Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TERSTRUKTUR

UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN


Proses Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan Sistem Informasi Kesehatan

Dosen pengampu :
Taufik Hidayat, ST., MT

Disusun oleh :
1. Dwi Putri Anggraini (2010810)
2. Leni Debianti (201081027)
3. Lufi Indah Sari 201081028)
4. Maimunah (201081029)
5. Margaretha Asri (201081030)
6. Maya Kurniasari (201081031)
7. Mega Sasmitha Rostianingsih (201081032)
8. Meysya Elvira (201081033)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIPLOMA TIGA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayahNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam untuk
junjungan Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Taufik Hidayat, ST., MT selaku dosen mata kuliah Kewirausahaan dan
seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih terdapat
banyak kesalahan dan masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran
yang ada relevansinya dengan makalah ini sangat penulis harapkan.Oleh karena itu
penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan
dalam makalah ini. Kritik dan saran sekecil apapun akan penulis perhatikan dan
pertimbangkan guna penyempurnaan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan nilai tambah kepada para
pembaca.Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.Terimakasih.

Pontianak, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
T

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
C. Manfaat......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
A. Proses Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan Sistem Informasi
Kesehatan..................................................................................................3
B. Pengelompokan Data Dasar Menurut Blum..............................................6
BAB III PENUTUP...................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem informasi kesehatan (SIK) adalah seperangkat tatanan yang
meliputi data, informasi, indicator, prosedur, teknologi, dan sumber daya
manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan
tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan
kesehatan. Saat ini Sistem Informasi Kesehatan (SIK) masih terhambat serta
belum mampu menyediakan data dan informasi yang akurat, sehingga SIK masih
belum menjadi alat pengelolaan pembangunan kesehatan yang efektif.
Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design and
implementation of health information system” Geneva (2000), adalah suatu
sistem informasi kesehatan yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai
bagian dari suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif
memberikan dukungan informasi sebagai proses pengambilan keputusan di
segala jenjang. Untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi kesehatan
tersebut pada tahun 2002 pemerintah melalui Menteri Kesehatan pengembangan
sistem informasi kesehatan daerah (SIKDA)”. Pada era globalisasi saat ini
kebutuhan akan data dan informasi yang tepat, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan keberadaannya karena merupakan
sumber utama dalam pengambilan kebijakan untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan
kondisi positif yang akan sangat mendukung berkembangnya sistem informasi
kesehatan, hal ini juga sangat berguna dalam pengambilan keputusan bisa lebih
mudah jika semua informasi yang dibutuhkan sudah tersedia. Untuk tujuan itu
sistem informasi kesehatan perlu dibangun dengan mengorganisir berbagai data
yang telah dikumpulkan secara sistematik, memproses data menjadi informasi
yang berguna.

1
Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan oleh berbagai
program, baik di lingkungan Kementerian Kesehatan maupun diluar sektor
kesehatan.
B. Tujuan
1. Menjelaskan tentang proses dasar dan ruang lingkup penggarapan sistem
informasi kesehatan.
2. Menjelaskan tentang pengelompokan data dasar menurut Blum.
C. Manfaat
1. Mampu memahami proses dasar dan ruang lingkup penggarapan sistem
informasi kesehatan.
2. Mampu memahami pengelompokan data dasar menurut Blum.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan Sistem Informasi Kesehatan
1. Proses Dasar Penggarapan SIK
Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan berbagai
program, baik dilingkungan Kementrian Kesehatan maupun diluar sektor
kesehatan. Agar SIK dapat menyediakan data/informasi yang handal.
memperbaiki permasalahan-permasalahan SIK dan mencapai target Renstra
tersebut, maka perlu disusun suatu Rencana Aksi Penguatan atau Roadmap
SIK yang komprehensif dengan mengintegrasikan upaya-upaya
pengembangan dan penguatan SIK, yang melibatkan semua pemangku
kepentingan terkait.
Jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SINKAS) adalah
sebuah koneksi / jaringan virtual sistem informasi kesehatan elektronik yang
dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah
dihubungkan. Jaringan sistem informasi kesehatan nasional merupakan
infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan
Wide Area Network (WAN). jaringan telekomunikasi yang mencakup area
yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area
Network (LAN), yang berbeda, dan arsitektur jaringan local computer lainnya.
Terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait yaitu:
a. Sumber Data Manual
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber yang masih
dilakukan secara manual atau komputerisasi offline. Metode SIK Nasional
yang memanfaatkan kemajuan teknologi masih tetap dapat menampung
manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan
infrastruktur, antara lain pasokan listrik, peralatan komputer dan jaringan
internet.

