Email : puskesmas23ilir@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan karena berkat rahmat-Nya
jualah Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskemas Dua Puluh Tiga Ilir dapat
disusun.
Di dalam Pedoman ini, kami sampaikan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Puskemas Dua Puluh Tiga Ilir.
Kami menyadari bahwa di dalam melaksanakan tugas rutin masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan. Untuk itu kami membuka pintu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak.
Atas kritik dan saran yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
2
Pelayanan bermutu adalah pelayanan yang profesional. merupakan hak pelanggan.
Dalam memberikan pelayanan yang bermutu berarti memberikan yang terbaik bagi pelanggan.
Pelayanan yang bermutu memberi peluang untuk memenangkan persaingan. Pelayanan yang
diberikan harus melibatkan berbagai pihak terkait.
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung
puskesmas dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi, baik karena perawatan atau datang
berkunjung ke puskesmas, oleh karena itu semua fasilitas pelayanan kesehatan harus
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9%
(variasi 3 – 21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil
survey point prevalensi dari 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya
dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003
didapatkan angaka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi
Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% serta
infeksi lain 32,1%.
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di puskesmas perlu diterapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). Pencegahan dan pengendalian infeksi sangat
penting karena menggambarkan mutu pelayanan puskesmas.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan puskesmas melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di
puskesmas yang dilaksanakan oleh semua unit pelayanan.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman bagi kepala puskesmas dan wakil manajemen mutu untuk
membentuk tim serta melaksanakan tugas, program, wewenang dan tanggung
jawab secara jelas.
b. Menggerakkan segala sumber daya yang ada di puskesmas secara efektif dan
efisien dalam pelaksanaan PPI.
c. Menurunkan angka kejadian infeksi di puskesmas secara bermakna
d. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI.
C. PENGERTIAN
a. Infeksi adalah suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(mikroorganisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
b. Penyakit infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen
infeksi (mikroorganisme) yang disertai respon imun dan adanya gejala klinik.
3
c. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah program untuk
meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI
B. PELAKSANAAN
Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskemas Dua Puluh
Tiga Ilir diutamakan untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial atau sekarang disebut sebagai
infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan atau Healthcare associated infections
(HAIs) bagi pasien maupun bagi staf Puskesmas Sei Selincah.
Dalam upaya PPI semua staf Puskemas Dua Puluh Tiga Ilir harus memahami, mematuhi
dan menerapkan Kewaspadaan Standar.
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien, meliputi:
1. Kebersihan tangan/Hand hygiene.
2. Alat Pelindung Diri (APD) set, terdiri dari sarung tangan, masker, kaca mata goggle (kaca
mata pelindung), gaun/apron, sepatu tertutup.
3. Peralatan perawatan pasien.
4. Pengendalian lingkungan
5. Kesehatan karyawan.
6. Higiene respirasi/etika batuk dan bersin.
7. Praktek menyuntik yang aman.
KEBERSIHAN TANGAN
Tindakan kewaspadaan standar pada kebersihan tangan :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan
dengan 6 (enam) langkah pada saat:
Sebelum kontak dengan pasien
5
Setelah kontak dengan pasien
Sebelum tindakan aseptik
Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
b. Cuci tangan bisa dilakukan dengan sabun dan air mengalir atau dengan alkohol handrub.
(Bila tangan tidak tampak kotor)
6
j. Kenakan gaun (bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,
kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/semprotan cairan tubuh pasien
k. Bila gaun tembus cairan, perlu dilapisi apron tahan cairan mengantisipasi
semprotan/cipratan cairan infeksius.
l. Pakailah sepatu boot untuk melindungi kaki dari cipratan/semprotan dari darah, cairan
tubuh, sekresi dan ekskresi.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
Kegiatan kewaspadaan standar :
a. Adanya prosedur rutin untuk pembersihan, desinfeksi permukaan lingkungan, tempat
tidur, peralatan disamping tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering
tersentuh dan pastikan kegiatan ini dimonitor (diawasi secara rutin dan berkala).
b. Adanya desinfektan standar untuk menghilangkan patogen secara signifikan, pada
permukaan terkontaminasi, sehingga memutuskan rantai penularan penyakit; yaitu
larutan chlorin 0,5%.
KESEHATAN KARYAWAN
7
Tindakan kewaspadaan standar :
a. Setiap petugas harus waspada dalam bekerja, untuk mencegah terjadinya luka/cedera
saat melakukan tindakan menggunakan jarum, scalpel dan alat tajam lain, setelah
melakukan prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang jarum.
b. Jangan tutup/recap jarum yang telah dipakai, memanipulasi jarum dengan tangan,
menekuk jarum, mematahkan, melepas jarum dari spuit. Buang jarum, spuit, pisau
scalpel, dan peralatan tajam habis pakai kedalam wadah tahan tusukan/safety box
sebelum dibuang ke insinerator.
c. Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain pengganti metoda
resusitasi mulut ke mulut.
d. Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh, selain akan menyuntik.
e. Bila ada kejadian tertusuk atau terluka benda yang terkontaminasi, segera melapor ke
Tim PPI.
ETIKA BATUK
Mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi untuk transmisi kepada
kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar dan
atau droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu dengan gejala
gangguan pada saluran napas.
Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus:
a. Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas saat batuk atau bersin.
b. Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis bila (disediakan di meja pendaftaran), buang
ke tempat sampah (yang terlebih dahulu dilapisi kantong plastik) tertutup.
c. Lakukan cuci tangan sesuai standar.
Puskemas Dua Puluh Tiga Ilir melakukan promosi higiene respirasi/etika batuk:
a. Promosi kepada semua petugas, pasien, keluarga dengan infeksi saluran napas dengan
demam dengan pemasangan banner etika batuk.
b. Menyediakan masker di ruang tunggu bagi pengunjung yang batuk.
c. Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alkohol handrub, wastafel-antiseptik, tisu
towel, terutama area tunggu harus diprioritaskan.
9
BAB III
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Tim PPI bertanggung jawab dan melaporkan kegiatan pelaksanaan PPI di Puskemas Dua
Puluh Tiga Ilir kepada Kepala Puskesmas. Laporan berupa :
1. Laporan Bulanan
2. Laporan 6 Bulanan
3. Laporan Tahunan
4. Laporan insidentil
BAB IV
10
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dilakukan oleh koordinator unit setiap hari. Pengumpulan data monitoring
dalam bentuk checklist yang dilakukan setiap bulan.
Evaluasi dilakukan oleh Tim PPI setiap bulan dan 6 bulan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
11
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Puskesmas;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 951/Menkes/SK/I/2000 Tahun
2000 Tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 270/Menkes/SK/III/2007
Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 382/Menkes/SK/III/2007
Tahun 2007 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan lainnya;
8. Permenkes no. 27 tahun 2017 tentang Pedoman dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
SANGAT SANGAT
No INDIKATOR TINDAKAN BAIK CUKUP KURANG
BAIK KURANG
13
tangan
14
15
16
CARA MENCUCI TANGAN
17
DENGAN SABUN DAN AIR
20
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 Tentang
Puskesmas;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
21