Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Disusun Oleh:

Febriani Dwi Putri (1615301009)


Denty Afriyanti (1615301044)
Imelda Santi Pratiwi (1615301038)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN DIV KEBIDANAN
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridho
Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, dan kita tahu semua walaupun manusia
merupakan makhluk yang sempurna ciptaan Allah SWT dari makhluk lainnya, tetapi tak
ada satupun manusia yang tak luput dari kesalahan, jadi apabila ada kesalahan dalam
makalah ini saya mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang mendukung
untuk kebaikan makalah ini sangat kami harapkan, semoga makalah ini dapat berguna
bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Massalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perspektif Sistem Informasi Kesehatan ........................................ 4
2.1.1 Perspektif Fungsional ................................................................ 4
2.1.2 Perspektif Arsitektur Teknologi ................................................ 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................ 14
3.2 Saran .......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design and


implementation of health information system” Geneva (2000), adalah suatu sistem
informasi kesehatan yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari
suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan
informasi sebagai proses pengambilan keputusan di segala jenjang. Untuk mendukung
pelaksanaan sistem informasi kesehatan tersebut pada tahun 2002 pemerintah melalui
Menteri Kesehatan pengembangan sistem informasi kesehatan daerah (SIKDA)”.
Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan data dan informasi yang tepat,
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan keberadaannya karena
merupakan sumber utama dalam pengambilan kebijakan untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional.Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan
kondisi positif yang akan sangat mendukung berkembangnya sistem informasi
kesehatan, hal ini juga sangat berguna dalam pengambilan keputusan bisa lebih mudah
jika semua informasi yang dibutuhkan sudah tersedia. Untuk tujuan itu sistem informasi
kesehatan perlu dibangun dengan mengorganisir berbagai data yang telah dikumpulkan
secara sistematik, memproses data menjadi informasi yang berguna.
Pada tahun 2007 pusat data dan informasi melakukan evaluasi SIK di Indonesia
dengan menggunakan perangkat Health Metricts Network-World Health Organization
(HMN-WHO) evaluasi ini meliputi 6 komponen utama SIK yaitu sumber daya (meliputi
pengelolaan dan sumber daya), kualitas data, diseminasi dan penggunaan data, hasil
yang diperoleh adalah SIK ada tapi tidak adekuat untuk sumber daya (47%), indikator
(61%), sumber data (51%), kualitas data (55%), penggunaan dan diseminasi data (57%),
untuk manajemen data (35%), sehingga secara umum hasil ini menunjukkan bahwa
keseluruhan SIK masih perlu ditingkatkan lagi (Kepmenkes Nomor 192, 2012).

1
Menurut Wahyudi (2011), kebijakan pemerintah dalam pengembangan sistem
informasi telah ada, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-kendala
dan hambatan yang dihadapi, pengembangan sistem informasi kesehatan baik di tingkat
pusat maupun daerah belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya karena keterbatasan sistem
yang dikembangkan,kemampuan daerah, dan sumber daya manusia.
Dinas Kesehatan sebagai salah satu organisasi pemerintah yang mempunyai
tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas tugas
pembantuan di bidang kesehatan dan juga fungsi merumuskan kebijakan teknis di
bidang kesehatan. Kinerja pelayanan kesehatan dapat meningkat melalui dua fungsi di
atas dipengaruhi oleh aspek sumber daya kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan
menajemen kesehatan
(Depkes, 2004). Salah satu aspek yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan
Kota atau Kabupaten seperti yang disebutkan di atas adalah aspek manajemen
kesehatan, dimana Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten mempunyai tugas mengelola
data dan informasi yang diperoleh baik dari puskesmas, rumah sakit, maupun sarana
pelayanan kesehatan yang lain.Sehubungan hal tersebut maka Dinas Kesehatan Kota
atau Kabupaten membutuhkan pengelolaan sistem informasi kesehatan yang baik agar
dalam pengambilan keputusan kebijakan pemerintah bisa lebih tepat sesuai kebutuhan
daerahnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana prespektif sistem informasi kesehatan?
1.2.2 Bagaimana prespektif fungsional pada sistem informasi kesehatan?
1.2.3 Bagaimana prespektif arsitektur teknologi pada sistem informasi kesehatan?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mahasiswa mampu mengetahui prespektif sistem informasi kesehatan
1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui prespektif fungsional pada sistem informasi
kesehatan
1.3.3 Mahasiswa mampu mengetahui prespektif arsitektur teknologi pada sistem
informasi kesehatan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prespektif Sistem Informasi Kesehatan

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh


tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
Tujuan sistem informasi kesehatan;
1. Setiap kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh
masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-
baiknya oleh pelaku-pelakunya.
2. Membuat suatu sistem informasi terpadu di bidang kesehatan masyarakat dengan
mengikut sertakan petugas kesehatan dan para stake holder.
3. Membuat Basis Data integritas di bidang kesehatan berbasis eviden base pada
setiap level pelayanan kesehatan.
4. Membuat standarisasi aplikasi sistem informasi di bidang kesehatan dengan
membangun landasan dan format dasar dari setiap level kesehatan.
Sistem informasi kesehatan dapat dibedakan dalam berbagai perspektif (Van de Velde
dan Degoulet, 2003);
1. Perspektif Fungsional
2. Perspektif Arsitektur Teknologi

2.1.1 Prespektif Fungsional pada Sistem Informasi Kesehatan

Secara fungsional Sistem Informasi Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3


macam sistem informasi, yaitu sistem informasi rumah sakit, sistem informasi kesehatan
publik, dan system informasi klinis.
1. Sistem Informasi Rumah Sakit
Menurut catanan Van de Velde dan Degoulet (2003), Sistem Informasi Rumah Sakit di
negara-negara maju, terutama Amerika, dikembangkan sejak tahun 1960an. Pada tahap

4
awal kemunculannya, Sistem Informasi Rumah Sakit telah menggabungkan fungsi
adminsitratif dan medis. Meski demikian, tidak jarang focus awal pengembangan
Sistem Informasi, baik yang diaplikasikan di bidang kesehatan maupun dibidang lain,
dimulai pada urusan keuangan.
Pada tahap awal ini, Sistem Informasi Rumah Sakit cenderung bersifat
otomatisasi proses, yang sebelumnya mengadalkan manusia yang potensi
kesalahannnya besar, digantikan dengan Sistem Informasi dengan tingkat akurasi yang
lebih tinggi dan menghemat waktu dalam pelayanan.

Berikut akan disajikan gambar tipikal alur layanan media di rumah sakit.

5
Di Amerika, pada tahun 1980an, Sistem Informasi Rumah Sakit berkembang
pada tahap yang lebih lanjut dengan fokus pada produktivitasnya. Sistem informasi
pendukung keuangan yang sebelumnya didasarkan pada fee-per-service digantikan
dengan biaya-biaya penggunaan sumber daya, seperti obat-obatan. Pada sisi medis,
sistem informasi yang sebelumnya cenderung mengotomatisasi proses yang sudah ada,
menjadi sistem informasi yang mendukung dokter, perawat, dan lembaga penyedia jasa
kesehatan lainnya dalam memberikan layanan kepada pasien. Tujuan Sistem Informasi
Rumah Sakit yang dikembangkan adalah untuk meningkatkan layanan kepada pasien
dan kualitas pengambilan keputusan.

2. Sistem Informasi Kesehatan Publik


Sistem Infromasi kesehatna Publik muncul karena tuntunan akan integrasi
informasi yang tersebar. Perkembangan bidang ini dan diseminasi pengetahuan dan
keahlian informatika kepada professional kesehatna public adalah kunci pembuka
potensi Sistem Informasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan publik.
Jika Sistem Informasi Rumah Sakit terbatas pada fungsi dukung operasional dan
medis di lingkup rumah sakit, Sistem Informasi Kesehatan Publik mempunyai cakupan
yang lebih luas. Kantor-kantor pemerintah yang mengurusi kesehatan dan lembaga
layanan kesehatan non rumah sakit pun, seperti Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) masuk dalam ranah Sistem Informasi Ini.Fungsi surveillance atau

6
pemantauan perkembangan kondisi kesehatan masyarakat (seperti pemantauan epidemi
dan lain sebagainya) dapat dimasukkan ke dalam satu fitur sistem informasi kesehatan
publik ini. Pada intinya, koordinasi segala aspek pelayanan kesehatan bagi masyarakat
secara umum yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan dari
tingkat paling dasar seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan sebagainya, hingga tingkat
Pemerintah Pusat akan tercakup dalam Sistem Informasi Kesehatan Publik.

3. Sistem Informasi Klinis


Tujuan utama pembuatan Sistem Informasi Klinis adalah untuk mengurangi
biaya dengan memberikan informasi yang membantu dokter untuk mengambil
keputusan dalam aktivitas sehari-hari.Sistem Informasi Klinis tidak hanya membantu
dokter dalam menagani masalah administratif pasien, tetapi lebih dari itu, untuk
meningkatkan kualitas layanan kepada pasien. Sistem informasi klinis dapat didukung
dengan sistem pendukung kepututsan, yang di antaranya membantu dalam diagnose
penyakit dan menentukan tindakan medis.
Terdapat dua pertimbangan sekaligus yang digunakan dalam menggunakan
Sistem Informasi Klinis, yaitu pertimbangan ekonomis untuk efisiensi dan
pertimbangan medis untuk meningkatkan kualitas layanan. Sistem Informasi Klinis ini
dapat diadopsi pada level individu dokter atau lembaga pelayanan kesehatan non rumah
sakit

2.1.2 Prespektif Teknologi pada Sistem Informasi Kesehatan

Pada era teknologi yang semakin lebih dekat kea rah mobilitas pengguna, tiga
pengembangan terpenting dalam system informasi kesehatan adalah pengembangan
sistem informasi berbasis pada kompinen objek, sistem terdistribusi, dan teknologi
mobile.

1. Sistem informasi Berbasis Komponen Objek


Teknologi berbasis pada komponen objek mengubah paradigm tegnologi
berbasis pada perpindahan data (data-driven technology) menjadi arsitektur berbasis

7
pada pengetahuan (knowledge-driven technology) yang menekankan pada proses
penyelesaian masalah. Dengan basis pada komponen objek, memungkinkan aturan
bisnis, kebijakan, dan berbagai macam peraturan yang lain diintegrasikan ke dalam
system informasi. Komponen merupakan unit dari software yang membangun
keseluruhan system. Setiap komponen merupakan proses tersendiri yang memiliki
masukan dan atau keluaran.
Pengembangan Sistem Informasi kesehatan berbasi objek memungkinkan
system dikembangkan secara modular (berbasis pada komponen) yang memungkinkan
proses penambahan fitur dan fungsionalitas secara lebih mudah di masa depan. Setiap
modul akan memiliki property, dan memiliki method yang dipergunakan untuk
memanipulasi property yang dia miliki untuk diberikan output sesuai yang diinginkan.

2. Sistem terdistribusi
Dalam era keterbukaan dan era keterhubungan maka diperlukan mekanisme
yang dapat menghubungkan antar satu system dengan system yang lain. Proses
keterhubungan ini menjadi kompleks ketika tiap dibangun dengan platform dan system
yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah rumah sakit dapat melayani proses booking
kamar pasien secara online dan melayani pembayaran tagihan rumah sakit melalui
internet banking. Setiap system yang terkait, yakni system informasi rumah sakit,
system perbankan yang melayani pembayaran, dan user interface pembayaran, harus
terhubung dengan mekanisme yang memungkinkan mereka bertukar data yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proses tersebut.
Mekanisme distribusi yang dimungkinkan adalah dengan menggunakan web,
CORBA, DCOM, dan web services. Dengan menggunakan system terdistribusi, data
akan dikirimkan ke antar system yang berbeda, dan dikirimkan melalui jaringan
computer. Dalam lingkungan terdistribusi, aplikasi yang berjalan merupakan kumpulan
intteraksi dari berbagai kkomponen, yakni objek data, objek aplikasi, dan user interface.

3. Mobile Communication
Saat ini teknologi mobile seperti handphone, PDA (personal digital assistant),
dan berbagai macam teknologi wireless lainnya memungkinkan proses komputasi dan

8
pemanfaatan system informasi kesehatan dipergunakanj oleh pengguna yang secara
fisik tidak terhubung secara langsung dengan system. System ini memungkinkan akses
terhadap sistem informasi kesehatan secara remote maupun secara llokal baik dari sisi
administrator maupun pengguna sevara umum (regular user) Sistem informasi
kesehatan dapat diintegrasikan dengan teknologi mobile yang populer seperti SMS,
MMS, atupun dapat berupa apliikasi yang diinstal diperangkat sperti handphone
ataupun PDA dengan teknologi seperti java mobile, Symbian atau Pocket PC
application.Aplikasi mobile ini dapat diintegrasikan dengan konsep sistem terdistribusi.
Dengan sistem yang diintegrasikan, pengguna akan dimudahkan untuk
mengakses data-data kesehatan yang mereka miliki tanpa harus dating kelokasi. Sebagai
contoh, seorang pasien yang melakukan cek darah di sebuah laboratorium, akan segera
mendapatkan hasilnya dua jam kemudian, dan hasil ini dapat diakses dengan
menggunakan internet. Pada contoh lain, seorang dokter dapat langsung terhubung
dengan rekam medis seorang pasien dengan menggunakan PDA yang terhubung dengan
sistem jaringan yang ada dalam rumah sakit yang bersangkutan. Bahkan ketika antar
rumah sakit sudah terintegrasi satu dengan yang lain, melalui sistem terdistribusi salah
satunya, seorang petugas rekam medis dirumah sakit sebelumnya dari seorang pasien
rujukian pun sudah dapat segera diakses, untuk kemudian diberikan penanganan yang
tepat.

3. Service Oriented Architecture

Dalam konsep Sistem Informasi Service Oriented Architecture, semua


komponen software (atau unit-unit fungsional yang terbuka bagi entitas lain untuk
menjalankannya atau mengkonsumsinya melalui jaringan) dimodelkan sebagai
sebuah services. Contohnya adalah pada proses pemesanan (booking) kamar pasien
sebagaimana telah dijelaskan pada poin sebelumnya di atas, menunjukkan bahwa pada
setiap sistem yang terhubung terdapat komponen software (atau unit fungsi) yang
bersifat terbuka, yang dapat dieksekusi (dikonsumsi) oleh sistem yang lain.

9
Service Oriented Architecture memfokuskan pada service antarmuka, dimana
konsep yang sebenarnya mirip dengan arsitektur software tradisional yang berbasis
komponen, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar, yakni fokusnya yang bergeser
kepada pembangunan service yang diapnggil melalui jaringan. Desainer Sistem
Informasi Service Oriented Architecture tidak membangun sebuah program yang terdiri
dari komponen software, akan tetapi mereka akan membangun serviceyang
memiliki interface dan memungkinkan untuk dipergunakan dalam konteks bisnis yang
bermacam-macam.

Kunci utama dari sebuah Sistem Informasi Service Oriented Architecture adalah
deskripsi service. Service ini akan dipublikasikan oleh service provider ke service
registry. Service description akan memberikan sebuah hasil dari operasi pencarian yang
dilakukan oleh service requestor. Adapun informasi yang diberikan akan dipergunakan
untuk memanggil web service yang diberikan oleh penyedia service. Dengan konsep
Sistem Informasi ini, Sistem Informasi Kesehatan dapat dikembangkan tanpa perlu
mempertimbangkan kesamaan teknologi yang membangun antar entitas (sistem). Yang
perlu mendaptkan perhatian adalah bagaimana service dapat dipergunakan untuk
menjembatani tiap proses yang berkepentingan dalam interaksi antar entitas. Tidak
setiap proses atau fungsi bersifat terbuka antara entitas satu dengan entitas yang lain.

10
Akan tetapi keterbukaan yang diwujudkan dalam bentuk service hanya akan terjadi pada
unit atau fungsi yang membutuhkan proses komunikasi.
Pilihan teknologi yang dipergunakan, apakah berbasis web, ataukah berbasis aplikasi
desktop, atau lebih detail lagi dalam basis web, apakah hendak dibangun dengan Java,
Net, Framework, atau PHP dan lain sebagainya. Serta dalam desktop semisal dengan
Visual Studio ataukah dengan Delphi, dan lain sebagainya. Hal tersebut sangatlah
ditentukan oleh kebutuhan bisnis dari setiap entitas terkait. Setiap teknologi akan
didesain sesuai dengan kebutuhan masing-masing entitas bisnis. Misalnya apabila
teknologi tersebut dikaitkan dengan masalah keamanan, kehandalan, atau bahkan biasa
atau tidak biasanya entitas tersebut dengan suatu teknologi.

4. Arsitektur Berbasis Web Services

Seiring dengan meningkatnya penggunaan internet, komponen-komponen yang


dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi dapat tersedia secara terpisah-pisah. Keberadaan
jaringan (atau dalam hal ini adalah internet), memungkinkan setiap komponen tersedia
dengan mudah selama mereka terhubung ke dalam jaringan. Salah satu mekanisme yang
kini banyak dipergunakan untuk menjalankan fungsi dan aplikasi terdistribusi
adalah Web Services. Web Services merupakan konsep bagian dari business logic yang
dapat diakses oleh jaringan, terletak di sembarang tempat di internet, dan dapat diakses
melalui teknologi standar dan internet (HTTP dan XML). Web Services berfungsi
sebagai alat perantara untuk mengirimkan dan menerima pesan. Pesan yang dikirimkan
dapat berupa permintaan untuk mengeksekusi sebuah prosedur atau fungsi yang terletak
di tempat lain (remote) atau data yang dikirimkan dalam format XML.

Web Services berbeda dengan layanan web yang harus dikirimkan dan diterima
dengan aplikasi browser. Web Services dapat dipergunakan dalam berbagai macam
aplikasi, baik berbasis pada web (menggunakan browser) ataupun berbasis pada aplikasi
desktop, ataupun berbasis pada platform yang lain selama semua aplikasi tersebut
terhubung ke dalam jaringan, baik Inter maupun Intranet. Layanan Web
Services tersedia dengan API (Application Programming Interface) sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya.

11
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengimplementasi Web Servicesadalah
sebagai berikut:

1. Komponen yang dimiliki oleh setiap sistem yang berbeda dapat diintegrasikan
dalam platform yang bersifat heterogen, baik dari sisi sistem
operasinya, application server, maupun bahasa pemrograman yang
dipergunakan.
2. Proses bisnis dari Sistem Informasi Kesehatan dapat berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan yang muncul. Untuk itu dibutuhkan solusi yang fleksibel
yang memungkinkan perubahan dapat dilakukan kapan pun jika diinginkan.
3. Data yang ada dalam sistem informasi dibutuhkan oleh banyak pihak terkait,
tidak hanya aplikasi utama yang membutuhkan data dari sistem Web Services
memungkinkan ketersediaan data untuk berbagai kalangan/pihak.
4. Kebutuhan mengotomatisasi proses dalam pertukaran data dengan
meminimalisir interaksi manusia.
5. Mobile Communications

Dewasa ini, teknologi mobile seperti handphone, PDA (Personal Digital


Assistant), dan berbagai macam teknologi wireless lainnya memungkinkan proses
komputasi dan pemanfaatan Sistem Informasi Kesehatan diperguanakan oleh pengguna
yang secara fisik tidak terhubung secara langsung dengan sistem. Sistem ini
memungkinkan akses terhadap Sistem Informasi Kesehatan secara remote maupun
secara lokal, baik dari sisi administrator, maupun pengguna umum (regular user).
Sistem Informasi Kesehatan dapat diintegrasikan dengan teknologi mobile yang
populer, seperti SMS, MMS, ataupun dapat berupa aplikasi yang diinstal di perangkat
seperti handphone, ataupun PDA dengan teknologi seperti Java
Mobile, Symbian atau Pocket PC Application. Aplikasi mobile tersebut dapat
diintegrasikan dengan konsep sistem terdistribusi sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya.

Dengan sistem yang diintegrasikan, pengguna akan dimudahkan untuk


mengakses data-data kesehatan yang mereka miliki tanpa harus datang ke lokasi.

12
Sebagai contoh, seorang pasien yang melakukan cek darah di sebuah laboratorium, akan
segera mendapatkan hasilnya dua jam kemudian, dan hasil ini dapat diakses dengan
basis SMS, ataupun dapat diakses dengan menggunakan internet. Pada contoh yang lain,
seorang dokter dapat langsung terhubung dengan sistem jaringan yang ada dalam rumah
sakit yang bersangkutan. Bahkan ketika antar rumah sakit sudah terintegrasi satu dengan
yang lain, melalui sistem terdistribusi salah satunya, seorang petugas rekam medis di
rumah sakit sebelumnya dari seorang pasien rujukan pun sudah dapat segera diakses,
untuk kemudian diberikan penanganan yang tepat.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh


tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan dapat dibedakan dalam
berbagai perspektif (Van de Velde dan Degoulet, 2003);
1. Perspektif Fungsional
2. Perspektif Arsitektur Teknologi

3.2 Saran

Kami merasa pada makalah ini kami banyak kekurangan, karena kurangnya
referensidan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada pembaca agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Barsasella,Diana.2012.Sistem Informasi Kesehatan.Jakarta:Mitra Wacana Media

Tinarbudi,dkk.2006.Sistem Informasi Kesehatan.Yogyakarta:Nuha Medika

Habib,Hapsara. 2018. Percepatan Pembangunan diIndonesia. Yogyakarta:Gadjah Mada


University Press

15

Anda mungkin juga menyukai