Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

DASAR

MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

NURUL FAUZIAH (F1A 018 079)


RESTI AYUNING TYAS (F1A 018 084)
SANTRI ISLAMIATI (F1A 018 093)
SITI ROSLYANA OKTARI (F1A 018 097)

KELAS B REGULER PAGI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat,


rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni” dengan lancar sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang mempunyai
andil dalam proses penyusunan makalah ini atas bantuan dan partisipasinya.
Ucapan terimakasih disampaikan antara lain kepada dosen pengampu mata kuliah,
orang tua, rekan-rekan, dan kerabat yang telah memberikan dukungan dan doa
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Walaupun penyusunan makalah ini telah diusahakan dengan sebaik-


baiknya, namun tentu tak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, diharapakan
bantuan para pembaca untuk berkenan memberikan kritik dan saran yang
membangun.

Akhirnya, diharapkan semoga makalah ini dapat diterima untuk


ditindaklanjuti.

Mataram, 18 Juni 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Muka ......................................................................................................... i


Kata Pengantar ......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …….…………………………….………….………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 2
C. Tujuan ………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sains………………………..…………………………… 3
B. Pengertian Teknologi………………………………………………... 4
C. Manusia sebagai Subjek dan Objek IPTEK….……………………... 5
D. Pemanfaatan dan Penyalahgunaan IPTEK.……………………......... 7
E. Karya Sastra dan Seni dalam IBD………..……………………......... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………….……………………………………….. 12
B. Saran……………………..................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia menggunakan teknologi karena memiliki akal. Dengan
akalnya manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih
aman, dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang
menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang
dihadapinya.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Teknologi juga memberikan banyak kemudahan, serta
berbagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Manusia juga sudah
menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi teknologi
yang telah dihasilkan dalam beberapa dekade terakhir ini.
Tidak semua proses dan produk teknologi yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan secara relevan dalam pendidikan terutama untuk proses dan
hasil pembelajaran. Produk teknologi seperti bioteknologi, mikroteknologi
dan material tidak secara langsung digunakan sebagi alat dan bahan untuk
pembelajaran. Dengan demikian, teknologi yang secara langsung relevan
dengan pembelajaran harus disesuaikan dengan makna pembelajaran itu
sendiri. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan komunikasi yang
transaksional yang bersifat timbal balik baik antara pendidik dengan yang
dididik maupun dengan sesame terdidik dan lingkungan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran. Dari makna pembelajaran di atas terdapat
makna inti bahwa pembelajaran harus mengandung unsur komunikasi dan
informasi. Dengan demikian produk dan proses teknologi yang dibutuhkan
dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik tersebut.

1
Manusia sudah tentu turut andil dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, karena manusialah yang berperan sebagai
pencetus idenya, pembuat, sekaligus penggunanya. Mau tidak mau, manusia
harus terus mengikuti arus perkembangan zaman agar tidak tertinggal. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menghadirkan berbagai kemudahan bagi
manusia untuk melakukan aktivitasnya, menjadi tantangan tersendiri. Jutru
dengan kemudahan tersebut, manusia yang tidak bertanggung jawab bisa
menggunakan teknologi untuk melakukan tindakan yang tidak benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sains?
2. Apa pengertian teknologi?
3. Bagaimana peran manusia sebagai subjek dan objek dalam
perkembangan IPTEK?
4. Bagaimana cara pemanfaatan dan penyalahgunaan IPTEK?
5. Bagaimana hubungan karya sastra dan seni dalam IBD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sains.
2. Untuk mengetahui pengertian teknologi.
3. Untuk mengetahui peran manusia sebagai subjek dan objek dalam
perkembangan IPTEK.
4. Untuk mengetahui cara pemanfaatan dan penyalahgunaan IPTEK.
5. Untuk mengetahui hubungan karya sastra dan seni dalam IBD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sains
Ilmu atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio
atau dalam kata lain dapat dinalar. Dalam istilah lebih singkat, sains bisa
disebut dengan himpunan rasionalitas kolektif insani (Baiquni, 1983:10).
Ilmu merupakan representasi fakta atau bisa dikatakan sebagai ungkapan
kembali dari fakta. Fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang kompleks dan
bahkan tampak acakadut dapat mudah dipahami hanya dengan beberapa
lembar kertas karya tulis, beberapa bagan, beberapa kalimat atau hanya
beberapa istilah (Muslih, 2016: 19).
Chiappetta mengutarakan bahwa hakikat sains adalah sebagai a way
of thinking (cara berpikir), a way of investigating (cara penyelidikan) dan a
body of knowledge (sekumpulan pengetahuan). Sebagai cara berpikir, sains
merupakan aktivitas mental (berpikir) orang-orang yang bergelut dalam
bidang yang dikaji. Para ilmuan berusaha mengungkap, menjelaskan serta
menggambarkan fenomena alam. Ide-ide dan penjelasan suatu gejala alam
tersebut disusun di dalam pikiran. Kegiatan mental tersebut didorong oleh
rasa ingin tahu (curiousity) untuk memahami fenomena alam. Sebagai cara
penyelidikan, sains memberikan gambaran tentang pendekatan-pendekatan
dalam menyusun pengetahuan. Observasi dan prediksi merupakan dasar
sejumlah metode dalam menyelesaikan masalah pengetahuan. Sebagai
sekumpulan pengetahuan, sains merupakan susunan sistematis hasil temuan
yang dilakukan para ilmuan. Hasil temuan tersebut berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, teori, maupun model ke dalam kumpulan pengetahuan
sesuai dengan bidang kajiannya, misalnya, biologi, kimia, fisika, dan
sebagainya (Fatonah, 2014: 6).

3
Sementara itu, menurut Trowbridge & Bybee, sains merupakan
representasi dari suatu hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama,
yaitu: “the extant body of scientific knowledge, the values of science, and
the methods and processes of science”. Sebagai body of scientific
knowledge, sains adalah hasil interpretasi/deskripsi tentang dunia kealaman
(natural world). Sains sebagai proses atau metode penyelidikan (inquiry
methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis
untuk memperoleh produk-produk sains atau ilmu pengetahuan ilmiah,
misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis,
mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi. Dalam konteks itu sains
bukan sekadar cara bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan ‘science
as a way of knowing’. Artinya, sains sebagai proses juga dapat meliputi
kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan
seperangkat prosedur. Sementara nilai-nilai sains berhubungan dengan
tanggung jawab moral, nilai-nilai sosial, manfaat sains untuk sains dan
kehidupan manusia, serta sikap dan tindakan (misalnya, keingintahuan,
kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati, toleran, hemat, dan pengambilan
keputusan) (Fatonah, 2014: 7).

B. Pengertian Teknologi
Secara harfiah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“tecnologia” yang berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni
dan kerajinan. Istilah tersebut memiliki akar kata “techne” dalam bahasa
Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan (craft). Dari makna harfiah
tersebut, teknologi dalam bahasa Yunani kuno dapat didefinisikan sebagai
seni memproduksi alat-alat produksi dan menggunakannya. Definisi
tersebut kemudian berkembang menjadi penggunaan ilmu pengetahuan
sesuai dengan kebutuhan manusia. Teknologi dapat pula dimaknai sebagai
“pengetahuan mengenai bagaimana membuat sesuatu (know-how of
making things)” atau “bagaimana melakukan sesuatu (know-how of doing

4
things)”, dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai
yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya (Martono, 2012: 276).
Henslin menjelaskan bahwa istilah teknologi dapat mencakup dua
hal. Pertama, teknologi menunjuk pada peralatan, yaitu unsur yang
digunakan untuk menyelesaikan tugas. Teknologi merujuk pada peralatan
sedemikian sederhana seperti sisir sampai yang sangat rumit seperti
komputer. Kedua, keterampilan atau prosedur yang diperlukan untuk
membuat dan menggunakan peralatan tersebut. Teknologi dalam kasus ini
tidak hanya merujuk pada prosedur yang diperlukan untuk membuat sisir
dan komputer, akan tetapi juga meliputi prosedur untuk memproduksi
suatu tatanan rambut yang dapat diterima, atau untuk dapat memasuki
jaringan internet (Martono, 2012: 276).
Secara sosiologis, teknologi memiliki makna yang lebih mendalam
daripada peralatan. Teknologi menetapkan suatu kerangka bagi
kebudayaan non material suatu kelompok. Jika teknologi suatu kelompok
mengalami perubahan, maka cara berpikir manusia juga akan mengalami
perubahan. Hal ini juga berdampak pada cara mereka berhubungan dengan
yang lain. Bagi Marx, teknologi merupakan alat, dalam pandangan
materialisme historis hanya menunjuk pada sejumlah alat yang dapat
dipakai manusia untuk mencapai kesejahteraan. Weber mendefinisikan
teknologi sebagai ide atau pikiran manusia itu sendiri. Sementara itu
menurut Durkheim, teknologi merupakan kesadaran kolektif yang bahkan
diprediksi dapat menggantikan kedudukan agama dalam masyarakat
(Martono, 2012: 277).

C. Manusia sebagai Subjek dan Objek IPTEK


Manusia disebut sebagai subjek IPTEK sebab manusia merupakan
asal terciptanya IPTEK atau manusia lah yang menciptakannya. Manusia
dengan ilmu pengatahuan yang ia miliki akan terus melakukan pengamatan,
percobaan dan menganalisis untuk menemukan ide atau gagasan untuk
mempermudah manusia dalam melakukan kegitannya dalah kehidupan

5
sehari-hari baik itu untuk diri dia sendiri maupun khalayak umum (Sutarjo,
1983: 28).
Manusia disebut sebagai objek IPTEK sabab manusia merupakan
pengguna dari IPTEK itu sendiri. Manusia sebagai objek mudah tergiur
dengan hal-hal baru tersebut dengan minat yang tinggi menggunakan
penemuan-penemuan baru tersebut sehingga mempermudah proses
pengubahan dunia. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
manusia terus mengeksplor apa yang ia ketahui untuk menciptakan alat-alat
maupun perlengkapan yang berguna dan canggih untuk memudahkan
kegiatannya sehari-hari. Hal ini memungkinkan manusia dapat melakukan
kegiatan dengan lebih efektif dan efisien (Sutarjo, 1983: 28).
Perubahan satu paradigma iptek dapat menyebabkan “revolusi”
dalam semua bidang kehidupan: literatur, seni, ekonomi, politik, arsitektur,
sosial, dan religi. Iptek telah menyebabkan kita tidak tergantung pada alam.
IPTEK telah membebaskan kita dari takhayul dan memerdekakan kita dari
berbagai hukum alam. Fenomena gerhana bulan bagi yang mengetahui iptek
tidak lagi menyeramkan. Bagi yang menguasai IPTEK, hukum alam itu
dapat dikontrol nya. Air yang hukumnya selalu mencari tempat yang lebih
rendah dapat dibuat mampu memanjat ke gedung bertingkat seratus. Benda
berat seperti besi yang hukumnya harus jatuh ke bumi dapat dibuat mampu
terbang dan membawa ratusan manusia. Barang yang memiliki berat jenis
lebih besar dari air yang kodratnya akan tenggelam, kini dapat dibuat
mampu terbang dan membawa ratusan manusia. Barang yang memiliki
berat jenis lebih besar dari air yang kodratnya akan tenggelam, kini dapat
diapungkan. Dengan teknologi, hujan dapat dibuat, gempa dapat diprediksi,
cuaca dapat diprakirakan. Teknologi telah memerdekakan manusia dari
sesamanya (Elly, dkk, 2006: 15).
Perubahan mendasar dalam IPTEK akan membawa perubahan
mendasar dalam semua bidang kehidupan. Teknologi-teknologi yang telah
membawa perubahan monumental dealam kehidupan manusia adalah jam
(membantu manusia masuk dalam konteks waktu); kompas (menolong

6
manusia memasuki medan ruang); teleskop (mendorong manusia untuk
melebarkan cakrawala ke ujung kosmis); dan mikroskop (yang telah
membawa manusia ke era sub-atomatik) (Elly, dkk, 2006: 16).
Teori-teori ilmu pengetahuan yang telah membawa revolusi berfikir
manusia adalah hukum gravitasi (membawa manusia ke dalam konteks
keteraturan dan harmonisasi jagat); penemuan elektromagnetik (yang
membawa revolusi informasi dan mempertanyakan makna jarak); serta teori
evolusi (yang membawa kita ke pemikiran tentang pertumbuhan dan
tahapan perkembangan) (Elly, dkk, 2006: 16).
Manusia, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni memiliki hubungan
yang unik karena manusia menciptakan IPTEK dan manusia juga yang
menggunakan iptek. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia sebagai
objek dan subjek dari IPTEK (Elly, dkk, 2006: 16).

D. Pemanfaatan dan Penyalahgunaan IPTEK


Perkembangan IPTEK yang berkembang begitu pesat telah
membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat
manusia. Berbagai jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut fisik,
sekarang telah diambil alih oleh robot dan perangkat mesin. Dengan begitu,
manusia diberi kemudahan dalam menjalankan berbagai aktivitas karena
pekerjaannya bisa dibantu oleh teknologi tersebut. Namun, disamping
berbagai keuntungan yang didapatkan manusia dengan adanya IPTEK, ada
banyak sekali permasalahan yang juga timbul akibat dari adanya kemajuan
teknologi. Permasalahan tersebut muncul terutama dalam kerusakan
lingkungan, mental, dan budaya bangsa. Berikut adalah berbagai cara
pemanfaatan dan penyalahgunaan IPTEK di berbagai bidang:
1. Bidang informasi dan komunikasi
Pemanfaatan:
a) Mempercepat dalam mendapatkan informasi yang akurat dan
terbaru di dunia bagian manapun.

7
b) Mempercepat sarana berkomunikasi melalui handphone.
c) Mendapatkan layanan bank yang baik.
Penyalahgunaan:
a) Pemanfaatan jasa komunikasi oleh teroris.
b) Penyalahgunaan informasi dan situs tertentu yang terdapat di
internet oleh pihak-pihak tertentu.
c) Kerahasiaan alat-alat tes semakin terancam, contohnya
melalui internet bisa mengetahui cara penyelesaian tes
psikologi.
d) Kecemasan teknologi, sebagai contoh kerusakan komputer
oleh serangan virus menyebabkan hilangnya file-file penting,
dapat menimbulkan stress karna teknologi.
2. Bidang ekonomi dan industri
Pemanfaatan:
a) Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi.
b) Terjadinya industrialisasi.
c) Produktifitas dunia industri semakin meningkat.
d) Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja
untuk selalu menambah kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki.
e) Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi akan
berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi
tenaga kerja yang di perlukan.
f) Mampu menjadikan produk kedokteran menjadi produktif.
Penyalahgunaan:
a) Terciptanya pengangguran tenaga kerja yang tidak
mempunyai kualifikasi sesuai dengan yang dibutuhkan.
b) Sifat konsumtif dan boros menyebabkan orang mencari
penghasika dengan jalan pintas (bermental instan).

8
3. Bidang sosial dan budaya
Pemanfaatan:
a) Meningkatkan rasa percaya diri.
b) Tekanan kompetisi yang tajam dalam berbagai aspek
kehidupan sebaga konsekuensi globalisasi.
Penyalahgunaan:
a) Kemerosotan moral masyarakat khususnya remaja dan
pelajar.
b) Kenakalan tindak menyimpang di klangan remaja semakin
meningkat.
c) Semakin melemahnya nilai gotong royong dan tolong
menolong sehingga menyebabkan sulit terciptanya kesatuan
sosial.
d) Pola interaksi manusia yang berubah.
4. Bidang pendidikan
Pemanfaatan:
a) Munculnya media massa, khususnya media elektronik
sebagai sumber ilmu.
b) Munculnya metode-metode pembelajaran baru yang
memudahkan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
c) Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka.
Kemajuan teknologi membuat proses pembelajaran tidak
harus mempertemukan siswa dengan guru. Namun, bisa
menggunakan media massa.
Penyalahgunaan:
a) Kurangnya pengawasan pendidik dapat menyebabkan siswa
menggunakan teknologi dengan tidak terkendali.
b) Lebih memilih cara instan dalam mengerjakan tugas daripada
cara konvensional.
c) Semakin diberi kemudahan, siswa cenderung semakin malas
(Dewi, 2018: 37).

9
E. Karya Sastra dan Seni dalam IBD
Secara etimologis kata “sastra” berasal dari Bahasa Sansekerta,
dibentuk dari akar kata “sas-” yang berarti mengarahkan, mengajar dan
memberi petunjuk. Akhiran “–tra” yang berarti alat untuk mengajar, buku
petunjuk. Secara harfiah kata “sastra” berarti huruf, tulisan atau karangan.
Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan “su-" (dari bahasa Jawa) yang
berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah bahasanya.
Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan gabungan ke-an sehingga
menjadi kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku-buku yang
baik isinya dan indah bahasanya. Selain pengertian istilah atau kata sastra
di atas, dapat juga dikemukakan batasan/definisi dalam berbagai konteks
pernyataan yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan
bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah yang menyebut fenomena
yang sederhana dan gampang (Supartono, 1996: 5).
Seni menurut Janet Woll adalah produk sosial. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni adalah keahlian yang membuat karya
yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dll), seni
dapat berupa seni rupa, seni musik, dan lain-lain. Menurut bahasa, ”seni”
berarti indah, tetapi menurut istilah ”seni” merupakan suatu manisfestasi
dan pancaran rasa keindahan (Rusmin, dkk, 2008: 11).
Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-
konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia
dan kebudayaan. Istilah Ilmu Budaya Dasar dikembangkan petama kali di
Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari
istilah bahasa Inggris “The Humanities”. Adapun istilah “humanities” itu
sendiri berasal dari bahasa latin “humnus” yang astinya manusia,
berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan
seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih
halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan

10
dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia
berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari
ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggung
jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri (Supartono, 1996: 3).
Hubungan sastra dan seni dengan ilmu budaya dasar adalah sama-
sama memiliki objek yang sama yaitu manusia. Sama-sama mempelajari
hubungan antar manusia melalui suatu komunikasi yang beraneka ragam
macamnya. Jika manusia hidup tanpa bisa menyalurkan ekspresi mereka
atau tidak bisa berkomunikasi dengan manusia lainnya, maka akan
menggangu kejiwaan atau psikologis manusia tersebut (Supartono, 1996:
7).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Sains adalah pengetahuan yang dikumpulkan melalui proses
pengkajian dan dapat diterima oleh nalar manusia. Hakikat sains
adalah sebagai cara berpikir, cara penyelidikan, dan sekumpulan
pengetahuan. Sains merupakan representasi dari hubungan dinamis
yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: “the extant body of
scientific knowledge, the values of science, and the methods and
processes of science”.
2. Teknologi adalah penggunaan ilmu pengetahuan sesuai dengan
kebutuhan manusia. Teknologi dapat mencakup dua hal. Pertama,
teknologi menunjuk pada peralatan, yaitu unsur yang digunakan
untuk menyelesaikan tugas. Dan yang kedua, yaitu keterampilan
atau prosedur yang diperlukan untuk membuat dan menggunakan
peralatan tersebut.
3. Manusia disebut sebagai subjek IPTEK sebab manusia merupakan
asal terciptanya IPTEK atau manusia lah yang menciptakannya.
Sementara itu, manusia disebut sebagai objek IPTEK sabab manusia
merupakan pengguna dari IPTEK itu sendiri.
4. Adanya kemajuan dan inovasi yang terus dilakukan dalam
perkembangan IPTEK, telah memberikan kemudahan bagi manusia
dalam menjalankan aktivitasnya. Namun di sisi lain, hal ini juga
akan memberikan kemudahan bagi oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Kemajuan IPTEK ini dapat dimanfaatkan di
berbagai bidang, sesuai dengan fungsi dan tujuan dari penggunanya.
Begitu pula dengan penyalahgunaan IPTEK, keberadaan oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab akan memberikan dampak

12
buruk kepada masyarakat atas ketidaknyamanan yang diakibatkan
dari penyalahgunaan IPTEK tersebut.
5. Secara harfiah kata “sastra” berarti huruf, tulisan atau karangan.
Sementara itu, seni adalah keahlian yang membuat karya yang
bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dll). Ilmu
Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Hubungan sastra dan seni dengan ilmu budaya dasar
adalah sama-sama memiliki objek yang sama yaitu manusia.

B. Saran
Manusia harus pandai-pandai dalam memanfaatkan iptek. Karena
jika tidak, ia bisa terombang-ambing di tengah arus perkembangan zaman.
Berpegang teguh pada ajaran agama, mendekatkan diri kepada Tuhan,
menjaga hubungan baik dengan keluarga dan kerabat, adalah upaya-upaya
yang dapat dilakukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Baiquni, 1983, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern Bandung: Pustaka

Dewi, S. S. 2018. Hafal dan Mahir Materi Sejarah. Jakarta: Penerbit ANDI.

Elly, M. Setiadi, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Fatonah, Siti. 2014. Pembelajaran Sains. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Martono, Nanang. (2012). Sosiologi perubahan sosial: perspektif klasik, modern,


postmodern, dan postkolonial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Mohammad Muslih, 2016, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Belukar

Rusmin, Tumanggor, dkk. 2008. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Supartono, Widyosiswoyo. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Halia Indonesia.

Sutarjo, Adisusilo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan.


Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

14
1

Anda mungkin juga menyukai