Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

PENGANTAR SISTEM INFORMASI KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU:
Dra. Sri Siswati, Apt., S. H, M. Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Aulia Shalsabila (1911213022)


Budi Irawan (1811216013)
Fatimatuz Zahra Batubara (1911211034)
Melsi Eka Putri (1711212029)
Muthia Ikhsania (1911212055)
Putri Joelina Handri (1911212028)
Raudhatul Hasanah Af (1911212011)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, taufik,
hidayah, serta inayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah Administrasi Kebijakan Kesehatan dengan judul “Pengantar Sistem
Informasi Kesehatan” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun sebagai syarat melengkapi tugas Admistrasi Kebijakan
Kesehatan semester II tahun ajaran 2020 oleh Ibuk Dra. Sri Siswati, Apt., SH,
MKes. Penulis mengaku bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, sumbangan saran dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa kami
harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 10 April 2020

Kelompok 4

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7
2.1 Definisi Sistem Informasi Kesehatan (SIK).......................................................7
2.2 Urgensi Sistem Informasi Kesehatan..................................................................9
2.3 Peraturan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia........................................10
2.4 Sejarah Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia............................................12
2.5 Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia.........................................................13
2.6 Sumber Data SIK di Indonesia.........................................................................14
2.7 Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)............................................16
2.8 Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas.............................................18
2.9 Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Rumah Sakit.........................................20
BAB III PENUTUP........................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................24
3.2 Saran.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu bidang kesehatan yang saat ini sudah berkembang di berbagai
negara dalam mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yaitu e-
Kesehatan (e-Health). e-Kesehatan menurut WHO secara singkat adalah
penggunaan TIK untuk kesehatan. Dalam arti luas, e-Kesehatan berhubungan
dengan upaya meningkatkan arus informasi, melalui sarana elektronik, untuk
mendukung pelayanan kesehatan dan pengelolaan sistem kesehatan.
Istilah e-Kesehatan harus diartikan secara holistik, tidak hanya terkait pada
aspek teknis, tetapi juga menyangkut sikap dan pola pikir yang berwawasan
global dengan melihat pemanfaatan TIK tidak semata-mata untuk menunjang
pelayanan kesehatan dalam hubungan dengan kepentingan lokal ataupun nasional,
namun juga dalam kaitannya dengan kepentingan regional maupun dunia. Dalam
pertemuan KTT Dunia yang diadakan di Jenewa tahun 2003 telah dideklarasikan
tentang pemanfaatan potensi teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung Deklarasi Milenium dan diantaranya adalah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan.
Dalam pertemuan WHO ke 58 bulan Mei 2005 telah diadopsi Resolusi
WHA58.28 (World Health Assembly) yang menyatakan agar negara-negara
anggota mulai merencanakan pembangunan e-Kesehatan yang sesuai untuk
masing-masing negara. Pada tahun yang sama, WHO meluncurkan Observatory
Global for eHealth (GOe) , sebuah inisiatif yang didedikasikan untuk melakukan
studi terhadap evolusi e-Kesehatan dan dampaknya pada kesehatan di masing-
masing negara. Model Observatory yaitu menggabungkan peran koordinator
WHO regional dengan kantor pusat WHO untuk memantau perkembangan e-
Kesehatan di setiap negara di seluruh dunia melalui survei yang dilakukan sekali
dalam dua tahun.
Penataan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Kementerian Kesehatan sudah
diawali sejak tahun 1982 oleh unit kerja setingkat eselon 3 yaitu Bidang
Pengumpulan dan Pengolahan Data di Biro Perencanaan4 . Sejalan dengan

4
semakin meningkatnya peran pengelolaan data dan perkembangan kebutuhan
organisasi, maka pada tahun 1985 dibentuk Pusat Data Kesehatan yang
merupakan unit kerja setingkat eselon 2. Dalam perjalanannya Pusdakes
mengalami beberapa kali pergantian nama sampai akhirnya pada tahun 2010
ditetapkan menjadi Pusat Data dan Informasi sebagai pelaksana tugas
Kementerian Kesehatan di bidang data dan informasi kesehatan. Sebagai
sekretariat SIK, Pusdatin telah melakukan inisiatif penyusunan regulasi dan
standar SIK berupa rancangan peraturan pemerintah dan NSPK yaitu panduan
 ROADMAP (Peta Jalan) Rencana Aksi Penguatan SIK7 . Untuk memperkuat
penyusunan standar dan regulasi SIK dibentuk Komite Ahli dan Tim Perumus
Penyusunan Peraturan Pemerintah, Pedoman dan Roadmap Sistem Informasi
Kesehatan yang terdiri dari para ahli yang berasal dari berbagai
institusi/sektor yang mempunyai kaitan dan peran dalam Sistem Informasi
Kesehatan. Setelah tugasnya selesai, komite ini akan dilebur menjadi Komite
Ahli SIK. Pada tahun 2016, dalam tahap awal pelaksanaan pembangunan
kesehatan yang telah dijabarkan dalam bentuk kegiatan, indikator, target,
sampai dengan kerangka pendanaan dan kerangka regulasinya sebagaimana
telah dituangkan dalam Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Pusat Data dan
Informasi tahun 2015 - 2019 yang diterbitkan Pusdatin, terjadi reorganisasi
 Kementerian Kesehatan RI . Struktur organisasi Pusdatin mengalami sedikit
perubahan pada nama, tugas dan fungsi bidang dan sub bidang. Bersamaan
dengan masa transisi perubahan struktur organisasi dan pejabat di lingkungan
Pusdatin, pemerintah menetapkan
Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Kesehatan tahun 2016 yaitu :
a. Memperkuat upaya promotif dan preventif.
b. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
1. Pembiayaan kesehatan.
2. Penyediaan, distribusi, dan mutu sediaan farmasi, alkes, dan makanan.
3. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
4. Penguatan sistem informasi, manajemen, dan penelitian dan
pengembangan kesehatan.
5. Penyediaan, persebaran dan kualitas SDM kesehatan.

5
c. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
d. Meningkatkan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini antara lain :
1. Apa itu Sistem Informasi Kesehatan?
2. Apa yang dimaksud urgensi Sistem Informasi Kesehatan?
3. Apa saja peraturan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia?
4. Bagaimana sejarah Sisten Informasi Kesehatan di Indonesia?
5. Bagaimana Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia?
6. Apa saja yang menjadi sumber data Sistem Informasi Kesehatan?
7. Apa yang dimaksud SIKNAS?
8. Bagaimana SIK yang ada di puskesmas dan di rumah sakit?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penyusunan makalah ini agar seluruh mahasiswa mampu mengetahui
dasar-dasar Sistem Informasi Kesehatan

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Informasi Kesehatan (SIK)


Sistem informasi terdiri dari dua kata, yaitu System dan Information. Sistem
adalah kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu,
sedangkan informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih
berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini
atau mendatang (Davis, 1999).
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan
terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat Perturan perundang undangan. Bagian
atau ranah yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes
Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota.Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu dengan cara pengumpulan,
pengolahan, analisis data serta penyajian informasi.
Saat ini Sistem Informasi Kesehatan (SIK) masih terhambat serta belum
mampu menyediakan data dan informasi yang akurat, sehingga SIK masih belum
menjadi alat pengelolaan pembangunan kesehatan yang efektif. Perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang pesat memberikan kemudahan
dalam pengguatan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Saat ini sudah
ada kebutuhan-kebutuhan untuk memanfaatan TIK dalam SIK (eHealth) agar
dapat meningkatkan pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan oleh berbagai
program, baik di lingkungan Kementerian Kesehatan maupun diluar sektor
kesehatan. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun
2010-2014, terdapat target strategis untuk meningkatkan pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan. Agar SIK dapat menyediakan data/informasi yang handal,

7
memperbaiki permasalahan-permasalahan SIK dan mencapai target Renstra
tersebut, maka perlu disusun suatu Rencana Aksi Penguatan atau Roadmap SIK
yang komprehensif dengan mengintegrasikan upaya-upaya pengembangan dan
penguatan SIK, yang melibatkan semua pemangku kepentingan terkait.
2.1.1 Tujuan dari Sistem Informasi Kesehatan
Tujuan dari dikembangkannya sistim informasi kesehatan adalah:
1. Sistim informasi kesehatan (SIK) merupakan subsistem dari Sistim
Kesehatan Nasional (SKN) yang berperan dalam memberikan informasi
untuk pengambilan keputusan di setiap jenjang adminisratif kesehatan baik
di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota atau bahkan pada tingkat
pelaksana teknis seperti Rumah Sakit ataupun Puskesmas
2. Dalam bidang kesehatan telah banyak dikembangkan bentuk-bentuk Sistem
Informasi Kesehatan (SIK), dengan tujuan dikembangkannya berbagai
bentuk SIK tersebut adalah agar dapat mentransformasi data yang tersedia
melalui sistem pencatatan rutin maupun non rutin menjadi sebuah informasi.
2.1.2 Manfaat Sistem Informasi Kesehatan
World Health Organisation (WHO) menilai bahwa investasi sistem informasi
kesehatan mempunyai beberapa manfaat antara lain:
1. Membantu pengambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan
masalah kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya
2. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami,
serta melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan
Adapun manfaat adanya sistim informasi kesehatan dalam suatu fasilitas
kesehatan diantaranya:
1. Memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan dan mendapatkan
pelayanan kesehatan
2. Memudahkan fasilitas kesehatan untuk mendaftar setiap pasien yang
berobat
3. Semua kegiatan di fasilitas kesehatan terkontrol dengan baik (bekerja secara
terstruktur)

8
2.2 Urgensi Sistem Informasi Kesehatan
Telah jelas bahwasannya perkembangan tekhnologi saat ini sudah sangat
pesat, berkembangnya sistem informasi kesehatan suatu Negara dipengaruhi juga
oleh perkembangan tekhnologi nya. Sistem informasi kesehatan adalah hal yang
sangat urgen yang dibutuhkan setiap Negara dalam upaya peningkatan derajat
kesehatannya. Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan Menurut WHO, Sistem
Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building blocks” atau
komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu negara. Keenam komponen
(buliding blocks) Sistem Kesehatan tersebut ialah :
1. Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan)
2. Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis, vaksin, dan
Teknologi Kesehatan)
3. Health Workforce (Tenaga Medis)
4. Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan)
5. Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan)
6. Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan)
Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu :
1. Upaya Kesehatan
2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
3. Pembiayaan Kesehatan
4. Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan
7. Pemberdayaan Masyarakat
Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub
sistem ke 6 yaitu : Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan. Subsistem
Manajemen dan Informasi Kesehatan merupakan subsistem yang mengelola
fungsi-fungi kebijakan kesehatan, adiminstrasi kesehatan, informasi kesehatan dan
hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya
kesehatan nasional agar berdaya guna, berhasil gunam dan mendukung
penyelenggaraan keenam subsitem lain di dalam Sistem Kesehatan Nasional
sebagai satu kesatuan yang terpadu.

9
Urgensi Sistem Informasi Kesehatan dapat dilihat dari Manfaat Sistem
Informasi Kesehatan. Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang
dapat membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan
keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau kota,
propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :
 Mendukung manajemen kesehatan
 Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
 Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas
 Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan
bukti (evidence-based decision)
 Mengalokasikan sumber daya secara optimal
 Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
 Membantu penilaian transparansi

2.3 Peraturan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia


Dasar hukum pengembangan sistem informasi kesehatan di Indonesia:
1. Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan.
Desentralisasi pelayanan publik merupakan salah satu langkah strategis yang
cukup populer dianut oleh negara-negara di Eropa Timur dalam rangka
mendukung terciptanya good governance. Salah satu motivasi utama
diterapkan kebijaksanaan ini adalah bahwa pemerintahan dengan sistem
perencanaan yang sentralistik seperti yang telah dianut sebelumnya terbukti
tidak mampu mendorong terciptanya suasana yang kondusif bagi partisipasi
aktif masyarakat dalam melakukan pembangunan. Tumbuhnya kesadaran akan
berbagai kelemahan dan hambatan yang dihadapi dalam kaitannya dengan
struktur pemerintahan yang sentralistik telah mendorong dipromosikannya
pelaksanaan strategi desentralisasi.
2. Kepmenkes RI Nomor 511 tahun 2002 tentang Kebijakan Strategi
Pengembangan Sistim Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) dan
Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota

10
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007 tentang
Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan
Nasional
Ketiga Keputusan Menteri Kesehatan tersebut dikembangkan menjadi berbagai
strategi, yaitu:
1. Integrasi dan simplifikasi pencatatan dan pelaporan yang ada
2. Penetapan dan pelaksanaan sistim pencatatan dan pelaporan
3. Fasilitasi pengembangan sistim-sistim informasi kesehatan daerah
4. Pengembangan teknologi dan sumber daya
5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen dan
pengambilan keputusan
6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007 tentang
Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan
Nasional
Berdasarkan keputusan tersebut, direncanakan beberapa indikator pencapaian
setiap tahunnya, yaitu:
1. Terselenggaranya jaringan komunikasi data integrasi antara 80% dinas
kesehatan kabupaten/kota, dan 100% dinas kesehatan provinsi dengan
Kementerian Kesehatan
2. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90%
dinas kesehatan kabupaten/kota, 100% dinas kesehatan provinsi, 100% rumah
sakit pusat, 100% Unit Pelaksana Teknis Pusat dengan Kementerian
Kesehatan
3. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh
dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, Rumah Sakit dan
UPT Pusat dengan Kementerian Kesehatan
Dari beberapa hal tersebut, maka pemerintah berupaya mengembangkan
sistim informasi kesehatan yang sesuai dengan keunikan dan karakteristiknya.
Pengembangan sistim informasi kesehatan daerah melalui perangkat lunak atau
website, seperti: SIMPUS, SIMRS, SIKDA, dsb.

11
2.4 Sejarah Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Awal mula sistem yang digunakan dalam pencatatan dan administrasi di
rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya masih menggunakan sistem yang
manual atau pencatatan, dengan segala resiko sampai terfatal adalah kehilangan
data pasien. Namun seiring berjalan nya zaman dan berkembang pesat nya
teknologi membuat sistem informasi kesehatan pun terus berkembang.
Perkembangan sistem informasi Kesehatan di Indonesia diawali dengan
sebuah sistem informasi Rumah sakit yang berbasis komputer (Computer Based
Hospital Information System). Dan yang menginovatori hal ini adalah Rumah
Sakit Husada pada akhir dekade 80’ an. Beriringan dengan hal itu rupanya
Departemen Kesehatan juga mengembangkan sistem informasi kesehatan berbasis
komputer dengan dibantu oleh proyek luar negri dengan bantuan beberapa tenaga
ahli dari universitas gadjah mada. Namun perjuanagan diawal ini mengalami
kemerosotan, hal ini dilihat darei segi perencanaan yang tidak tersusun dengan
baik dimana identifikasi faktor penentu keberhasilan masih sangat tidak lengkap
juga tidak menyeluruh.
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3
pembagian masa sebagai berikut :
1. Era manual (sebelum 2005)
2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011)
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)
Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang
berbeda sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan
Teknologi Informasi dan Komunikasi – TIK).
2.4.1 Era Manual (sebelum 2005)
Pada era manual ini dimulai sebelum tahun 2005. Pada era manual Aliran
data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat
melalui berbagai jalan. Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-
masing Unit di Departemen Kesehatan. Bentuk data nya agregat. Kelemahan nya
adalah Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data dan Sangat beragamnya
bentuk laporan. Kemudian Validitas nya masih diragukan. Data yang ada sulit
diakses. Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas,

12
maka data sulit dioah dan dianalisis. Dan terpenting dalam Pengiriman data masih
banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
2.4.2 Era Transisi (2005 – 2011)
Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011 Komunikasi data sudah
mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih
terfragmentasi). Peresebaran data Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil
data individual. Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin. Pada masa transisi ini posisi nya
masih setengah setengah karena mulai menggunakan sistem komputerisasi tapi
masih belum meninggalkan sistem manual.
2.4.3 Era Komputerisasi (mulai 2012)
Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai , pada era ini Pemanfaatan data
menjadi satu pintu (terintegrasi). Data yang ada adalah individual (disagregat).
Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bank data
di pusat (e-Helath). Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung
diunggah ke bank data. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure
login). Lebih cepat, tepat waktu dan efisien yang pastinya Lebih ramah
lingkungan.

2.5 Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia


Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), yaitu semenjak
diciptakannya Sistem departemen Kesehatan sudah sejak lama mengembangkan
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) pada awal tahun 1970an.
Pengembangan SIKNAS ini semakin ditingkatkan dengan dibentuknya Pusat Data
Kesehatan pada tahun 1984.
Namun demikian, walau sudah terjadi banyak kemajuan, pengembangan
SIKNAS ini masih menghadapi hambatan-hambatan yang bersifat klasik, yang
akhirnya menimbulkan masalah-masalah klasik pula, yaitu berupa kurang akurat,
kurang sesuai kebutuhan, dan kurang cepatnya data dan informasi yang disajikan.
Untuk mendukung Reformasi di bidang Kesehatan, jelas strategi
pengembangan SIKNAS harus diubah. Reformasi di bidang Kesehatan telah
menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan yang tercermin dalam motto

13
"INDONESIA SEHAT 2010". Dengan adanya perubahan dinamis pembangunan
kesehatan dan adanya penyesuaian dengan Rencana Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014, maka Rencana Strategis Kementerian Kesehatan mengalami
revisi dengan Visi Pembangunan Kesehatan 2010-2014 “ Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan”.
2.5.1 Masalah-masalah SIK di Indonesia
Pada perkembangannya Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia selalu
menghadapi hambatan-hambatan yang bersifat klasik, yang akhirnya
menimbulkan masalah-masalah klasik pula, yaitu berupa kurang akurat, kurang
sesuai kebutuhan, dan kurang cepatnya data dan informasi yang disajikan.
Berdasarkan penelitian Bambang dkk. (1991) terdapat beberapa masalah
pada sistem informasi kesehatan di Indonesia diantaranya:
1. Data yang harus dicatat dan dilaporkan di unit-unit operasional sangat
banyak, sehingga beban para petugas menjadi berat.
2. Proses pengolahan data menjadi lama, sehingga hasil pengolahan data
menjadi lama, menyebabkan hasilnya menjadi tidak tepat waktu ketika
disajikan dan diumpanbalikkan.
3. Data yang dikumpulkan terlalu banyak dibanding kebutuhannya, maka
banyak data yang akhirnya tidak dimanfaatkan.

2.6 Sumber Data SIK di Indonesia


1. Sumber Data Manual
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih
dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK Nasional
yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masih tetap
dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai
keterbatasan infrastruktur (antara lain, pasokan listrik dan peralatan komputer
serta jaringan internet). Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem
manual akan melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data
rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam

14
bentuk softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi
petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum
komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai jadwal
yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi offline, laporan
dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan penggabungan data di puskesmas.
2. Sumber Data Komputerisasi
Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data yang
sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan
dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data
Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga akan
dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat langsung terhubung
ke sistem informasi puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).
3. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan
baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Pusat) dapat berupa laporan softcopy  dan
laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik.
Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya semua
bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan
provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
laporan dari fasilitas kesehatan milik provinsi.
4. Sistem Informsi Pemangku Kepentingan
Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait
kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku
kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang disepakati.
5. Bank Data Kesehatan Nasional
Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data
kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit program
tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke sumber data.

15
6. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional dapat
dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan UPT-
nya serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.
7. Pengguna Data .
Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem informasi
sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan dapat
mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan Nasional
melalui website Kementerian Kesehatan.
Namun sebesar apapun rencana pasti ada juga kelemahan dan kemerosotan
yang terjadi. Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi dipandang bukan menjadi
lebih baik tetapi malah berantakan.  Hal ini dikarenakan belum adanya
infrastruktur yang memadai di daerah  dan juga pencatatan dan pelaporan yang
ada (produk sentralisasi) banya overlaps sehingga dirasaka sebagai beba oleh
daerah.
Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak rumah
sakit dan klinik klinik yang menggunakan sistem informasi kesehatan sesuai yang
dibutuhkan di pelayanan kesehatan tersebut walaupun tidak menyeluruh seperti di
Negara Jepang contohnya. Berkembangnya tekhnologi informasi saat ini
seharusnya bisa dimanfaatkan dalam pembentukan sistem informasi kesehatan
yang menyeluruh. Terkendala dengan penjangkauan kepada masyarakat Indonesia
yang berada di pelosok yang sulit untuk didata dan sulit untuk menerima
informasi baru dari luar yang mereka anggap asing. Masih tabu dan kentalnya
budata beberapa kelompok masyarakat di Indonesia membuat sistem informasi
belum menyeluruh.

2.7 Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)


Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi
yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional
maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian

16
dari sistem kesehatan. Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat merupakan bagian
dari sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian dari sistem
kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota merupakan bagian dari
sistem kesehatan kabupaten atau kota. SIKNAS di bagun dari himpunan atau
jaringan sistem-sistem informasi kesehtan provinsi dan sistem informasi
kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi
kesehatan kabupaten atau kota

2.7.1 Jaringan SIKNAS


Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi
kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa
diakses bila telah dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur
jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network
(WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta digunakan
untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN) yang berbeda,
dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya. Pengembangan jaringan komputer
(SIKNAS) online ditetapkan melalui keputusan Mentri Kesehatan
(KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. Dengan Tujuan pengembangan SIKNAS
online adalah untuk menjembatani permasalahan kekurangan data dari
kabupaten/kota ke depkes pusat dan memungkinkan aliran data kesehatan dari
kabupaten/kota ke pusdatin karena dampak adanya kebijakan desentralisasi
bidang kesehatan di seluruh Indonesia.

17
2.7.2 Alur SIKNAS

Gambar 1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional


Pada Model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubug dan saling terkait
yaitu:
1. Sumber Data Manual
2. Sumber Data Komputerisasi
3. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan
4. Sistem Informsi Pemangku Kepentingan
5. Bank Data Kesehatan Nasional
6. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
7. Pengguna Data .

2.8 Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas


Dalam pelaksanaan nya Puskesmas di Indonesia sudah menganut sistem
informasi kesehatan yang di canangkan pemerintah. Sistem informasi kesehatan
yang dianut puskesmas pada saat ini masih di dominasi oleh SP2TP . seperti
diketahui bahwa puskesmas adalah ujung tombak pemerintah dalam upaya
pelayanan kesehatan di masyarakat. Sesuai dengan KEPMENKES RI No 128
tahun 2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat nahwa puskesmas
di definisikan sebagai unit pelaksana teknis di kabupaten/kota yang
bertanggungjawab melaksanakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah.
Proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian yang dilakukan Puskesmas
terhadap rencana kegiatan yang telah ditetapkan baik rencan upaya wajib maupun
pengembangan dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayahnya.

18
Salah satu bentuk pemantauan adalah dengan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS).
SIMPUS merupakan pilihan bagi daerah dalam pengembangan sistem
informasi kesehatan yang lebih cepat dan akurat. Pada potensi yang dimilikinya
sebenarnya SIMPUS dapat menggantikan sistem pencatatan dan pelaporan
terpadu puskesmas (SP2TP). Karena SIMPUS merupakan hasil dari pengolahan
berbagai sumber informasi seperti SP2TP, survei lapangan, laporan lintas sector,
dan laporan sarana kesehatan swasta. Seiring kemajuan tekhnologi,SIMPUS pun
dikembangkan melalui sistem komputerisasi dalam suatu software yang bekerja
dalam sebuah sistem operasi. Tetapi kendalanya SIMPUS masih belum berjalan
secara optimal di daerah.
2.8.1 Tujuan SIMPUS
Tujuan umum SIMPUS adalah meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas
secara lebih berhasil-guna dan berdaya-guna, melalui pemanfaatan secara optimal
data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. Sedangkan tujuan khusus
SIMPUS adalah sebagai berikut:
1. Sebagai dasar penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas
(Lokakarya Mini)
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok
Puskesmas (PWS dan Stratifikasi Puskesmas)
4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas.
2.8.2 Mekanisme Kerja SIMPUS
Mekanisme kerja SIMPUS adalah sebagai berikut:
1. Data SP2TP dan data lainnya diolah, disajikan dan diinterpretasikan sesuai
dengan Petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan Data SP2TP serta Petunjuk
dari masing-masing program yang ada (seperti program ISPA, Malaria,
Imunisasi, Kesehatan Lingkungan, KIA, Gizi, Perkesmas dan sebagainya).
2. Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para
penanggungjawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan pengelola
program di semua jenjang adminstrasi.

19
3. Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi data SP2TP dan
sumber lainnya, dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun dan
tidak ada perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka seperti
jumlah, persentase dan sebagainya. Informasi tersebut dapat berupa laporan
tahunan Puskesmas.
2.8.3 Pemanfaatan SIMPUS
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan SIMPUS:
1. Informasi yang diperoleh dari SP2TP dan informasi lainnya
dimanfaatkan untuk menunjang proses manajemen di tingkat Puskesmas,
sebagai bahan untuk penyusunan rencana tahunan Puskesmas,
penyusunan rencana kerja operasional Puskesmas, bahan pemantauan
evaluasi dan pembinaan.
2. Informasi dari SP2TP dan sumber lainnya akan membantu Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten dalam penyusunan perencanaan tahunan,
penilaian kinerja Puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian
hasil kegiatan Puskesmas, sebagai bahan untuk pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan program di wilayahnya, untuk menentukan
prioritas masalah dan upaya pemecahan dan tindak lanjutnya.
3. Informasi dari SP2TP akan membantu kelancaran perencanaan (P1),
penggerakan, dan pelaksanaan (P2) dan pengawasan, pengendalian dan
penilaian (P3) program-program, sebagai masukan untuk diskusi UDKP.

2.9 Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Rumah Sakit


Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan
penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk
kegiatan rumah sakit.
Sistem informasi rumah sakit bertugas menyiapkan informasi untuk
kepentingan pelayanan rumah sakit. Subsistemnya antara lain : subsistem
pengembangan dan subsistem operasional.
Menurut Wandaningsih (1995), ada beberapa aspek penting dari sistem
informasi rumah sakit yang perlu diperhatikan, yaitu :

20
1. Aspek kualitas. Kualitas suatu aspek informasi tergantung pada tiga (3) hal,
seperti keakuratan, ketepatan waktu, dan manfaat informasi bagi rumah sakit.
2. Aspek dimensi terdapat 6 (enam) dimensi informasi yang menunjukkan besar
kecilnya suatu informasi, yaitu : sistem informasi, jenis informasi, metode
pengukuran yang dipakai, waktu kebutuhan informasi, tempat pengambilan
keputusan yang membutuhkan informasi, penggunaan informasi oleh
pengambil keputusan
2.9.1 Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit
Menurut Austin (1983), secara umum sistem informasi rumah sakit dapat
digolongkan menjadi :
1. Sistem informasi klinik atau medic. Sistem ini dirancang untuk membantu
proses audit medis yang dapat menjamin agar standar mutu pelayanan selalu
dipenuhi.
2. Sistem informasi administrasi. Sistem ini dirancang untuk membantu
memantau kegiatan pendayagunaan sumbersumber untuk pelayanan medis,
seperti sistem informasi akuntansi, sistem informasi logistik dan sistem
informasi ketenagaan.
3. Sistem informasi manajemen perencanaan dan pengawasan. Sistem informasi
ini ditujukan untuk perencanaan evaluasi penampilan rumah sakit dan juga
untuk menilai dampak pelayanan di masyarakat.
2.9.2 Tujuan Sistem Informasi Rumah Sakit
Menurut Siregar (1986), administrasi rumah sakit, anggota dewan rumah
sakit dan staf medis menggunakan sistem informasi untuk mendukung hal-hal
berikut :
1. Jaminan oleh kualitas pelayanan. Informasi klinik dari catatan medis
penderita bagi proses kesehatan untuk menilai pelaksanaan diagnostik dan
pengobatan di rumah sakit. Sistem Informasi rumah sakit yang menggunakan
komputer dapat menelusuri data seperti ini untuk penilaian tindakan
perbaikan.
2. Perbaikan biaya dan peningkatan produksi sistem informasi dengan
komputer sangat baik untuk melakukan analisa biaya dan laporan produksi
yang dapat digunakan untuk administrasi rumah sakit untuk memperbaiki

21
efektifitas kegiatan. Sistem ini dapat mengintegrasi informasi klinik dan
keuangan.
3. Analisa penggunaan dan penaksiran permintaan. Sistem informasi rumah
sakit yang lengkap dapat menyajikan penggunaan pelayanan rumah sakit baik
sekarang maupun masa lalu. Informasi ini berguna untuk analisa efektifitas
penggunaan sumber daya dan merupakan dasar bagi peramalan permintaan
masyarakat.
4. Perencanaan program dan evaluasi. Informasi yang digunakan untuk ketiga
tujuan diatas merupakan masukan utama untuk menilai pelayanan saat ini.
Bila digabung dengan proyeksi tentang perubahan penduduk yang dilayani
maka sistem ini membantu peramalan program mana yang akan datang.
5. Penyederhanaan laporan internal dan eksternal. Setiap rumah sakit
memerlukan pencatatan yang akurat mengenai informasi medis dan
keuangan.
6. Penelitian klinik. Terutama bagi rumah sakit yang beraliansi dengan institusi
pendidikan. Dengan sistem informasi yang baik maka ini dapat menyajikan
informasi bagi kebutuhan studi longitudinal dan perbandingan.
7. Pendidikan . Sistem informasi yang baik dapat membantu dalam penalaran
atau latihan kedokteran atau profesi kesehatan lain dengan menyajikan data
medis masa lalu dan sekarang untuk kepentingan pendidikan.
2.9.3 Sistem Informasi Perumahsakitan di Indonesia
Sistem Informasi Perumahsakitan di Indonesia sudah dikembangkan sejak
tahun 1972, dengan ditetapkannya Sistem Pelaporan Rumah Sakit melalui
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 651/XI-AU/PK/72 tanggal 27 Nopember
1972.
Sistem pelaporan Rumah Sakit tersebut telah beberapa kali mengalami
revisi, dan revisi yang terakhir dilakukan adalah revisi ketiga dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 691A/Menkes/SK/XII/84, disertai
beberapa perubahan dengan adanya SKB Direktur Jenderal Pelayanan Medik dan
Direktur Jenderal PPM & PLP No. 68)/Yanmed/lnfo/SK/IV/1987 dan No. 280-
I/EI/01.01.01 sebagai tindak lanjut rapat konsultasi survailans nasional yang
diadakan di Ball bulan Maret 1987, dimana telah dicapai suatu konsensus untuk

22
mengadakan integrasi pengumpulan data survailans epidemiologi dari rumah sakit
dalam rangka efisiensi sistem informasi.
Melalui keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.HK.00.05.
1.4.5482 tanggal 2 Januari 1997, dilakukan penyempurnaan dari isi (substansi)
laporan. Pembakuan dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit merupakan landasan di
dalam upaya memantapkan sistem informasi perumahsakitan, karena salah satu
modal utama untuk menunjang kelancaran informasi adalah tersedianya data dasar
yang didapatkan dari unit pelapor. Disamping itu tidak kalah pentingnya adalah
proses tindak lanjut berupa pengolahan serta penyajian dan analisa.
2.9.4 Proses Penyusunan Informasi Perumahsakitan
Penyusunan informasi perumah sakitan melalui tahapan-tahapan proses,
yang meliputi:
1. Pengumpulan Data
2. Pengolahan Data
3. Penyajian dan Analisa

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem informasi terdiri dari dua kata, yaitu System dan Information. Sistem
adalah kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu,
sedangkan informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih
berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini
atau mendatang (Davis, 1999).
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan
terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat Perturan perundang undangan.
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi
yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional
maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan
Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan oleh berbagai
program, baik di lingkungan Kementerian Kesehatan maupun diluar sektor
kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
blocks” atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu negara
Tujuan dari dikembangkannya sistim informasi kesehatan adalah agar dapat
mentransformasi data yang tersedia melalui sistem pencatatan rutin maupun non
rutin menjadi sebuah informasi
Adapun manfaat dari sistim informasi kesehatan dalam suatu fasilitas
kesehatan diantaranya : Memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan
dan mendapatkan pelayanan kesehatan, Memudahkan fasilitas kesehatan untuk
mendaftar setiap pasien yang berobat, dan agar Semua kegiatan di fasilitas
kesehatan terkontrol dengan baik
Sejarah sistem informasi kesehatan dibagi dalam 3 era, yang pertama
diawali dengan era manual (sebelum 2005), pada era ini aliran data terfragmentasi
yang mana data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di
Departemen Kesehatan. Yang kedua era transisi(tahun 2005-2011), pada era ini

24
Komunikasi data sudah mulai terintegrasi yang mana Sebagian data sudah
terkomputerisasi dan sebagian masih manual. Dan yang terakhir era komputerisasi
(mulai 2012), pada era ini Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).
Untuk sumber data sik di indonesia bias didapatkan melalui : sumber data
manual. Sumber data komputerisasi, sisitem informasi dinas kesehatan, sistem
informsi pemangku kepentingan, bank data kesehatan nasional, pengguna data
oleh kementrian kesehatan dan pengguna data

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini dapat dikatakan
masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan. Walaupun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat
berguna dan dipahami dengan baik bagi pembacanya

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/Buletin-SIK-
2016.pdf

Inggarputri. 2009. Thesis: Evaluasi Penerapan SIMPUS berbasis komputer dengan


metode PIECES di Puskesmas Wilayah Kabupaten Blora. Universitas
Diponogoro, Semarang.

Kepmenkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511 tahun 2002 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS).

Kemenkes RI. 2002. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2009 – 2014.

Kemenkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 tahun 2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

Kepmenkes RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007 tentang
Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan
Nasional.

Kemenkes RI. 2009. UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.


http://www.kemenkes.or.id

Kusumadewi, Sri. 2009. Informasi Kesehatan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Modul kuliah Sistem Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRAT.


Diakses di https://portalsit.unsrat.ac.id/uploads/daring/berkas/2017-07-
17berkas1979112520090320016.pdf

Robert G Murdick, dkk, Sistem Informasi Untuk Manajemen Modern, Jakarta :


Erlangga, 1991.

Sabarguna, Boy S; Safrizal, Heri. 2007. Master Plan System Informasi Kesehatan.
KONSORSIUM Rumah Sakit Islam Jateng-DIY, Yogyakarta.

Trihono. 2005. Arrimes Manajemen Puskesmas. CV Sagung Seto, Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai