteker mempersiapkan
resep.
7. Penurunan risiko interaksi obat. Banyak software yang dipakai di apotek
sudah mampu memeriksa profil pasien (dengan asumsi bahwa pasien hanya
membeli obat di apotek tertentu) untuk menaikkan kewaspadaan apoteker
terhadap potensi interaksi dari beberapa obat yang diberikan bersamaan.
8. Pencegahan risiko terhadap bahaya dan pengurangan biaya kesehatan.
Tanda peringatan diberikan kepada dokter untuk mengurangi kemungkinan dan
keparahan reaksi efek samping

91
9. Peningkatan kualitas pelayanan dan pengurangan klaim malpraktek
terhadap dokter. Hal itu menegaskan bahwa e-resep dapat mengurangi
penggunaan secara cobacoba obat maupun mengurangi kesalahan yang dilakukan
oleh dokter dan apoteker. Sebagian besar hal tersebut bergantung pada
kewaspadaan dan kepedulian professional apoteker dalam berinteraksi dengan
software yang dirancang untuk klinik/rumah sakit
B. Kelemahan Resep Manual
Kesalahan peresepan konvensional secara garis besar dibedakan menjadi 5
kategori, yaitu: salah pasien (wrong patient), salah obat (wrong drug), salah dosis
(wrong dose), salah rute pemberian (wrong route), salah frekuensi, kuantitas,
durasi, potensi obat, serta salah waktu pemberian (wrong timing).
Faktor penyebab kesalahan terbesar pada peresepan konvensional adalah
kesalahan sumber daya manusia (human error). Hal ini dapat terjadi karena
panjangnya jam kerja, fokus dokter yang menurun, pengalaman dan pengetahuan
farmakologis dokter yang kurang, serta penjelasan terapi ke pasien yang minimal.
Kesalahan peresepan konvensional ini juga mungkin terjadi pada
peresepan elektronik. Selain itu, peresepan elektronik juga mungkin mengalami
kesalahan karena sistem komputerisasi dan interaksinya dengan sumber daya
manusia.

C. Hambatan Resep Elektronik


Faktor – faktor yang mempengaruhi pelaksanaan e-Prescribing : Untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dan mencapai sasaran mutu waktu
pelayanan kefarmasian, maka upaya perubahan dilakukan, salah satunya adalah
dengan penerapan sistem elektronik. Perubahan sistem ini dapat sukses atau gagal.
Kegagalan dapat disebabkan oleh sistem yang belum berjalan sesuai harapan,
dapat pula berasal dari sumber daya manusia atau pengguna sistem ini. Selain
dokter, tenaga kefarmasian adalah salah satu user e-resep. Selain ditentukan oleh
keandalan aplikasinya, perilaku pengguna juga turut berperan dalam kesuksesan
penerapan sistem tersebut.
Peresepan elektronik semakin dipandang oleh para pemangku kepentingan
layanan kesehatan sebagai langkah penting menuju peningkatan keamanan obat,

92
manajemen biaya pengobatan yang lebih baik, peningkatan efisiensi pelayanan,
dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Namun, penggunaan resep
elektronik sulit dicapai karena banyak hambatan. Bahkan dengan semua manfaat
dari resep elektronik, banyak penyedia layanan kesehatan dan apoteker ragu untuk
sepenuhnya mengadopsi sistem resep elektronik. Faktor penghambat dalam
implementasi peresepan elektronik adalah persepsi bahwa sistem tersebut tidak
efisien, rendahnya penggunaan oleh dokter, biaya penerapan resep elektronik yang
tinggi, kesalahan sistem dan masalah privasi data, serta aspek hukum.
Resep elektronik diharapkan dapat mengurangi waktu tunggu karena
mengurangi waktu input jenis obat yang diresepkan. Kendala yang masih ada
adalah alur resep elektronik yang masih belum praktis, penanda resep elektronik
yang masuk belum ada, kadang-kadang pasien sudah sampai apotek tapi resep
elektronik belum diterima dalam sistem komputer di bagian farmasi. Seharusnya
dengan resep elektronik, resep tersebut dapat langsung terkirim melalui sistem ke
Farmasi secara akurat dan mudah untuk dibaca, sehingga memberikan kemudahan
bagi pasien, dokter dan apoteker.
Rekam medis elektronik memiliki kekurangan sebagai berikut:
1. Risiko malware dan error
2. Operator dapat melakukan kesalahan saat proses input atau edit data
3. Sistem dapat diretas
4. Biaya yang mahal untuk mengembangkan dan merawat sistem agar tetap
baik
5. Sangat tergantung pada ketersediaan sumber tenaga listrik.
Meskipun studi menunjukkan bahwa peresepan elektronik dapat mengurangi
kesalahan obat, peresepan elektronik tetap berisiko mengalami kesalahan, baik
berupa kesalahan sistem, kesalahan pengguna, atau kesalahan interaksi sistem-
pengguna. Terdapat beberapa factor penyebab kesalahan resep elektronik,
diantaranya :
1. Kesalahan Sistem Komputer
Sistem yang kurang baik dapat mengalami malfungsi, sehingga
memperlambat proses pelayanan kesehatan. Sistem error juga dapat
menyebabkan duplikasi pada peresepan, kesalahan pengiriman resep

93
(misalnya data terkirim ke departemen yang berbeda atau farmasi yang
berbeda), dan kesalahan pengeluaran resep (misalnya hasil pencetakan
kertas resep yang tidak jelas). Perawatan sistem yang tidak baik dan
adanya malware merupakan faktor penyebab kesalahan sistem yang paling
sering.
2. Kesalahan Pengguna
Kesalahan pengguna (terutama dokter) juga berkontribusi dalam kesalahan
pemberian resep. Penilaian klinis yang keliru dan ketidaktelitian dalam
input data merupakan penyebab yang paling sering. Sama halnya dengan
peresepan konvensional, jam kerja yang panjang, kurangnya pengalaman,
dan kelelahan merupakan faktor-faktor yang mendorong human error.
3. Kesalahan Interaksi Sistem-Pengguna
Kesalahan interaksi sistem-pengguna sering terjadi akibat sistem pengisian
otomatis (auto-filling) atau pembetulan otomatis (auto-correct). Sistem
sering memberikan pilihan pengisian otomatis, terutama untuk obat yang
sering dipakai atau obat dengan nama yang mirip. Jika dokter tidak cermat
saat memakai fitur ini, kesalahan dapat terjadi.
Namun, peresepan elektronik menawarkan dokumentasi obat yang
lebih jelas, baik dari nama obat, dosis obat, sediaan, serta cara konsumsi
obat, sehingga dapat menurunkan tingkat kesalahan. Peresepan elektronik
juga dapat mengurangi kesalahan interpretasi resep akibat tulisan tangan
dokter yang tidak terbaca jelas.

94
Pengenalan Konsep Erasearch
A. IDENTIFIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM
MENINGKATKAN PENELITIAN.
a. Pengertian Teknologi Informasi Menurut Ahli
 Menurut William & Sawyer
teknologi informasi didefinisikan sebagai teknologi yang
menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi, yang
membawa data, suara, dan video. Definisi ini memperlihatkan bahwa
dalam teknologi informasi pada dasarnya terdapat dua komponen
utama yaitu teknologi komputer dan teknologi komunikasi. Teknologi
komputer yaitu teknologi yang berhubungan dengan komputer termasuk
peralatan- peralatan yang berhubungan dengan komputer. Sedang teknologi
komunikasi yaitu teknologi yang berhubungan perangkat komunikasi jarak
jauh, seperti telephon, feximil, dan televi.
 Menurut Nina W. Syam
Menurutnya teknologi informasi dapat dimaknai sebagai ilmu
yang diperlukan untuk me manag informasi agar informasi tersebut dapat
ditelusuri kembali dengan mudah dan akurat. Isi ilmu tersebut dapat
berupa prosedur dan teknik-teknik untuk menyimpan dan mengelola
informasi secara efisien dan efektif. Informasi dipandang sebagai data
yang telah diolah dan dapat disimpan baik dalam bentuk tulisan, suara,
maupun dalam bentuk gambar, dimana gambar tersebut dapat berupa
gambar mati atau gambar hidup. Sedang informasi yang dikelola atau
disampaikan melalui teknologi informasi tersebut dapat berupa ilmu dan
pengetahuan itu sendiri. Bila informasi tersebut volumenya kecil tentu
tidak memerlukan teknik-teknik atau prosedur yang rumit untuk
menyimpannya. Namun bila informasi tersebut dalam volume yang cukup
besar, maka diperlukan teknik atau prosedur tertentu untuk
menyimpannya, agar mudah menemukan kembali informasi yang
tersimpan. Teknik atau prosedur untuk mengelola informasi itulah yang
disebut dengan teknologi informasi.
Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi

95
informasi secara sederhana dapat dipandang sebagai ilmu yang diperlukan
untuk mengelola/memanage informasi agar informasi tersebut dapat secara
mudah dicari atau ditemukan kembali. Sementara dalam pelaksanaannya untuk
dapat mengelola informasi tersebut dengan baik, cepat, dan efektif, maka
diperlukan teknologi komputer sebagai pengolah informasi dan teknologi
komunikasi sebagai penyampai informasi jarak jauh..

b. Manfaat penelitian
Manfaat peneltian adalah kegunaan hasil penelitian nanti, baik bagi
kepentingan pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan. Oleh
sebab itu, dalam manfaat penelitian ini harus diuraikan secara terperinci manfaat
atau hasil penelitian nanti. Dengan kata lain, data (informasi) yang akan
diperoleh dari penelitian tersebut akan dimanfaatkan untuk apa, dalam rangka
pengembangan program kesehatan. Dari segi ilmu, data atau informasi
yang diperoleh dari penelitian tersebut akan mempunyai kontribusi apa bagi
pengembangan ilm pengetahuan. Secara spesifik, manfaat penelitian di bidang
apapun seyagyanya mencakup dua aspek, yakni:
1. Manfaat praktis atau aplikatif
Adalah manfaat penelitian dari aspek praktis atau aplikatif, yakni manfaat
penelitian bagi program. Di bidang kesehatan dengan sendirinya manfaat
penelitiannya adalah bagi pembangunan kesehatan atau bagi
pengembangan program kesehatan.
2. Manfaat teoritis atau akademis
Adalah manfaat penelitian dari aspek teoritis yakni manfaat penelitian
bagi pengembangan ilmu. Di bidang kesehatan atau kedokteran
dengan sendirinya manfaat peenlitian tersebut harus dapat menambah
khasanah ilmu kesehatan, khususnya terkait dengan kekhususan bidang
kesehatan yang diteliti.

c. Kolaborasi Penelitian
Penelitian dunia secara berkolaborasi meningkat dari waktu kewaktu
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan secara individual, begitu juga

96
dengan penelitian lokal yang ada di Indonesia. Kolaborasi merupakan
perkumpulan individu yang bekerja untuk menuju satu tujuan dan peneliti
dapat dikatakan berkolaborasi apabila ikut memberikan kontribusi penting pada
suatu penelitian. Aktivitas kolaborasi ini mampu memberikan dampak signifikan
pada usaha kolektif manusia. Kolaborasi memberikan peran untuk
mempraktekan sesuatu atau berinteraksi antar sesama.Tingkat kolaborasi
penulis sudah dilakukan oleh peneliti nasional, dalam jurnal yang diteliti, tingkat
kolaborasi cukup tinggi mencapai 94,2%. Artikel ditulis secara kolaborasi
dengan tiga penulis merupakan yang paling banyak ditemukan.
Penelitian dapat memberikan nilai berlipat bagi suatu institusi apabila
dilakukan secara berkolaborasi, untuk itu disarankan melakukan penelitian secara
berkolaborasi. Kolaborasi peneliti secara internasional berdampak positif
terhadap kinerja penelitian. Permasalahan lain yang kadang muncul adalah
beban yang sering menjadi kendala bagi peneliti, yaitu tingginya biaya
koordinasi riset antar lembaga atau bahkan untuk kolaborasi internasional.
Kolaborasi penelitian dapat menjadi jembatan kerjasama antar-peneliti
dan organisasi, baik dalam hal sumber daya manusia, peralatan, gagasan,
dana. Kolaborasi penelitian seperti dalam hal inovasi umumnya berusaha
menambahkan ide-ide, pengetahuan, keahlian, peluang bagi individu dan
peluang bagi lingkungannya. Dari sisi peneliti, tahapan yang terkait dengan
kolaborasi dimulai dengan adanya motivasi, kemudian berdasarkan pada peluang
dan inovasi. Dari hal
tersebut praktik kolaborasi dalam memperoleh pengetahuan didapatkan melalui
pendidikan, pemikiran, dan filosofis.

B. MANFAAT PENELITIAN SECARA OTOMATISASI


Dunia sekarang sudah semakin terbuka dan cepat dengan
berkembangnya teknologi dibidang informasi dan komunikasi. Salah satu
bidang yang sangat progresif dalam penerapan system teknologi informasi ini
adalah bidang farmasi kesehatan. Dengan penerapan teknologi informatika di
bidang farmasi maka beberapa manfaat yang diperoleh dapat dirasakan oleh
para produsen obat farmasi, para pedagang obat dan pengecer, para ahli

97
farmasi, penyelenggara pelayanan kesehatan, para dokter dan para pasien.
Dengan penggunaan teknologi informasi di bidang farmasi ini akan bermanfaat
yang lebih luas yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat yang lebih tinggi
lagi.
a. Sistem informasi
Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang
mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang
bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam
sistem informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan
keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria
dari sistem informasi antara lain, fleksibel, efektif dan efisien.
b. Sistem informatika farmasi
Peran informatika dalam dunia farmasi sangat penting sekali. Semua
ini memanfaatkan informatika mulai dari hulu hingga hilir. Penelitian obat,
manajemen obat, distribusi obat, penjualan obat, hingga penggunaan obat oleh
konsumen, semuanya terdata dengan baik dengan memanfaatkan teknologi
informasi. Begitu banyak masalah yang bisa terjadi apabila sistem tak berjalan
dengan baik, Sistem informasi adalah salah satu sistem yang sangat
membantu.contohnya Sistem informasi yang digunakan di instalasi farmasi
untuk mengelola pemesanan, persediaan, dan distribusi obat-obatan, dan
sediaan medis lainnya. Sistem informasi ini dapat dihubungkan dengan sistem
informasi klinis dan sistem informasi keuangan.
Dalam bidang penelitian farmasi, teknologi informasi digunakan untuk
menyimpan data-data penelitian sehingga data-data penelitian tersebut terstruktur,
aman, dan mudah dicari kembali jika suatu saat dibutuhkan. Selain itu untuk
menyimpan data, teknologi informatika juga di manfaatkan oleh para peneliti farmasi
untuk proses perhitungan yang sangat rumit dan banyak sehingga proses
perhitungan dapat dilakukan dengan cepat, benar, dan tanpa ada
kesalahan.Teknologi informatika membantu dalam menejemen obat. Dengan
memanfaatkan teknologi informatika ini, data-data terorganisir dengan baik
sehingga memudahkan dalam proses pendataanya, pencarian dan data sediaanya.
Beberapa kasus di rumah sakit terjadi kesalahan pada saat penyaluran

98
obat, hal ini tidak lepas dari suatu sistem yang kurang memadai pada umah sakit,
namun dengan di terapkannya suatu sistem informatika dapat meminimalisirkan
suatu kesalahan. Proses pemberian obat untuk pasien di rumah sakit dan klinik
juga sudah menggunakan teknologi informasi ini, sehingga penggunaan obat oleh
pasien dapat di telusuri dengan mudah, dan dapat di perbaiki jika kelak suatu hari
diperlukan.

C. Manfaat Kolaborasi Informasi Berbasis Website


Semakin berkembangnya teknologi tentunya akan banyak menimbulkan fitur
baru dalam mencari informasi. Penggunaan aplikasi adalah salah satunya.
Berbagai macam aplikasi disediakan oleh kemtrian kesehatan unjuk memperlancar
pelayanan kepada masyarakat yaitu:
1. Aplikasi SehatPedia
adalah aplikasi kesehatan untuk mengakomodir dan memfasilitasi
masyarakat dalam mendapatkan informasi kesehatan yang akurat, kredibel
dan terpercaya. Aplikasi ini lebih banyak didukung oleh dokter-dokter
yang berasal dari 33 rumah sakit yang merupakan rumah sakit vertikal
Ditjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan yang mampu
memberikan konsultasi kesehatan kepada masyarakat.Dalam aplikasi
ini, tersedia berbagai fitur yang memberikan informasi seputar kesehatan
meliputi fitur konsultasi interaktif (live chat), artikel kesehatan, informasi
fasilitas pelayanan kesehatan, pendaftaran rawat jalan online, dan e- policy.
Dalam fitur live chat, masyarakat dapat berkonsultasi dengan dokter-
dokter yang bergabung di SehatPedia terkait keluhan penyakit, tips
kesehatan, dan konsultasi medis lainnya.Ke depan, akan terus dikembangkan
konten-konten fitur aplikasi serta
penambahan keikutsertaan maupun kerja sama dari rumah sakit yang ada
di seluruh Indonesia untuk bergabung.
2. Aplikasi IHeFF
berfungsi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih
efektif. Melalui aplikasi ini, siapun dapat dengan mudah menemukan
fasilitas kesehatan yang berada dalam radius 3 km dengan

99
menggunakan GPS dari gawai. informasi lengkap sautu fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan dari Puskesmas, termasuk jumlah tempat
tidur bisa didapatkan. Selain itu melalui aplikasi ini bisa mencari apotek
terdekat.

3. Aplikasi e-postBorder Alkes PKRT


Kemenkes membangun sistem pengawasan post border secara elektronik.
Aplikasi tersebut digunakan untuk meningkatkan efektifitas pengawasan alat
kesehatan (alkes), Alkes diagnostik in vitro dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT). Pengawasan tata niaga post border merupakan
wujud komitmen Kemenkes dalam melayani masyarakat terutama untuk
mencari informasi Alkes, Alkes diagnostik in Vitro dan PKRT yang aman,
bermutu, dan bermanfaat.
4. Aplikasi System Digital Signature (e-Sign)
untuk memfasilitasi ekspor dan impor alat kesehatan PKRT agar lebih
efektif dan efisien. Melalui aplikasi ini Kemenkes terus berupaya
meningkatkan pelayanan publik yang efektif, efisien, dan akuntabel
secara berkesinambungan guna mewujudkan Indonesia sehat dan
sejahtera.
Keempat aplikasi itu merupakan wujud inovasi kesehatan yang dilatarbelakangi
oleh perkembangan era digital. Selanjutnya demi keberhasilan dan
keberlangsungan dari aplikasi ini diharapkan kerjasama dan komitmen dari seluruh
jajaran direksi, dokter, Humas dan civitas hospitalia, serta masyarakat untuk dapat
turut mempromososikan dan menggunakan aplikasi ini dengan baik sehingga
dapat menambah kemudahan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Indonesia.

D. Manfaat Khusus Bentuk Kasus Penelitian Elektronik


Teknologi informasi merupakan elemen penting dalam kehidupan
berbangsa dan beregara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia
pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi
fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan dimana memberikan

100
andil besar terhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur
operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, transportasi, kesehatan dan
penelitian. Teknologi Informasi bisa dikatakan telah memasuki ke segala bidang
dan berbagai lapisan masyarakat.

101
Contohnya pada masyarakat sekarang ponsel dengan kemampuan
mengambil informasi dari internet sudah menjadi barang yang biasa di pakai
orang untuk berkomunikasi, yang menjadikan jarak seperti tidak terasa.
Berikut adalah pemanfaatan teknologi berbasis elektronik di bidang kesehatan
a. Sistem Informasi Apotek
Aplikasi Sistem Informasi Apotek merupakan suatu sistem informasi yang
dibuat untuk memudahkan dalam penyampaian informasi mengenai apotek
secara meluas, menggunakan microsoft Access yang merupakan perangkat lunak
pengolah basis data atau yang disebut sebagai mesin basis data atau
database engine didalam penggunaannya dianggap paling mudah.
Dengan di terapkannya sistem informatika di Apotek, sangat membantu
dan memudahkan pekerjaan seorang apoteker, tentu saja jika sebuah apotek
yang belum menggunakan sistem informatika banyak mendapat kesulitan dalam
hal laporan penjualan, pembelian, barang apa saja yang masih tersisa di
gudang, barang yang sudah dekat expire date, kegiatan karyawan , untuk itu
suatu Sistem Informasi Apotek ditujukan untuk menunjang operasional
apotek sehingga pelayanan apotek bisa semakin meningkat. Bagi pemilik sarana
apotek, aplikasi ini sangat berguna dalam memantau laporan pembelian,
penjualan, kondisi stok barang-barang apotek, serta absensi dan kegiatan
karyawan. Sistem Informasi Apotek memiliki modul untuk melakukan
penjualan, pembelian (pembuatan PO, penerimaan barang,
dan pembayaran pemasok), manajemen
pelanggan, manajemen pemasok, manajemen produk, stock
opname, dan laporan-laporan.
Keuntungan yang dapat dirasakan dari aplikasi ini yaitu dapat
memberikan informasi tentang apotek sehingga memudahkan untuk maintenance
dan akan membantu top manajemen untuk mengambil keputusan bagi perusahaan,
mulai dari stok obat, stok bahan racikan, pembelian dan penjualan dan dengan
adanya aplikasi ini efisiensi waktu dapat ditingkatkan. Hal ini dapat tercapai
karena masing- masing peserta yaitu:
1. Manajer, baik perorangan maupun sebuah tim, dapat membuat perencanaan
tentang ketersediaan stock obat dan permintaan pada supplier.

102
2. Karyawan, dapat memperoleh penugasan pekerjaan dan dapat memeriksa
tugasnya dengan teliti kapan saja, serta dapat melaporkan
perkembangan
pekerjaan yang dilakukannya kepada pihak manajer, umumnya adalah
berupa persentase kemajuan (progress).
3. Stakeholder, siapapun baik perorangan maupun organisasi yang
berkepentingan, dapat membantu dan memperoleh informasi tentang jalannya
apotek.
4. Kerja sama, seperti perusahaan obat-obatan dapat melakukan kebijakan
terhadap pelanggan yang lebih banyak memakai sebagai contoh karena
lebih sering memakai obat (salah satu perusahaan farmasi) diberikan harga
yang lebih murah atau dengan tanda terima kasih berbentuk hadiah dll.

b. Sistem Informasi Rumah Sakit


Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu tatanan
yang berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian
informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian
informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) Sistem yang mampu melakukan integrasi dan
komunikasi aliran informasi baik didalam maupun diluar rumah sakit. Sistem
informasi ini meliputi: sistem rekam medis elektronik, sistem informasi
laboratorium, sistem informasi radiologi (pencitraan medis), sistem
informasi farmasi, dan informasi keperawatan.
Sebuah sistem informasi rumah sakit idealnya mencakup integrasi
fungsi-fungsi klinikal (medis), keuangan, serta manajemen yang nantinya
merupakan sub sistem dari sebuah sistem informasi rumah sakit. Sub
sistem ini merupakan unsur dari sistem informasi rumah sakit yang
tugasnya menyiapkan informasi berdasarkan fungsi-fungsi yang ada
untuk menyederhanakan pelayanan pada suatu rumah sakit.
Perekaman data pasien mutlak diperlukan untuk menunjang proses
peningkatan perawatan kesehatan terhadap pasien. Electronic Medical
Record (EMR) adalah suatu media elektronik yang digunakan untuk

103
menyimpan informasi klinis. Fungsi utama EMR adalah: merekam
informasi, mengakses informasi, membantu pengambilan keputusan,
menggunakan data atau informasi secara bersama-sama, identifikasi
pasien, menangani
keamanan dan otentifikasi data, serta membantu auditing. EMR
merupakan informasi tentang status kesehatan individu sepanjang hayat
dan perawatan kesehatan yang tersimpan secara elektronik. Sebagian
besar EMR merupakan replikasi dari Paper based record. Data atau
informasi rekam medis, memiliki beberapa tipe, antara lain:
1. Tipe data tekstual, biasanya digunakan pada saat mendeskripsikan
keluhan, gejala, sejarah munculnya rasa sakit, sejarah keluarga, uji
fisik, atau informasi asuransi.
2. Tipe grafis, biasanya digunakan pada ECG, ultrasound, atau
gambar- gambar yang ditulis tangan.
3.Tipe digital, biasanya digunakan untuk menunjukan hasil sinar-X
c. Penerapan sistem pendukung keputusan dalam bidang farmasi
Para dokter dan apoteker terkadang mendapat masalah di
Rumah sakit dalam hal menentukan dan mengambil keputusan, hal ini di
akibatkan begitu banyaknya pertimbangann-pertimbangan yang terjadi.
untuk masalah ini sebuah Rumah sakit menerapkan sistem pendukung
keputusan yang tentu saja yang paling berperan adalah sistem informatika
yang di terapkan oleh Rumah sakit itu sendiri.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi kesehatan,
sistem pendukung keputusan ini mulai di aplikasikan kedalam bidang
kesehatan salah satunya adalah sistem pendukung keputusan klinis
(clinical Decision Support Sistem) sistem pendukung keputusan adalah
suatu rangkaian kerja yang dinamis antara input, output dan prosesnya.
Keputusan yang diambil bukan merupakan akhir dari sistem tetapi juga
merupakan input dari dari tahapan berikutnya yaitu diagnosis. Dengan
demikian sistem pengambilan keputusan ini adalah sebuah mekanisme
kerja yang berkesinambungan tak terputus. Dan sistem pengambilan
keputusan ini sesuai atau bisa di terapkan untuk sistem pendukung

104
keputusan farmasi. Manfaat dari sistem pendukung ini, diantaranya :
1. Sistem pendukung keputusan farmasi sangat di butuhkan
keberadaanya untuk mengelola satu lembaga pelayanan kesehatan.
Lebih-lebih dengan beban kerja yang besar dan tenaga
kesehatan
yang besar, maka keterpaduan dan kecepatan pelayanan akan
sangat tergantung pada adanya sistem pendukung keputusan
elektronik yang berkembang sekarang ini.
2. Manfaat dari penggunaan teknologi ini dirasakan oleh para dokter,
para ahli farmasi, dan pengelola klinik.
3. Sistem pendukung keputusan dalam bidang farmasi yang dilakukan
dengan sistem komputer mampu meningkatkan efektif kerja dan
jauh menekan resiko kesalahan tindakan medis dan pemberian
obatnya.

105
TELEHEALTH DAN TELEMEDICINE

2.1 Perbedaan Istilat Telehealth dan Telemedicine


Telehealth merupakan pemanfaatan internet untuk transmisi informasi
kesehatan yang mencakup pula pengertian terpisahnya jarak atau waktu
antara pasien dan dokter yang mendiagnosis atau mengobati. Teknologi
Telehealth yang umumnya dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan,antara
lain:

1. Mengirim pelayan kesehatan ke pasien yang berjarak jauh


2. Mendidik provider,admisnistrator, pasien dan keluarganya
3. Untuk mengakumulasi data atau memonitor insidensi penyakit sebagai
bagian dari kesehatan masyarakat, epidemiologik, atau biodefense
network.
Disamping itu Teknologi Telehealth memiliki potensi untuk
memperbaiki akses pelayanan kesehatan, meningkatkan kualitas
pelayanan,mengurangi kesalahan medis, mengurangi biaya kesehatan, dan
lebih mendistribusikan informasi kesehatan.
Telemedicine merupakan penggunaan teknologi informasi dan
telekomunikasi untuk pertukaran informasi kesehatan serta pemakaian
telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis jarak-jauh.
dan aplikasi telemedicine saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan didua negara dan

106
memakai peralatan video conference. Serta Telemedicine menggunakan
transfer data medic one location to another). Disamping itu ada pula manfaat
dari Telemedicine antara lain:

 Mempercepat akses pasien ke pusat-pusat rujukan.


 Mudah mendapatkan pertolongan sambil menunggu pertolongan langsung
dari dokter-dokter pribadi.
 Pasien merasakan tetap dekat dengan rumah dimana keluarga dan sahabat
dapat memberikan dukungan langsung.
 Menurunkan stress mental atau ketegangan yang dirasakan ditempat kerja.
 Menseleksi antara pasien-pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit dan
pasien yang tidak perlu perawatan dirumah sakit akan tetap tinggal
dirumah.
CONTOH GAMBARAN IMPLEMENTASI TELEHEALTH DENGAN
TELEMEDICINE
Teknologi dalam Telehealth pada telehealth secara umum ada dua
teknologi yang dalam pelayanan: store forward dan real time tekhnologi.

107
1. Tekhnologi simpan dan sampaikan (store and forward) misalnya:
gambar yang didapatkan dari elektronik seperti tekhnologi x ray,
dapat dikirimkan pada spesialis untuk diinterpretasi. Gambar
tersebut saja yang berpindah-pindah. Radiologi, dermatologi,
patologi adalah contoh spesialisasi yang kelihatan menggunakan
tekhnologi.
2. Tekhnologi real time : merupakan tekhnologi yang membuat
pasien dan provider berinteraksi dalam waktu yang sama.
Banayak alat telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi dua
arah menggunakan tekhnologi real time dalam telehealth.
Tekhnologi real time juga dapat membuat alat untuk
mentransmisikan gambar dari tempat yang berbeda.misalnya:
kamera untuk mengobservasi keadaan klien. Juga memfasilitasi
komunikasi dua arah baik audio maupun video, yang bisa
digunakan dalam telehealth sebagai kombinasi realtime dan
robotik, seorang dokter bedah dapat melakukan operasi dengan
alat operasi khusus dari jarak tertentu. Prosedur ini disebut dengan
telepresence. Telepresence menjadi salah satu sub bagian dari
telehealth. Saat ini masih sedang dikembangkan karena
membutuhkan sistem yang 100% reliable dan bandwith yang
sangat tinggi.
Contoh Telehealth
Pelayanan kesehatan semakin bergeser dari rumah sakit menuju
rumah dan komunitas. Banyak rentang petugas kesehatan (ahli gizi,
pekerja social, perawat) sebagai bagian dalam pelayanan kesehatan yang

108
menggunakan pelayanan terapeutik dengan telehealth. Salah satu contoh
program telehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan audio dan
video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia dirumah.
Issue
Telehealth terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukan
segi manfaatnya. Beberapa manfaat dari telehealth misalnya:
meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangu waktu, meningkatkan
produktivitas akses, meningkatkan peluang belajar. Ada beberapa isu yang
perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan telehealth yaitu:
1) Pembiayaan
2) Aspek legal
3) Standar keamanan
4) Keamanan data
5) Infrasruktur komunikasi
Dalam praktek pelaksanaannya, telemedicine diterapkan dalam dua
konsep yaitu:

a. Real time (synchronous)


Telemedicine secara realtime ( synchronous telemedicine) bisa
berbentuk sederhana seperti penggunaan telepon, atau yang kompleks
seperti penggunaan robot bedah. Synchronous telemedicine
memerlukan kehadiran dua pihak di waktu yang sama. Untuk itu
diperlukan media penghubung yang dapat menawarkan interaksi real
time sehingga salah satu pihak bisa melakukan penanganan ksehatan.
Contohnya penggunaan teknologi tele-otoscope yang memberikan

109
fasilitas untuk seorang dokter yang melihat kedalam pendengaran
pasien dari jarak jauh. contoh lainnya yaitu tele-stethoskop yang
membuat seorang dokter mendengarkan detak jantung pasien dari jarak
jauh
b. Store and forward (asynchronous)
Telemedicine dalam store- and-forward (asynchronous
telemedicine) mencakup pengumpulan data medis dan pengiriman data
ini ke seorang dokter pada waktu yang tepat untuk evaluasi offline.
Jenis ini tidak memerlukan kehadiran kedua belah pihak dalam waktu
yang sama. Dermatologi, radiologi, dan patologi adalah spesialis yang
biasanya menggunakan teknologi ini. Rekam medis dalam struktur
yang tepat dalam komponen utama dalam transfer ini.
Telemedicine paling bermanfaat untuk masyarakat yang tinggal
didaerah terpencil ataupun daerah yang jauh. saat ini telemedicine
diterapkan secara virtual untuk semua bidang medis. Spesialis yang
menggunakan telemedicine sering menggunakan prefix tele. Contohnya
telemedicine yang diterapkan oleh radiologist disebut teleradiology,
telemedicine yang diterapkan oleh cardiologist disebut telecardiology.
Telemedicine umumnya diimplementasikan untuk :
 Telekonsultasi – Telekonferensi
 Tele-edukasi
 Telemonitoring
 Telesurgery
2.2 Jenis Telemedicine
Telemedicine diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan medis jarak jauh. Aplikasi telemedicine
saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara
fasilitas-fasilitas kesehatan di dua tempat terpisah dan memakai peralatan
online internet, atau video conference. Secara definisi, telemedicine adalah
praktik kesehatan dengan memakai komunikasi transmisi audio, visual dan
data.Termasuk didalamnya lingkup diagnosis, konsultasi dan pengobatan
serta pertukaran data medis dan diskusi ilmiah jarak jauh.

110
Adapun Jenis-jenis telemedicine dalam pelaksanaannya diterapkan
dalam dua konsep yaitu real time (synchronous) dan store-and-forword
(asynchronous). Telemedicine secara real time (synchronous telemedicine)
bisa berbentuk sederhana seperti penggunaan telepon atau bentuk yang lebih
kompleks seperti penggunaan robot bedah. Synchronous telemedicine
memerlukan kehadiran kedua pihak pada waktu yang sama, untuk itu
diperlukan media penghubung antara kedua belah pihak yang dapat
menawarkan interaksi real time sehingga salah satu pihak bisa melakukan
penanganan kesehatan. Bentuk lain dalam Synchronous telemedicine adalah
penggunaan peralatan kesehatan yang dihubungkan ke komputer sehingga
dapat dilakukan inspeksi kesehatan secara interaktif. Contoh penggunaan
teknologi ini adalah tele-otoscope yang memberikan fasilitas untuk seorang
dokter melihat kedalam pendengaran seorang pasien dari jarak „jauh‟.
Contoh yang lain adalah telestethoscope yang membuat seorang dokter
mendengarkan detak jantung pasien dari jarak jauh.11 Telemedicine dengan
store-and-forword (asynchronous telemedicine) mencakup pengumpulan data
medis dan pengiriman data ini ke seorang dokter (specialist) pada waktu yang
tepat untuk evaluasi secara offline. Jenis telemedicine ini tidak memerlukan
kehadiran kedua belah pihak dalam waktu yang sama. Dermatolog, radiolog,
dan patalog adalah spesialis yang biasanya menggunakan asynchronous
telemedicine ini. rekaman medis dalam struktur yang tepat seharusnya adalah
komponen dalam transfer ini
2.3 Keuntungan Telemedicine
pan dan Manfaat Telemedicine Mencakup kedalam 3-sisi yang saling
terkait satu-sama lain, yaitu pasien, dokter dan rumah sakit. Khusus manfaat
langsung bagi pasien adalah:
a. Mempercepat akses pasien ke pusat pusat rujukan
b. Mudah mendapatkan pertolongan sambil menunggu pertolongan
langsung dari dokter-dokter pribadi
c. Pasien merasakan tetap tetap dekat dengan rumah dimana keluarga dan
sahabat dapat memberikan dukungan langsung
d. Menurunkan stress mental atau ketegangan yang dirasakan di tempat

111
kerja
e. Menyeleksi pasien-pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit. Pasien yang
tidak perlu perawatan di rumah sakit tetap akan tinggal di rumah
Telemedicine berkembang sangat cepat dan diperlukan, hal ini bukan
suatu hal yang menakjubkan bilamana dikaitkan dengan pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan perkapita serta kebutuhan kesehatan yang
semakin meningkat. Masalahnya bagaimana menekan biaya telemedicine
menjadi terjangkau pemakaiannya untuk masyarakat kecil di kota kecil
atau bahkan di desa terpencil di tanah air kita.
Kelebihan yang dirasakan dari adanya telemedicine antara lain adalah :
 Mempermudah untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan,
pelayanan kesehatan, obat, penyakit dan lain-lain, sehingga masyarakat
dapat dengan dini untuk mencengah ataupun mengobati penyakit yang
diderita
 Mempercepat akses pasien ke pusat-pusat rujukan fasilitas kesehatan
 Menurunkan stress atau ketegangan selama perjalanan ke tempat pusat
rujukan
 Menseleksi antara pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit dan yang tidak
perlu dirawat dirumah sakit akan tetap tinggal di rumah.
Sedangkan kelemahan dari telemedicine antara lain adalah :
 Akses kesehatan melalui internet terbatas pada golongan tertentu saja yang
cukup mapan
 Telemedicine belum tentu memberikan data yang akurat karena dalam
pemeriksaan tidak hanya mendengarkan keluhan-keluhan pasien tetapi
juga harus adanya inspeksi langsung sehingga pemeriksaan akan lebih
akurat karena sudah diperiksa secara langsung.
2.4 Konsep Telemonitoring di RS dan Rumah Tangga
Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi
berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu tentang
kegiatan atau program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk
penyempurnaan program atau kegiatan itu selanjutnya. Monitoring adalah
pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran (awareness) tentang apa

112
yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat
membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan kearah
tujuan atau menjauh dari itu. Proses monitoring juga dapat diartikan sebagai
proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif
program (Widiastuti dan Susanto, 2012).
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi
masukan, keluaran, dan hasil terhadap rencana dan standar (Yumiari, 2017).
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi,
efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai serta sistematis dan objektif. Evaluasi juga diartikan
sebagai pengukuran dari konsekuensi yang dikehendaki dan tidak dikehendaki
dari suatu tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa
tujuan yang akan dinilai (Hendrawan, 2009).
Tujuan Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi bertujuan memberikan gambaran lengkap
tentang implementasi program, terutama untuk mengetahui ketercapaian dari
pelaksanaan program dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
hambatan yang terjadi sehingga Informasi ini berguna bagi pengambil
keputusan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan guna mencapai target
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Kemdikbud, 2013).
Pelaksana Monitoring dan Evaluasi
a. Di Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-unit
kerja di rumah sakit terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit
kerja.
b. Di Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit di
wilayah kerjanya.
c. Di Pusat

113
1) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di semua
rumah sakit.
2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahun sekali
(Winarsih, 2012).
Waktu Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan monitoring di tingkat managemen lokal dilakukan secara
intensif setiap minggu, sedangkan untuk tingkat managemen pusat dilakukan
dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan
(Ardana, 2015).
Hal-Hal yang Dimonitoring dan Evaluasi
Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi (Soebandi, 2016):
a. Budaya keselamatan pasien
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Leadership
d. Pelaporan
e. Standar
f. Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety Goals).
Kuisioner Monitoring dan Evaluasi Program Patient Safety
Contoh kuisioner monitoring dan evaluasi program patient safety (Soebandi,
2016).
KUISOINER
MONITORING DAN EVALUASI
PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN


Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai (X) pad asalah satu
jawaban yang dianggap paling benar:
1. Jawaban 0 = apabila belum ada pelaksanaan program/kegiatan
2. Jawaban 5 = apabila ada pelaksanaan tetapi belum berjalan dengan baik
3. Jawaban 10 = apabila pelaksanaan sudah berjalan dengan baik dan
dilakukan evaluasi serta tindak lanjut.

114
No PERNYATAN
Jawaban
A. BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
0 5 10
RS melakukan survey awal tentang budaya
1.
keselamatan pasien
RS menyusun strategi pengembangan program
2.
keselamatan pasien berdasarkan hasil survei tersebut.
Tersedia sistem dan alur komunikasi yang jelas ketika
terjadi Insiden Keselamatan Pasien mencakup
3. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris
Cidera ( KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kondisi Potensi Cedera (KPC)
Ada bukti sosialisasi Sistem dan alur komunikasi
4.
kepada seluruh staf di RS.
Ada rapat koordinasi multi disiplin secara rutin untuk
5.
membahas kasus-kasus sulit
RS melakukan evaluasi berkala tentang kepuasan
6.
karyawan
RS membuat perubahan sistem untuk meningkatkan
keselamatan pasien, berdasarkan hasil survei budaya
7.
keselamatan pasien dan melakukan evaluasi untuk
menilai efektifitasnya
RS melakukan evaluasi berkala terhadap keadaan
8.
fasilitas dan sarana kerja yang tersedia
Jumlah Score
Jawaban
B. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
0 5 10
RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara
1.
kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien
2. RS mengintegrasikan topik Keselamatan Pasien dalam

115
setiap kegiatan in-service training
RS melaksanakan program pengembangan dan
3.
pelatihan staf secara konsisten
RS melakukan workshop keselamatan pasien secara
4.
in-house training dan melibatkan Tim KKPRS
RS mengirim 2-3 orang staf untuk mengikuti
5. workshop keselamatan pasien yang diselenggarakan
KKPRS- PERSI
RS mempunyai program orientasi yang memuat topik
6. keselamatan pasien bagi Staf yang baru masuk
/pindahan/mahasiswa
Staf yang bertugas di unit khusus
7. (ICU,ICCU,IGD,HD, NICU, PICU) mendapat
pelatihan keselamatan pasien
Jumlah Score
Jawaban
C. LEADERSHIP
0 5 10
Pimpinan melakukan pencanangan / deklarasi
1.
program keselamatan pasien di RS
RS membentuk Komite/Tim / panitia keselamatan
2. pasien yang bertugas mengkoordinasikan dan
melaksanakan program keselamatan pasien di RS
Pimpinan melakukan rapat koordinasi multi disiplin
3. secara berkala untuk menilai perkembangan program
keselamatan pasien
Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien
4. (patient safety walk around) secara rutin, diikuti
berbagai unsur terkait.
Setiap timbang terima antar shift dilakukan briefing
5. untuk mengidentifikasi resiko keselamatan pasien dan
debriefing untuk memonitor resiko tersebut.
6. Pimpinan /Atasan / manajer memberi surat peringatan

116
apabila ada masalah keselamatan pasien yang terjadi
berulang kali
Pimpinan memilih dan menetapkan champion disetiap
7. unit/ bagian sebagai motor penggerak pelaksanaan
program keselamatan pasien di RS
Jumlah Score
Jawaban
D. PELAPORAN
0 5 10
Di RS tersedia sistem pelaporan insiden keselamatan
1.
pasien
Laporan Insiden keselamatan pasien dikelola oleh
2.
Tim/panitia keselamatan pasien
Semua insiden keselamatan pasien yang dilaporkan di
3. catat dalam buku register keselamatan pasien dan
dianalisis
Hasil analisis insiden didesiminasi ke unit lain untuk
4.
pembelajaran dan mencegah kejadian yang sama
Laporan insiden secara rutin di kirim ke KKPRS-
5.
PERSI
Jumlah Score
Jawaban
E. STANDAR
0 5 10
RS menetapkan kebijakan Dokter Penanggung Jawab
1. Pelayanan (DPJP) bagi setiap pasien dan wajib
membuat rencana pelayanan
Tersedia bukti pelaksanaan DPJP yang memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan
2. keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya KTD
3. RS mempunyai sistem dan mekanisme mendidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban serta

117
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
4.
Keselamatan Pasien
Tersedia program proaktif untuk meredesain proses
5. dan mengidentifikasi risiko keselamatan Analisa
FMEA / HFMEA
Tersedia mekanisme untuk menangani dan melakukan
analisis risiko secara reaktif mis. RCA / Investigasi
sederhana terhadap semua Insiden Keselamatan Pasien
6.
termasuk “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) yang
dipakai sebagai proses pembelajaran agar kejadian
yang sama tidak terulang kembali.
RS memiliki proses pendidikan dan pelatihan, serta
orientasi bagi pegawai baru/ mahasiswa mencakup
7.
keterkaitan jabatan dengan Keselamatan Pasien secara
jelas
Tersedia anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan
8.
informasi tentang hal-hal terkait dengan Keselamatan
Pasien.
Jumlah Score
IMPLEMENTASI SASARAN KESELAMATAN PASIEN
F.
(PATIENT SAFETY GOALS)
Jawaban
1) IDENTIFIKASI PASIEN
0 5 10
Di RS tersedia Kebijakan dan prosedur yang
1. mengarahkan pelaksanaan identifikasi pasien yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi
Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas
2. pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau
lokasi pasien
3. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,darah,

118
atau produk darah dan tindakan / prosedur.
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
4.
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
Pasien rawat inap memakai gelang untuk identifikasi
5. pasien dengan mencantumkan Nama lengkap, No RM
dan tanggal lahir
Jumlah Score
Jawaban
2) MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
0 5 10
RS Tersedia Kebijakan dan prosedur mengarahkan
pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan
1.
atau melalui telepon secara konsisten . Di RS tersedia
SPO Komunikasi efektif menggunakan format SBAR
Tersedia bukti bahwa perintah lengkap secara lisan dan
2. yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah
Tersedia mekanisme atau prosedur bukti bahwa
perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil
3. pemeriksaan ditulis dan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah (write down and read
back)
4. Tersedia daftar singkatan yang tidak boleh dipakai
Tersedia SPO komunikasi pada saat serah terima antar
shift jaga antara perawat dengan perawat, antara
5.
perawat dengan dokter dan antara dokter dengan
dokter
Tersedia bukti pelaksanaan prosedur komunikasi pada
6.
saat serah terima
Di RS tersedia SPO komunikasi penyampaian hasil
pemeriksaan yang mempunyai nilai kritis dan daftar
7.
hasil pemeriksaan penunjang yang kritis mis lab,
radiologi)

119
Tersedia bukti pelaksanaan SPO komunikasi
8. penyampaian hasil pemeriksaan yang mempunyai nilai
kritis
Jumlah Score
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG Jawaban
3)
PERLU DIWASPADAI 0 5 10
Tersedia Kebijakan dan/atau prosedur yang
dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
1.
menetapkanl lokasi, pemberian label, dan
penyimpanan elektrolit konsentrat.
Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat tidak
2.
disimpan di unit pelayanan pasien
Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat yang
disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang
3.
jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted) mis ICU, IGD atau OK
Di RS tersedia kebijakan/prosedur pemberian obat
4. dengan benar ( benar orang, benar dosis, benar cara,
benar waktu ,benar obat, bekerja sesuai SPO)
Tersedia bukti pelaksanaan kebijakan/ prosedur
5. pemberian obat dengan benar ~ Read back & Teach
back
6. Tersedia daftar obat yang perlu diwaspadai / high alert
Jumlah Score
KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT- Jawaban
4) PROSEDUR, TEPAT-PASIEN
0 5 10
OPERASI/TINDAKAN
1. Di RS Tersedia Kebijakan dan prosedur yang
dikembangkan guna mendukung keseragaman proses
untuk memastikan : tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan
pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar

120
kamar operasi
Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan
dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan
2. melibatkan pasien di dalam proses penandaan, serta
diberikan tnada oleh dokter yang hendak melakukan
operasi
Rumah sakit menggunakan surgical patient safety
checklist untuk memverifikasi saat preoperasi : tepat
3. lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat, dan fungsional.
Di RS tersedia prosedur pengecekan untuk mencegah
4. tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien saat
operasi (instrument, kasa)
Tersedia bukti pelaksanaan pengecekan untuk
5. mencegah tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien
saat operasi
Jumlah Score
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT Jawaban
5)
PELAYANAN KESEHATAN 0 5 10
Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman
1. hand hygiene terbaru (6 langkah) yang diterbitkan dan
sudah diterima secara umum (WHO Patient Safety)
Di RS tersedia kebijakan dan/atau prosedur
dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
2.
secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
3. Di RS tersedia fasilitas cuci tangan secara memadai
Tersedia bukti pelaksanaan secara konsisten
4.
kepatuhan cuci tangan 5 (lima) momen
Jumlah Score
6) MENGURANGI RISIKO PASIEN CEDERA Jawaban

121
AKIBAT JATUH 0 5 10
Di RS tersedia kebijakan dan/atau prosedur yang
1. dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan risiko
berkelanjutan: pasien cedera akibat jatuh
Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko
pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang bila
2.
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan, dll
Tersedia bukti bahwa langkah-langkah diterapkan
untuk mengurangi risiko pasien cedera akibat jatuh
3. bagi pasien yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
jatuh (diberikan penandaan pada pasien yang dianggap
berisiko jatuh)
Tersedia bukti bahwa langkah-langkah dimonitor
4. hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat
jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan
Jumlah Score
Jumlah Score Keseluruhan

Kriteria Standar Penilaian:


0 – 134 = Sangat Kurang
135 – 269 = Kurang
270 – 404 = Cukup
405 – 539 = Baik
540 – 670 = Sangat Baik

122
Bioinformatics

2.1 Bioinformatics
a. Pengertian bioinformatic dalam IT Medik.
Pada dasarnya bioinformatika adalah suatu bidang interdisiplin yang
merupakan pertemuan antara biologi molekuler dan teknologi komputasi
(Heo 2017). Bioinformatika didefinisikan sebagai bidang ilmu yang
merupakan pertemuan berbagai disiplin ilmu seperti biologi, komputasi,
dan teknologi informasi dengan tujuan bertujuan mengatur Man
menyimpan sejumlah besar informasi biologis yang didorong oleh
kemajuan yang dihasilkan dalam genetika, biologi molekuler, dan
bioteknologi (Lesk, 2014). Sejumlah disiplin ilmu yang mendukung
bioinformatika antara lain adalah biologi, biokimia, kimia, ilmu komputer,
teknik, matematika dan statistika.
Menurut Chou (2004) secara garis besar, bioinformatika dapat
dikategorikan menjadi dua cabang: bioinformatika sekuensial dan
bioinformatika struktural. Bioinformatika sekuensial adalah subdisiplin
ilmu bioinformatika yang berfokus pada sekuan dengan titik berat
penerapan pada penambangan data (data mining) dan analisis data yang
dikumpulkan dalam proyek genom.

