Oleh :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Tantangan Keilmuwan di
Masa Depan” tepat pada waktunya.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Edy
Akhir kata semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat tidak
hanya bagi kami tetapi juga bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.3 Masa Depan Dunia Setelah Covid-19: Perubahan, Tantangan, Dan Peluang Di
Berbagai Sektor Kehidupan Pasca-Pandemi…………………………… ...
……...27
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..……
28
3.2 Saran…………………………………………………………………...….29
DAFTAR PUSTAKA…………..…………….………………............
30
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek
material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan
sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu
kedokteran.
Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga memiliki
objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang
ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun
objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal,
dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian
yang terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang,
sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis.
Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Maka seiring
dengan berkembangnya zaman, makin berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan
yang ada.
4
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung
meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya.Orang
merasa asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at
home dengan kebudayaan yang telah membentuk identitas
sosialnya. Kemajuan-kemajuan memungkinkan banyaknya pilihan (multiple
options) dan membuka kesempatan tumbuhnya materialisme dan rasionalisme
dengan luar biasa. Tuntutan hidup begitu tinggi. Kemakmuran yang dicapai
tidak terkendali, gaya hidup menjadi konsumtif dan hedonistik. Manusia
pribadi yang menjadi begitu sibuk untuk mempertahankan hidup
menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari segi materi jadi
satu-satunya tujuan hidup. Persaingan demikian ketat, sehingga penghargaan
manusia terhadap waktu mencapai titik tertinggi dibandingkan masa
sebelumnya. Yang tersisa hanya wajah kehidupan tidak manusiawi dimana
bahaya masa depan ialah manusia menjadi robot karena terjadi alienasi
diri. Ini merupakan pengaruh negatif dari kemjuan ilmu jika tidak di dasari
dengan akhlak, norma, moral dan landasan agama yang ada. Jangan sampai
perkembangan ilmu menjadikan manusia sebagai objek, menyeret dan
memaksanya pada model kehidupan yang menyimpang.
5
teknologi. Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi
kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara
menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan
dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan
8
2. Pengertian Krisis Kemanusiaan
9
teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak)
yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia ditandai
oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada
taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong
menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan,
penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan.
Untuk memahami gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran filsafat ilmu
berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak
menjadi bomerang bagi kehidupan umat manusia.
Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tak
terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang
hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang
paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain,
karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang
menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang
bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat
dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan.
Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama
manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai
ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak
membedakan antara ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun
karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka
filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan
filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan
pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat
10
yang otonom. Ilmu memang berbeda dengan pengetahuan-
pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang
prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana
keduanya mempunyai ciri-ciri yang sama.
Pertama, filsafat ilmu ingin menjawab pertanyaan
laandasan ontologis ilmu; obyek apa yang ditelaah? Bagaimana
korelasi antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berfikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari
landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi
pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu. Noeng Muhadjir
dalam bukunya flsafat ilmu mengatakan, ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal,
menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha
mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam
rumusan Lorens Bagus, menjelaskan yang ada yang meliputi
semua realitas dalam semua bentuknya.
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu
dalam Perspektif mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin
kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan
lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Tiang
penyangga yang kedua adalah Epistimologi ilmu atau teori
pengetahuan. Ini merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan
hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang
ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk
11
peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula
tampaknya, muncul semacam kecenderungan yang terjalin pada
jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para ilmuwan untuk
lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.
Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu
menerapkan apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan, baik dalam
dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah
bahwa semakin maju pengetahuan, semakin meningkat keinginan
manusia, sampai memaksa, merajalela, dan bahkan membabi buta.
Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak manusiawi lagi,
bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah
merencanakan dan menghasilkannya. Kecenderungan yang kedua
inilah yang lebih mengerikan dari yang pertama, namun tidak dapat
dilepaskan dari kecenderungan yang pertama.
Kedua kecenderungan ini secara nyata paling
menampakkan diri dan paling mengancam keamanan dan
kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang lomba persenjataan,
kemajuan dalam memakai serta menghabiskan banyak kekayaan
bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali, kemajuan dalam
bidang kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi
dalam hidup manusia dan perkembangan ekonomi yang
mengakibatkan melebarnya jurang kaya dan miskin. Ilmu
pengetahuan dan teknologi akhirnya mau tak mau mempunyai
kaitan langsung ataupun tidak, dengan setruktur sosial dan politik
yang pada gilirannya berkaitan dengan jutaan manusia yang
kelaparan, kemiskinan, dan berbagai macam ketimpangan yang
justru menjadi pandangan yang menyolok di tengah keyakinan
12
manusia akan keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
menghapus penderitaan manusia.
Kedua kecenderungan di atas yang ternyata condong
menjadi lingkaran setan ini perlu dibelokkan manusia sendiri
sehingga tidak menimbulkan ancaman lagi. Kesadaran akan hal ini
sudah muncul dalam banyak lingkungan ilmuwan yang prihatin
akan perkembangan teknik, industri, dan persenjataan yang
membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi
kita. Untuk itulah maka epistimologi ilmu bertugas menjawab
pertanyaan; bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan
dan tidak teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan
mekanismenya?
Tiang penyangga filsafat ilmu yang ketiga adalah
aksiologi ilmu; Ilmu adalah sesuatu yang paling penting bagi
manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan
manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan
merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa
peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak
mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit,
kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang sulit
lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa merasakan
kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan,
komonikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan
sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu
merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia? Dan memang
sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat
menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya pembuatan bom
13
yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun
kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang
menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu
harus diletakkan secara proposional dan memihak pada nilai-nilai
kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak berpihak kepada
nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang
kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu
pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari
siilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada
kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat
akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas
nilai. Untuk itulah tanggungjawab seorang ilmuwan haruslah
dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab
akademis, dan tanggung jawab moral.
14
Maksudnya dengan berReligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Tuhan (wikipedia.com).
Untuk memberikan batasan tentang makna agama
memang agak sulit dan sangat subyektif. Karena pandangan orang
terhadap agama berbeda-beda. Ada yang memandangnya sebagai
suatu institusi yang diwahyukan oleh Tuhan kepada orang yang
dipilihnya sebagai nabi atau rasulnya, dengan ketentuan-ketentuan
yang telah pasti. Ada yang memandangnya sebagai hasil
kebudayaan, hasil pemikiran manusia, dan ada pula yang
memandangnya sebagai hasil dari pemikiran orang orang yang
jenius, tetapi ada pula yang menganggapnya sebagai hasil lamunan,
fantasi, ilustrasi (Syafa’at,1965).
Menurut sejarah, agama tumbuh bersamaan dengan
berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu dari kebutuhan itu
adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang
bersifat spritual, yakni sesuatu yang dianggap mampu memberi
motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan
dikejar sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat yang
dianggap suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa.
Sesuai dengan taraf perkembangan cara berpikir mereka, manusia
mulai menemukan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan.
Dapatlah dimengerti bahwa hakikat agama merupakan
fitrah naluriah manusia yang tumbuh dan bekembang dari dalam
dirinya dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan
alam sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa agama di dalam
banyak aspeknya mempunyai persamaan dengan ilmu kebatinan.
Yang dimaksud ilmu agama di sini pada umumnya adalah agama-
15
agama yang bersifat universal. Artinya para pengikutnya terdapat
dalam masyarakat yang luas yang hidup di berbagai daerah
(Thalhas, 2006). Di samping itu ajarannya sudah tetap dan
ditetapkan (established) di dalam kaedahnya atau ketetapannya dan
semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja.
Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya
agar dapat memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat baik kepada
dirinya sendiri maupun kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu
agama juga memberikan ajaran untuk membuka jalan yang menuju
kepada al-Khaliq, Tuhan yang Maha Esa ketika manusia telah
mati.
Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang
tidak dapat dirubah meskipun masyarakat yang telah menerima itu
berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksud di sini adalah
bahwa ajaran agama itu dapat dijadikan pedoman hidup, bahkan
dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma untuk menyusun
masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded, agraris,
buta aksara, maupun cerdik pandai (cendikiawan). Karena ajaran
agama itu universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat
dijadikan pedoman yang kuat bagi masyarakat baik di waktu
kehidupan yang tenang maupun dalam waktu yang bergolak.
Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat dan
member pedoman untuk mengatur kehidupannya.
16
biasanya digunakan untuk waktu yang panjang, mungkin juga tidak
terbatas dan kadang-kadang masih bersifat abstrak. Masa depan
untuk jangka pendek biasanya digunakan istilah besok, besok lusa,
bulan depan atau tahun depan.
17
mana harus diperlukan persiapan khusus, menurut pendapat
penulis, masa tersebut sangat rawan sekali, yang banyak
memungkinkan bencana-bencana besar bagi siapa yang
memasukinya apabila tidak memiliki persiapan dengan baik.
Apabila masa depan diartikan secara salah, seperti diartikan
masa rumah tangga, atau masa tua, maka persiapan seseorang akan
dikonsentrasikan secara penuh kepada hal-hal yang di atas.
Akibatnya ia mungkin akan berhasil pada masa itu tetapi akan
mendapatkan kehancuran ketika ia memasuki kepada masa depan
yang sesungguhnya, karena mereka sebelumnya tidak
mempersiapkan ke arah sana.
Di dalam kondisi industrialisasi seperti sekarang ini, tidak
sedikit para orang tua dan generasi muda yang memandang
kehidupan di dunia ini dipandang sebagai masa depannya,
sehingga seluruh kegiatan-kegiatan mereka mengacu pada hal-hal
yang dapat meningkatkan prestasi kehidupan duniawi, mereka
tidak segan-segan mengorbankan segala yang dimiliki untuk
kesuksesan dunia. dan kami rasa banyak sekali contoh-contoh
sosial yang menggambarkan kejadian-kejadian di atas. mari kita
renungkan bersama lagi, rencana apa yang akan kita lakukan untuk
menyongsong kehidupan lebih baik di masa mendatang , dimana
era globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini.
18
penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat
dikendalikannya dengan teknologi maupun sistem organisasi sosial
yang dikenalnya. Pengertian agama yang lain yaitu agama sebagai
seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi melalui mitos dan
menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural dengan tujuan untuk
mencapai atau menghindari terjadunya perubahan keadaan pada
manusia atau alam semesta (Sare, 2007).
19
B. Pentingnya Peran Manusia Terhadap Agama
20
Pendapat lain mengatakan bahwa agama merupakan produk dan
alienasi dari manusia. Manusia tidak menciptakan agama, dan agama
tidak menciptakan manusia. maka agama adalah kesadaran diri dan
perasaan diri manusia (Leahy, 2008).
21
kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta
inteligensimanusia.Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil
mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia (Mas’ud dan Paryono,
1998).
22
Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan
teknologi juga dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang
pembangunannya. Misalnya dalam perencanaan dan programing
pembangunan, organisasi pemerintah dan administrasi negara untuk
pembangunan sumber-sumber insani, dan teknik pembangunan dalam
sektor pertanian, industri, dan kesehatan.
Puncaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bukan saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil
mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia. Bendungan, kalkulator,
mesin cuci, kompor gas, kulkas, OHP, slide, TV, tape recorder, telephon,
komputer, satelit, pesawat terbang, merupakan produk-produk teknologi
yang, bukan saja membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya,
tetapi membuat hidup manusia semakin mudah (Ibnu, 1998).
Manfaat-manfaat inilah yang mula-mula menjadi tujuan manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan hingga menghasilkan teknologi. Mulai
dari teknologi manusia purba yang paling sederhana berupa kapak dan
alat-alat sederhana lainnya. Sampai teknologi modern saat ini, yang
perkembangannya jauh lebih pesat dari perkembangan teknologi
sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sanggup
membawa berkah bagi umat manusia berupa kemudahan-kemudahan
hidup, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan dalam benak manusia.
23
berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan
martabat manusia.
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat
penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar
kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi
dampak negatifnya semiminal mungkin. Pola hubungan pertama adalah
pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar oleh
agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Pola hubungan ke dua
adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran
iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat
disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati,
jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan
anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang
berbeda.
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan
ini, kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu
pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran
agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan
dengan iptek sama sekali.
Mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung
pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek
dan demikian pula sebaliknya. Pola hubungan yang ke empat adalah
pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini
mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu
24
pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori,
pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama
mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak
mendukung ajaran agama, pengembangan iptek.
25
Karena itu, perlu kejelian dan kecerdasan memperhatikan sisi kebebasan
dalam ilmu dan sistem nilai dalam agama agar keduanya tidak saling
bertolak belakang. Disinilah perlu rumusan yang jelas tentang ilmu secara
filosofis dan akademik serta agama agar ilmu dan teknologi tidak menjadi
bagian yang lepas dari nilai-nilai agama dan kemanusiaan serta
lingkungan. Ilmu di dalam mengembangkan ilmu dan teknologi
seharusnya bermanfaat mencari keredhaan Allah. Ini hanya boleh dicapai
melalui aplikasi agama dalam ilmu dan teknologi . Maka langkah awal
ialah agama perlu diintegrasi ke dalam ilmu dan teknologi untuk
memastikan ilmu dan teknologi tidak lari dari manfaat asal kejadian
manusia. Ini juga didorong oleh faktor bahwa agama itu tidak terikat
dengan ilmu dan teknologi.
Agama mengajar seseorang untuk hidup bertujuan. Tujuan
beragama adalah untuk menjamin / mendapatkan kesejahteraan di akhirat
dalam kepatuhan di dunia. Setiap amalan yang dilakukan di dunia harus
berada di atas landasan yang diridhai oleh Allah. Telah dinyatakan dengan
jelas dalam Alquran bahwa manusia adalah khalifah Allah yang
bertanggung jawab untuk memelihara dan mengatur alam ini. Justru
setiap urusan manusia harus memelihara keharmonisan dan keseimbangan
alam. Jika perkembangan ilmu dan teknologi di atas landasan ini, maka
sudah tentu perkembangan ilmu dan teknologi tidak akan merusak bumi
karena setiap perkembangan ilmu dan teknologi dirancang dengan teliti.
Seandainya ini terlalu bersifat idealistik, setidaknya ia dapat
meminimalkan dampak negatif yang timbul karena perkembangan ilmu
dan teknologi tersebut, pastinya dilakukan secara berhati-hati untuk
memelihara kepentingan alam.
26
2.3 Masa Depan Dunia Setelah Covid-19: Perubahan, Tantangan, Dan
Peluang Di Berbagai Sektor Kehidupan Pasca-Pandemi
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang
disusun dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal
yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat
dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang
kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimen.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban
manusia yang ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh
berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan
28
alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya
memberikan efek saling tular serta membentuk sikap tertentu pada
lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada masa depan
manusia yang berbeda dan lebih kompleks.
Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama
formal (organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi
urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat semakin berkembang, ternyata
tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi
peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi,
bahkan dalam teknologi.
Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami
filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang
ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami
sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk
pemanfaatannya bagi masyarakat.
Mengutip sebuah kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu
lumpuh namun ilmu tanpa agama buta. Kebutaan moral dari ilmu itu
mungkin membawa manusia kejurang malapetaka. Jadi dalam kehidupan
ini kedua bidang itu tak usah berseberangan, bahkan sebaliknya justru
harus melengkapi satu sama lainnya. Ilmu pengetahuan dipelajari guna
memperoleh penjelasan-penjelasan dari fenomena kehidupan ini,
sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna atau arti kehidupan
(fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa kehidupan
memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping memperdalam suatu
masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman
tunggal (sintesa) dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan
kita.
29
Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen
penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk
mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai
sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya bahwa dalam
mempelajari ilmu pengetahuan dan menggunakan teknologi setiap
individu perlu ditanamkan nilai-nilai moral( agama), sehingga ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler. Agar perkembangan ilmu
yang ada tidak menimbulkan krisis pada kemanusiaan terutama mengenai
kemerosotan agama yang mencakup nilai etika, moral, norma yang ada,
dan agar perkembangan ilmu itu sendiri dapat menjadi manfaat bagi
kehidupan dalam segala bidang.
3.2 Saran
Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan
saran yang sangat membangun dalam penulisan makalah ini sangat penulis
butuhkan.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-islamisasi-
ilmu-pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu
Anonim. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan. http://elearning.gunadarma.ac.id.
20/11/2009.
Sastrapratedja. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius
Anonim. Cultural Relativism.
http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Philosophy/
Cultural_Relativism.shtml
Anonim, Ethical (Moral, Cultural) Relativism.
http://www.owlnet.rice.edu/~spac205/February_11-2.pdf
Muchdhor M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan 26/10/2002
Daruni,EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat.
Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8
Ma’arif S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan
Modern oleh Nashir H. 1997. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Irfan LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com.
Diunduh 22/11/09.
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
32