Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni” ini
dengan baik serta penuh kemudahan dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu pada mata kuliah “Ilmu Sosial
Budaya Dasar”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Puspitawati, M.Si. selaku dosen
pengampu yang telah memberikan arahan dan bimbingannya kepada penulis dalam pengerjaan
tugas makalah ini. Yang diharapkan dengan penulisan tugas ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk
itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk
menyempurkan tugas ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
3. SENI ....................................................................................................................... 4
3.1 Seni Sebagai Intraestetik dan Ekstraestetik ...................................................... 4
3.1.1 Seni ebagai Intraestetik ......................................................................... 4
3.1.2 Seni Sebagai Ekstraestetik .................................................................... 5
3.1.3 Hubungan Seni dan Ilmu Pengetahuan ................................................. 5
ii
1. PENDAHULUAN
Dengan mempelajari materi di bab 7 ini diharapkan mahasiswa akan lebih
memahami prinsip – prinsip pengetahuan, teknologi dan seni. Sains, teknologi dan seni
dimiliki manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan baik material maupun spiritual
manusia. Dalam materi bab 7 ini mahasiswa akan dikenalkan konsep – konsep ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Setelah mempelajari konsep – konsep tersebut
diharapkan mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan – persoalan yang ada dalam
masyarakat dalam perspektif kebudayaan.
Janet Woll mengatakan bahwa seni adalah produk social. Sedangkan menurut
KamusB.Indonesia, seni adalah keahlian yang membuat karya yang bermutu (dilihat
dari segi kehalusannya, keindahannya, dll), seperti tari, lukis, ukir, dll. Maka konsep
pendidikan yang memerlukan ilmu dan seni adalah proses atau upaya sadar antara
manusia dengan sesame secara beradab, di mana pihak kesatu secara terarah
membimbing perkembangan kemampuan dan kepribadian pihak kedua secara
manusiawi yaitu orang perorang. Oleh karena itu, budi bahasapun adalah suatu seni
1
Dalam memperoleh pengetahuan yang merupakan penjelasan terhadap fenomena –
fenomena alam maupun sosial ada etika yang harus ditaati yaitu:
a. Objektif. Dalam praktek objektif artinya secara terus menerus memperbaiki
pengukuran agar semakin akurat dan kemudian meminta rekan sejawat untuk
mereview.
b. Metode. Masing – masing disiplin ilmu pengetahuan pengembangan seperangkat
teknik – teknik dalam mengumpulkan dan mengolah data. Namun secara umum
metode penelitian berasumsi bahwa (a) realitas harus ditemukan; (b) observasi
langsung untuk menemukannya; (c) penjelasan material dari fenomena yang dapat
diobservasi harus selalu memadai sedangkan penjelasan metafisik tidak
diperlukan.
c. Dapat dipercaya. Sesuatu yang benar di Rusia benar juga di Amerika. Tidak
pernah ada “fisika orang Venezuela”, “kimia orang Amerika” atau “geologi orang
Kenya” (Bernard, 1994:3).
2
Manusia dengan akumulasi ilmu pengetahuan yang mempunyai daya prediksi,
mempunyai bayangan kedepan, bagaimana menata dunia ini demi kesenangan
manusia yang hidup di dunia. Alam dan juga sosial telah di modifikasi oleh manusia.
Refleksivitas yang didasarkan oleh ilmu pengetahuan modern dalam praktek – praktek
sosial, secara terus menerus diuji dan di reformasi mengingat banyaknya informasi –
informasi. Dengan demikian secara konstitutif, reformasi tersebut merubah karakter
hubungan sosial sehingga jauh dan kekakuan tradisi.
3
d. Teknologi sosial ; Teknologi ini merupakan cara mengatasi problem – problem
sosial sebagai dampak dari industri. Teknologi ini mengelola spiritual manusia,
etika, pendidikan, psikososial.
e. Teknologi kultural; Teknologi ini menekankan pemenuhan kebutuhan batin dan
gaya hidup tertentu.
f. Pengobatan Cina
g. Teknologi human mind; Teknologi ini memfokuskan pikiran manusia dalam
rangka mencari keseimbangan psikis dan fisik untuk mencapai kesehatan jiwa.
Dapat disimpulkan menurut kategori jaman, teknologi dibagi menjadi dua yaitu
pramodren dan modern. Dari segi metodenya, teknologi dibagi menjadi dua yaitu
penalaran praktis (pramodren) dan penalaran teoritis (teknologi modern). Dari segi
sifatnya, ada teknologi hard technologi dan ada soft technologi.
3. SENI
Seni menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari – hari. Ketika
kita menonton TV, mendengarkan lagu, menikmati seni peran (performance), dan
tantangan iklan, baik iklan produk industri maupun perumahan.
Setelah manusia hidup dalam keadaan yang lebih daripada sekedar bertahan
hidup ia mempunyai dorongan untuk elaborasi kreatif (Manfredi, 1982: 20). Seni
adalah produk yang bekerja dalam pengalaman dan dengan pengalaman. Produknya
dapat saja berupa pertunjukan, obyek fisik, atau text (drama, lukisan, patung, atau
sastra). Produk produk ini agar berfungsi sebagai seni harus mempunyai materi ekspresi
dan konkrit dalam pengalaman manusia agar dapat membangkitkan perasaan: senang,
cemas, atau takut baik dari sudut pembuat maupun audiennya. Perasaan-perasaan ini
menyatu antara pembuat seni dan audiennya karena pengalaman antara kedua belah
pihak menjadi tertata (tuned) (Eldrige, R, 2003: 8). Keindahan merupakan nilai hakiki
dari suatu seni. Merupakan citarasa yang timbul dari pilihan rasional dalam penggunaan
materialnya dan, selain itu subjek matter-nya terkontrol sehingga membangun bentuk
dan isi dari suatu karya seni. Seni yang sukses haruslah mengandung bentuk, struktur,
dan konvensi yang baik. Struktur adalah cara-cara elemen seni misalnya garis, warna,
bunyi, kata-kata ditata pada level alam bawah sadar sehingga menimbulkan dampak
emosional dan kognitif. Sedangkan konvensi adalah seperangkat aturan dan gaya (style)
dikontrol oleh budaya (Alland, Jr. 1977: 99).
4
persepsi) di mana harus mengelompokkan unsur tadi yang tidak berat sebelah
(dalam persepsi) tetapi juga tidak kaku.
Masalah proporsi juga penting karena hal ini menyangkut perbandingan ukuran.
Pusat perhatian adalah hal yang paling menarik dan utama di dalam karya seni.
Suatu karya seni harus menonjolkan subject matter utamanya dengan cara
membuatnya mencolok mata. Semua unsur-unsur seni tadi haruslah berupa suatu
kesatuan sehingga terbentuk suatu harmoni di dalam suatu karya seni. Pengamat
atau orang yang menilai suatu karya seni dibekali dengan perangkat etik (sudut
pandang pengamat) yang mempunyai jarak dengan seninan yang mempunyai
dunianya sendiri sebagai emik (sudut pandang seniman) yang tidak nyambung.
Menurut Geertz pendekatan ini tidak mampu menjelaskan seni-seni non barat.
Padahal di Indonesia kaya sekali seni-seni tradisional dari masing-masing etnis
yang tidak boleh kita lupakan. Seni-seni seperti ini tidak akan berhasil dipahami
menggunakan pendekatan formalistik. Kain ulos misalnya tidak hanya kita anggap
sebagai suatu seni di mana kita mencari simbolisme dari ornamen-ornamennya atau
menganalisisnya melalui formalisme Hasil pengetahuan yang didapat hanya
sekedar itu.
5
kesadaran pikir. Dalam common sense masyarakat seniman adalah orang yang
emosional, ilmuwan adalah orang yang dingin.
Manusia mempunyai kebutuhan yang fundamental untuk mempunyai
kebutuhan pengalamannya: lingkungan eksternal dan proses psikologis internal.
Kegagalan psikologis yang tidak tercerna secara layak dalam pikiran diibaratkan
virus yang bekerja menimbulkan disharmoni dan konflik. Dengan demikian pikiran
menjadi rusak seperti halnya protein-protein yang tidak terasimilasi dengan baik
akan merusak tubuh Nichols (Ed.)(1998:20)].
Sains bukan hanya mengenai problem-problem praktis tentang mengasimilasi
alam ke dalam kebutuhan fisik manusia tetapi juga kebutuhan paikologis untuk
memahami dunia. Mengasimilasi secara mental agar manusia merasa "at home" di
dalamnya. Mitos-mitos yang ada juga memenuhi fungsi ini. Seni membantu
manusia mengasimilasi aspek-aspek perceptual secara langsung dari pengalaman
ke dalam struktur total harmoni dan keindahan. Jelas bahwa cara manusia dengan
sense-nya menjadi sadar membuatnya berbicara secara psikologis. Seniman tidak
hanya mengobservasi obyektifitas agar dapat menggambar dan membuat pola-pola
ornament melainkan juga dapat menangkap bentuk dan struktur alam. Dengan
mengekspresikan dalam bentuk obyek yang diciptakan secara artistik sehingga
dapat membantu orang lain untuk melihat dalam cara yang lebih sensitif. Dan lagi,
karya akhirnya menciptakan alam sekitarnya menjadi lingkungan fisik yang dapat
mengansimilasikannya ke dalam struktur persepsi dan feeling yang harmonis (ibid).
Namun dalam perjalanannya upaya harmonisasi ilmu pengetahuan sering
disalahgunakan, sehingga menghasilkan akibat yang destruktif: perang, penjarahan,
perbudakan. Untuk menciptakan harmoni maka harus ada spirit ilmiah (dalam
rangka membentuk harmoni yang dipelajari dari alam) maka spirit ini harus juga
diterapkan dalam seni dan agama. Harmoni tidak bisa dicapai dengan fragmen
fragmen dalam rangka ilusi untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pada masa modern
sains, teknologi, seni, agama berjalan sendiri-sendiri menjadi fragmen-fragmen
yang membuat dunia menjadi tidak aman dan tidak nyaman untuk dihuni (ibid).
Dengan belajar dari keharmonisan dalam alam, manusia harus memanage
pendekatan total dalam kehidupan dengan menerapkan apa yang telah dilakukan
oleh pengetahuan, seni, agama pada masa ketika mitos, pengetahuan, seni, religi
masih merupakan kesatuan namun harus sesuai dengan kondisi kehidupan modern.
Dalam rangka menghubungkan seni dan sains agar ia menyatu adalah dengan
berorientasi kepada keindahan. Sekarang keindahan penekanannya lebih sebagai
respon subyektif manusia didasarkan pada kesenangan-kesenangan yang ia dapat
dalam memandang apa yang menarik untuk kesenagannya. Dalam sains, sebagai
contoh, seseorang melihat dan merasa sebuah teori dapat dicapai hanya dalam
keadaan tertata, koberen, dan harmoni di mana bagian-bagiannya bekerja dala
membentuk struktur total yang terintegrasi.