Anda di halaman 1dari 15

KERUGIAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI BIDANG

KESEHATAN

Dosen Pengampu : Lienda Wati, SKM,MPH

Kelompok : 2

1. AFRIYANSYAH 2021205201037
2. DINI WAHYUNI 2021205201036
3. M.ARFAN ARSYAD 2021205201029
4. NAINA 2021205201023
5. ROFIKO 2021205201021
6. SALWA SHAFA AZZAHRA 2021205201011
7. SITI NURUL KHOTIMAH 2021205201032

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan sedikit dari ilmunya dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah yang berjudul “
Kerugian System Informasi di bidang kesehatan” ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan tahun akademik 2023. Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini tanpa adanya bimbingan, dorongan,
motivasi, dan doa, makalah ini tidak akan terwujud. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lienda, SKM,MPH, selaku dosen mata
kuliah Sistem Informasi Kesehatan yang telah membimbing dalam kegiatan
belajar mengajar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya
khususnya mahasiswa dan masyarakat umum.

Akhir kata penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan, baik
dalam penulisan maupun informasi yang terkandung didalam makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Pringsewu,17 febuari 2023

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
1.4 Manfaat........................................................................................................................6
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................9
3.2 Saran.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Internet merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan
perusahaan dengan domain publik, seperti individu, komunitas, institusi, dan
organisasi. Jalur ini merupakan jalur termurah yang dapat digunakan institusi
untuk menjalin komunikasi efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar
data dan informasi sampai dengan transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan
cepat dan murah melalui internet. Kecepatan evolusi teknologi informasi dalam
memanfaatkan internet untuk mengembangkan jaringan dalam manajemen
database sangat ditentukan oleh kesiapan manajemen dan ketersediaan sumber
daya yang memadai. Namun evolusi tersebut bukan pula berarti bahwa institusi
yang bersangkutan harus secara sekuensial mengikuti tahap demi tahap yang ada,
namun bagi mereka yang ingin menerapkan manajemen database dengan “aman”
dan “terkendali”, alur pengembangan aplikasi secara bertahap merupakan pilihan
yang baik.
Sistem informasi dengan apapun itu tentu sangat dibutuhkan dalam
berberbagai disiplin ilmu. Perkembangan informasi teknologi yang semakin pesat
saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem yang
terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu Rumah
Sakit. Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang
kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal,
serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta
lingkungan yang terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk
mempermudah dalam pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya
sudah menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan penggunakan metode
komputerisasi, proses penginputan data, proses pengambilan data maupun proses
pengupdate-an data menjadi sangat mudah, cepat dan akurat.

1
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah SIK.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kerugian sistem informasi kesehatan.
2. Untuk mengetahui tantangan sistem informasi kesehatan.
3. Untuk mengetahui kondisi positif sistem informasi kesehatan.
4. Untuk mengetahui peluang sistem informasi kesehatan.

C. Manfaat Penulisan
a. Dapat menambah pengetahuan mengenai sistem informasi kesehatan,
khususnya dalam pelayanan kebidanan.
b. Dapat menjadi sumber pustaka bagi pembaca.

D. Pembatasan Masalah
Pembahasan ini membatasi pembahasan hanya kerugian, tantangan,
kondisi positif dan peluang sistem informasi kesehatan.

E. Rumusan Masalah
a. Apa saja kerugian sistem informasi kesehatan
b. Apa saja tantangan sistem informasi kesehatan
c. Apa saja kondisi positif sistem informasi kesehatan
d. Apa saja peluang sistem informasi kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerugian Sistem Informasi Kesehatan


Berikut ini beberapa kerugian yang dimiliki oleh Sistem Informasi
Kesehatan:
1. Pemerintah/Governance
Sejak desentralisasi tahun 2000, peran Kementerian Kesehatan dalam
mengelola SIK semakin penting. Tanpa pengelolaan dan kebijakan yang
kuat, setiap pemerintah daerah akan mengadopsi sistem masing masing yang
berbeda dan tidak “interoperable” – yakni, tidak bisa saling komunikasi
antara satu sistem dengan yang lain.
2. Aspek legal masih lemah.
Adanya landasan hukum untuk mendukung keberhasilan berjalannya
sebuah sistem informasi mutlak diperlukan. Hal ini juga merupakan bentuk
komitmen dari seluruh komponen yang terlibat dalam suatu sistem informasi.
Peraturan perundang-undangan untuk penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan baik di tingkat transaksi layanan kesehatan maupun di tingkat
pelaporan dirasa masih lemah. Peraturan perundang-undangan yang ada juga
belum secara spesifik menjawab kebutuhan integrasi sistem informasi
kesehatan. Di beberapa kabupaten/kota belum ada landasan hukum yang
cukup kuat untuk mengimplementasi sistem informasi kesehatan di daerah
yang seharusnya berlaku secara terintegrasi. Walaupun beberapa peraturan
perundangundangan yang ada seperti UU ITE, UU KIP, PP PSTE, PP SIK,
dan lain-lain dapat dijadikan acuan. Namun peraturan perundang-undangan
yang spesifik mengatur secara teknis penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan perlu disiapkan seperti peraturan perundang-undangan terkait
rekam medis/kesehatan elektronik.
3. Fragmentasi dan sistem paralel terlalu membebankan
Yang paling fundamental adalah permasalahan fragmentasi. Hal ini
disebabkan SIK Indonesia mempunyai banyak “sub-sistem” yang berjalan

3
secara paralel sesuai kebutuhan pemangku kepentingan yang berbeda, yang
akhirnya membuat petugas di lapangan kewalahan dalam mengkompilasi dan
melaporkan data yang diperlukan. Dengan beban laporan yang begitu berat
dalam pelayanan kesehatan, menimbulkan resiko petugas fasilitas kesehatan
untuk membuat kesalahan dalam pencatatan/rekapitulasi menjadi sangat
tinggi dan juga laporan menjadi sering terlambat dikirim. Yang paling buruk
adalah data yang berbeda dilaporkan untuk variabel yang sama dalam fasilitas
yang sama.

4. Pemanfaatan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) masih kurang


Pemanfaatan TIK dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dan
pengelolaan data yang belum optimal. Hampir sebagian besar daerah
dan pusat telah memiliki infrastruktur TIK untuk mendukung pelaksanaan
sistem informasi kesehatan, namun fasilitas TIK tersebut belum secara
optimal dimanfaatkan. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor,
seperti kemampuan sumber daya manusia yang masih terbatas, tidak
berfungsinya perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi pengelolaan
data kesehatan, tidak tersedianya prosedur pengoperasian (SOP) atau
petunjuk manual untuk mengoperasikan perangkat keras maupun perangkat
lunak aplikasi pengolahan data. Banyak pula fasilitas komputer dan
infrastruktur TIK yang akhirnya kadaluarsa atau rusak sebelum
SIK diimplementasikan. Fasilitas yang digunakan pada umumnya tidak
mempunyai standar minimum kebutuhan dan cenderung bervariasi baik
dalam spesifikasi perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Hal ini dapat
mengakibatkan ketidaksesuaian ketika akan dilakukan integrasi.

1. Dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dibidang


teknologi informasi dan komunikasi.
2. Persebaran sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dibidang
teknologi informasi dan komunikasi tidak merata
Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia masih rendah. Sumber daya
manusia memegang peranan penting dalam keberhasilan implementasi
sistem informasi kesehatan. Namun kondisi saat ini baik di pusat maupun

4
daerah masih terdapat keterbatasan baik dalam hal kuantitas maupun kualitas
tenaga pengelola sistem informasi kesehatan. Selama ini, di beberapa daerah,
pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang merangkap
jabatan atau tugas lain, yang dalam kenyataannya mereka tidak dapat
sepenuhnya bekerja mengelola data dan informasi karena insentif yang tidak
sesuai sehingga mereka memilih pekerjaan paruh waktu di tempat lain.
Kerugian ini masih ditambah lagi dengan kurangnya keterampilan dan
pengetahuan mereka di bidang informasi, khususnya teknologi informasidan
pemanfaatannya. Selama ini sudah terdapat jabatan-jabatan fungsional untuk
para pengelola data dan informasi, seperti pranata komputer, statistisi,
epidemiolog, keamanan informasi, dan seterusnya. Namun
belum dimanfaatkan betul.

7. Biaya awal yang cukup mahal meski selanjutnya lebih murah (investasi
jangka informasi).
8. Bergantung pada sumber listrik
Karena menggunakan komputer, semua hal yang berhubungan dengan
teknologi informasi untuk kesehatan bergantung pada sumber listrik. Apabila
listrik padam, maka segala pekerjaan yang berkaitan dengan penyimpanan
dan pengolahan data akan sulit untuk dilakukan menggunakan komputer. Hal
ini tentu akan mengganggu pelayanan yang akan diberikan kepada para
pasien di rumah sakit.
9. Bergantung pada aplikasi
Selain bergantung pada sumber listrik, penggunaan teknologi informasi
untuk kesehatan juga bergantung pada aplikasi yang digunakan. Jika aplikasi
yang digunakan sering bermasalah, maka pelayanan kepada pasien juga akan
buruk. Untuk itu, gunakan aplikasi yang tepat agar pelayanan kepada pasien
dapat dilakukan secara maksimal.
10. Perlu pelatihan khusus
Tidak semua orang dapat bekerja dengan komputer secara akrab, hal ini
memberikan kesulitan tersendiri. Untuk dapat menggunakan sistem
komputerisasi tersebut maka petugas rumah sakit harus melakukan pelatihan

5
khusus. Terutama untuk menyesuaikan diri dalam menggunakan aplikasi
yang akan digunakan dalam pengolahan data pasien tersebut.

B. Tantangan Sistem Informasi Kesehatan


Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia sudah menujukan
banyak sekali kemajuan, hal ini bisa dibuktikan dengan telah dilaksanakannya
Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) online yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan
(KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. yang mana semua Provinsi, Kabupaten dan
Kota di Indonesia telah mendapat fasilitas tersebut. Selain itu pelatihan bagi
tenaga operator (user) juga telah dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk pencapaian
sasaran ke-14, dari 17 sasaran Departemen Kesehatan yang berbunyi
“Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan yang Evidence Based di Seluruh
Indonesia”.
Akan tetapi pada penerapannya Sistem Informasi Kesehatan di Indoensia
tentunya tidak mudah. Beberapa tantangan dalam implementasinya masih
banyak ditemui sehingga memerlukan kebijakan dan kerjasama yang terintegrasi
didalamnya. Diantaranya tantangan tersebut adalah:
1. Tantangan Globalisasi
Banyak ragam perangkat lunak Sistem Informasi Kesehatan sehingga
membingungkan unit operasional dalam menginputnya. Juga
membingungkan pihak pengambil kebijakan dalam menentukan model dan
sistem yang nantinya akan digunakan guna menghasilkan input, proses dan
output yang maksimal sesuai dengan kebutuhan yang ada.
a. Era globalisasi menyebabkan bebasnya pertukaran berbagai hal antar
negara seperti sumber daya manusia, IPTEK, dan lain-lain. Di bidang
kesehatan, hal ini akan dapat menimbulkan dampak negatif apabila tidak
dikelola dengan baik. Beberapa dampak negatif tersebut antara lain adanya
penyakit-penyakit serta gangguan kesehatan baru, masuknya investasi dan
teknologi kesehatan yang dapat meningkatkan tingginya biaya kesehatan,
serta masuknya tenagatenaga kesehatan asing yang menjadi kompetitor
tenaga kesehatan dalam negeri. Untuk menghadapi kemungkinan dampak

6
negatif yang terjadi seiring era globalisasi maka dukungan sistem
informasi sangatlah diperlukan. Sistem kewaspadaan dini untuk
mengintervensi permasalahan kesehatan sangatlah bergantung pada
pasokan data dan informasi yang akurat, cepat, dan tepat. Apabila era
globalisasi datang pada saat sistem informasi kesehatan nasional kita
belum kuat, maka dikhawatirkan akan membawa dampak-dampak negatif
yang merugikan
b. Sistem informasi kesehatan masih terfragmentasi. Sebagaimana diketahui
bahwa di bidang kesehatan telah berkembang berbagai sistem informasi
sejak lama tetapi satu sama lain kurang terintegrasi. Setiap sistem
informasi tersebut cenderung untuk mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya dan langsung dari fasilitas pelayanan kesehatan yang paling
bawah dengan menggunakan cara dan format pelaporan sendiri. Akibatnya
setiap operasional seperti Puskesmas dan Rumah Sakit yang harus
mencatat data dan melaporkannya sehingga Puskesmas dan Rumah Sakit
menjadi sangat terbebani. Dampak negatifnya adalah berupa kurang
akuratnya data dan lambatnya pengiriman laporan.
c. Ancaman keamanan informasi. Aspek keamanan informasi merupakan
aspek penting dalam penyelenggaraan suatu sistem informasi. Dewasa ini,
potensi ancaman keamanan informasi semakin tinggi sejalan dengan
konvergensi dunia dan semakin terintegrasinya semua sumber daya
teknologi informasi dan komunikasi. Potensi terjadinya cyber attact
semakin terbuka, dengan berbagai motif di antaranya bisnis, kriminal,
politik, dan sebagainya. Ancaman keamanan informasi dapat berasal dari
internal maupun eksternal organisasi dan dapat berupa orang, organisasi,
mekanisme, atau peristiwa yang memiliki potensi membahayakan. Oleh
karena itu, manajemen keamanan informasi menjadi suatu hal penting
yang harus mendapat perhatian. Manajemen keamanan informasi tidak
hanya dilakukan untuk menjaga agar sumber daya informasi tetap aman,
tetapi juga untuk menjaga organisasi agar tetap berfungsi setelah
terjadinya suatu bencana keamanan informasi. Demikian halnya dengan
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan, tentunya tidak akan terlepas

7
dari ancaman keamanan informasi. Hal itu sangat tergantung bagaimana
mengelola keamanan informasi sebaik-baiknya.
d. Tantangan ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah. Kondisi
ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah sangat berpengaruh
dalam implementasi teknologi informasi dan komunikasi, karena
perangkat teknologi informasi dan komunikasi sebagian besar berasal dari
impor. Setiap perubahan kondisi ekonomi global akan berpengaruh kepada
ekonomi dalam negeri. Kondisi ekonomi dalam negeri yang memburuk
tentunya dapat mempengaruhi kemampuan keuangan pemerintah. Oleh
karena itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu
cepat harus disikapi dengan cerdas dalam memanfaatkannya untuk
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Salahnya adalah bagaimana
memilih teknologi tepat yang mampu beradaptasi dengan perkembangan
teknologi untuk beberapa tahun ke depan (tidak cepat usang). Langkah lain
yang penting adalah melakukan analisis biaya manfaat.

2. Tantangan Otonomi Daerah (OTODA)


Tantangan otonomi daerah. Ini sebagai implementasi dari UU No. 2
tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga daerah
punya otoritas dalam menentukan arah kebijakan sendiri termasuk di
dalamnya mengenai arah kebijakan Sistem Informasi Kesehatan untuk
kabupatennya.
Faktor ancaman merupakan faktor eksternal atau lingkungan dari sistem
informasi kesehatan nasional. Faktor ini akan menghambat implementasi
sistem jika tidak disikapi dengan baik. Dengan perspektif lain sebuah
ancaman dapat juga dipandang sebagai sebuah tantangan di masa depan yang
harus bisa dihadapi. Beberapa faktor eksternal yang menjadi ancaman atau
tantangan yang mungkin muncul dalam pengembangan sistem informasi
kesehatan antara lain:
a. Otonomi daerah saat ini menyebabkan masing-masing daerah sibuk
mengerjakan urusannya sendiri, termasuk dalam menyusun prioritas untuk

8
pengembangan dan pengelolaan sistem informasi kesehatannya. Hal ini
tentu saja akan berdampak pada kelancaran integrasi sistem informasi
kesehatan yang diharapkan salah satunya dibangun dengan penguatan
SIKDA. Kondisi tersebut akan menyulitkan Pemerintah (dhi. Kementerian
Kesehatan) dalam memfasilitasi pengembangan sistem informasi
kesehatan di daerah, implementasi standarisasi dan pembenahan tata
kelola. Pembandingan dengan daerah lain (benchmarking) pun akan
mengalami kesulitan karena tidak adanya standar.
b. Pendanaan untuk sistem informasi kesehatan di daerah masih terbatas.
Aspek pendanaan dapat dinilai sebagai faktor kekuatan, namun terdapat
beberapa hal yang dapat pula dikategorikan sebagai faktor kerugian.
Alokasi dana untuk operasional, pemeliharaan, dan peremajaan sistem
informasi baik di pusat maupun di daerah, belum menjadi prioritas
penganggaran rutin sehingga dapat mengakibatkan operasional dan
pemeliharaan sistem tidak dapat dilakukan secara baik untuk menjaga
kesinambungan sistem informasi. Kemampuan pendanaan daerah yang
bervariasi dalam memperkuat sistem informasi kesehatan di daerah
berdampak pula pada keberhasilan penguatan sistem informasi kesehatan
secara keseluruhan
c. Kemampuan daerah dalam pengembangan sistem informasi kesehatan dan
pengelolaan data/informasi yang bervariasi. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa sebagian besar kabupaten/kota dan provinsi belum
memiliki kemampuan yang memadai dalam mengembangkan sistem
informasi kesehatannya, sehingga perlu dilakukan fasilitasi. Untuk
sebagian daerah yang telah memiliki kemampuanpun tampaknya
pengembangan yang dilakukan masih kurang mendasar dan komprehensif
serta belum mengatasi masalah-masalah mendasar dalam sistem informasi
kesehatan. Setiap upaya pengembangan cenderung menciptakan sistem
informasi kesehatan sendiri dan kurang memperhatikan keberlangsungan
sistem dan konsep integrasi sistem untuk efisiensi. Kondisi geografis,
khususnya pada daerah terpencil dan perbatasan juga berdampak pada
kemampuanuntuk membangun sistem informasi kesehatan daerah serta

9
optimalisasi pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi dan
kemampuan sumberdaya lainnya. Sementara itu, kemampuan untuk
melakukan manajemen data mulai dari pengumpulan, pengolahan, dan
analisis data serta penyajian dan diseminasi informasi baik di pusat dan
daerah masih belum optimal. Kemampuan untuk menghasilkan indikator
dan informasi kesehatan yang valid dan reliabel juga masih perlu
ditingkatkan.
d. Mekanisme monitoring dan evaluasi masih lemah. Kerugian-kerugian dan
berbagai permasalahan pada penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
tentunya dapat diidentifikasi dengan mekanisme monitoring dan evaluasi
serta audit sistem informasi kesehatan. Sayangnya, mekanisme monitoring
dan evaluasi belum ditata dan dilaksanakan dengan baik

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sistem informasi dengan apapun itu tentu sangat dibutuhkan dalam
berberbagai disiplin ilmu. Perkembangan informasi teknologi yang semakin pesat
saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem yang
terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu Rumah
Sakit. Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang
kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal,
serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta
lingkungan yang terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk
mempermudah dalam pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya
sudah menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan penggunakan metode
komputerisasi, proses penginputan data, proses pengambilan data maupun proses
pengupdate-an data menjadi sangat mudah, cepat dan akurat.

3.2 Saran
Saran untuk penulis menyadari, dalam penyusunan makalah ini belum
sepenuhnya sempurna. Untuk itu dapat kiranya kritik dan saran mengenai makalha
ini. Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, 2018. Nursing diagnosis application to cilinical practice. J.B.


Lipppicott Co. Philadephia.

Departemen Kesehatan. 2021. Kebijakan dan strategi PengembanganSistem


Informasi Kesehatan Nasional. Depkes. RI. Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai