Anda di halaman 1dari 13

AKTUALITA, Vol.2 No.2 (Desember) 2019 hal.

735-747

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER GIGI DALAM MELAKUKAN


PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

Dedy Kuswandi
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Islam Bandung
Email : dkosny868@gmail.com

Abstrak - Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar di Indonesia. Salah


satu pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Hubungan hukum antara dokter gigi dan pasien di Puskesmas merupakan suatu
perhubungan hukum yang lahir atas dasar perjanjian terapeutik. Akan tetapi,
seringkali pasien menuntut dokter karena penyakitnya tidak berhasil disembuhkan,
padahal dalam kontrak terapeutik objek perjanjian adalah usaha atau upaya sebaik-
baiknya dari dokter untuk menyembuhkan dan bukan sembuh atau tidak sembuhnya
pasien. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi dokter
gigi dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien di Puskesmas. Metode
penelitian yang digunakan yaitu yuridis normatif yang bersifat deskriptif,
menggunakan data sekunder melalui studi kepustakaan dan studi lapangan, yang di
analisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlindungan hukum
bagi dokter gigi dalam melakukan pelayanan kesehatan di Puskesmas merupakan hak
yang diberikan oleh hukum sepanjang telah melakukan tugasnya sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Dokter Gigi, Puskesmas

Abstract - Puskesmas is a basic health service facility in Indonesia. One of the health
services at the Puskesmas is dental and oral health services. The legal relationship
between the dentist and the patient at the Puskesmas is a legal relationship born
based on a therapeutic agreement. However, patients often sue doctors because the
disease was not successfully cured, even though in the therapeutic contract the object
of the agreement is the best effort or effort from the doctor to cure and not cure or not
cure the patient. This writing aims to determine the legal protection for dentists in
providing health services to patients at the Puskesmas. The research method used is
normative juridical descriptive, using secondary data through literature studies and
field studies, which are analyzed qualitatively. The results showed that the legal
protection for dentists in performing health services in Puskesmas is a right granted
by law as long as they have performed their duties in accordance with professional
standards and operational procedure standards.

Keyword : Legal Protection, Dentist, Public Health Center

A. PENDAHULUAN status kesehatan masyarakat menuju


Puskesmas adalah sarana pelayanan peningkatan derajat kesehatan yang
kesehatan dasar yang amat penting di optimal. Untuk mewujudkan derajat
Indonesia yang merupakan unit strategis kesehatan yang optimal tentu diperlukan
dalam mendukung terwujudnya perubahan upaya pembangunan sistem pelayanan

ISSN: 2620-9098 735


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

kesehatan dasar yang mampu memenuhi maksimal atau memenuhi Standar


kebutuhan-kebutuhan masyarakat dari Pelayanan Minimal sebagaimana yang
pelayanan kesehatan dasar tersebut (Hadi diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Mahmud, Suparwi, 2015 : 202-203). Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Cakupan pelayanan yang diterima di Kesehatan Masyarakat.
Puskesmas yaitu rawat jalan tingkat Dalam hal pelayanan kesehatan,
pertama, pelayanan kesehatan gigi dan hubungan antara dokter dengan pasien
mulut, rawat inap tingkat pertama dan merupakan hubungan keperdataan, dimana
pelayanan darah sesuai indikasi medis. pasien datang untuk disembuhkan
Kualitas pelayanan kesehatan di penyakitnya dan dokter berjanji akan
Puskesmas merupakan salah satu faktor menyembuhkan penyakit pasien.
yang mendorong kepuasan pasien terhadap Hubungan keperdataan adalah hubungan
pelayanan kesehatan yang diterimanya. hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak
Kepuasan pasien terhadap pelayanan yang berada dalam kedudukan sederajat,
kesehatan gigi dan mulut adalah setidak-tidaknya pada saat para pihak akan
perbandingan antara persepsi terhadap memasuki hubungan hukum tertentu
pelayanan yang diterima dengan harapan (Syahrul Machmud, 2008 : 44).
sebelum mendapatkan pelayanan. Secara yuridis, timbulnya hubungan
Pelayanan dikatakan telah memberikan antara dokter dan pasien berdasarkan dua
suatu kualitas yang luar biasa dan juga hal, yaitu perjanjian (ius contractual) atau
akan menimbulkan kepuasan yang tinggi yang disebut dengan transaksi terapeutik,
apabila harapan pasien sebelum hubungan ini sifatnya pribadi antara dokter
mendapatkan pelayanan terpenuhi dengan pasiennya karena didasarkan pada
(Mariane Sembel, Henry Opod, Bernart S. kepercayaan, dan undang-undang
P. Hutagalung, 2014). (zaakwarneming). Dikatakan
Pada pelayanan kesehatan gigi dan zaakwarneming atau perwakilan sukarela,
mulut di Puskesmas, kemampuan dokter apabila pasien dalam keadaan tidak sadar
gigi dalam pelayanan kesehatan gigi dan sehingga dokter tidak mungkin
mulut, merupakan modal dasar memberikan informasi, maka dokter dapat
peningkatan derajat kesehatan gigi dan bertindak atau melakukan upaya medis
mulut masyarakat. Pelayanan kesehatan tanpa seizin pasien sebagai tindakan
gigi dan mulut juga harus didukung oleh berdasarkan perwakilan sukarela atau
sarana dan prasarana yang memadai menurut ketentuan Pasal 1354 Kitab
sehingga hasil yang diberikan menjadi Undang-Undang Hukum Perdata (Agus

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 736


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Budianto, at., al., 2010 : 88). Hubungan Procedure (SOP) pelayanan kesehatan
antara dokter dengan pasien yang untuk mewujudkan masyarakat Sarijadi
didasarkan atas perjanjian atau transaksi yang sehat dan mandiri tahun 2020. Dalam
terapeutik, yaitu perjanjian dimana dokter pelayanannya, Puskesmas Sarijadi hanya
berusaha semaksimal mungkin melayani pemeriksaan kesehatan Rawat
menyembuhkan pasien (Syahrul Jalan dan tidak melayani Rawat Inap.
Machmud, 2008 : 44). Salah satu pelayanan kesehatan yang
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor tersedia yaitu pelayanan kesehatan rawat
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan jalan gigi dan mulut.
Masyarakat telah menetapkan berbagai Berdasarkan hasil penelitian,
standar dan pedoman yang terkait dengan permasalahan yang terjadi di Puskesmas
pelayanan kesehatan pada suatu Sarijadi adalah sumber daya manusia yang
Puskesmas sebagai acuan untuk dapat sangat terbatas, penempatan tenaga dokter
memberikan pelayanan kesehatan yang yang tidak merata oleh pemerintah serta
optimal kepada masyarakat. Namun dalam masih belum lengkapnya sarana dan
prakteknya, masih terdapat Puskemas yang prasana lainnya seperti peralatan dan
belum memenuhi ketentuan-ketentuan perlengkapan di poli gigi yang belum
yang ditetapkan dalam Permenkes memenuhi standar yang ditetapkan.
Puskesmas tersebut, salah satunya yaitu Dengan adanya program BPJS, pasien
Puskesmas Sarijadi di Kota Bandung. yang banyak tidak akan memberikan
Puskesmas Sarijadi, secara struktural pelayanan yang optimal apabila tidak
berada di bawah Unit Pelayanan Terpadu didukung oleh ketersediaan tenaga yang
(UPT) Puskesmas Sukarasa sebagai memadai, sementara Puskesmas dituntut
Puskesmas jejaring hingga bulan Januari untuk melakukan pelayanan secara optimal
tahun 2018. Pada tanggal 6 Februari 2018 karena Puskesmas dianggap sudah
berdasarkan penetapan Surat Keputusan mendapatkan kapitasi, begitu pula apabila
Wali Kota Bandung Nomor 199 Tahun jumlah pasien banyak sementara
2018, berubah statusnya menjadi UPT ketersediaan tenaga kesehatan terbatas
Puskesmas Sarijadi. Puskesmas Sarijadi akan berdampak kepada kesehatan
adalah salah satu Puskesmas perkotaan dokternya sebagaimana secara etika
dengan pelayanan kesehatan bermutu yang profesi dokter perlu menjaga kesehatannya
memenuhi atau melebihi harapan karena demi keselamatan pasien.
pelanggan serta memberikan pelayanan Disisi lain, seringkali terdengar
yang sesuai dengan Standart Operating pasien menuntut dokter karena

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 737


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

penyakitnya tidak berhasil disembuhkan, bahan hukum, yang dilakukan melalui


padahal dalam kontrak terapeutik, objek studi dokumen terhadap data sekunder
perjanjian adalah usaha atau upaya sebaik- yang diperoleh dengan menggunakan
baiknya dari dokter untuk menyembuhkan metode penelitian kepustakaan dan studi
(inspanning verbitenis) dan sama sekali lapangan. Keseluruhan data sekunder yang
bukanlah sembuh atau tidak sembuhnya diperoleh diolah dan dianalisis dengan
pasien (resultaat verbintenis) (Rozi Oktri menggunakan pendekatan kualitatif
Novika, 2015 : 2). Dengan demikian dengan menghubungkan ketentuan-
seorang dokter gigi beresiko menghadapi ketentuan hukum yang berlaku tentang
adanya gugatan atau tuntutan atas perlindungan hukum bagi dokter gigi
ketidakpuasaan pasien dalam pelayanan dalam melakukan pelayanan kesehatan di
kesehatan di Puskesmas yang kurang Puskesmas.
didukung oleh sumber daya manusia,
sarana dan prasarana yang memadai. B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi
1. Identifikasi Masalah Dalam Melakukan Pelayanan
Bagaimana perlindungan hukum bagi Kesehatan Terhadap Pasien Di
dokter gigi dalam melakukan pelayanan Puskesmas
kesehatan di Puskesmas ? Perlindungan hukum merupakan
suatu hal yang melindungi subyek-subyek
2. Tujuan Penelitian hukum melalui peraturan perundang-
Untuk mengetahui perlindungan undangan yang berlaku dan dipaksakan
hukum bagi dokter gigi dalam melakukan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
pelayanan kesehatan terhadap pasien di Perlindungan hukum dapat dibedakan
Puskesmas. menjadi dua, yaitu : (Muchsin, 2003 : 20)
a. Perlindungan Hukum Preventif
3. Metode Penelitian Perlindungan yang diberikan oleh
Penelitian ini merupakan suatu pemerintah dengan tujuan untuk
penelitian yuridis normatif yang bersifat mencegah sebelum terjadinya
deskriptif analisis, karena penelitian ini pelanggaran. Hal ini terdapat dalam
berbasis pada analisis norma hukum. Oleh peraturan perundang- undangan
karena penelitian ini merupakan penelitian dengan maksud untuk mencegah suatu
yuridis normatif, maka sumber datanya pelanggaran serta memberikan rambu-
adalah berupa data sekunder berupa bahan-

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 738


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

rambu atau batasan-batasan dalam dalam melaksanakan tugas sesuai


melakukan suatu kewajiban. profesinya, dimana perlindungan hukum
b. Perlindungan Hukum Represif tersebut merupakan hak setiap dokter gigi
Perlindungan hukum represif yang diberikan sepanjang dalam
merupakan perlindungan akhir berupa melaksanakan pelayanan kesehatan telah
sanksi seperti denda, penjara, dan memenuhi ketentuan kode etik, standar
hukuman tambahan yang diberikan profesi, hak pengguna pelayanan
apabila sudah terjadi sengketa atau kesehatan, standar pelayanan, dan standar
telah dilakukan suatu pelanggaran. prosedur operasional. Kemudian, tidak
Dalam kaitannya dengan jauh berbeda dengan yang diatur dalam
perlindungan hukum bagi dokter gigi undang-undang tersebut, dalam Pasal 50
dalam memberikan pelayanan kesehatan di Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
Puskesmas, salah satu bentuk perlindungan tentang Praktik Kedokteran juncto
hukum yang diberikan terhadap dokter gigi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
yaitu adanya seperangkat aturan atau tentang Tenaga Kesehatan dalam Pasal 66
ketentuan yang mengatur mengenai hal-hal ayat (1), juga ditegaskan kembali bahwa
yang dapat melindungi seorang dokter gigi pada dasarnya dokter gigi mempunyai hak
dalam hal terjadinya sengketa atau untuk mendapatkan perlindungan hukum
perselisihan dengan pasien yang sepanjang telah melaksanakan tugas sesuai
merupakan konsumen. Adapun dasar dengan profesi dan standar prosedur
perlindungan tersebut sebagaimana yang pelayanan operasional.
telah ditetapkan dalam Undang-Undang Pelaksanaan tugas sesuai dengan
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, profesi dan standar pelayanan operasional
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 kembali dipertegas dalam Pasal 17 ayat (1)
tentang Praktik Kedokteran, Undang- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Republik Indonesia 75 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan, dan Peraturan Menteri Puskesmas yang mengharuskan bagi setiap
Kesehatan Nomor Republik Indonesia 75 tenaga kesehatan di Puskesmas untuk
Tahun 2014 tentang Puskesmas. bekerja sesuai dengan standar profesi,
Berdasarkan Pasal 24 ayat (1) dan standar pelayanan, standar prosedur
Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor operasional, etika profesi, menghormati
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, hak pasien, serta mengutamakan
mengatur bahwa dokter gigi memiliki hak kepentingan dan keselamatan pasien
untuk mendapatkan perlindungan hukum dengan memperhatikan keselamatan dan

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 739


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

kesehatan dirinya dalam bekerja tidak lege atis jika tindakan tersebut telah
terkecuali dokter gigi di Puskesmas. dilakukan sesuai dengan standar profesi
Keharusan dokter atau dokter gigi dokter, yaitu :
dalam memberikan pelayanan kesehatan “Suatu tindakan medis seorang
sesuai dengan standar-standar diatas lebih dokter, sesuai dengan standar
ditekankan lagi dengan adanya sanksi bagi profesi kedokteran jika dilakukan
dokter atau dokter gigi yang tidak secara teliti sesuai ukuran medis,
melaksanakan tugasnya sesuai dengan sebagai seorang dokter yang
standar-standar yang telah ditetapkan memiliki kemampuan rata-rata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 dibandingkan dengan dokter dari
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 kategori keahlian medis yang sama
tentang Praktik Kedokteran dan Pasal 82 dengan sarana upaya yang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 memenuhi perbandingan yang wajar
tentang Tenaga Kesehatan. (proporsional) dibandingkan dengan
Dengan demikian, pada dasarnya tujuan konkret tindakan medis
perlindungan hukum terhadap seorang tersebut.”
dokter atau dokter gigi lahir apabila
pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan Berdasarkan rumusan diatas,
yang dilakukan oleh dokter atau dokter terdapat 5 (lima) unsur standar profesi
gigi telah sesuai dengan standar profesi medik, yaitu (Endang Kusuma Astuti,
dan standar operasional yang ada. 2009 : 30-31):
Sehingga dengan adanya pelaksanaan 1) Tindakan yang teliti, berhati-hati.
tugas sesuai dengan standar profesi dan 2) Sesuai ukuran medis. Ukuran medis
standar pelayanan operasional yang ditentukan oleh ilmu pengetahuan
dilakukannya berarti telah dipenuhi medis. Ukuran medis diartikan sebagai
kewajibannya sebagaimana yang suatu cara perbuatan medis tertentu
diamanatkan undang-undang dan berhak dalam suatu kasus yang konkret
atas perlindungan hukum yang diberikan menurut suatu ukuran yang didasarkan
kepadanya. pada ilmu medis dan pengalaman
Standar profesi adalah pedoman dalam bidang medis.
yang harus dipergunakan sebagai petunjuk 3) Sesuai dengan seorang dokter yang
dalam menjalankan profesi secara baik dan memiliki kemampuan rata-rata
benar (Endang Kusuma Astuti, 2009 : 28). dibandingkan dengan dokter dari
Menurut Leenen, tindakan medis disebut kategori keahlian medis yang sama.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 740


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Ukuran etika, menurut standar tertinggi b. Keterampilan umum, meliputi


dari dokter sesuai dengan Pasal 2 Kode penanggulangan terhadap berbagai
Etik Kedokteran Indonesia 1983 yang penyakit yang tercantum dalam
menyatakan bahwa dokter harus kurikulum inti pendidikan dokter
senantiasa melakukan profesinya Indonesia.
menurut ukuran yang tertinggi. 2) Standar Sarana
4) Dalam situasi dan kondisi yang sama. Meliputi segala sarana yang diperlukan
Dalam situasi yang sama, misalnya di untuk berhasilnya dokter dalam
Puskesmas berbeda dengan rumah melakukan pelayanan dan tindakan
sakit tipe A. medis yang meliputi sarana medis dan
5) Dengan saran upaya yang memenuhi non medis.
perbandingan yang wajar dibandingkan 3) Standar Perilaku, meliputi :
dengan tujuan konkret tindakan medis a) Pasien harus diperlakukan secara
tersebut. Dokter harus selalu manusiawi,
membandingkan tujuan tindakan medis b) Semua pasien diperlakukan sama,
dengan risiko tindakan tersebut dan c) Semua keluhan pasien diusahakan
berusaha untuk risiko yang terkecil. agar diperiksa secara menyeluruh,
Berdasarkan rumusan standar profesi d) Pada pemeriksaan pertama
kedokteran yang diterbitkan oleh Pengurus diusahakan untuk memeriksa
Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), secara menyeluruh,
standar profesi dibagi menjadi empat e) Pada pemeriksaan ulangan
bagian, yaitu : (Endang Kusuma Astuti, diperiksa menurut indikasinya,
2009 : 33-34) f) Penentuan uang jasa dokter
1) Standar Keterampilan diusahakan agar tidak
a. Keterampilan kedaruratan medis, memberatkan pasien,
yaitu sikap yang diambil seorang g) Dalam ruang praktik tidak boleh
dokter dalam menjalankan ditulis tarif dokter,
profesinya dengan sarana yang h) Untuk pemeriksaan wanita agar ada
sesuai dengan standar ditempat saksi baik dari pihak keluarga atau
prakteknya. Jika tindakan tidak perawat, kecuali dokternya wanita,
berhasil, penderita perlu dirujuk ke i) Dokter tidak boleh melakukan
fasilitas kesehatan yang lebih perzinaan dalam ruang praktek,
lengkap. abortus, kecanduan, dan
alkoholisme,

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 741


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

j) Papan nama terpasang dalam bekerja sehingga mendapatkan hasil yang


ukuran yang pantas. sesuai dengan harapan. Pada umumnya
4) Standar Catatan Medis suatu standar prosedur operasional
Pada semua penderita, sebaiknya berisikan suatu perintah atau ketentuan
dibuatkan catatan medis yang yang harus senantiasa diikuti atau
dicantumkan didalamnya identitas dijalankan oleh seorang dokter dalam
penderita, nama penderita, anamnesis, melakukan suatu tindakan medis. Standar
pemeriksaan, diagnosis, terapi, dan operasional prosedur tersebut dibuat dan
obat yang menimbulkan alergi pada ditetapkan sesuai dengan standar
pasien. operasional prosedur minimal yang
Seorang dokter yang menyimpang diamanatkan undang-undang yang telah
dari Standar Profesi Medik dikatakan telah disesuaikan pada institusi terkait dan
melakukan suatu kelalaian atau kesalahan ditetapkan oleh pihak yang berwenang
dan dalam hal tersebut dapat merupakan menjadi standar prosedur operasional pada
salah satu unsur dari malpraktik medik, institusi tersebut. Sehingga pada dasarnya
yakni apabila kesalahan tersebut bersifat standar prosedur yang ada di suatu
sengaja (dolus) dan menimbulkan kerugian Puskemas belum tentu sama dengan yang
pasien. Standar Profesi Medik merupakan ada di Puskesmas lainnya. Dengan
salah satu persyaratan penghapusan demikian seorang dokter gigi pada
tuntutan atau gugatan dikemudian hari dasarnya terikat untuk menjalankan
kepada dokter. Sehingga bila dokter tidak standar operasional prosedur pada institusi
menyimpangi standar profesi medik dalam dimana seorang dokter gigi bekerja untuk
pelaksanaan pelayanan medis yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
dilakukannya, maka ia tidak dapat yang maksimal dan berkualitas.
dipidana ataupun membayar kerugian Pada umumnya standar profesi dan
(Chrisdiono M. Achadiat, 2007 : 13-15) standar prosedur operasional yang wajib
Selanjutnya, standar prosedur diterapkan dokter gigi dalam melakukan
operasional merupakan suatu rangkaian pelayanan kesehatan di Puskesmas salah
instruksi atau pedoman tertulis dalam satunya ialah adanya kewajiban atas
menjalankan suatu tindakan medis yang informed consent dan rekam medik.
dilakukan dokter gigi untuk memastikan Informed consent diartikan sebagai suatu
bahwa suatu tindakan yang diambil atau persetujuan dari pasien atas tindakan
dilakukan telah mengikuti prosedur- medis yang dilakukan dokter gigi yang
prosedur yang telah ditetapkan di tempat ia dilakukan berdasarkan catatan atau riwayat

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 742


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

kesehatan pasien yang bersangkutan pasien sebagai pihak lainnya yang


(rekam medik) (Syahrul Machmud, 2008 : menerima pelayanan medis menjelaskan
85) . Dalam hal ini dokter gigi harus dengan sejujurnya tentang riwayat
menerangkan secara terbuka dan jujur penyakit yang pernah dideritanya serta
terkait informasi-informasi mengenai diri obat-obatan yang pernah digunakannya
pasien dan resiko-resiko yang mungkin selama sakit atau memberikan informasi
timbul akibat tindakan medis yang akan sebenar-benarnya tentang keadaaan
dilakukan oleh dokter gigi sebagaimana kesehatan dirinya serta harus juga berdaya
juga merupakan hak pasien selaku upaya maksimal untuk mewujudkan
konsumen jasa pelayanan kesehatan. kesembuhan dirinya sebagai hal yang
Dalam hubungan hukum yang lahir diperjanjikan sebagaimana dimaksud
antara dokter gigi dan pasien, pada dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 29
dasarnya lahir karena adanya perjanjian Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
diantara kedua belah pihak yang dikenal Tanpa bantuan pasien, maka upaya dokter
dengan perjanjian atau transaksi tidak akan mencapai hasil yang
terapeutik. Yaitu suatu perjanjian atau diharapakan.
kontrak dimana seorang dokter berjanji Pada dasarnya suatu perjanjian
untuk melakukan upaya semaksimal terapeutik juga merupakan suatu perjanjian
mungkin dalam memberikan pelayanan pada umumnya yang diatur dalam Buku III
kesehatan kepada seorang pasien (Salim KUHPerdata. Sebagaimana perjanjian
HS, 2006 ; 45). pada umumnya maka suatu perjanjian
Perjanjian terapeutik atau transaksi terapeutik juga harus tunduk pada
terapeutik termasuk dalam ispaning ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata
verbintenis atau perjanian upaya, karena tentang perjanjian (Bayu Wijanarko, 2014
dokter tidak mungkin menjanjikan : 5-6). Suatu perjanjian apapun bentuknya
kesembuhan kepada pasien, yang harus mengikuti kaedah-kaedah umum
dilakukan dokter adalah melakukan yang berlaku, untuk syarat sahnya suatu
pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk perjanjian. Yaitu harus dipenuhi syarat-
menyembuhkan pasien. Dalam melakukan syarat yang termuat dalam Pasal 1320
upaya ini, dokter harus melakukan dengan KUHPerdata, yaitu adanya kata sepakat
penuh kesungguhan, dengan mengarahkan diantara para pihak, kecakapan para pihak
seluruh kemampuan dan keterampilan dalam hukum, suatu hal tertentu dan kausa
yang dimilikinya dengan berpedoman yang halal (R. Subekti, 2005 : 29-30)
kepada standar profesi. Sementara itu,

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 743


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Didalam transaksi terapeutik, perjanjian terapeutik diantara dokter gigi


penerima layanan medis terdiri dari pasien dan pasien di Puskesmas terjadi ketika
orang dewasa yang cakap untuk bertindak, adanya persetujuan dari seorang pasien
orang dewasa yang tidak cakap sehingga (informed consent) atas tindakan medis
memerlukan persetujuan dari yang akan dilakukan oleh dokter gigi
pengampunya dan anak dibawah umur kepadanya dengan pertimbangan rekam
yang memerlukan persetujuan dari orang medik atau catatan kesehatan pasien
tuanya. Untuk hal tertentu dalam hal ini tersebut.
adalah suatu upaya penyembuhan yang Dalam hukum perjanjian,
dalam pelaksanaannya memerlukan persejutuan atau kata sepakat yang
kerjasama yang berdasarkan sikap saling melahirkan suatu perjanjian harus
jujur dan percaya. Oleh karena itu dalam dilakukan oleh orang yang dianggap cakap
mengemban kepercayaan ini dokter dalam melakukan perbuatan hukum dalam hal ini
mengupayakan penyembuhan terhadap yaitu telah berusia 21 (dua puluh satu)
pasiennya harus berdasarkan standar medis tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
yang tertinggi. Sedangkan yang dimaksud 330 KUHPerdata. Dalam hal pasien bukan
oleh causa atau sebab yang halal adalah termasuk orang yang cakap melakukan
pelayanan kesehatan yang dilakukan tidak perbuatan hukum maka persetujuan atau
dilarang oleh undang-undang, tidak informed consent atas tindakan medis yang
bertentangan dengan kesusilaan dan akan dilakukan oleh dokter gigi dapat
ketertiban umum. dilakukan oleh orang tua atau wali dari si
Pada dasarnya asas yang dianut pasien tersebut. Dengan demikian maka
dalam KUHPerdata menganut asas perjanjian terapeutik telah memenuhi asas
konsensualisme, artinya suatu perjanjian konsensualisme dan dianggap telah terjadi
dianggap telah terjadi ketika ada kata hubungan hukum antara pasien dan dokter
sepakat diantara para pihak dalam gigi yang didasarkan atas perjanjian
perjanjian (Johannes Gunawan, 2003 : 48). terapeutik.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa Persetujuan tindakan medis yang
pada dasarnya dokter gigi mempunyai dilakukan oleh pasien atau keluarganya
kewajiban atas informed consent sebelum (informed consent), bukan berarti
melakukan suatu tindakan medis. Jika membebaskan dokter gigi atau Puskesmas
dihubungkan dengan asas konsensualisme dari tanggung jawab atas resiko atau ganti
yang diatur dalam KUHPerdata, dapat kerugian sebagai akibat dari tindakan
dikatakan bahwa kesepakatan suatu medis yang dilakukannya. Persetujuan ini

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 744


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

sangat penting terutama terhadap merupakan hak pasien yang diatur dalam
penanganan yang mengandung resiko undang-undang.
medis. Yang dikategorikan dengan resiko Pada hubungan hukum dokter gigi
medis, yaitu dokter telah melakukan dan pasien dalam suatu transaksi
tugasnya sesuai dengan standar profesi terapeutik, pertanggung jawaban seorang
atau standar prosedur operasional (SOP) dokter gigi atas kerugian yang dialami
dan/atau standar pelayanan medik yang pasien didasarkan atas adanya perjanjian
baik sebagaimana di amanatkan oleh atau contractual liability dengan
undang-undang. Untuk kategori resiko menggunakan tanggung jawab perdata
medis ini, dokter tidak bisa langsung secara langsung (strict liability) dari dokter
disalahkan karena apa yang dilakukan gigi terhadap kerugian yang dialami pasien
sudah sesuai dengan standar profesi dan atas jasa yang diterimanya. Penerapan
standar prosedur operasional yang ada dan tanggung jawab ini didasarkan atas adanya
tindakan medis yang dilakukan oleh dokter perjanjian terapeutik dimana prestasi yang
gigi telah dijelaskan secara keseluruhan harus dilakukan oleh seorang dokter dalam
berikut dengan resiko yang ada dan pasien transaksi terapeutik tidaklah dapat diukur
telah menyetujuinya. atau merupakan perjanjian ikhtisar
Akan tetapi, dalam hal timbul (inspanning verbintenis) (Heru P. Sanusi,
kerugian yang dialami pasien atas tindakan 2006 : 66-68)
medis yang dilakukan oleh dokter gigi, Dihubungkan dengan sistem
meskipun dalam pelaksanaan pelayanan pembuktian dalam hal terjadinya kerugian
kesehatan yang dilakukan seorang dokter yang di klaim oleh pasien yang didasarkan
gigi telah sesuai sebagaimana dimaksud adanya perjanjian terapeutik (presumption
Pasal 24 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) of liability), berdasarkan prinsip tanggung
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 jawab dalam ilmu hukum tersebut bahwa
tentang Kesehatan, juga Pasal 50 Undang- dokter atau dokter gigi dianggap bersalah
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang atas kerugian yang timbul dari
Praktik Kedoteran juncto Pasal 66 ayat (1) perbuatannya sampai ia dapat
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 membuktikan bahwa kerugian yang timbul
tentang Tenaga Kesehatan. Pada dasarnya bukan akibat dari kesalahan atau kelalaian
dokter gigi dianggap bertanggung jawab yang dilakukannya (E. Suherman, 2000 :
untuk mengganti kerugian terhadap pasien 190) dalam pelayanan kesehatan
atas kerugian tersebut sebagaimana hal itu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
ayat (1) UU Kesehatan. Adapun dasar-

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 745


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

dasar peniadaan hukuman seorang dokter telah melakukan tugasnya sesuai dengan
atau dokter gigi atas kerugian yang dialami standar profesi dan standar prosedur
pasien adalah resiko dalam pengobatan, operasional sebagaimana yang diatur
kecelakaan, kekeliruan dalam penilaian dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
klinis, volenti non fit iniura dan 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang
contributory negligence (Danny Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Wiradharma, 2002 : 107) Kedokteran, Undang-Undang Nomor 36
Dengan demikian pelaksanaan tugas Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
dokter gigi sesuai dengan standar profesi dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
dan standar prosedur operasional yang Republik Indonesia 75 Tahun 2014 tentang
didukung dengan adanya informed consent Puskesmas. Standar profesi dan standar
dan rekam medik sangat penting dalam prosedur operasional yang wajib
memberikan perlindungan hukum bagi diterapkan dokter gigi dalam melakukan
dokter gigi. Oleh karena hal tersebut pelayanan kesehatan di Puskesmas
merupakan kewajiban sebagaimana yang diantaranya yaitu kewajiban atas informed
telah ditentukan undang-undang untuk consent dan rekam medik dalam
dapat menuntut haknya dalam memperoleh melakukan suatu tindakan medis.
perlindungan hukum apabila terjadi
perselisihan atau sengketa dikemudian hari Daftar Pustaka
atau menghadapi adanya tuntutan dari Agus Budianto, at., al., Aspek Jasa
Pelayanan Kesehatan Dalam
pasien atas tindakan medis yang dilakukan
Perspektif Perlindungan Pasien,
oleh dokter gigi dalam hal pemberian Karya Putra Darwati, Bandung,
layanan kesehatan di sarana kesehatan 2010.

Puskesmas. Dimana kewajiban-kewajiban Bayu Wijanarko, Mudiana Permata Sari,


Tinjauan Yuridis Sahnya Perjanjian
tersebut juga dipaksakan dengan adanya
Terapeutik dan Perlindungan
sanksi bagi dokter gigi tidak melaksanakan Hukum Bagi Pasien, Jurnal Private
tugasnya sesuai dengan standar yang telah Law, Universitas Sebelas Maret,
ditetapkan oleh undang-undang. Surakarta, 2014.
Chrisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika
dan Hukum Kedokteran, EGC,
C. PENUTUP
Jakarta, 2007.
Perlindungan hukum bagi dokter gigi
Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah
dalam melakukan pelayanan kesehatan Hukum Kedokteran, Cet.I, Bina
terhadap pasien di Puskesmas merupakan Rupa Aksara, Jakarta, 2002.
hak yang diberikan oleh hukum sepanjang

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 746


Dedy Kuswandi, Perlindungan Hukum Bagi Dokter Gigi Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas


Kedirgantaraan, Mandar Maju, Maret, Surakarta, 2003.
Bandung, 2000. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Endang Kusuma Astuti, Transaksi Republik Indonesia 75 Tahun 2014
Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Medis di Rumah Sakit, PT. Citra R. Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. 21.,
Aditya Bakti, Bandung, 2009. Intermasa, Jakarta, 2005.
Hadi Mahmud, Suparwi, Perlindungan Rozi Oktri Novika, Kedudukan Hukum
Hukum Terhadap Pelayanan Pasien Perjanjian Terapeutik (Antara
Di Puskesmas Kecamatan Jaten
Rumah Sakit Dan Pasien) Dalam
Kabupaten Karanganyar, Jurnal Persetujuan Tindakan Medik
Serambi Hukum Vol. 08 No. 02, Menurut Kitab Undang-Undang
Surakarta, Agustus 2014- Januari Hukum Perdata, JOM Fakultas
2015. Hukum Volume 2 Nomor 1 Februari
Heru P. Sanusi, at., al., Diktat Hukum 2015.
Dagang, Fakultas Hukum Salim H.S., Hukum Kontrak : Teori &
Universitas Trisakti, Jakarta, 2006. Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar
Johannes Gunawan, Reorientasi Hukum Grafika, Jakarta, 2006.
Kontrak di Indonesia, Jurnal Hukum Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan
Bisnis Vol. 22 No. 6, 2003. Perlindungan Hukum Bagi Dokter
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Yang Diduga Melakukan Medikal
Malpraktek, CV. Mandar Maju,
Mariane Sembel, Henry Opod, Bernart S.
Bandung, 2008.
P. Hutagalung, Gambaran Kepuasan
Pasien terhadap Perawatan gigi dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
Mulut di Puskesmas Bahu, Jurnal e- tentang Praktik Kedokteran.
Gigi (eG), Volume 2, Nomor 2, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Manado, Juli-Desember 2014. tentang Kesehatan.
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
Hukum Bagi Investor di Indonesia, tentang Tenaga Kesehatan.
Magister Ilmu Hukum Program

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.5198 747

Anda mungkin juga menyukai