123
Penyelarasan sekuen, jaringan metabolisme, morfometrik dan evolusi
virtual. Sementara itu, bioinformatika struktural berfokus pada
representasi, penyimpanan, pengambilan, analisis dan tampilan informasi
struktural pada skala atomik dan subselular spasial (terkait ruang). Dalam
bioinformatika struktural, prediksi struktur 3 dimensi (3D) biasa dilakukan
untuk mengungkap hubungan struktur-fungsi protein. Karena struktur 3D
suatu protein ditentukan oleh urutannya, analisis urutan dan penyelarasan
(alignment) juga banyak digunakan dalam bioinformatika structural.
Sebagaimana tujuan subdisiplin bioinformatika yang lain, tujuan
bioinformatika struktural adalah penciptaan metode yang bertujuan umum
memanipulasi informasi terkait makromolekul biologi dan aplikasi metode
yang diciptakan untuk menjawab masalah-masalah dalam ilmu biologi dan
menghasilkan pengetahuan baru (Gu dan Borne, 2009).. Perkembangan
bioinformatika struktural ditandai dengan kesuksesan pada berbagai
proyek sekuensing genom, munculnya metode-metode high throughput
untuk analisis ekspresi (DNA) dan dan identifikasi senyawa hasil ekspresi
menggunakan spektrometri massa.
Penggabungan bioinformatika dengan bidang ilmu yang lain juga
melahirkan beberapa disiplin ilmu yang baru. Bioinformatika klinis
misalnya adalah ilmu baru yang muncul karena adanya penggabungan
antara bidang informatika klinis, bioinformatika, informatika medis,
teknologi informasi, matematika, dan ilmu omics (Wang dan Liotta,
2011).
Vailati-Riboni (2017) menyatakan kata "omics" atau omik (dalam bahasa
Indonesia)" mengacu pada bidang studi dalam ilmu biologi yang berakhir
dengan -omik, seperti genomik, transkriptomik, proteomik, atau
metabolomik. Sedangkan akhiran -ome digunakan untuk membahas objek
studi bidang tersebut, seperti genom, proteom, transkriptome, atau
metabolome, masing-masing. Sebagai contoh, genomik adalah ilmu yang
mempelajari struktur, fungsi, evolusi, dan pemetaan genom dengan tujuan
mengkarakterisasi dan mengkuantifikasi gen. Transkriptome adalah
himpunan semua molekul RNA kurir (messenger) dalam satu sel, jaringan,

124
atau organisme. Untuk pengertian istilah-istilah lainnya dapat dilihat pada
daftar istilah atau glossary pada buku ini. Secara umum tujuan ilmu omik
adalah untuk mengidentifikasi, mengkarakterisasi, dan menghitung seluruh
molekul biologis yang terlibat dalam struktur, fungsi, dan dinamika sel,
jaringan, atau organisme.
Bioinformatika berbeda dengan biologi komputasi. Menurut National
Institutes of Health (NIH), bioinformatika didefinisikan sebagai
"penelitian, pengembangan atau penerapan alat komputasi dan pendekatan
untuk mempelajari sistem biologis, medis, perilaku atau kesehatan secara
maksimal, termasuk tools yang memungkinkan kita untuk memperoleh,
menyimpan, mengatur, mengarsipkan, menganalisis, atau
memvisualisasikan data". Di sisi lain, biologi komputasi adalah
"pengembangan dan penerapan metode analitis-data dan teoritis,
pemodelan matematika dan teknik simulasi komputasi untuk mempelajari
sistem biologi, perilaku, dan sosial" (Huerta, 2000). Komputasional
biologi disebut juga bioinformatika algoritma (Isea, 2015).
Bioinformatika didefinisikan sebagai ilmu gabungan antara biologi
molekuler dan teknik informatika.5 Tujuan pengembangan ilmu baru
tersebut adalah untuk mempermudah pengolahan data urutan biologis
dengan metode komputasi terbaru, sehingga mendapatkan informasi atau
anotasi signifikan untuk pengembangan ilmu kedokteran ataupun cabang
ilmu hayati lainnya.

b. Basis data dalam bioinformatics medik.


Basis data adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer
secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program
komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut. Sesuai
dengan jenis informasi biologis yang disimpannya, basis data sekuens
biologis dapat berupa basis data primer untuk menyimpan sekuens primer
asam nukleat maupun protein , basis data sekunder untuk menyimpan
motif sekuens protein, dan basis data struktur untuk menyimpan data
struktur protein maupun asam nukleat. Basis data utama untuk sekuens

125
asam nukleat saat ini adalah GenBank (Amerika Serikat), EMBL
(European Moleculer Biology Laboratory, Eropa), dan DDBJ (DNA Data
Bank of Japan, Jepang ). Ketiga basis data tersebut bekerja sama dan
bertukar data secara harian untuk menjaga keluasan cakupan masing-
masing basis data. Sumber utama data sekuens asam nukleat adalah
submisi langsung dari periset individual, proyek sekuensing genom, dan
pendaftaran paten . Selain berisi sekuens asam nukleat, entri dalam basis
data sekuens asam nukleat umumnya mengandung informasi tentang jenis
asam nukleat ( DNA atau RNA ), nama organisme sumber asam nukleat
tersebut, dan pustaka yang berkaitan dengan sekuens asam nukleat
tersebut. Sementara itu, contoh beberapa basis data penting yang
menyimpan sekuens primer protein adalah PIR (Protein Information
Resource, Amerika Serikat), Swiss-Prot (Swiss), dan TrEMBL (Eropa).
Ketiga basis data tersebut telah digabungkan dalam UniProt (yang didanai
terutama oleh Amerika Serikat). Entri dalam UniProt mengandung
informasi tentang sekuens protein, nama organisme sumber protein,
pustaka yang berkaitan, dan komentar yang umumnya berisi penjelasan
mengenai fungsi protein tersebut.
BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) merupakan perkakas
bioinformatika yang berkaitan erat dengan penggunaan basis data sekuens
biologis. Penelusuran BLAST (BLAST search) pada basis data sekuens
memungkinkan ilmuwan untuk mencari sekuens asam nukleat maupun
protein yang mirip dengan sekuens tertentu yang dimilikinya. Hal ini
berguna misalnya untuk menemukan gen sejenis pada beberapa organisme
atau untuk memeriksa keabsahan hasil sekuensing maupun untuk
memeriksa fungsi gen hasil sekuensing. Algoritma yang mendasari kerja
BLAST adalah penyejajaran sekuens. PDB (Protein Data Bank) adalah
basis data tunggal yang menyimpan model struktural tiga dimensi protein
dan asam nukleat hasil penentuan eksperimental (dengan kristalografi
sinar-X dan spektroskopi NMR ). PDB menyimpan data struktur sebagai
koordinat tiga dimensi yang menggambarkan posisi atom -atom dalam
protein ataupun asam nukleat.

126
Fokus penelitian informatika virologi tentu saja tidak hanya kepada
HIV/AIDS, namun juga kepada virus lain seperti Dengue, Zika, Ebola,
ataupun lainnya. Informasi keseluruhan virus yang menjadi sumber
penyakit berbahaya tersebut disimpan pada basis data ‘virus variation
source’
Basis data virus variation resource menunjukkan bahwa informasi urutan
basa ataupun protein virus telah berhasil dikompilasi pada situs yang
terpusat dan komprehensif. Informasi urutan protein virus Ebola telah
dapat dimanfaatkan sebagai titik awal pengembangan obat dengan
bantuan metode penambatan molekul yang sangat umum digunakan
pada kajian bioinformatika.17 Laju mutasi yang sangat tinggi pada
virus berinti RNA, seperti HIV dan Ebola, mendorong ilmuwan untuk
mengembangkan pendekatan pembelajaran mesin, seperti metode
HMM, untuk memprediksi struktur dan fungsi protein virus tersebut.
Salah satu basis data berbasis pembelajaran mesin yang bermanfaat
untuk melakukan klasifikasi fungsi dan struktur protein adalah
SUPERFAMILY.18 Basis data ini dikembangkan dengan pendekatan
pembelajaran mesin, yang melatih data ratusan urutan protein untuk
mengembangkan profil deteksi klasifikasi struktur protein yang solid
dan terpercaya. Tendensi virus untuk ‘membajak’ sel inang, dan
memproduksi perangkat proteomiknya sendiri menjadikan basis data
berbasis pembelajaran mesin penting peranannya dalam mempelajari
mekanisme infeksi virus, untuk kemudian memprediksi cara untuk
mematahkan siklus hidup mereka. Pendekatan simulasi molekuler telah
memungkinkan dilakukan penapisan terhadap pustaka kandidat obat
yang besar, sehingga hanya kandidat yang benar-benar terpilih dapat
diproses pada eksperimen laboratorium.

c. Bioinformatics medik masa depan


Berbagai faktor dinamika ekologis ataupun lingkungan di dunia
menyebabkan lahirnya penyakit baru. Kemajuan kajian bioteknologi dan
biologi molekuler belum dapat sepenuhnya menangani permasalahan

127
penyakit baru tersebut, seperti pada fenomena proses penuaan (aging),
kanker, HIV/AIDS, dan sebagainya. Bahkan penyakit lama seperti TBC
menjadi masalah lagi karena kuman tersebut menjadi resisten terhadap
antibiotik. Wet laboratory telah menghasilkan banyak data eksperimen
biomedis, namun nampaknya solusi komprehensif pengolahan data
untuk kepentingan kesehatan masih harus dioptimalkan. Pendekatan
biologi yaitu interaksi dan hierarki sistem biologi dipelajari dari tingkat
atom sampai ke tingkat ekosistem, merupakan salah satu pendekatan yang
menjanjikan untuk diterapkan dalam dunia kesehatan. Penerapan ‘big
data’ sangat diperlukan, karena biologi sistem mengolah data dari
semua aspek yang memungkinkan, bahkan dari berbagai sudut
pandang keilmuan, untuk menghasilkan informasi yang dapat
dimanfaatkan untuk dunia kesehatan. Hal ini penting, sebab prevalensi
penyakit merupakan event yang sangat multi-faktorial, sehingga
diperlukan pendekatan yang dapat merangkum semua indikator dan
parameter ke dalam suatu sistem informasi komprehensif. Ilmu
bioinformatika dapat berperan penting karena memiliki kompetensi
memadai untuk mengolah informasi tersebut.

128
DIGITALISASI PENCITRAAN (IMAGE) INFORMASI MEDIK

2.1 Sejarah Sistem Komunikasi Digital dan Digitalisasi Radiologi serta


Arsip Pencitraan Medik
Sejak pertama didirikannya radiologi semakin lama semakin
berkembang. Dimulai dari teknik pengambilan gambar oleh radiographer
secara langsung tanpa memakai shilding. Karena sejak saat itu belum
diketahui dampak yang berarti akibar radiasi yang di timbulkan oleh
sinar-X. Dan juga masih mamakai processing secara manual, sehingga
banyak kerugian materi dan non materi yang banyak seperti:
1. Memakan waktu yang cukup lama
2. Tidak praktis
3. Radiasi hamburnya besar sehingga membuat radiographer dahulu
banyak yang terkena kanker
4. Alat-alatnya masih sederhana atau belum memiliki alat pembantu
dalam memposisikan pasien
Namun di tahun 70-an mulai muncul perkembangan khususnya
dalam processing film. Dari yang sebelumnya menggunakan teknik
developing, washing, hingga fixing sudah beralih memaka automatic
processing. Namun belum lama berkembang, automatic processing pun
mulai di tinggalkan. Penyebabnya adalah perkembangan teknologi
computer yang fluktuatif. Dalam bidang kedokteran khususnya radiologi
dikenal istilah Digital Image yaitu prosedur yang berbasis computer,
Mulai dari registrasi pasien hingga pasien mendapatkan hasil foto.
Alasan mengapa radiologi bealih ke Digital yaitu :
1. Efisien tempat, sebab setiap pasien memiliki berkas-berkas yang
setiap saat akan dipakai lagi dikemudian hari. Kalau setiap hari
berkas-berkas tersebut tertumpuk dalam rak-rak maka akan memakan
tempat. Untuk itu jika disimpan dalam sebuah penyimpanan
computer yang disebut Cloud , maka semua data pasien akan
tersimpan dengan aman tanpa perlu khawatir merasa kehilangan
2. Reject film, semakin banyak film di reject maka radiologi semakin

129
merugi. Karena 1 film bernilai harganya
3. Untuk itu mulailah muncul Computer Radiography (CR) dan
yang terbaru Digital Radiography (DR).
Computer Radiography (CR) adalah proses digitalisasi
gambar yangmenggunakan Imejing Plate (IP) untuk akusisi X-
ray, data analog menjadi data digital yang berbasis system infomasi
dan processing. CR terdiri dari :
1. IP (Imejing Plate)
2. Cassette
3. Image reader
4. Image console
5. Imager (Printer)
Digital Radiography adalah sebuah bentuk pencitraan sinar-X
dimana sensor- sensor digital sinar-X digunakan menggantikan film
fotografi konvensional. Dan processing kimiawi digantikan dengansistem
komputer yang terhubung dengan monitor atau laser printer. Komponen
Digital Radiography Sebuah sistem digital radiografi terdiri dari 4
komponen utama, yaitu :
1. X-ray source
2. Detector Analog-Digital Converter
3. Computer, dan
4. Output Device
X-ray Source yaitu Sumber yang digunakan untuk menghasilkan
X-ray pada DR sama dengan sumber X-ray pada Coventional
Radiography. Oleh karena itu, untuk merubah radiografi konvensional
menjadi DR tidak perlu mengganti pesawat X-ray. Image Receptor
Detektor berfungsi sebagai Image Receptor yang menggantikan
keberadaan kaset dan film. Analog to Digital Converter Komponen ini
berfungsi untuk merubah data analog yang dikeluarkan detektor menjadi
data digital yang dapat diinterpretasikan oleh computer. Computer
Komponen ini berfungsi untuk mengolah data, manipulasi image,
menyimpan data-data (image). Output Device Sebuah sistem digital

130
radiografi memiliki monitor untuk menampilkan gambar. Melaui monitor
ini, radiografer dapat menentukan layak atau tidaknya gambar untuk
diteruskan kepada work station radiolog. Perbedaan antara konvensional,
CR, dan DR adalah alur pemeriksaannya. Namun dari semuanya
Digital Radiography (DR) lah yang unggul karena tidak perlu mengganti
kaset, membawa kaset, dan sudah otomatis tersimpan data pasien ke
PACS. Kita hanya mengatur posisi pasien dan penatalaksaannya saja.
Citra ( gambaran) adalah reprensentasi optis dari sebuah objek
yang di sinari oleh sebuah sumber radiasi. Citra digital merupakan
perubahan dari gambar analog menuju digital, yang diproses secara
digital sehingga memungkinkan untuk di lakukan manipulasi gambar.
Citra digital radiograf adalah istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan gambar radiografi dalam bentuk digital yang dapat
ditampilkan di layar monitor. System pencitraan digital meliputi
Computed Tomography (CT), Magnetic Resonance imaging (MRI),
ultrasonography, dan Computed Radiography. Pada tahun 1981.
Perusahaa Fuji Film mengenalkan konsep computed radiography
menggunakan sistem photostimulabel phosphor. Computed radiography
digunakan di dunia kesehatan pertama kali tahun 1983 di Jepang. Pada
saat ini, penggunaan computed radiography dalam bidang kesehatan
terutama radiologi sudah banyak digunakan di instalasi - instalasi
radiologi. Prinsip pencitraan gambar pada CR tidak jauh berbeda dengan
radiografi konvensional, perbedaan mendasar pada CR tidak
menggunakan screen dan film tetapi menggunakan imaging plate. Pada
imaging plate terdapat Photostimulable Phosphor Plate dengan ketebalan
kurang dari 1 mm. Photostimulable phospor akan menangkap sinyal –
sinyal atenuasi sinar-X.
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Digitalisasi Radiologi
A. Kelebihan yang dimiliki digital radiography antara lain:
a. Cepat dan efisien karena tidak membutuhkan kamar gelap untuk
pencetakan gambar
b. Hasil lebih akurat.

131
c. Sistem sinar-X (pesawat) dapat tetap digunakan dengan dilakukan
moifikasi.
d. Tidak membutuhkan ahli komputer karena perangkat lunak yang
digunakan untuk mengatur image mudah digunakan.
e. Angka penolakan film dapat ditekan.Dapat digunakan untuk
radiografi mobile X-Ray unit dengan detektor digital (flat
digital).
B. Kekurangan digital radiografi antara lain :
a. Dibutuhkan dana yang besar untuk mengganti fasilitas radiografi
konvensional menjadi digital.
b. Kesalahan faktor eksposi yang terlalu parah tidak dapat diperbaiki.
c. Walaupun diklaim dapat mengurangi dosis yang diterima pasien,
digital radiografi justru lebih sering meningkatkan dosis pasien,
karena :
- Over eksposure tidak akan terdeteksi (dapat dikurangi dengan
mudah dalam proses komputer). Sehingga radiografer
cenderung menambah faktor eksposi.
- Pengulangan pemeriksaan (sebelum dicetak) tidak akan
menambah jumlah film yang digunakan, sehingga
menurunkan tingkat kehati-hatian radiografer.
2.3 Tantangan dalam Arsip Pencitraan Medik (Image) dan Komunikasi
1. Keusangan Teknologi
Perubahan yang cepat dalam aplikasi perangkat lunak dan perangkat
keras komputer telah menyebabkan apa yang sering disebut sebagai keusangan
teknologi atau technological obsolescence. Dengan adanya inovasi baru pada
teknologi komputer, sistem lama menjadi usang dan tidak lagi didukung oleh
industri komputer. Beberapa contoh keusangan ini, misalnya komputer-
komputer Commodore 64 dan WANG yang pertama kali diperkenalkan pada
era 1970-an dan 1980-an, kini sudah tidak lagi dibuat atau didukung sama
sekali. Demikian juga fakta bahwa disket 8 inci, 5¼ inci, dan 3½ inci sekarang
sudah jarang digunakan, padahal mereka pernah digunakan sebagai perangkat
penyimpanan utama arsip elektronik selama beberapa dekade.

132
Keusangan teknologi tidak hanya berlaku untuk perangkat keras.
Banyak program perangkat lunak yang dulunya sangat populer juga sekarang
usang, termasuk WordStar dan versi awal dari Microsoft Word dan Corel
WordPerfect. Perubahan-perubahan dalam teknologi ini, selain sebagai
konsekuensi dari perubahan ekonomi dan pasar, juga akibat dari kemajuan dan
perubahan perangkat lunak dan perangkat keras.
Risiko keusangan teknologi ini lebih diperparah oleh kondisi lingkungan
tempat media simpan elektronik tersebut dipelihara. Media magnetis dan optik
akan memburuk dengan cepat apabila terkena suhu dan kelembapan yang
tinggi serta mengalami kontaminasi yang sering kali mengakibatkan hilangnya
sebagian atau seluruh data elektronik yang terdapat di dalamnya. Untuk
mengatasi masalah keusangan teknologi, biasanya dibutuhkan investasi rutin
dan mungkin cukup besar, baik dalam hal sumber daya finansial, manusia,
maupun teknologi. Sebaliknya, kurangnya sumber daya akan membuat setiap
strategi pengelolaan arsip elektronik menjadi tidak efektif dan tidak
berkelanjutan.
Jika suatu organisasi berkomitmen untuk menggunakan teknologi
informasi, hal itu penting untuk menjamin bahwa ia akan menyediakan sumber
daya yang dibutuhkan untuk memelihara dan meningkatkan teknologi tersebut
tanpa batas. Secara tradisional, fokus dari pelestarian (preservasi) arsip
adalah
menjaga ketahanan media fisik ketika arsip disimpan. Pendekatan ini sangat
tepat di masa lampau karena arsip kertas merupakan satu kesatuan yang utuh
dan terdapat sejumlah teknik yang telah terbukti dapat meningkatkan stabilitas
arsip sepanjang waktu. Namun, tidak demikian dengan arsip elektronik yang
ada dalam media tunggal (single media) ataupun media banyak (multimedia),
seperti gambar, teks, dan suara. Arsip elektronik mengandalkan metadata yang
melekat dalam perangkat lunak dan perangkat keras komputer untuk
menghubungkan isi dan strukturnya dengan konteksnya (sehingga arsip
tersebut berada dalam bentuk yang dapat dikenali). Fitur arsip elektronik ini
merupakan tantangan dalam pelestariannya karena lebih sulit dibanding media
lainnya. Terdapat kebutuhan untuk melestarikan hubungan-hubungan pada

133
level intelektual dan mekanisme- mekanisme kontrol antara berbagai elemen,
di samping pelestarian (preservasi) elemen-elemen itu sendiri. Dalam arsip
elektronik, kerentanan (fragilitas) fisik dari media elektronik menghadapi
ancaman yang tidak seberat tantangan dari keusangan teknologi untuk
mempertahankan integritas arsip elektronik yang bersangkutan.
2. Ketergantungan Teknologi
Arsip elektronik sangat tergantung pada teknologi karena mereka
diciptakan dan dikelola dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat
lunak komputer. Arsip elektronik memerlukan mediasi agar bisa diakses.
Karena teknologi informasi terus berubah dan karena arsip elektronik tidak
dapat digunakan tanpa teknologi yang diperlukan, perangkat keras dan
perangkat lunak harus diperbarui secara berkala untuk memastikan akses
berkelanjutan terhadap arsip yang ada. Begitu teknologi berubah, arsip harus
dipindahkan ke sistem baru (bermigrasi) sehingga mereka dapat terus
digunakan. Jika tidak, format dari arsip yang ada mungkin sudah tidak sesuai
dan arsip tersebut semakin tidak dapat diakses. Suatu arsip elektronik tidak
dapat ditempatkan di rak seperti halnya berkas dengan jaminan bahwa arsip
tersebut tetap dapat digunakan dalam 10, lima, atau bahkan satu tahun ke
depan.
3. Risiko terhadap Reliabilitas dan Autentisitas Arsip
Seperti telah dikemukakan di atas, perubahan sistem informasi atau
sistem komputer mengharuskan informasi bermigrasi ke teknologi baru jika
informasi tersebut tetap dapat diakses dari waktu ke waktu. Proses migrasi
dapat memengaruhi keaslian dan keandalan informasi karena proses itu
sendiri dapat mengubah isi atau struktur dari sebuah arsip. Tidak seperti arsip
kertas yang dapat dipindahkan, diberkaskan, diberkaskan ulang, dikopi, dan
digunakan berulang tanpa perubahan, arsip elektronik perlu dikelola dan
dipelihara sedemikian rupa sehingga autensitasnya sebagai bukti tetap dapat
dipertahankan.
Demikian pula, cara ketika suatu arsip elektronik dibuat dapat
mengurangi nilainya sebagai arsip yang autentik. Sebagai contoh, sistemsistem
surat elektronik (email) tidak selalu menangkap informasi yang akurat tentang

134
penulis pesan email aslinya. Begitu pesan email tersebut akan diteruskan,
disalin, atau menjawab, pesan email tersebut dapat disunting atau diubah
sehingga integritas dari pesan aslinya mungkin akan hilang begitu proses
komunikasi berlangsung. Untuk menjaga keunikan dan integritas dari arsip
dalam sistem tersebut, kita harus mengetahui sistem apa yang digunakan,
siapa yang mengirim pesan, siapa yang menerimanya, dan kapan arsip tersebut
dikirim, diterima, dijawab, diteruskan, atau ditindaklanjuti. Beberapa perangkat
lunak sistem email mungkin tidak memiliki kemampuan untuk menangkap
semua informasi yang penting ini dalam rangka memahami struktur, isi, dan
konteks arsip yang bersangkutan.
4. Hilangnya Rasa Aman dan Privasi
Keberadaan teknologi informasi juga telah memengaruhi cara
pemerintah dan organisasi swasta melestarikan dan menyediakan arsip yang
berada dalam pengelolaan mereka. Seperti telah disebutkan, komputer
memungkinkan organisasi untuk membuat database yang besar dan kompleks
serta menyediakan data secara elektronik. Database yang berisi arsip mengenai
keuangan dan rekaman medis pribadi, misalnya, mungkin sangat berguna bagi
individu yang bersangkutan. Namun demikian, tanpa perlindungan keamanan
yang tepat, informasi tersebut juga dapat diakses oleh orang lain sehingga
mengancam privasi pemilik informasi tersebut. Dalam suatu lingkungan
elektronik, dapat terjadi pelanggaran terhadap hak pribadi seseorang, baik
dengan sengaja maupun tidak sengaja.
Semua organisasi yang menggunakan komputer untuk mengelola
informasi pribadi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa arsip yang
mereka kelola dilindungi dengan baik dari pencurian, kerusakan, atau
kehilangan. Namun demikian, keamanan dapat menimbulkan masalah sendiri.
Sebagai contoh, jika hanya satu orang dalam organisasi yang mengetahui
password atau kode akses ke sistem komputer, apa yang terjadi jika orang
yang bersangkutan tidak di kantor, sedangkan arsip diperlukan mendesak?
Keamanan yang baik hanya memungkinkan individu yang berwenang dapat
mengakses suatu arsip, tetapi juga memastikan bahwa orang yang tepat
memiliki akses ke password. Langkah-langkah keamanan juga meliputi

135
perlindungan terhadap virus komputer atau malafungsi dari perangkat lunak
lainnya. Tujuannya adalah memastikan bahwa operasi organisasi tidak
terganggu akibat keamanan tidak memadai sekaligus juga untuk menghindari
penerapan begitu banyak keamanan sehingga pengguna tidak dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif.
5. Biaya yang Semakin Meningkat
Biaya perangkat keras dan perangkat lunak pengelolaan arsip elektronik
bisa sangat tinggi. Biaya yang dikeluarkan tidak hanya ketika pengadaan
teknologi tersebut pertama kali, tetapi yang lebih penting ketika upgrade
terhadap perangkat dan sistem, yang diperlukan dalam rangka menjaga
keselarasan dengan teknologi yang berubah dengan cepat. Bagi organisasi
yang memiliki sumber daya terbatas, biaya yang berkelanjutan ini
menimbulkan tantangan serius. Ketika mempertimbangkan pengadaan
peralatan komputer atau implementasi sistem pengelolaan arsip elektronik,
sebagian besar organisasi berfokus pada kebutuhan anggaran awal, yakni
perangkat keras, perangkat lunak, lisensi, bahan-bahan, serta waktu yang
dibutuhkan pegawai untuk mengembangkan dan menginstal peralatan tersebut.
Namun demikian, yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya
tahunan dan biaya tak terduga yang meliputi biaya pemeliharaan sistem,
upgrade dan perbaikan, serta pelatihan pegawai. Organisasi juga harus
mempertimbangkan biaya tak berwujud (intangible costs) dari perpindahan ke
lingkungan kerja baru. Waktu dan sumber daya diperlukan untuk menjalankan
dan mematuhi peraturan baru; untuk memberkaskan, menyimpan, menemu
balik, dan mengakses arsip; serta insentif bagi para pegawai karena telah
menyesuaikan diri dengan teknologi dan metodologi baru. Namun demikian,
terdapat juga penghematan tak berwujud (intangible savings), misalnya karena
perbaikan alur kerja, meningkatnya keamanan, dan sebagainya yang
mengimbangi pengeluaran di atas.
6. Desentralisasi Informasi
Desentralisasi pengelolaan informasi dan arsip telah menggeser
tanggung jawab untuk mengelola arsip dari arsiparis (pengelola arsip
profesional) ke individu yang membuat dan menggunakan arsip tersebut

136
sehari-hari. Sayangnya, pengguna tidak dilatih untuk mengetahui arsip mana
yang harus disimpan untuk tujuan sebagai bukti serta bagaimana
memberkaskan, mendeskripsikan, atau memelihara arsip. Tanpa suatu kontrol
yang terpusat terhadap proses pengelolaan arsip elektronik, hal itu akan
semakin sulit untuk memastikan bahwa bukti penting telah dilindungi secara
memadai. Dengan demikian, meskipun sistem komputer memungkinkan akses
luas terhadap informasi, tidak ada jaminan bahwa informasi yang dibutuhkan
akan tersedia atau bahwa hal itu akan mudah ditemu balik oleh seseorang,
selain dari individu yang menciptakan atau mempunyai hak untuk
menggunakannya. Pengontrolan yang saksama terhadap cara bagaimana arsip
elektronik diciptakan dan digunakan sangat penting dalam rangka membangun
suatu lingkungan kerja yang efektif. Sejumlah tantangan dengan keberadaan
arsip elektronik menimbulkan sejumlah permasalahan, antara lain terkait
dengan perubahan konsep arsip, masalah akibat lingkungan kerja yang tidak
terkontrol, serta masalah perubahan tanggung jawab dan peran pengelola arsip.
7. Masalah Perubahan Konsep Arsip
Banyak sistem informasi yang dirancang untuk mendukung kebutuhan
bisnis tidak dirancang untuk menyimpan arsip dari transaksi yang dijalankan
dengan menggunakan sistem tersebut. Jika suatu sistem informasi elektronik
yang digunakan untuk transaksi bisnis tidak memiliki fungsi pengelolaan arsip,
tidak ada bukti atas transaksi-transaksi yang dilakukan. Tanpa bukti ini,
organisasi akan kehilangan memori organisasi, menghadapi masalah dalam
memenuhi akuntabilitas, dan bangsa secara keseluruhan akan kehilangan
warisan arsipnya.
Perkembangan ini telah menimbulkan masalah-masalah yang tidak
diperhitungkan sebelumnya oleh para pengelola arsip sebagai berikut :
a. Apa yang dianggap sebagai arsip dalam lingkungan elektronik ?
b. Apakah database merupakan sebuah arsip dan bagaimana ini
dilestarikan ?
c. Bagaimana membedakan antara surat elektronik dinas dan surat
elektronik pribadi ?
d. Sejauh mana prinsip-prinsip pengelolaan arsip yang ada dapat

137
diterapkan pada lingkungan elektronik ?
8. Masalah Akibat Lingkungan Kerja yang Tidak Terkontrol
Terdapat sejumlah masalah dalam pengelolaan arsip elektronik
berkaitandengan tidak terkontrolnya lingkungan kerja yang
memanfaatkan teknologi informasi, baik disebabkan oleh para
pengguna akhir yang tidak tertib maupun karena praktik penggunaan
teknologi informasi yang kurang bermutu. Beberapa permasalahan
tersebut sebagai berikut:
a. Akumulasi arsip tidak terkontrol;
b. Pemusnahan arsip yang tidak disengaja;
c. Perubahan terhadap arsip oleh pihak yang tidak berhak;
d. Kurangnya atau tidak adanya dokumentasi sistem dan metadata yang
terkait.
9. Masalah Perubahan Peran dan Tanggung Jawab Baru bagi Pengelola
Arsip
a. Peran Individual
Masalah-masalah yang dihadapi oleh para pengelola arsip
dalam lingkungan elektronik yang modern tidak hanya teknologi.
Tanggung jawab pengelolaan arsip dalam organisasi telah
berubah dari sistem yang terpusat dan yang dikontrol oleh para
spesialis dalam bidang pengelolaan arsip menjadi arsip yang
merupakan salah satu tanggung jawab semua staf, misalnya dalam
hal pengapturan, registrasi, penentuan retensi, dan lain-lain.
Secara prinsip, hal ini bukan berarti baik atau buruk, tetapi hal
tersebut tergantung pada lingkungan tempat ia beroperasi dan
dalam kondisi yang bagaimana. Perubahan yang efektif
menghendaki staf di tempat kerja memiliki pemahaman mengapa
arsip merupakan hal yang penting bagi organisasi dan mendapat
pelatihan memadai mengenai hal-hal yang menjadi tanggung
jawab mereka.
Apa yang seharusnya menjadi peran dari pengelola arsip
dalam lingkungan elektronik karena tanggung jawab dari

138
penciptaan dan pengelolaan arsip sudah menjadi domain dari
semua pengguna. Pengelola arsip harus mengembangkan dan
mengimplementasikan standar, prosedur, dan proses-proses
perancangan untuk memungkinkan pengapturan,
pengklasifikasian, penyusutan, back-up dan temu balik arsip,
serta provisiprovisi akses dapat dilakukan sepanjang waktu.
b. Peran Lembaga Kearsipan
Pada lingkup yang lebih luas, peran dari lembaga pencipta
ataupun lembaga kearsipan dapat pula berubah. Ini akan
tergantung pada kebijakan nasional dalam bidang kearsipan dari
negara yang bersangkutan dalam mengambil pendekatan
terhadap pengelolaan arsip elektronik. Misalnya, Australia yang
mengambil kebijakan bahwa pemeliharaan arsip elektronik dan
penjaminan aksesibilitasnya sepanjang masa merupakan
tanggung jawab dari masing-masing lembaga yang menciptakan
atau mengelola arsip elektronik tersebut (distributed custodial
approach). Ini berarti peran lembaga pencipta arsip lebih besar.
Hal ini berbeda apabila tanggung jawab preservasi arsip statis
elektronik dibebankan pada lembaga kearsipan statis atau arsip
nasional (nondistributed custodial approach). Adapun
kekhawatiran atas pendekatan ini adalah jika lembaga kearsipan
tidak memiliki teknologi atau sumber-sumber untuk mengelola
arsip-arsip elektronik dari semua sistem dan aplikasi elektronik
yang ada di negara bersangkutan. Meskipun sumber- sumber
tersebut tersedia, lembaga kearsipan akan menjadi museum
teknologi usang agar khazanah arsip-arsip elektronik statisnya
dapat tetap diakses. Pendekatan ini sulit dibayangkan dengan
begitu cepatnya perubahan teknologi. Kelemahan pada
pendekatan pertama adalah bagaimana menjamin bahwa lembaga
pencipta mau dan mampu menjaga arsip yang notabene sudah
tidak berguna lagi untuk menunjang pekerjaan atau bisnis mereka
sehari-hari.

139
Kebijakan yang dapat diambil dalam hal ini adalah
lembaga kearsipan akan menerima kustodi arsip elektronik suatu
lembaga dengan persyaratan apabila ia memiliki teknologi dan
sumber-sumber untuk melakukan itu dan dalam kondisi ketika
lembaga pencipta arsip tersebut akan dihapus (tidak berfungsi
lagi) dan tidak ada lembaga lainnya yang akan meneruskan
fungsinya. Pada pendekatan yang diberikan Arsip Nasional
Australia ini, tanggung jawab instansi-instansi pemerintah atau
lembaga pencipta meliputi hal berikut:
1) Pengelolaan semua arsip elektronik yang menjadi tanggung
jawab instansinya, termasuk mendokumentasikan fungsi-
fungsi yang dilimpahkan pada sumber di luar instansi
(outsource) dengan cara yang terpadu sesuai dengan tingkat
kepentingannya sebagai aset instansi;
2) Menciptakan arsip elektronik yang lengkap dan akurat dari
kegiatan yang dilaksanakan dan mengapturnya dalam suatu
sistem yang memiliki fungsionalitas pengelolaan arsip;
3) Menciptakan dan menyimpan metadata mengenai arsip
elektronik;
4) Mengidentifikasi ketentuan hukum, ketentuan pelaksanaan
pekerjaan, dan harapan masyarakat dalam rangka retensi arsip
elektronik;
5) Menyimpan arsip elektronik dengan kondisi yang sesuai
untuk menjaga aksesnya sepanjang masa;
6) Menyediakan kontrol keamanan dan autentisitas yang efektif
untuk menjamin bahwa arsip elektronik tersebut aman dari
kerusakan dan perubahan oleh pihak yang tidak berhak;
7) Mengimplementasikan business continuity plans untuk arsip-
arsip elektronik;
8) Memelihara arsip elektronik dalam format yang dapat diakses
sepanjang dibutuhkan
9) Menyediakan akses ke arsip elektronik;

140
10) Memusnahkan arsip-arsip elektronik secara aman sesuai
dengan ketentuan-ketentuan hukum sehingga arsip-arsip
tersebut tidak dapat direkonstruksi kembali;
11) Mentransfer arsip-arsip elektronik yang memiliki nilai guna
jangka panjang serta informasi mengenai arsip-arsip tersebut
ke lembaga kearsipan;
12) Mengelola arsip elektronik sesuai dengan ketentuan-
ketentuan pengelolaan arsip yang
dikhususkan terhadapnya.

141
TREND TEKNOLOGI INFORMATIKA MEDIK MASA DEPAN

Identifikasi Keberhasilan Implementasi IT Medik


Kemajuan teknologi informasi sudah selayaknya dimanfaatkan oleh
manajemen rumah sakit untuk mengembangkan system informasi manajemen
rumah sakit (SIMRS) menjadi lebih baik dan terintegritas. Tujuan SIMRS
yaitu melahirkan sebuah efisiensi dan kecepatan paradigma baru dalam
manajemen informasi kesehatan yang didalamnya termasuk rekam medis
elektronik.
Rekam medis elektronik adalah sebuah system yang khusus dibuat
untuk mempermudah kinerja petugas karena terdapat berbagai macam fitur
didalamnya yang ditawarkan untuk kelengkapan dan keakuratan data,
memberi tanda waspada, peringatan, system pendukung klinik dan
menghubungkan data dengan pengetahuan medis serta alat lainnya. Rekam
medis elektronik sangat penting bagi manajemen rumah sakit untuk
mengelola masalah kesehatan karena menyediakan integritas, akurasi, dan
solusi untuk meningkatkan efisiensi biaya, peningkatan akses pelayanan, dan
kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan. Adanya rekam medis elektronik
mampu membantu manajemen pelayanan kesehatan dalam menjalankan
tugasnya untuk melayani pasien menjadi lebih baik.
Pentingnya Kecerdasan Buatan dalam IT Medik
Artificial Intelligence (AI) merupakan istilah yang digunakan untuk
memodelkan perilaku cerdas dan pemikiran kritis yang sebanding dengan
manusia yang menggunakan komputer dan teknologi (Kidi, 2018).
Kecerdasan buatan merupakan bidang ilmu komputer tertua dan terluas, yang
meniru fungsi kognitif manusia yang digunakan untuk memecahkan sebuah
masalah, dengan cara belajar dan berfikir seperti manusia.
Penelitian mengenai artificial intelligence khususnya pada bidang
medis merupakan sebuah bidang dinamis yang akhir-akhir ini sedang
berkembang pesat. Bidang dinamis tersebut salah satunya adalah Computer
Aided Diagnosis atau yang sering disebut dengan CAD. CAD dalam dunia
medis merupakan sebuah upaya besar dalam menghubungkan antara

142
perkembangan ilmu komputer dengan teknologi medis. Analisis cerdas
berbasis model dan alat pendukung keputusan merupakan salah satu hal yang
penting dalam dunia medis karena dapat digunakan untuk alat diagnosis dan
evaluasi. Salah satu bidang medis yang menggunakan CAD adalah ahli
radiologi.
Ahli radiologi menggunakan output dari hasil CAD untuk membantu
melakukan analisis dari citra medis, misalnya saja seperti mendeteksi lesions,
mendeteksi penyebaran penyakit, serta dapat meningkatkan tingkat akurasi
dan konsistensi radiodiagnosis untuk mengurangi tingkat negatif palsu.
Arsitektur yang digunakan untuk sistem CAD biasanya terdiri dari pemilihan
sampel pelatihan, image preprocessing, resizing, menentukan objek utama
dari gambar, ekstraksi ciri, seleksi, klasifikasi, dan segmentasi.
Beberapa aspek kecerdasan buatan yang sudah dikembangkan dalam
bidang kesehatan adalah machine learning, deep learning, dan cognitive
computing.
A. Marchine Learning
Machine learning yaitu pembelajaran mesin, adalah kemampuan
komputer untuk belajar, yang umumnya dikelompokkan menjadi 3
pendekatan: disupervisi (supervised), tidak disupervisi (unsupervised),
dan reinforcement.
a) Supervised Learning
Dalam supervised learning, komputer membentuk algoritma
sesuai ilmu/data yang diinput/dilabel manusia untuk memprediksi
luaran (outcome) dari suatu dataset pasien yang diketahui. Dataset
merupakan sebuah kumpulan data yang berasal dari informasi masa
lalu dan dikelola menjadi informasi yang digunakan untuk data
mining. Dataset tersebut dapat diambil dari sumber-sumber yang ada
di internet. Keterbatasan supervised learning yaitu: membutuhkan data
dalam jumlah sangat besar sehingga memakan waktu lama karena
harus dilabel manual oleh manusia, serta membutuhkan validasi
berulang dengan dataset lainnya untuk melatih ketepatan model
algoritma tersebut.

143
b) Unsupervised Learning
Dalam unsupervised learning, komputer membentuk
algoritma dari hasil pembelajaran sendiri berdasarkan data-data pasien
yang ada. Keuntungan unsupervised learning: dapat menemukan pola
tersembunyi dari data-data yang ada untuk mengidentifikasi genotip,
fenotip, serta mekanisme penyakit baru yang belum diketahui klinisi
sebelumnya. Kekurangan unsupervised learning adalah sulitnya
menemukan pola awal untuk membentuk algoritma berpikir (terutama
pada noisy data seperti gambaran ekokardiografi), sehingga
membutuhkan manual coding dalam beberapa hal di awalnya, serta
validasi.
c) Reinforcement Learning
Dalam reinforcement learning, komputer menggunakan
kombinasi dari supervised dan unsupervised learning, untuk
memaksimalkan akurasi algoritma yang dibentuk komputer dari
proses trial and error.
B. Deep Learning
Proses deep learning menyerupai proses berpikir manusia
dengan menggunakan beberapa lapis jaringan neuron artifisial / artificial
neuronal networks (ANN) untuk menganalisis secara nonlinear dan
membentuk prediksi otomatis dari input data yang diberikan.Deep
learning berpotensi besar dalam pengenalan gambar untuk pencitraan
medis kardiovaskular, serta mampu “belajar mandiri” untuk menemukan
pola-pola dari data yang ada (misalnya untuk menemukan interaksi
obat).Kekurangan deep learning adalah membutuhkan dataset yang besar
sehingga membutuhkan kolaborasi berbagai institusi dan rekam medis
elektronik terintegrasi, serta adanya mesin tersendiri yang mampu /
memiliki kapasitas deep learning.
C. Cognitive Computing
Komputasi kognitif / cognitive computing adalah cara komputer
untuk “belajar sendiri” dengan menggunakan machine learning atau deep

144
learning, serta pengenalan pola (pattern recognition), untuk menyerupai
proses pikir manusia. Hal ini bertujuan menciptakan model algoritma
untuk memecahkan masalah tanpa bantuan manusia, contohnya IBM
Watson. IBM Watson adalah satu jenis komputasi kognitif yang “belajar”
secara kontinu dari berbagai dataset (misalnya rekam medis elektronik)
untuk memprediksi berbagai luaran/outcome lebih akurat dari manusia.
Inovasi dalam pengembangan IT Medik Masa Depan
Inovasi sistem telemedicine memungkinkan layanan medis jarak
jauh dengan menggunakan infrastruktur jaringan komunikasi dan teknologi
informasi (Medik and Admisi, 2021). Inovasi sistem telemedicine di BPPT
telah dilakukan mulai dari tahun 2016 dengan mengembangkan sistem
teknologi informasi yang mengintegrasikan alat kesehatan ke dalam satu
mesin yang disebut “telemedicine cart”. Telemedicine cart akan terhubung
dengan server pusat telemedicine yang dapat di implementasikan pada on
premise maupun di cloud.
Telemedicine cart menjadi bagian yang terpasang di sisi pasien di
Puskesmas dan berfungsi sebagai perangkat aggregator menghubungkan
berbagai peralatan medis dan berbagai perangkat pendukung lainnya yang
diperlukan, misal pembaca kartu cerdas (Agastani et al., 2018). Sistem yang
saat ini dikembangkan disiapkan untuk perangkat ECG, USG, vital signs, dan
pembaca kartu cerdas untuk membaca KTP-el. Supaya data rekam medis
dapat dipahami oleh seluruh subsistem, format standar yang dipilih untuk
pengiriman dan penyimpanan adalah DICOM (Digital Imaging and
Communications in Medicine). Standar ini umum digunakan untuk
penyimpanan dan pengiriman citra medis (medical imaging) seperti: citra
Rontgen, MR, CT, ultrasound dan lain-lain. Melalui pendefinisian ekstensi
DICOM di Supplement 30. Tujuannya adalah untuk menjaga informasi yang
direkam dalam format digital (non-citra), terbuka untuk pengukuran
selanjutnya tanpa kehilangan kualitas. Untuk media komunikasi antar dokter
menggunakan software komunikasi multimedia yang juga berbasis web.
Software yang digunakan adalah jitsi untuk video conferencing, yaitu aplikasi
gratis yang mendukung teknologi WebRTC. Aplikasi video conference ini

145
mempunyai fitur yang bisa beradaptasi terhadap kondisi bandwidth jaringan
yang tersedia dan bisa menjalankan hanya video, audio atau teks (chatting)
saja. Sistem telemedicine BPPT memudahkan pengiriman data medis ECG
dari dokter umum di puskesmas ke dokter spesialis di rumah sakit.
Pengiriman data dilakukan melalui jalur komunikasi yang teramankan, misal
menggunakan secured copy pada jalur publik atau disiapkan jaringan VPN
(Virtual Private Network) tersendiri.
Sistem telemedicine yang dikembangkan belum
mengimplementasikan teknologi blockchain. Kajian dan pengembangan
masih dilakukan secara terpisah, untuk memastikan kematangan teknologi
dan kesiapan regulasi dalam pemanfaatannya. Sebagai contoh, dapat
digunakan teknologi blockchain untuk konsolidasi data dari berbagai basis
data lokal yang dikelola oleh penyedia jasa medis, dan dapat dimanfaatkan
oleh pasien untuk berbagi data antarpenyedia jasa medis, perusahaan asuransi,
pengambil kebijakan, dan lain-lain secara absah dan tanpa melanggar privasi.
Untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima dengan mutu
yang baik dan biaya yang terjangkau diperlukan peningkatan kesiapan seluruh
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya serta teknologi yang tepat,
efisien dan Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepatnya
telah membawa dunia memasuki era baru yang lebih cepat dari yang pernah
dibayangkan sebelumnmya. Setidak-tidaknya ada empat era penting sejak
ditemukannya komputer sebagai alat pengolah data sampai dengan era
internet saat komputer menjadi senjata utama dalam berkompetensi.
Sistem Helpdesk Informasi Teknologi pada Instalasi Rekam Medik
dan Admisi RSCM saat ini yang digunakan hanya menggunakan telepon,
aplikasi android yaitu whatsapp dan telegram. Bila user ada suatu masalah
yaitu berkaitan dengan perangkat IT, pihak user langsung menghubungi IT
melalui telpon atau whatsapp. Tetapi ada keluhan dari user, apa
permasalahannya sudah dikerjakan atau belum dikerjakan. Dengan adanya
keluhan dari user, IT mencoba menerima keluhan ini.

146
Helpdesk adalah titik pusat pelaporan masalah dan selanjutnya
dikelola atau dikordinasi. Dari sudut pandang yang lebih luas, juga dilihat
sebagai bagian utama dari fungsi layanan, bertanggung jawab menjembatani
sumber daya untuk menyelesaikan masalah pengguna helpdesk bisa internal
maupun eksternal, sehingga menjadikannya sangat penting dalam hal
kelancaran jalannya organisasi dan kualitas bantuan yang ditawarkan kepada
pelanggan. Helpdesk adalah nama yang umum digunakan untuk pusat
bantuan terhadap end- user. Saat ini helpdesk makin dilihat sebagai satu
kesatuan dengan fungsi layanan dan bertanggung jawab untuk menjembatani
sumber daya untuk menyelesaikan masalah dan memenuhi kepuasan user
(Wibowo, 2017).
Perancangan Aplikasi IT-Hepdesk ini menghasilkan beberapa point
penting yaitu:
1. Keluhan user bisa ter catat pada system
2. Data semua keluhan yang on progress dan close tercatatan pada system
3. Memudahkan menanggapi dengan cepat dan lebih efisien
4. Keluhan perminggu dan perbulan bisa di liat dan agar menjadi baha
evaluasi kedepannya terkait divisi Helpdesk.

147
DAFTAR PUSTAKA

Andrean. (2015). Jurnal Informatika, Vol. 9, No. 1, Jan 2015 : Media Informasi
Kesehatan Bagi Masyarakat Menengah Berbasis SMS Gateway Irawadi
Buyung, 9 (1), pp. 999-1009
D.Prasanti, et al. (2018) ‘PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI DALAM SISTEM E-HEALTH “alodokter.com”’,
Jurnal Sosioteknologi, 17(1), pp. 93–103.
doi:10.5614/sostek.itbj.2018.17.1.9.
Komalasari, R. (2020) ‘Manfaat Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Masa
Pandemi Covid 19’, Tematik, 7(1), pp. 38–50.
doi:10.38204/tematik.v7i1.369.
Leonitam E. and Jalinus, N. (2018). Peran Media Sosial Dalam Upaya Promosu
Kesehatan : Tinjauan Literatur, Invotek : Jurnal Inovasi Vokasional dan
Teknologik, 18(2), pp 25-34. Doi : 10.24036/invotek.vl8i2.261
Tjandrawinata, R. R. (2016). Industri 4.0: Revolusi industri abad ini dan
pengaruhnya pada bidang kesehatan dan bioteknologi. Jurnal Medicinus,
29(1), 31-39.
Yani, A. (2018). Pemanfaatan Teknologi Dalam Bidang Kesehatan Masyarakat.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 97-102.
Haniyah, F. (2016) ‘Pengembangan Sistem Literatur’, Pengembangan Sistem
Literatur, pp. 6–38.
Hidayat, A. A. (2021) ‘Implementasi Teknologi Informasi di Bidang Kesehatan’,
Artikel Mahasiswa, 4(8), pp. 4–8. Available at: 10.31219/osf.io/mzshr.
Muhammadiyah, R. R. (2019) ‘Pedoman Pengorganisasian Instalasi Rawat Jalan
Tahun 2019’. Rusmitasari, H. (2020) ‘Organisasi dan Manajemen
Kesehatan’, pp. 1–50.
Semukti, D. K. (2017) ‘Web Service Pertukaran Data Rekam Medis’, pp. 1–15.
Hatta, G. 2013. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI-Press
Hatta, G. 2014. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI-Press

148
149

Anda mungkin juga menyukai