3
Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual
akan melakukan pencatatan, penyimpanan, dan pelaporan berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data
rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
b. Sumber Data Komputerisasi
Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber
data yang sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas
pelayanan kesehatan ini, data individual langsung dikirim ke Bank Data
Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga
akan dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat langsung
terhubung ke sistem informasi puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).
c. Sistem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas
kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat) dapat berupa laporan softcopy
dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy diimpor dalam aplikasi SIKDA
generic, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data
Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas
kesehatan milik povinsi.
d. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan
terkait kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan
pemangku kepentingan disemua tingkatan dilakukan dengan mekanisme
yang disepakati.

4
e. Bank Data Kesehatan Nasional
Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua
data kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-
unit program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke
sumber data.
f. Pengguna Data
Semua pemangku kepentingan yang belum memiliki sistem
informasi sendiri dan masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan
dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan
Nasional melalui website Kementrian Kesehatan. Namun sebesar apapun
rencana pasti ada juga kelamahan dan kemerosotan yang terjadi.
Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi dipandang bukan menjadi lebih
baik tetapi malah berantakan. Hal ini dikarenakan belum adanya
infrastruktur yang memadai di daerah dan juga pencatatan dan pelaporan
yang ada (produk sentralisasi) banyak overlaps sehingga dirasakan sebagai
beban oleh daerah.
2. Ruang Lingkup Penggarapan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
Terdiri dari Pengelolahan Informasi dan struktur manajemen SIK,
antara lain Pengumpulan data, pengiriman data, pengolahan data analisis data
serta presentasi informasi untuk perencanaan dan manajemen. Ruang lingkup
Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan informasi dalam
lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup ini antara lain
sebagai berikut:
a. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai
keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran
rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.

5
b. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit
dalam, bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata,
gigi dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum,
UGD, dan lain- lain sesuai kebutuhan, Modul ini juga mencatat diagnose
dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam
medis pasien.
c. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien,
konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
d. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan
seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy,
dan lain-lain.
e. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk
rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi,
rehab medik). baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM.
f. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan
transaksi obat-obatan.
B. Pengelompokan Data Dasar Menurut Blum
1. Data Status Kesehatan Masyarakat (Statistik Derajat Kesehatan)
a. Pengertian Kesehatan
World Health Organization (WHO) membuat definisi universal
yang menyatakan bahwa "Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya tebebas dari
penyakit atau kelemahan". Menurut WHO, kesehatan mencakup 3 aspek,
yakni: kesehatan jasmani, kesehatan rohani, dan kesehatan sosial.

6
b. Teori Blum
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan
untuk diterapkan. H.L. Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Keempat faktor tersebut
merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat
faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku / gaya hidup (life style), faktor
lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan
(jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat
faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.
c. Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing
faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya
1) Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat
memegang peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat
2010. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat
menuju satu misi Indonesia Schat 2010. Masyarakat yang berperilaku
hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga
lingkungan yang bersih dan sehat. Beberapa kegiatan yang mungkin
kita lakukan seperti: berolah raga, tidur, merokok, minum, dll.
Apabila kita mengembangkan kebiasaan yang bagus dari sejak awal,
hal tersebut berpengaruh positif terhadap kesehatan tubuh.

7
2) Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau
dari kondisi fisik, Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk
dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Upaya menjaga
lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu
kesadaran semua pihak. Disamping lingkungan fisik juga ada
lingkungan sosial yang berperan Sebagai mahluk sosial kita
membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu
dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik.
3) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat.
4) Genetik
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi
mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas
generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki
kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya. Program
penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi
masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu
yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya
program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat
dan cepat dapat tertangani.

8
d. Determinan yang mempengaruhi status kesehatan
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan
bahwa adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan
individu, kelompok atau masyarakat. Empat determinan kesehatan
adalah : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan atau
herediter. Keempat determinan tersebut adalah determinan untuk
kesehatan kelompok atau komunitas yang kemungkinan sama di kalangan
masyarakat.
Hal ini berarti, disamping determinan-determinan derajat
kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat
faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan
seseorang. kelompok atau masyarakat.
1) Faktor makanan
Makanan merupakan faktor penting dalam kesehatan kita.
Sakit adalah salah satu reaksi tubuh, dan bila kemudian dicegah atau
dirawat dengan benar, tubuh kembali sehat. Penyakit merupakan
peringatan untuk mengubah kebiasaan kita. Perlu diingat selalu
bahwa tubuh kita hanya memerlukan makanan yang tepat dalam
jumlah yang sesuai.
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan
kemampuan seseorang untuk memahami faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan
tersebut untuk menjaga kesehatannya. Biasanya, orang yang
berpendidikan (dalam hal ini orang yang menempuh pendidikan
formal) mempunyai resiko lebih kecil terkena penyakit atau masalah
kesehatan lainnya dibandingkan dengan masyarakat yang awam
dengan kesehatan.

9
3) Faktor sosial ekonomi
Faktor-faktor sosial dan ekonomi seperti lingkungan sosial,
tingkat pendapatan, pekerjaan, dan ketahanan pangan dalam keluarga
merupakan faktor yang berpengaruh besar pada penentuan derajat
kesehatan seseorang. Dalam masalah gizi buruk misalnya,
masyarakat dengan tingkat ekonomi dan berpendapatan rendah
biasanya lebih rentan menderita gizi buruk karena orang dengan
tingkat ekonomi rendah sulit untuk mendapatkan makanan dengan
nilai gizi yang bisa dibilang layak
4) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan
kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara
pelaksanaan kesehatan pribadi. Sebagian dari adat istiadat tersebut
ada yang masih bisa dibilang "primitif" dan tidak mempedulikan
aspek kesehatan. Misalnya saja, pada suku Baduy yang tidak
memperbolehkan masyarakat menggunakan alas kaki.
5) Usia
Setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan
respon yang berbeda-beda terhadap perubahan kesehatan yang
terjadi.
6) Faktor emosional
Setiap pemikiran positif akan sangat berpengaruh, pikiran
yang sehat dan bahagia semakin meningkatkan kesehatan tubuh kita.
7) Faktor agama dan keyakinan
Agama dan kepercayaan yang dianut oleh seorang individu
secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kita dalam berperilaku
sehat. Misalnya, pada agama Islam, Islam mengajarkan bahwa "anna
ghafatul minal iman" atau "kebersihan adalah sebagian dari iman".

10
2. Data Kependudukan (Stastistik Vital dan Keppendudukan)
a. Data statistik vital
Data statistik vital disebut juga kejadian vital yang mengacu pada
proses pengumpulan data dan penerapan metode statistic dasar pada data
tersebut guna mengidentifikasi fakta-fakta kesehatan yang vital didalam
suatu masyarakat, populasi atau wilayah tertentu. Data mortalitas,
pernikahan, perceraian, kelahiran semuanya merupakan data statistic
vital. bahwa dari seluruh penduduk usia 10 tahun keatasdi Sumatera Barat
terdapat 1,99 % yang berstatus cerai hidup.
Angka ini beradadiatas persentase rata-rata cerai hidup penduduk
Indonesia sebesar 1,45 %. Sumatera Barat merupakan peringkat kedua
tertinggi dalam persentase perceraian di Indonesia setelah Nusa Tenggara
Barat. Bila dilihat dari jenis kelamin, persentase penduduk perempuan
yang cerai hidup jauh lebih besar daripada penduduk laki-laki yang
masing-masing 2,2 % dan 0,8 %. Jika dibandingkan antara daerah
pedesaan dan perkotaan maka status cerai hidup lebih banyak dialami
oleh penduduk perdesaanyaitu sebesar 1,53 % dibandingkan daerah
perkotaan sebesar 1,34%.
b. Sumber Data Statistik Vital
Data merupakan sumber informasi yang diperlukan oleh
epidemiologidalam melakukan perannya. Tanpa data, epidemiologi buta
dan tidak mampu melihatmesalah kesehatan yang terjadi. Sumber data
epidemiologi antara lain adalah :
1) Data kependudukan, meliputi sensus penduduk dan survey.
2) Kelahiran dan kematian, meliputi pencatatan akta kelahiran, surat
keterangan meninggal dan klinik umum/ klinik bersalin dan
pelayanana kesehatan lainnya.
3) Data kesakitan, meliputi rekam medis rumah sakit, praktek dokter
swasta dan penelitian khusus.

11
4) Data lainnya, meliputi penelitian/data sanitasi dan lingkungan,
catatan imunisasi dan pelaporan keluarga berencana
c. Registrasi Kejadian Vital
Data statistik vital adalah data yang berkaitan dengan kejadian
vital dalam kehidupan seperti kelahiran, kematian, perkawinan,
perceraian, abortus dan menderita penyakit serius tertentu. Namun,
pelaporan morbiditas dan mortalitas dimasukkan dalam bab yang
terpisah. Mekanisme pelaporan morbiditas, menyangkut informasi,
perolehan data dan pengolahannya dilakukan dengan cara yang berbeda.
Data morbiditas tidak selengkap data mortalitas dan kelahiran,
sehingga informasi yang berasal dari sumber mortalitas dan kelahiran
memiliki reliabilitas yang lebih baik. Registrasi adalah pencatatan
kelahiran, kematian, status perkawinan, abortus dan penyakit yang harus
dilaporkan, serta pencatatan dan penelusuran riwayatpenderita penyakit
tertentu. Registrasi kejadian khusus lainnya mungkin menghasilkan data
dan pemicu suatu penelitian, misalnya registrasi anak kembar.
3. Data Pelayanan Kesehatan (Statistik Pelayanan Kesehatan)
Statistik di pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai suatu metode
yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
menginterpretasikan dan penarikan kesimpulan dari data yang ada di
pelayanan kesehatan. Konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola
hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang
sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit
melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam
hal ini memegang kendali dominan dibandingkan peranan dokter.

12
Sebab hubungan dokter dengan pasien hanya sebatas individu dengan
individu tidak secara langsung menyentuh masyarakat luas. Ditambah lagi
kompetensi dalam memanagement program lebih dikuasai lulusan SKM
sehingga dalam perkembangannya SKM menjadi ujung tombak program
kesehatan di negara-negara maju.
Fungsi statistik di bidang kesehatan atau rumah sakit adalah sebagai
berikut:
a. Perbandingan penampilan rumah sakit masa lalu dan sekarang.
b. Sebagai bahan acuan untuk perencanaan pengembangan rumah sakit atau
klinik di masa depan.
c. Evaluasi Penilaian program kesehatan, penampilan kerja tenaga medis,
perawat dan staf lain.
d. Biaya rumah sakit atau klinik jika disponsori oleh pemerintah.
e. Penelitian, dasar studi epidemiologi misalkan: penyebaran penyakit.
f. Pengukuran status kesehatan misalkan angka kematian bayi
Kegiatan manajemen data pelayanan kesehatan mencakup:
a. Pengumpulan data
Data yang telah terkumpulkan dan yang diperlukan sebaiknya
dikumpulkan atau dicatat dalam sebuah formulir yang dapat kita sebut
dengan dokumen sumber yang berfungsi sebagai masukan atau inputan
bagi system.
b. Integritas dan pengujian
Terlebih dahulu data yang telah terkumpulkan tersebut diperiksa
dahulu untuk meyakinkan konsistensi dan akurasinya berdasarkan
peraturan-peraturan dan kendala yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Penyimpanan
Sebaiknya data disimpan pada suatu media, seperti media
magnetic atau piringan magnetic.

13
d. Pemeliharaan
Data baru ditambahkan data yang sudah ada diubah dengan
sewajarnya dan data yang sudah tidak dibutuhkan lagi dapat dihapus hal
ini berguna agar sumber daya data tetap mutakhir maka dibutuhkan
pemeliharaan.
e. Keamanan
Pentingnya menjaga keamanan data adalah untuk mencegah
kehancuran, kerusakan, atau penyalahgunaan data
f. Organisasi
Data yang sudah terkumpulkan sebaiknya disusun sedemikian
rupauntuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
g. Pengambilan
Maksudnya data telah tersedia bagi para pemakai.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia justru, paradigma sakit
yang digunakan. Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada
penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan
bidan sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi, Padahal upaya
semacam itu sudah lama ditinggalkan karena secara financial justru
merugikan Negara. Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan
difndonesiasemakin tinggi dan sebagian besar digunakan untuk upaya
pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan pembangunan
gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus menaruh
perhatian besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya
pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada upaya
preventif (pencegahan) bukannya curative (pengobatan).

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
World Health Organization (WHO) membuat definisi universal yang
menyatakan bahwa "Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental, dan sosial serta tidak hanya tebebas dari penyakit atau kelemahan".
Menurut WHO, kesehatan mencakup 3 aspek, yakni: kesehatan jasmani,
kesehatan rohani, dan kesehatan sosial. H.L. Blum menjelaskan ada empat faktor
utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu faktor perilaku /
gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya),
faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik
(keturunan).
Secara umum data dapat diartikan sebagai kumpulan informasi yang
diperoleh dari suatu pengamatan berupa angka, lambang atau sifat yang dapat
memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data juga dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari
pengamatan (observasi) suatu objek. Sedangkan kependudukan atau demografi
merupakan ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Demografi
meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah
penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta
penuaan.
Statistik vital merupakan salah satu teknik untuk menilai status
kesehatan masyarakat dalam kesatuan populasi tertentu. Statistik vital
menghasilkan ukuran dalam penafsiran akan fakta kesehatan dan statistik
kesehatan yang menghasilkan ukuran tentang kejadian dalam kehidupan manusia
dari konsepsi sampai mati. H.L. Blum memandang pola hidup sehat seseorang
secara holistik dan komprehensif.

15
Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan
penyembuhan penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Statistik di pelayanan kesehatan
didefinisikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, menginterpretasikan dan penarikan kesimpulan dari
data yang ada di pelayanan kesehatan.
B. Saran
Dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dibidang
teknologi informasi dan komunikasi, persebaran sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi tidak merata,
biaya awal yang cukup mahal meski selanjutnya lebih murah(investasi jangka
informasi).

16
DAFTAR PUSTAKA
Ganinov, Ivan Tinarbudi dkk. 2016. Sistem Informasi Kesehatan. Yogyakarta:
Parama Publishing.
Hatta 2013. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan Revisi 2. Jakarta: UI Press.
Pusat Data Informasi. 2011. Petunjuk Teknis Sistem Informasi Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI.
Pratama IPAE. 2014. Sistem Informasi dan Implementasinya. Bandung: Informatika
Yakub. 2012. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Supraba A. 2013. Analisis Sistem Informasi Pendaftaran Pasien Pada Puskesmas
Pakem Yogyakarta. [Jurnal]. Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai