Anda di halaman 1dari 23

SISTEM INFORMASI

KESEHATAN
KELOMPOK 2
Febian Dwi Cahyani
Febrianti Ningsih
Indri Safitri
Jernih Susana
Kholida
Kholifa Yanti
Marlina
Mila Sarmila
Yoni Pravita Sari

SISTEM INFORMASI
Dalam mencapai derajat kesehatan yang baik maka
perlu dikembangkannya sistem informasi. Sistem
informasi terdiri dari dua kata, yaitu system dan
information. Sistem adalah kumpulan elemen yang
berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan
informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk
yang lebih berarti bagi penerimanya dan bermanfaat
dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang
(Davis,1999) .

SISTEM INFORMASI
KESEHATAN
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem
pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua
tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi
untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

LANJUTAN
Bagian atau ranah yang menyebutkan Sistem Informasi
Kesehatan yaitu:
Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan
dan strategi desentralisasi bidang kesehatan
Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota.
Sistem Informasi Kesehatan, yaitu dengan cara pengumpulan,
pengolahan, analisis data serta penyajian informasi.

SISTEM INFORMASI
KESEHATAN DI INDONESIA
Perkembangan sistem informasi Kesehatan di Indonesia
diawali dengan sebuah sistem informasi Rumah sakit yang
berbasis komputer (Computer Based Hospital Information
System). Dan yang menginovatori hal ini adalah Rumah Sakit
Husada pada akhir dekade 80an. Beriringan dengan hal itu
rupanya Departemen Kesehatan juga mengembangkan sistem
informasi kesehatan berbasis komputer dengan dibantu oleh
proyek luar negeri dengan bantuan beberapa tenaga ahli dari
universitas gadjah mada. Namun perjuangan diawal ini
mengalami kemerosotan, hal ini dilihat dari segi perencanaan
yang tidak tersusun dengan baik dimana identifikasi faktor
penentu keberhasilan masih sangat tidak lengkap juga tidak
menyeluruh.

Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan


mengalami 3 pembagian masa sebagai berikut :
Era Manual (sebelum 2005)
Era Transisi (tahun 2005 2011)
Era Komputerisasi (mulai 2012)

1. Era Manual (sebelum 2005)


Pada era manual ini dimulai sebelum tahun 2005. Pada era
manual aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data
(fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai jalan. Data dan
informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing unit di
Departemen Kesehatan. Bentuk datanya agregat. Kelemahannya
adalah sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data dan
sangat beragamnya bentuk laporan, kemudian Validitasnya masih
diragukan serta data yang ada sulit diakses. Karena banyaknya
duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data
sulit diolah dan dianalisis. Dan terpenting dalam pengiriman data
masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah
lingkungan.

2. Era Transisi (2005 2011)


Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011
Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal
prinsip satu pintu, walau beberapa masih terfragmentasi).
Persebaran data sebagian besar data agregat dan sebagian kecil
data individual. Sebagian data sudah terkomputerisasi dan
sebagian masih manual. Keamanan dan kerahasiaan data kurang
terjamin. Pada masa transisi ini posisi nya masih setengahsetengah karena mulai menggunakan sistem komputerisasi tapi
masih belum meninggalkan sistem manual.

3. Era Komputerisasi (mulai 2012)


Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai , pada era ini
Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi). Data yang ada
adalah individual (disagregat). Data dari Unit Pelayanan
Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bank data di pusat
(e-Helath). Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat
langsung diunggah ke bank data. Keamanan dan kerahasiaan data
terjamin (memakai secure login). Lebih cepat, tepat waktu dan
efisien yang pastinya lebih ramah lingkungan.

SISTEM INFORMASI
KESEHATAN NASIONAL
(SIKNAS)
SIKNAS adalah sistem informasi yang berhubungan dengan
sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun
internasional
dalam
rangka
kerjasama
yang
saling
mneguntungkan. SIK di tingkat pusat merupakan bagian dari
sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian
dari sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau
kota. SIKNAS di bangun dari himpunan atau jaringan sistemsistem informasi kesehatan provinsi dan sistem informasi
kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jaringan sistemsistem informasi kesehatan kabupaten atau kota .

JARINGAN SIKNAS
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem
informasi kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian
Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah dihubungkan. Jaringan
SIKNAS merupakan infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi
dengan menggunakan Wide Area Network (WAN), jaringan
telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta digunakan untuk
mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN) yang
berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya.
Pengembangan jaringan komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui
keputusan Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.
Dengan tujuan pengembangan SIKNAS online adalah untuk
menjembatani permasalahan kekurangan data dari kabupaten/kota ke
depkes pusat dan memungkinkan aliran data kesehatan dari
kabupaten/kota ke pusdatin karena dampak adanya kebijakan
desentralisasi bidang kesehatan di seluruh Indonesia.

KOMPONEN YANG SALING BERHUBUNGAN


DAN SALING TERKAIT DALAM SIK
1. Sumber Data Manual
2. Sumber Data Komputerisasi
3. Sistem Informasi Dinas Kesehatan
4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
5. Bank Data Kesehatan Nasional
6. Penggunaan Data oleh Kementerian Kesehatan
7. Pengguna Data

URGENSI SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan Menurut WHO, Sistem


Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 building
blocks atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu
negara. Keenam komponen (buliding blocks) Sistem Kesehatan
tersebut ialah :
1. Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan)
2. Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis,
vaksin, dan Teknologi Kesehatan)
3. Health Workforce (Tenaga Medis)
4. Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan)
5. Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan)
6. Leadership
and
Governance
(Kepemimpinan
dan
Pemerintahan)

Urgensi sistem informasi kesehatan dapat dilihat dari


manfaat sistem informasi kesehatan. Begitu banyak manfaat
Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para
pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan
keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi
(kabupaten atau kota, provinsi dan pusat) dan sistem dalam
hal berikut :
Mendukung manajemen kesehatan
Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas
Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan
kesehatan berdasarkan bukti (evidence-based decision)
Mengalokasikan sumber daya secara optimal
Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
Membantu penilaian transparansi

SISTEM INFORMASI KESEHATAN


DI DALAM SISTEM KESEHATAN
NASIONAL INDONESIA
Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem,
yaitu :
1. Upaya Kesehatan
2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
3. Pembiayaan Kesehatan
4. Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan
7. Pemberdayaan Masyarakat

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH


DALAM PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN
SIK
Di Indonesia sendiri telah ada susunan undang undang yang menjelaskan
tentang informasi yaitu Menurut UUD 1945, Pasal 28 Setiap orang
berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.
Peraturan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia diatur Menurut
Keputusan Mentri Kesehatan dalam undang undang nomer 36 tahun 2009
tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang
dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sector.

Memasuki pembahasan mengenai tugas dan tanggung jawab


pemerintah Daerah dalam pengelolaan dan pengembangan SIK merujuk
pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, sebagai berikut :
Pemerintah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan
mengurus pengelolaan dan pengembangan SIK skala nasional
dan fasilitasi pengembangan SIK daerah.
Pemerintah Daerah Provinsi mempunyai hak dan kewajiban untuk
mengatur dan mengurus pengelolaan SIK skala provinsi.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mempunyai hak dan kewajiban
untuk mengatur dan mengurus pengelolaan SIK skala kabupaten/kota.

SISTEM INFORMASI
KESEHATAN DI PUSKESMAS
Dalam pelaksanaannya Puskesmas di Indonesia sudah menganut
sistem informasi kesehatan yang di canangkan pemerintah.
Sistem informasi kesehatan yang dianut puskesmas pada saat ini
masih di dominasi oleh SP2TP, seperti diketahui bahwa
puskesmas adalah ujung tombak pemerintah dalam upaya
pelayanan kesehatan di masyarakat. Proses penyelenggaraan,
pemantauan serta penilaian yang dilakukan Puskesmas terhadap
rencana kegiatan yang telah ditetapkan baik rencana upaya wajib
maupun pengembangan dalam mengatasi masalah kesehatan
yang ada di wilayahnya.

Salah satu bentuk pemantauan adalah dengan


Sistem
Informasi
Manajemen
Puskesmas
(SIMPUS).
Seiring kemajuan tekhnologi, SIMPUS pun
dikembangkan melalui sistem komputerisasi dalam
suatu software yang bekerja dalam sebuah sistem
operasi. Tetapi kendalanya SIMPUS masih belum
berjalan secara optimal di daerah.

SIK DI RUMAH SAKIT


Menurut catatan van de vel de dan degoulet (2003), sistem informasi
Rumah Sakit di negara-negara maju, terutama Amerika, di kembangkan
sejak tahun 1960-an. pada tahap awal kemunculannya, sistem informasi
rumah sakit telah menggabungkan fungsi atinstratif dan medis. Meski
demikian, tidak jarang fokus awal pengembangan sistem informasi,
baik yang di aplikasikan dibidang kesehatan maupun bidang lain,
dimulai pada urusan keuangan. Dalam konteks ini, sistem informasi
rumah sakit biasanya dimulai dengan siistem informasi untuk
mendukung sistem informasi keuangan rumah sakit untuk menentukan
dan merekapitulasi besar tagihan yang ditanggung oleh pasien. Pada
tahap awal ini, sistem informasi rumah sakit cenderung bersifat
otomatisasi proses, yang sebelumnya mengandalkan manusia yang
potensi kesalahannya besar, digantikan dengan sistem informasi dengan
tingkat akurasi yang lebih tinggi dan menghemat waktu dak]lam
pelayanan.

Pada sisi medis, sistem informasi yang sebelumnya


cenderung mengotomatisasi prosess yang sudah ada
menjadi sistem informasi yang mendukung dokter,
perawat, dan lembaga penyediaan jasa kesehatan
lainnya dalam memberikan layanan kepada pasien.
Tujuan sistem informasi rumah sakit yang
dikembangkan adalah untuk mrningkatkan layanan
kepada pasien dan kualitas pengambilan keputusan.

KESIMPULAN
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi kesehatan merupakan sebuah sarana sebagai
penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif
memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan
keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas atau
rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga
informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat
disajikan dengan adanya sistem informai kesehatan yang
tertata dan terlaksana dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai