Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RUMAH SAKIT UMUM PRIMA HUSADA


JL. LETJEN SUPRAPTO NO. 3 KEPUH KIRIMAN
WARU SIDOARJO

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Assr.tciated lnfbction,s


(IlAls) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk
indonesia. Dalam Forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global Health
Secnrity Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi Agenda
yang dibahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan
berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi negara.
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
keehatan secara konsisten melaksanakan program PPI. Pencegahan dan pengendalian infeksi
merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan
kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pelayanan kesehatan,
perarvatan pasien tidak hanya dilayani dirumah sakit saja tetapi juga di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home care).
Dalarn upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
sangat penting bila terlebih dahulu petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep dasar
penyakit infeksi. Oleh karena itu perlu disusun pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan agar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dan
dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian infeksi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan serta dapat melindungi
masyarakat dan mewujudkan patient safety yang pada akhirnya iuga akan berdarnpak pada
efisiensi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka Rumah sakit Umum Prima Husada
sidoarjo merevisi pedoman pengorganisasian PPIRS yang mengacu pada pedoman manajerial
pencegahan dan pengendalian int'eksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan keschatan
lainnya yang diterbitkan oleh depkes RI tahun 2017, rnerupakan salah satu faktor pendukung
yang sangat penting untuk mendapat dukungan dan komitmen dari pirnpinan rumah sakit dan
seluruh petugas.

2
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakitdan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya ini mengacu kepada Standart Pelayanan Rumah Sakit
tahun 2017 dimana pedoman ini harus dapat diterapkan di semua rumah sakit tanpa
membedakan kepemilikan, kelas, besar kecil rumah sakit atau kekhususan dari rumah sakit
itu sendiri^ Setiap rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya direkomendasikan
dapat menciptakan sendin manual Pencegahan dan pengendalian Infeksi (IPCM / Infection
Prevsntin and Control Manual) dengan berdasarkan pada dokumen yang ada, dan
dimodifikasi sesuai dengan t-asilitas, kemampuan sumber daya manusia, lingkungan di
wilayah kerja masing-masing.

B.TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit melalui pencegahan dan pengendalian
sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan, pasien dan masyarakat dari
penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

2. Tujuan Khusus
 Sebagai pedoman bagi direktur rumah sakit dalam membentuk organisasi,
menyusun serta melaksanakan fugas, program, wewenang dan tanggung
jawab secara jelas.
 Menggerakkan segala sumber daya yang ada di rumah sakit secara efektif dan
efisien dalam pelaksanaan PPI.
 Menurunkan angka kejadian infeksi di rumah sakit secara bermakna.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI.
C. SASARAN
Pirnpinan, pengambil kebijakan di Rumah Sakit Prima Husada Sidoarjo

2
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Umum PRIMA HUSADA berawal dari praktek Bidan Sumiati, Amd Keb, yang
waktu itu pada tahun 1984 adalah sebagai pegawai negeri sipil. Peningkatan tempat praktek
bidan menjadi Rumah Bersalin dengan mengangkat tenaga perawat dan tenaga bidan junior
mampu menjadikan fasilitas kesehatan ini sebagai alternatif utama masyarakat sekitar untuk
memperoleh pelayanan KB, imunisasi, pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
serta pemeriksaan bayi sehat. Sekitar tahun 1991, dokter spesialis obgyn dan dokter spesialis
anak bekerja sama dengan istilah praktek bersama, mampu menjadikan Rumah Bersalin
SUMIATI ini menjadi cikal bakal Rumah Sakit Ibu dan Anak dan terus berkembang menjadi
RSU Prima Husada yang akan terwujud tahun ini.
Adapun luas tanah awal hanya sekitar 262 m 2 namun seiring waktu pendiri mampu
memperluas lahan menjadi 821 m2 dan yang terakhir di tahun 2002 menjadi 1658 m2.
Pada tahun 1998 pendiri mulai berfikir untuk membuat praktek bersama dengan para
dokter umum, hal ini disebabkan permintaan pelanggan dan macam-macam penyakit yang
diderita masyarakat sekitar. Oleh sebab itu kebutuhan akan rawat inap dan UGD pun juga
semakin mendesak untuk diwujudkan, mengingat lokasinya berada di kawasan padat
(crowded) baik jumlah perumahan maupun kondisi kepadatan lalu lintasnya. Pelayanannya
yang semula hanya beberapa jam pada jam tertentu, diperpanjang menjadi 24 jam tiap
harinya.
Dengan latar belakang tersebut pengajuan ijin dari RB dan BP menjadi RSAB mulai
diajukan pada tahun 2004 dan kelahiran RSAB PRIMA HUSADA dirayakan tiap tahun pada
setiap tanggal 16 Maret. RSAB PRIMA HUSADA merupakan industri jasa di bawah naungan
”YAYASAN RSAB SUMIATI”. Akta pendirian Yayasan RSAB Sumiati dikeluarkan pada
tanggal 12 Agustus 2004. RSAB PRIMA HUSADA di tahun 2003-2004 melakukan ekspansi
kedalam dengan meresmikan bangunan ruang operasi untuk proses persalinan melalui sectio
caesaria dan selanjutnya menambah fasilitas poli gigi untuk melayani rawat jalan kesehatan
gigi untuk masyarakat disekitar rumah sakit. Pada bulan Juli 2010 telah terbit ijin
operasional tetap penyelenggaraan Rumah Sakit Anak & Bersalin Prima Husada No.
551.41/266/404.3.2/2010 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Pada tanggal 7 Juli 2010
telah diajukan perubahan RSAB menjadi RSU dan penetapan kelas RSU Prima Husada ke
Menteri Kesehatan RI Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI. Keputusan
Menteri Kesehatan RI No: HK.03.05/I/244/12 tanggal 10 Februari 2012 tentang Penetapan
2
kelas RS Khusus Ibu dan Anak Prima Husada, menetapkan RSU Prima Husada sebagai RS
Khusus Kelas C. RSU Prima Husada telah mengikuti akreditasi yang dilaksanakan KARS
dan memperoleh sertifikat akreditasi No: KARS-SERT/676/VI/2012 yang berlaku 29 Juni
2012 s/d 29 Juni 2015 kemudian RSU Prima Husada telah mengikuti akreditasi ke 2 dengan
memperoleh sertifikat akreditasi No: KARS-SERT/333/XII/2016 yang berlaku 29 Desember
2016 s/d 15 Desember 2019. Surve Verifikasi terlaksana pada tgl 20-21 Desember 2017.
Menyikapi harapan masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang lebih lengkap ,
menyongsong era JKN pada tahun 2019 diharapka semua warga masyarakat terjangkau oleh
sistem asuransi kesehatan dan fasilitas kesehatan yang mampu memberi pelayanan yang
opkomiteal, serta telah adanya fasilitas, sarana prasarana, peralatan medis, tenaga medis,
tenaga kesehatan, tenaga non kesehatan sebagai modal awal untuk meningkatkan RSU Prima
Husada menjadi RSU Prima Husada.
Sampai saat ini jumlah karyawan RSU Prima Husada sebanyak 84 orang dengan dipimpin
Ny Sumiati Amd Keb SST sebagai Direktur Utama PT Sumiati Prima Husada akan
mengawali dengan jenis pelayanan yang lebih luas/banyak bidang pelayanan untuk berbagai
jenis penyakit.
Pengembangan jenis pelayanan,fasilitas ruangan,peralatatan medis/non medis,tenaga
medis/kesehatan dan non kesehatan pemberi pelayanan ,pengelolaan administrasi rumah sakit
akan segera dilakukan sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Dengan ijin Operasional nomor 440/07/RS/438.5.15/2018 tanggal 10 Desember 2018
menjadi RSU Prima Husada.

BAB III
2
VISI, MISI, MOTTO, FALSAFAH DAN TUJUAN

A. VISI
“ Menjadi Rumah Sakit pilihan keluarga dan masyarakat ”

B. MISI

1. Mengopkomitealkan mutu pelayanan dan beretika sesuai dengan standar.


2. Meningkatkan kinerja dan pelayanan kesehatan yang menyeluruh berorientasi pada
pasien.
3. Melaksanakan Pelayanan yang terjangkau, aman, nyaman dan memuaskan.
4. Membangun SDM RS yang professional serta fasilitas dan peralatan yang sesuai
standar.

C. MOTTO
“Kesembuhan anda adalah kebahagiaan kami”

D. Falsafah

Profesi merupakan bagian dalam beribadah kepada Allah SWT untuk memberikan
manfaat kepada umat rnanusia melalui pelayanan kesehatan.

E. Tujuan
Terwujudnya keselamatan dan kesejahteraan umat manusia.

2
BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI

RUMAH SAKIT UMUM PRIMA HUSADA SIDOARJO

Stuktur Organisasi adalah sebagai berikut :

2
2
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT UMUM
PRIMA HUSADA SIDOARJO

A. STRUKTUR ORGANISASI PPI

DIREKTUR

Tim Ketua PPI/IPCO

SEKERTARIS
(IPCN)

IPCLN IPCD Anggota Lain

2
BAB VI
URAIAN JABATAN
Nama jabatan :
A. Direktur
Tugas:
1) Membentuk Tim PPIRS dengan Surat Keputusan.
2) Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan
upayapencegahan dan pen gendalian infeksi.
3) Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasukanggaran yang dibutuhkan.
4) Menentukarr kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
5) Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomialberdasarkan saran dari Tim PPIRS.
6) Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan desinfektan
dirumah sakit berdasarkan saran dari Tim PPIRS.
7) Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap potensial
menularkanpenyakit untuk beberapa waktu sesuai kebutuhan berdasarkan saran dari
Komite PPIRS.
8) Mengesahkan Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) unhrk PPIRS,
9) Memfasilitasi pemeriksaan kesehatan petugas di fasilitas pelayanan kesehatan,
temtamabagi petugas yang berisiko terhrlar inf'eksi rninimal I tahtur sekali, dianjurkan
6 (enam)bulan sekali.

B. TIM PPIRS
Tugas :
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS, agar kebijakan dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
c. Membuat SPO PPI.
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.
e. Bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau KLB
infeksi nosokomial.
2
f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan
dan pengendalian infeksi.
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI.
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan.
i. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah sakit dalam
PPI.
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
k. Menerima laporan dari Tim PPI dan membuat laporan kepada Direktur.
l. Berkoordinasi dengan Instalasi terkait lain.
m. Memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotika yang rasional
di rumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan resistensinya terhadap
antibiotika dan menyebar-luaskan data resistensi antibiotika.
n. Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
o. Turut menyusun kebijakan clinical governance dan patient safety.
p. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji kembali
rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan manajemen rumah sakit.
q. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan
alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan
alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI.
r. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena potensial
menyebarkan infeksi.
s. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari
standar prosedur / monitoring surveilans proses.
t. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan infeksi
bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

.
17.) a.Ketua Tim :
Kriteria :
1) Dokter yang rnempunyai minat dalarn PPI
2) Pernah mengikuti pelatihan dasar PPI
2
Tugas:
1)Bertanggung jawab atas:
a. Terselenggaranya dan evaluasi progam PPI.
b. Penyusunan rencana strategis program PPI.
c. Penyusunan pedoman rnanagerial dan pedoman PPI.
d. Tersedianya SPO PPI.
e. Penyusunan dan penetapan serla mengevaluasi kebtlakan PPI.
f. Mernberikan kajian KLB infeksi di RS.
g. Terselenggaranya pelatihan dan pendidikan PPI.
h. Terselenggaranya pengkajian pencegahan dan pengendalian resiko infeksi.
i. Terselenggaranya penggadaan alat dan bahan terkait dengan PPI.
j Terselenggaranya pertemuan berkala.
2) Melaporkan kegiatan kornite PPI kepada Direkttr.
b. Sekretaris Tim
Kriteria :
1. Dokter / IPCN /tenaga kesehatan lain yang mempunyai minat dalam PPI.
2. Pernah rnengikuti pelatihan dasar PPI.
3. Purna waktu.
Tugas :
1) Mernfasilitasi tugas ketua komite PPI,
2) Membantu koordinasi.
3) Mangagendakan kegiatan PPI.
c. IPCN
Kritcria dan uraian tugas IPCN pada kornite PPI, disesuaikan dengan fasilitas pelayanan
kesehatannva.
Kriteria IPCN :
l) Perawat dengan pendidikan minimal D3 keperawatan.
2) Mernpunyai rninat dalarn PPI
3) Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI dan IPCN.
4) Memiliki pengalaman sebagai kepala rLlangan atau setara.
5) Merniliki kemarnpuan leadership dan inovatif.
6) Bekerja purna waktu.
Tugas dan Tanggung Jawab IPCN :
2
l) Melakukan kunjungan kepada pasien yang beresiko diruangan setiap hari untuk
mengidentifikasi kejadian intbksi pada pasien di baik RS dan fasilitas
pelayanankesehatan lainnya.
2) Mentonitor pelaksanaan PPI, kepatuhan penerapan SPO dan memberikan saran
perbaikanbila diperlukan.
3) Melaksanakan surveilan infeksi dan rnelaporkan kepada Komite / Komite PPI.
4) 'Turut serta rnelakukan kegiatan mendeteksi dan investigasi KLB.
5) Memantau pehrgas kesehatan yang terpajan bahan infeksius / tertusuk bahan tajarn
bekaspakai untuk rnencegah penularan infeksi.
6) Melakukan desiminasi prosedur kewaspadaan isolasi dengan memberikan konsultasi
tentang PPI yang diperlukan pada kasus tertentu yang terjadi di fasyankes.
7) Melakukan audit pencegahan dan pengendalian inf.eksi diseluruh fasyankes dengan
rnenggunakan daftar tilik.
8) Memonitor pelaksanaar pedornan penggunaan antibiotika bersama Kornite / Tirn
PPRA.
9) Merrdesain, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan surveilans
infeksiyang terjadi dil'asyankes bersarna Kornite / Komite PPI.
l0) Meniberikan motivasi kepatuhan pelaksanaan program PPI.
11) Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuaidengan prinsip PPI.
l2) Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung RS tentang PPI.
l3) Memprakalsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pasien, keluarga dan pengunjung
tentang topic infeksi yang sedang berkernbang (New-emerging dan re-emerging)
atauinfeksi dengan insiden tinggi.
14) Sebagai koordinator antar departemen / unit dalam mendeteksi, mencegah dan
mengendalikan infeksi di RS.
15) Mernonitoring dan evaluasi peralatan medis single use yang di re-use.

Tugas TIM PPIRS

1) Komite surveilans
a. Melakukan surveilans infeksi yang didapat di RS secara rutin di instalasi rawat inap
dan rawat jalan.
b Melakukan surveilans perilaku dan lingkungan yang bisa berdampak pada infeksi
yangdidapat di RS
2
c. Melakukan rekapitulasi hasil surveilans bulanan dan tahunan.
2) Tirn Pengendalian Pemakaian Antibiotik yang tepat dan rasional
a. Bekerjasarna dengan komite rnedic membuat standart pemakaian antibiotik untuk
pencegahan (Pre Op) dan terapi.
b. Mengidentifikasi dan melaporkan pola kuman dan sensitivitas antibiotik.
c. Bekerjasama dengan farmasi dalam hal monitoring pemakaian antibiotik.
d. Melakukan evaluasi dan tindak lanjut monitoring pemakaian antibiotik.
3) Tirn identifikasi dan penanganan resiko KLB dan infeksi yang didapat
a. Membuat standar prosedur identifikasi dan penanganan resiko KLB.
b. Melaktrkan identifikasi akar masalah KLB dan rencana tindak lanjut kasus infeksi
yangdidapat dalam RS.
c. Memberikan masukan kepada direktur mengenai penutupan sementara unit
perawatan dan instansi yang dianggap potensial menularkan penyakit.
d. Melaporkan hasil identifikasi dan rencana tindak lanjut.
4) Komite pengendalian irrfeksr di lingkungan, saralla dan prasarana penunjang
a. Membuat program pengendalian infeksi dilingkungan dan sarana penunjang
b. Melakukan evaluasi dan tindak lanjut hasil monitoring
5) Komite pendidikan dan pelatihan
a. Membuat program diklat bagi tenaga medis, non nredis, out sourcing
b Membuat program sosialisasi PPIRS pada pasien dan pengunjung'
c. Melaksanakan program diklat dan sosiaiisasi PPIRS.
d. Melaksanakan evaluasi program dan tindak lanjut.
6) T'irn upaya peucegahan (universalprecautiou, program kebersihan tangan, pemakaian APD
dan pemakaian antiseptik
a. Mernbuat program upaya peningkatan aktivitas universal precaution, cuci tangan,
pemakaian APD dan pemakaian artiseptik.
b. Memberikan masukan mengenai pemakaian desinfektan.
c. Bersama komite surveilans melaksanakan monitoring peningkatan aktivitas
universalprecaution, cuci tangan, pemakaian APD dan pernakaian antiseptik.
d. Melakukan evaluasi dan dan rencana tindak lanjut dan melaporkan
d. IPCD (lnfection Prevention Control Doctor)
Kriteria IPCD :
1) Dokter yang mempunyai minat dalam PPI.
2) Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
2
3) Merniliki kernampuan leadership
Tugas IPCD :
1) Berkontribusi dalarn pencegahan, diagnosis dan terapi infeksi yang tepat.
2) Turut rnenyusun pedoman penggunaan antibiotika dan surveilans.
3) Mengidentifrkasi dan melaporan pola kurnan dan resistensi antibiotika
4) Bekerlasama dengan IPCN / Perawat PPl melakukan monitorirrg kegiatan surveilans
infeksi dan rnendeteksi serta investigasi KLB Bersama komite PPI rnemperbaiki kesalahan
yang terjadi, membuat laporan tertulis hasil investigasi dan melaporkan kepada pimpinan
rurnah sakit.
5) Mernbirnbing dan mengadakar pelatihan PPI bekerja sama dengan bagian pendidikan dan
pelatihan (Diklat) di rumah sakit.
6) Turut rnemonitor cara kerja tenaga kesehatan dalarn merawat pasien.
7) Turut rnembantu semua petugas kesehatan untuk mernahami PPI

2
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

Mengingat kinerja panitia dan tirn pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit(PPIRS) sangat luas dan mencakup harnpir seluruh unit di rumah sakit, maka hubungan
kerja panitia dan tirn PPIRS lebih bersifat koordinator terhadap berbagai unit di Rumah Sakit
Umum Prima Husada.
Terhadap struktur organisasi rurnah sakit, komite dan komite PPIRS
mengkoordinasikan tiapkegiatannya terhadap berbagai unit terkait di rurnah sakit, sebagai
suatu stnrktur fungsional,sebagairnana tampak dalarn bagan koordinasi kerja sebagai berikut :

DIREKTUR

Komite IGD
Medik

Komite K3RS
Keperawata
n TIM PPIRS

KPRS
Kabag
Keperawata
n
Keuangan

Kabag
Umum
Farmasi Laboratorium

2
a. Hubungan kerja dengan komite medis :
 Memberikan rnasukan untuk kebijakan penerapaN antibiotik di rumah sakit sesuai
dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi lingktrngan rumah sakit, melalui Panitia
farrnasi dan terapi.
 Menyampaikan pedonran pelaksanaan PPIRS, terutarna yang terkait dengan standar
pelayanan rnedis.
 Berkoorclinasi dalarn hal pengernbangan kegiatan PPIRS
b. Hubungan kerja dengan komite keperawatan :
 Koordinasi pemantauan pelaksanaan standart precaution dan isolation precaution di
unit perawatan.
 Memberikan masukan kepada bidang keperawatan sesuai dengan laporan dan evaluasi
hasil kegiatan PPIRS.
c. Hubungan kerja dengan Kabag Keperawatan (R. Rawat inap, VK, Neo) :
 Berkoordinasi dalam pelaksanaan surveilans di unit perawatan.
 Berkoordinasi dalam pemantauan pelaksanaan standard precaution dan isolation
precautiondi unit perawatan.
 Berkoordinasi dalam pelaporan kejadian infeksi rumah sakit meialui IPCN dan
KomitePPIRS.
 Setiap bulan tirn PPIRS meminta laporan rekapitulasi kejadian infeksi rumah sakit
dari tiap unit.
 Merninta laporan KTD dari tiap unit, antara lain tertusuk jarum, perawatan pasien
menular( AIDS, Avian [nfluenza / Flu Burung ).
d. Hubungan kerja dengan Kabag Medik (R. Rawat Jalan, Unit OK, Sterilisasi, Unit HCU,
Unit Radiologi)
 Komite PPIRS meminta laporan kejadian infeksi rumah sakit khususnya untuk pasien
post operasi. Untuk pasien post operasi bedah tanpa alat / irnplant tetap dilakukan
surveilans selarna 3 bulan.
 Berkoordinasi dalam surveilans ILO di Unit OK.
 Berkoordinasi tentang pelaksanaan standard precaution dan isolation precaution di
Unit OK, Unit ICU dan Unit Radiologi.
e Berkoordinasi dalam tata ruang dan sterilisasi ruangan sesuai pedoman PPIRS.
f. Hubungan kerja dengan Kabag Umum (R.Pemeliharaan Sarana, R. Cleaning Service, R.
Loundry, R. Gizi) :

2
 Koordinasi pemantauan pelaksanaan pengelolaan linen.
 Koordinasi pemantauan pengolahan lirnbah dan sampah rnedis.
 Koordinasi perneliharaan sarana, khususnya yang terkait dengan kegiatan
pengendalianinfeksi (AC, Incerrerator, Kalibrasi peralatan sterilisasi dan sebagainya)
 Berkoordinasi tentang penyiapan, proses rnemasak, penyajian makanan pasien yang
mernenulri persyaratatr PPI.
 Berkoordinasi tentang persyaratan kesehatan petugas gizi yang boleh menyiapkan
makanan untuk pasien rurnah sakit.
 Memantau dan mengevaluasi tekhnik pernbersihan alat makan pasien dan pengelolaan
makanan untuk pasien dan karyawan.
Melakukan surveilans tentang pemeliharaan lingkungan, pemberantasan vector
serangga dan binatang pembawa penyakit.
 Berkoordinasi dalarn pemantauan penggunaan APD di R. Pemeliharaan Sarana,
R.Cleaning Service, R. Loundry dan R. Gizi.
f. Hubungan kerja dengan instalasi gawat darurat :
 Berkoordinasi dalam pernantauan pelaksanaan standar precaution dan isolation
precautiondi instalasi gawat darurat.
 Berkoordinasi tentang pemantauan penggunaan APD dan pelaksanaan SPO PPI.
g. Hubungan kerja dengan instalasi farmasi :
 Berkoordinasi dalam pelaksanaan penyiapan, penggunaan dan pemantauan larutan
desinfektan, antiseptik untuk tiap trnit pelayanan.
 Berkoirrdinasi dalam hal penyusunan Pedoman Antibiotika bersarna Panitia Farmasi
danterapi.
h. Hubungan kerja dengan Instalasi Laboratoriurn
1) Meminta laporan KTD ( Kejadian Tidak Diinginkan ) dari tiap unit, antara lain
tertusuk jarum, perawatan pasien rnenular ( AIDS, Avian Influenza / Flu Burung)
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan SOP PPIRS dan peaggrrnaan APD serta kebutuhan
sarana dan prasarana unttuk kkegiatan PPIS.
i. Hubungan kerja dengan K3RS
1) Meminta laporan mutu air dan perneriksaan rnicrobiologi.
2) Ikut serta dalam penyusunan kebijakan K3RS ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja
RurnahSakit )
3) Bekerjasama dalam pengelolaan limbah RS.
4) Bekerjasama dalam pengelolaan limbah RS.
5) Bekerjasama dalam pengendalian serangga / vector RS.
6) Bekerjasama dalam pengawasan makanan pasien dan karyawan.
j. Hubungan kerja dengan KPRS

2
 Koordinasi pelaporan insiden keselamatan pasien di ruang rawat inap dari tiap unit,
antaralain tertusuk jarum, pasien jatuh dan terpapar pajanan.
k. Hubungan kerja dengan PMRS
 Koordinasi tentang Peningkatan mutu RS terkait dengan indikator mutu PPI.
 Edukasi tentang penyakit dan pencegahannya.

BAB VIII

POLA KETENAGAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

Pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya rnanusia panitia pencegahan dan pengendalian

2
inf'eksi di rumah sakit adalah sebagaiberikut :
Nama Jabatan Kualifikasi
Formal Non Formal
Ketua Tirn PPIRS Dokter umum Mempunyai salah satu
(lnfection denganmasa sertifikat dari pelatihan
Prevention and kerja paling PPl, Pengendalian
Conffol Officer) sedikit 3 tahun. penggunaanAntibiotic,tehn
ik sterilisasi, Universal
Precoution,
lsolasiFrecoulion.

IPCN(Infection S1 Keperawatan  Pelatihan PPIRS.


Prevention and  Memiliki
Control Nurse) pengalamansebag
ai Kepala
Ruanganatau
setara.
 Pelatihan IPCN

Komite PPIRS/IPCLN  D3  Pelatihan dasar


Keperawa pengendalianinfe
tan ksi nosokomial
 Dokter  In house training
Umum
Anggota Kornite Apoteker  Pelatihan dasar
PPIRS lainnya Dokter Sp.A pengendalianinfe
Dokter Sp. OG ksi nosokomial.
Dokter Sp.PD  In house training
Dokter Sp. An
Dokter Sp.B
Dokter Umum
D3 Gizi

BAB IX

KEGIATAN ORIENTASI

2
Pengembangan staf dan pengembangan pendidikan tentang pengendalian infeksi di
Rumah Sakit, tetmasuk kegiatan orientasi bagi karyawan baru merupakan salah satu upaya
penting dalam rneningkatkan pemahaman terhadap infeksi yang selanjutnya diharapkari
mampu diaplikasikan dalatn tugas sehari-hari.Sistem pengembangan dan pendidikan staf
harus tercakup dalam program kerja TIM PPIRS.

Orientasi Karyawan Baru


 Pelaksanaan orientasi karyawan baru menjadi tanggung jawab tim PPIRS bersama
bagian Diklat Rumah Sakit Umum Prima Husada.
 Orientasi karyawan baru dilaksanakan secara terpadu / terintegrasi bersarna unit
pelayananlain yang merniliki program sejenis.
 Sasaran orientasi pencegahan dan pengendalian infeksi di Rurnah Sakit adalah setiap
karyawan tanpa terkecuali, baik berlatar belakang medis maupun non medis.
 Mahasiswa yang rnelakukan praktek lapangan di Rumah Sakit Islam Siti Hajar
jugamerupakan sasarall orientasi.
 Jadwal pelaksanaan orientasi diatur oleh bagian Diklat Rumah Sakit, yaitu 2-3 kali
dalamsetahun, dengan tetap mempertirnbangkan jurnlah dan frekuensi karyawan baru
yang masuksepanjang tahun tersebut.

Laporatr orientasi dibuat oleh Tim PPIRS dan dipusatkan di bagian Diklat Rumah Sakit
Evaluasi pasca orientasi dilakukan secara berkala setelah tiga bulan secara terintegrasi
dengan unit lain.
Jadwal dan Materi Orientasi Karyawan Baru :
Hari ke Materi Waktu Metode Penanggung
Jawab
1 Batasan / 45 menit Ceramah dan Ketua Tim PPIRS
Pengertian Diskusi
Pencegahan
dan
Pengendalian
infeksi di
Rumah Sakit
(PPIRS )
Kewaspadaan 90 Menit Ceramah dan
Standar dan Diskusi
kewaspadaan
Isolasi

2
Organisasi 45 Menit Ceramah dan
Pencegahan dan Diskusi
Pengendalian
tnfeksi di
Rumah
Sakit Prima
Husada
2 Surveilans dan 45 Menit Ceramah dan IPCN / Komite
Pelaporan Diskusi PPIRS
Demo dan 60 Menit Praktek
Praktek :

- Hand hygiene
- Penggunaan
APD
Survey Lapangan 60 Menit Survey

BAB X

PERTEMUAN / RAPAT

Pertemuan T'im PPIRS merupakan suatu kegiatan pertemuan berkala baik rutin, tidak
rutin maupun insidentil yang dilaksanakan oleh Tirn PPI yang melaksanakan surveilans.

2
Tujuan
1) Meningkatkan kinerja Tim
2) Menciptakan kerjasama dalarn tugas
3) Menciptakan komunikasi yang baik antar petugas dan semua petugas yang terkait.
4) MenrperkeciI kemungkinan terjadinya masalah yang tidak diinginkan

Rencana Pertemuan

a. Penentuan Rutin
Pertemuan yang diadakan setiap bulan sekali pada hari selasa minggu kedua yang
dihadirioleh lPCN,Kepala unit dan Ketua komite. Pertemuan rutin membahas tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi.

b. Perternuan insidentil
 Pertemuan yang dilaksanakan sewaktu - waktu diluar jadwal pertemuan sesuai dengan
kebutuhan.
 Pertemuan sebagai bagian peningkatan mutu pelayanan medis yang terkait dengan
banyakdisiplin ilmu yang lain
 Pertemuan membahas tentang masalah hasil surveilans dan angka kejadian infeksi di
rumah sakit.

Pertemuan dilaksanakan uutuk membahas pennasalahan yang bersifat mendesak,


aktual yang lnerxerlukan penyelesainnya dan keputusan yang mendesak dan tepat yang
nrenyangkut hasil survailans dan kejadian luar biasa.

Sasaran : Peserta rapat adalah ketua PPIRS, IPCN, dan semua anggota Tim

2
Di Tetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 10 Juni 2019

Direktur,
RSU Prima Husada

dr. ZaifulAmriSantoso, MM

Anda mungkin juga menyukai