Anda di halaman 1dari 11

PROSES DASAR DAN

RUANG LINGKUP PENGGARAPAN


SISTEM INFORMASI KESEHATAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


1. ARO IMAN SETIA LAOLI
2. OKTAVEMA GULO
3. SEPTINUS GEA
4. SINAR PERMATA HATI HAREFA
5. IRMA JOVITA HAREFA
6. IRENE JERNIH LAOLI

Dosen Pengampu : Nov Elhan Gea, Amd. Kom, SE, MM


Mata Kuliah : Tehnik Informasi

PRODI D-III KEPERAWATAN GUNUNGSITOLI


POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Dalam proses pembuatan makalah yang berjudul “Proses Dasar
Penggarapan Sistem Informasi Kesehatan”. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat dijadikan pedoman dan arahan bagi para pembaca. Penulis sadar bahwa
makalah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca. Agar penulis dapat membuat makalah
berikutnya yang lebih sempurna. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Gunugsitoli, Oktober 2021


Penulis,

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2
A. Proses Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan SIK ...................................... 2
1. Proses Dasar Penggarapan SIK.................................................................... 1
2. Ruang Lingkup SIK.................................................................. 4
BAB III PENUTUP .................................................................................... 7
A. Simpulan....................................................................................................... 7
B. Saran.......................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi
yang cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan
teknologi yang semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual
menjadi sistem yang terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran
pasien pada suatu Rumah Sakit. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi
pelayanan umum di bidang kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem
informasi yang akurat, handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya.
Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk mempermudah
dalam pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya sudah
menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan penggunakan metode
komputerisasi, proses penginputan data, proses pengambilan data maupun
proses pengupdate-an data menjadi sangat mudah, cepat dan akurat.
Internet merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan
perusahaan dengan domain publik, seperti individu, komunitas, institusi, dan
organisasi. Jalur ini merupakan jalur termurah yang dapat digunakan institusi
untuk menjalin komunikasi efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar
data dan informasi sampai dengan transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan
cepat dan murah melalui internet.
Kecepatan evolusi teknologi informasi dalam memanfaatkan internet untuk
mengembangkan jaringan dalam manajemen database sangat ditentukan oleh
kesiapan manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun
evolusi tersebut bukan pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan
harus secara sekuensial mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi
mereka yang ingin menerapkan manajemen database dengan “aman” dan
“terkendali”, alur pengembangan aplikasi secara bertahap merupakan pilihan
yang baik.

B. Rumusan Masalah
Apa saja Prinsip Dasar Penggarapan SIK ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa saja Prinsip Dasar Penggarapan SIK.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan SIK


1. Proses Dasar Penggarapan SIK
Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan oleh
berbagai program, baik dilingkungan Kementrian Kesehatan maupun
diluar sektor kesehatan. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian
Kesehatan tahun 2010/2014, terdapat target strategis untuk meningkatkan
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Agar SIK dapat menyediakan
data / informasi yang handal, memperbaiki permasalahan-permasalahan
SIK dan mencapai target Renstra tersebut, maka perlu disusun suatu
Rencana Aksi Penguatan atau Roadmap SIK yang komprehensif dengan
mengintegrasikan upaya-upaya pengembangan dan penguatan SIK, yang
melibatkan semua pemangku kepentingan terkait.
Jaringan SINKAS adalah sebuah koneksi / jaringan virtual sistem
informasi kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan
dan hanya bisa diakses bila telah dihubungkan. Jaringan SINKAS
merupakan infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi dengan
menggunakan Wide Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi yang
mencakup area yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh
antara Local Area Network (LAN), yang berbeda, dan arsitektur jaringan
local computer lainnya.
Pengembangan jaringan computer (SINKAS) online diterapkan
melalui keputusan Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.
Dengan tujuan pengembangan SINKAS online adalah untuk
menjembatani permasalahan kekurangan datadari kabupaten / kota ke
Depkes pusat dan memungkinkan aliran data kesehatan dari kabupaten / kota
ke Pusdatin karena dampak adanya kebijakan desentralisasi bidang kesehatan
di seluruh Indonesia.

Gambar 1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

2
Pada model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling
terkait yaitu:

a. Sumber Data Manual


Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang
masih dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Metode
SIK Nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi masih tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas
kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur, antara lain
pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet. Fasilitas
pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan
melakukan pencatatan, penyimpanan, dan pelaporan berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data
rekapan / agregat ke dinas kesehatan kabupaten / kota. Fasilitas
pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam
bentuk softcopy
berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Bagi petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang
belum komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data
rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi
yang sudah komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy
untuk dilakukan penggabungan data di puskesmas.

b. Sumber Data Komputerisasi


Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data
yang sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung
dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah
ditentukan. Selain itu juga akan dikembangkan program mobile health
(mHealth) yang dapat langsung terhubung ke sistem informasi puskesmas
(aplikasi S IKDA Generik).

c. Sistem Informasi Dinas Kesehatan


Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas
kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali
milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat) dapat berupa
laporan softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy diimpor
dalam aplikasi SIKDA generic, selanjutnya semua bentuk laporan
diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi
melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
laporan dari fasilitas kesehatan milik povinsi.

3
d. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan
terkait kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan
pemangku kepentingan disemua tingkatan dilakukan dengan mekanisme
yang disepakati.

e. Bank Data Kesehatan Nasional


Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua
data kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu
unit-unit program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung
ke sumber data.

f. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan


Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan
Nasional dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementrian
Kesehatan dan UPT-nya serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.
g. Pengguna Data
Semua pemangku kepentingan yang tidak / belum memiliki
sistem informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi
kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data
Kesehatan Nasional melalui website Kementrian Kesehatan.
Namun sebesar apapun r encana pasti ada juga ke lamahan dan
kemerosotan yang terjadi. Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi
dipandang bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal ini
dikarenakan belum adanya infrastruktur yang memadai di daerah dan
juga pencatatan dan pelaporan yang ada (produk sentralisasi) banyak
overlaps sehingga dirasakan sebagai beban oleh daerah.
Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak
rumah sakit dan klinik-klinik yang menggunakan Sistem Informasi
Kesehatan sesuai yang dibutuhkan di pelayanan kesehatan tersebut
walaupun tidak menyeluruh seperti di Negara Jepang contohnya.
Berkembangnya teknologi informasi saat ini seharusnya bisa
dimanfaatkan dalam pembentukan sistem informasi kesehatan yang
menyeluruh. Terkendala dengan penjangkauan kepada masyarakat
Indonesia yang berada di pelosok yang sulit untuk di data dan sulit untuk
menerima informasi baru dari luar yang mereka anggap asing. Masih tabu
dan kentalnya budaya beberapa kelompok masyarakat di Indonesia
membuat sistem informasi belum menyeluruh.

2. Ruang Lingkup Penggarapan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)


Terdiri dari Pengelolahan Informasi dan struktur manajemen SIK, antara
lain :
a. Pengumpulan data
b. Pengiriman data
c. Pengolahan data

4
d. Analisis data
e. Presentasi informasi untuk perencanaan dan manajemen. (WHO. 2004)

Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup


pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office
management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut :
a. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai
keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran
rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
b. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit
dalam, bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT,
mata, gigi dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru,
umum, UGD, dan lain- lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat
diagnose dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan
rekam medis pasien.
c. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap
pasien, konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
d. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan
seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan
lain-lain.
e. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk
rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi,
rehab medik), baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien
(laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan
lain-lain.
f. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan
transaksi obat-obatan.

Melalui lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporan-


laporan mengenai :
a. Pendapatan rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan
tahunan).
b. Penerimaan kasir secara periodik.
c. Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien.
d. Rekam medis pasien.
e. Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan.
f. Data morbiditas pasien rawat inap.
g. Data morbiditas pasien rawat jalan.
h. Manajemen ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik.
i. Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik.
j. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap .
k. Grafik yang menunjang dalam pengambilan keputusan.
l. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan.
5
Untuk memudahkan penyajian informasi tersebut, maka laporan-
laporan tersebut dapat diekspor ke berbagai macam format antara lain :
a. Comma separated value (CSF), Data Interchange Format ( DIF),
b. Excel (XLS versi 2.1, 3.0, 4.0, 5.0, dan 5.0 tabular),
c. HTML 3.0 (draft standard), 3.2 (extended & standard),
d. Lotus 1-2-3 (WK1, WK3, WK5),
e. ODBC,
f. Rich Text Format (RTF), ext,
g. Word for Windows Document.

6
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
kesehatan merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif
memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua
jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya
data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat
disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana
dengan baik.

B. Saran
Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan sistem informasi kesehatan.
Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka
sebaiknya sistem informasi yang dikembangkan, disesuaikan dengan kebutuhan
dan karakteristik daerah.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ganinov, Ivan Tinarbudi dkk. 2016. Sistem Informasi Kesehatan. Yogyakarta :


Parama Publishing.
Hatta. 2013. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan R evisi 2. Jakarta : UI Press.
Pusat Data Informasi. 2011. Petunjuk Teknis Sistem Informasi Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai