Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Sistem Informasi Kesehatan

Dosen Pengampuh :

MARIAN TONIS SKM.,MKM

Disusun oleh :

1. INDI RAMADHANI (21001006)


2. M BAHRUL ILMI (21001001)
3. PUTRI INDRIANI (21001011)
4. MUTIARA LIMBON (21001010)
5. WULAN PATRICIA (21001015)

PROGRAM STUDI S1.ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS AWAL BROS

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design and implementation of
health information system” Geneva (2000), adalah suatu sistem informasi kesehatan
yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem kesehatan.
Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi sebagai
proses pengambilan keputusan di segala jenjang. Untuk mendukung pelaksanaan sistem
informasi kesehatan tersebut pada tahun 2002 pemerintah melalui Menteri Kesehatan
pengembangan sistem informasi kesehatan daerah (SIKDA)”. Tujuan pembangunan
nasional disusun dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional, hal ini tertuang
dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 yang mempunyai tiga tujuan
pembangunan nasional. Rencana pembangunan jangka panjang nasional tersebut dibagi
lagi setiap lima tahunan, atau disebut juga rencana pembangunan jangka menengah
nasional (RPJMN) yang mana bertujuan memantapkan pembangunan secara
menyeluruh dimana salah satunya adalah menekankan pembangunan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kondisi ini bisa dilihat dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan, hal ini untuk
melaksanakan ketentuan pasal 168 ayat (3) Undang-Undang nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan.

Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan data dan informasi yang tepat, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan keberadaannya karena merupakan sumber
utama dalam pengambilan kebijakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan kondisi positif yang
akan sangat mendukung berkembangnya sistem informasi kesehatan, hal ini juga sangat
berguna dalam pengambilan keputusan bisa lebih mudah jika semua informasi yang
dibutuhkan sudah tersedia. Untuk tujuan itu sistem informasi kesehatan perlu dibangun
dengan mengorganisir berbagai data yang telah dikumpulkan secara sistematik,
memproses data menjadi informasi yang berguna.

Pada tahun 2007 pusat data dan informasi melakukan evaluasi SIK di Indonesia dengan
menggunakan perangkat Health Metricts Network-World Health Organization (HMN-
WHO) evaluasi ini meliputi 6 komponen utama SIK yaitu sumber daya (meliputi
pengelolaan dan sumber daya), kualitas data, diseminasi dan penggunaan data, hasil
yang diperoleh adalah SIK ada tapi tidak adekuat untuk sumber daya (47%), indikator
(61%), sumber data (51%), kualitas data (55%), penggunaan dan diseminasi data (57%),
untuk manajemen data (35%), sehingga secara umum hasil ini menunjukkan bahwa
keseluruhan SIK masih perlu ditingkatkan lagi (Kepmenkes Nomor 192, 2012).
Menurut Wahyudi (2011), kebijakan pemerintah dalam pengembangan sistem informasi
telah ada, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak. kendala-kendala dan
hambatan yang dihadapi, pengembangan sistem informasi kesehatan baik di tingkat
pusat maupun daerah belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya karena keterbatasan sistem
yang dikembangkan, kemampuan daerah, dan sumber daya manusia. Dinas Kesehatan
sebagai salah satu organisasi pemerintah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas tugas pembantuan di bidang kesehatan
dan juga fungsi merumuskan kebijakan teknis di bidang kesehatan. Kinerja pelayanan
kesehatan dapat meningkat melalui dua fungsi di atas dipengaruhi oleh aspek sumber
daya kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan menajemen kesehatan (Depkes, 2004).
Salah satu aspek yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten
seperti yang disebutkan di atas adalah aspek manajemen kesehatan, dimana Dinas
Kesehatan Kota atau Kabupaten mempunyai tugas mengelola data dan informasi yang
diperoleh baik dari puskesmas, rumah sakit, maupun sarana pelayanan kesehatan yang
lain. Sehubungan hal tersebut maka Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten
membutuhkan pengelolaan sistem informasi kesehatan yang baik agar dalam
pengambilan keputusan kebijakan pemerintah bisa lebih tepat sesuai kebutuhan
daerahnya. Hal ini seperti tertuang dalam rencana strategis Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa tengah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dimana mempunyai misi
pembangunan kesehatan, salah satunnya adalah mengembangkan sistem informasi
kesehatan terpadu. Isu-isu strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali berdasarkan
tugas dan fungsi pelayanan kesehatan pada identifikasi permasalahan sisi internal
didapatkan kondisi sistem informasi kesehatan untuk mendukung manajemen kesehatan
masih belum optimal.

Berdasarkan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten


Boyolali tahun 2014, untuk capaian kinerja pada indikator “terwujudnya sistem
informasi kesehatan di Dinas dan puskesmas (SIMPUS)” menargetkan 29 puskesmas
sudah SIMPUS dan terealisasi 29 puskesmas, sedangkan sistem informasi kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali belum ada pada rencana strategis tahun 2011-
2015. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali nomor 16 tahun 2011 tentang
Organisasi Tata Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali tentang Dinas Kesehatan
maka dalam melaksanakan tugasnya Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mempunyai
unsur satu sekretariat dan empat bidang yaitu bidang pelayanan kesehatan, bidang
pencegahan, pemberantasan penyakit, dan penyehatan lingkungan, bidang
pengembangan sumber daya kesehatan, bidang promosi kesehatan dan penunjang.
Diantara empat bidang yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, pada bidang
pelayanan kesehatan terdapat paling banyak program-program yang menjadi indikator
keberhasilan dalam MDG’s, dimana pada tahun 2014 program-programnya adalah
menurunkan angka kematian ibu 95%, menurunkan angka kematian bayi 8,2%, cakupan
kunjungan bayi 90%, cakupan pelayanan anak balita 90%, cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani 100%, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan 94%, cakupan pelayanan nifas 90%, cakupan
neonatus dengan komplikasi yang ditangani 85%, persentase penderita jiwa pasung
dirujuk ke rumah sakit jiwa dan diobati sampai sembuh 100%. B. Masalah Penelitian
Melihat latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana
analisis kebutuhan perencanaan sistem Informasi kesehatan pada bidang pelayanan
kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali?

B. Masalah Penelitian

Melihat latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana
analisis kebutuhan perencanaan sistem Informasi kesehatan pada bidang pelayanan
kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Menganalisis kebutuhan perencanaan sistem informasi kesehatan pada


bidang pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan analisis kebutuhan perencanaan sistem informasi kesehatan pada seksi


kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

b. Melakukan analisis kebutuhan perencanaan sistem informasi kesehatan pada seksi gizi.

c. Melakukan analisis kebutuhan perencanaan sistem informasi kesehatan pada seksi


kesehatan dasar khusus dan rujukan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN

Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang tidak bisa di pisahkan
dari sistem kesehatan di suatu negara. Kemajuan atau kemunduran sistem informasi kesehatan
selalu berkolerasi dan mengikuti perkembangan sistem kesehatan, kemajuan teknologi informasi
(TIK) bahkan mempengaruhi sistem pemerintahan yang berlaku di suatu negara. Suatu sisyem yang
terkonsep dan terstruktur dengan baik akan menghasilkan aoutput yang baik juga. Sistem informasi
kesehatan, merupakan salah satu bebtuk pokok sistem kesehatan(SKN) yanng dioergunakan sebagai
dasar dan acuan dalam bebagai tindakan pedoman atau penyelengaraan pembangun kesehatan
serta pembangunan berwawasan kesehatan

Dengan sistem informasi kesehatan yang baik akan membuat masyarakat tidak buta dengan
semua permasalahan kesehatan dan mau membawa keluarga nya berobat dengan mudah bukan lagi
dengan berkolaborasi yang rumit yang membuat masyarakat enggan untuk berobat di oelayan
kesehatan dan teknologi seharusnya membuat masyarakat dan khususnya pada mahasiswa
kesehatan masyarakat melek akan kemajuan berinovasi terhadap sistetm kesehatan informasi
indonesia.

Berlandaskan dengan fakta yang terjadi di masyarakat pada saat ini seharusnya nisa di
jadikan bahwa evaluasi dari pertimbangan untuk dapat membuat sistem informasi kesehatan yang
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan bayaknya referensi yang ada pada saat ini
hingga dijadikan rumusa yang dapat dan membuat sistem nformasi kehehatan berguna .

2. DASAR HUKUM SISTEM INFORMASI KESEHATAN


Dasar hukum pengembangan sistem informasi sistem informasi kesehatan di indonesia
adalah :
1. UUD 19945, pasal 28 : setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk
mencari, memperoleh ,memiliki, menyimpan, mengola dan menyampaikan informasi
dan penyampaian informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
2. Undang-Undang republik indonesia Nomor 36 tentang kesehatan;
3. Peraturan pemerintah RI Nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan;
4. Peraturan MentriKesehatan Nomor; 1144/MENKES/PER/2010 tentang organisai dan tata
kerja informasi (PUDATIN) sebagai pelaksana tugas kementrian kesehatan di bidang data
dan informasikesehatan;
5. Kepmenkes RI Nomor 511 tanun 2002 tentang kebijakan strategi pengembangan sistem
informasi kesehatan nasional(SIKNAS)
6. Kepmenkes RI Nomor: 932 /Menkes /SK/I/2003 Tentang kebijakan dan strategi
desentralisai bidang kesehatn;
7. Keputusan mentri kesehatan RI nomor 837 Tahun 2007 pengembangan jaringan
komputer (SIKNAS) online sistem informasi kesehatan nasional.

3. PENGERTIAN

SIKNAS adalah sistem informasi yang berhubungan dengan sitem-sistem informasi lain yang
baik secara nasional maupun internasional dalam rangka kerja sama yang saling
menguntungkan. Kerjasana di atur sedemikian rupa hingga tidak dapat mengabaikan
kepentingan bangsa yang lebih luas dan rahasia-rahasia negara. Pengembangan SIKNAS
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan mendayagunakan kemajuan di
bidang teknologi imformatika. Pengembangan SIKNAS dilakukan dengan mengembangkan
sumber daya dan imprastruktur imformatika,dengan menggutamakan pengembangan sumber
daya manusia(SDM).pengembangan SDMpengelola data dan imformasi kesehatan di laksanakan
secara terpadu dengan pengembangan SDM kesehatan pada umumnya serta di arahkan untuk
meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan.
Pengembangan sistim imformasi kesehatan nasional (SIKNAS) merupakan pengembangan
sistim imformasi kesehatan yang menyeluruh dan terintegrasi di setiap tingkat administrasi
kesehatan,yang akan menghasilkan data/imformasi yang akurat yang dapat menunjang
indonesia sehat,pengembangan sistim imformasi kesehatan tersebut harus sejalan dengan
kebijakan desentralisasi sebagaimana di atur dalam UU nomber 22 tahun 1999,yang antara lain
kewenangan nya dalam sistem imformasi adalah dapat dirumuskan sebaga berikut :
1.pemerintah kabupaten/kota melakukan penyelenggaraan sistem imformasi ksehatan
kabupaten/kota
2.pemerintah provinsi melakukan bimbingan dan penegendalian dan penyelengaraan
sistem imformasi kesehatan provinsi
3.pemerintah pusat membuat kebijakan nasional,bimbingan pengendalian,dan
penyelenggaraan sistem imformasi kesehatan nasional
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri,melainkan merupakan bagian dari sistem
kesehatan.oleh karena itu ,sistem imformasi kesehatan di tingkat pusat merupakan bagian dari
sistem kesehatan nasional,di tingkat provinsi merupakan bagian dari sistem kesehatan
kabupaten /kota,di tingkat kabupaten/kota merupakan bagian dari sistem kesehatan
kabupaten/kota.SIKNAS di bangun dari dihimpunan atau jaringan sistem-sistem imformasi
kesehatan privinsi dan sistem kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jaringan sistem-
sistem imformasi kesehatan kabupaten/kota.di setiap tingkat,sistem imformasi kesehatan juga
merupakan jaringan yang memiliki pusat jaringan dan anggota-anggota jaringan.
Untuk mewujudkan sistem imformasi kesehatan yang di harapkan ,sampai saat inimasih di
jumpai sejumlah permasalahan yang bersifat klasik antara lain :
1.sistem imformasi kesehatan masih terfragmentasi
2.sebagian besar daerah belum memiliki kemampuasn memadai
3.pemanfaatan data dan imformasi oleh manajemen belum optimal
4.pemanfaatan data dan imformasi kesehatan oleh masyarakat kurang berkembang
5.pemanfaatan teknologi telematika belum optimal
6.data untuk pengembangan sistem imformasi kesehatan terbatas
7.kurangnya tenaga purna waktu untuk sistem imformasi kesehatan

Untuk mendapatkan visi tersebut,maka misi dai pengembangan sistem imformasi kesehatan
nasional adalah
1.mengembangkan pengelolaan data yang meliputi
pengumpulan,penyimpanan,pengolahan,dan analisi data
2.pengembangkan pengemasan data dan imformasi dalam bentuk BANKDATA,profil
kesehatan,dan pengemasan-pengemasan data dan imformasi khusu.
3.mengembangan kan jaringan kerjasama pengolaan data dan imformasi kesehatan
4.pengembangan pendaya gunaan data dan imformasi kesehatan.

https://www.kompasiana.com/asnawiok/54fd1a38a33311111d50f878/sistem-informasi-
kesehatan

4. Konsep-konsep pengembangan sistem informasi kesehatan


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidak kompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem
informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para
pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-
konsep tersebut anatara lain :
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi
komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan terkonolgi komputer dalam
implementasinya disebut dengan Sistem Informasi Berbasis Komputer
(Computer Based Information System). Isu penting yang mendorong
pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem
informasi suatu organisasi adalah :
1. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
2. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
3. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
4. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
5. Terlalu banyak informasi.
6. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
7. Adanya duplikasi data.
8. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem organisasi organisasi adalah suatu isitem yang dinamis. Dinamika sistem
informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
5. Alur Sistem Informasi Keseshatan Nasional ( SIKNAS)
Terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait dengan adanya jaringan
SIKNAS, yaitu
1. Sumber data manual.
2. Sumber daya komputerisasi.
3. Sistem informasi dinas kesehatan.
4. Sistem informasi pemangku kepentingan.
5. Bank data kesehatan nasional.
6. Pengguna data oleh Kementrian Kesehatan.
7. Pengguna data.
6. Jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi jaringan virtual sistem informasi kesehatan
elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah
dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi
dengan menggunakan Wide Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi mencakup area
yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN)
Yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya. Pengmebangan jaringan
komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui Keputusan Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No.
837 Tahun 2007.
7. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
Pengembanngan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) merupakan pengembangan
sistem informasi kesehatan yang menyeluruh dan terintegrasi di setiap tingkat administrasi
kesehtan, yang akan menghasilkan data/informasi yang akurat yang dapat menunjang
Indonesia Sehat. Pengembangan sistem informasi kesehatan tersebut harus sejalan dengan
kebijakan desentralisasi sebagaimana diatur dalam UU nomor 23 tahun 1999, yang antara lain
kewenangannya dalam sistem informasi kesehatan adalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
kabupaten/kota
2. Pemerintah Propinsi melakukan bimbingan dan pengendalian, dan penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan propinsi
3. Pemerintah Pusat membuat kebijakan nasional, bimbingan pengendalian, dan
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan nasional
8. Tantangan sistem kesehatan nasional (SIKNAS)
Pelaksanaa SIKNAS di era desentralisasi bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal
ini di karenakan belum adanya infrastruktur yang memadai di daerah juga pencatatan dan
pelaporan yang ada ( produk sentralisasi ) banyak overlaps sehingga di rasakan sebagai beban
oleh daerah.

i. Masalah Sistem Imformasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS)

Melihat sistem imformasi kesehatan yang ada di indonesia,maka kita bisa menilai bahwa
penerapannya masih cukup kurang.khusunya umtuk surveilans yang berfungsi untuk
menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit sehingga
berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang
ada.perkembangan dan masalah sistem imformasi antara lain :

1. Upaya Kesehatan
Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan .Namun daerah
terpencil,tertinggal,perbatasan ,srta pulau-pulau kecil terdepan dan terluar masih terendah.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ketahun

3. Sumber daya Manusia Kesehatan


Upaya pemenuhan kebutuhna sumber daya manusia (SDM) kesehatan belum
memadai .baik jumlah ,jenis,maupun kualitas tenaga kesehatan yang di butuhkan.selain
itu,distribusi tenaga kesehatan masih belum merata.jumlah dokter indonesia masih
cukup rendah.
4. Sediaan Farmasi Alat Kesehatan dan Makanan
Pengunaan obat nasional belum dilakukan di seluruh fasilitas pelayanan kesehtan,masih
banyak pengobatan yang di lakukan tidak sesuai dengan formularium.
5. Manajemen dan Imformasi Kesehatan
Perencanaan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah belum sinkron.sitem
imformasi kesehtan menjadi lemah setelah menerapkan kebijakan dentralisasi.Data dan
imformasi kesehatan nasional (SIKNAS) yang berbasis fasilitas sudah mencapai
tingkatkabupaten/kota namun belum di manfaatkan. Hasil penelitian kesehatan belum
banyak do manfaatkan sebagai dasar perumusan kebijakan dan perencanaan program.
Survelans belum dilaksanakan secara menyeluruh.

j. Kendala Sitem Imformasi Kesehatan Nasional

Sistem imformasi kesehetan di indonesia berjalan secara optimal. SIK sebagai bagian
fungsional daei sistem kesehatan yang komprehensif belum mampu berperan dalam memberikan
imformasi yang di pelukan dalam proses pengambilan keputusan di bebagai tingkat sitem
kesehatan,mulai dari puskesmas di tingkat kecamatan samapi dengan kementrian kesehatan di
tingkat pusat.hal tersebut di sebabkan karena imformasi kesehatan saat ini masih terfragmentasi,
belum dapat di akses dengan cepat ,tepat,setiap saat belum teruji keakuratan dan
validitasnya.padahal imformasi tersebut sangat penting dan di perlukan keberadaanya dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan
nasional.

Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum di dukung oleh data yang
kuat,pengelolaan sistem imformasi kesehatan yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan
kebijakan pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum di bawah ini :

1.Peningkatan jumlah,jaringan dan kualitas saran dan pransarana pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan,terutama pada daerah dengan akselibitas relatif rendah.

2. perbaikan dan penangulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada ibu hamil dan anak
hingga usia 2 tahun

3.pengendalian penyakit menular,tertama TB,malaria,HIV/AIDS,DBD,dan diare serta penyakit


zoonotik,seprti kusta,frambusia,filariasis,schistosomiasis.
4.pembiayaan dan efisiensi pengunaan anggaran kesehatan,serta pengembangan jaminan
pelayanan kesehatan.

5. peningkatan jumlah,jenis,mutu dan penyebaran tenaga kesehatan umtuk pemenuhan


kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang di dukung oleh sistem perencanaan dua
pengembangan SDM kesehatan secara sistematis dan di dukung oleh peraturan perundangan.

6.peningkatan ketersediaan,keterjangkauan,mutu,dan pengunaan obat

7.manajemen kesehatan pengembangan di bidang hukum dan administrasi kesehatan,penelitian


dan pengembangan sistem imformasi.
https://www.kompasiana.com/asnawiok/54fd1a38a33311111d50f878/sistem-informasi-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai