Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS DUA PULUH TIGA ILIR

PEMERINTAH KOTA PALEMBANG


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS DUA PULUH TIGA ILIR
Jalan Datuk M Akib No. 100 23 ilir Palembang

Email : puskesmas23ilir@yahoo.com
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan karena berkat rahmat-Nya
jualah Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskemas Dua Puluh Tiga Ilir dapat
disusun.
Di dalam Pedoman ini, kami sampaikan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Puskemas Dua Puluh Tiga Ilir.
Kami menyadari bahwa di dalam melaksanakan tugas rutin masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan. Untuk itu kami membuka pintu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak.
Atas kritik dan saran yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.

Palembang, Juli 2019


Ketua PMKP dan PPI

dr. Tria Ayu Pratiwi


NIP. 199201032019022002

BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang


berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil pelayanan yang memuaskan. Dalam
perkembangan masyarakat yang semakin kritis, mutu pelayanan Puskesmas Sei Selincah tidak
hanya disorot dari aspek klinis medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan
aspek pemberian pelayanannya, karena muara dari pelayanan Puskesmas adalah pelayanan
jasa.

2
Pelayanan bermutu adalah pelayanan yang profesional. merupakan hak pelanggan.
Dalam memberikan pelayanan yang bermutu berarti memberikan yang terbaik bagi pelanggan.
Pelayanan yang bermutu memberi peluang untuk memenangkan persaingan. Pelayanan yang
diberikan harus melibatkan berbagai pihak terkait.

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung
puskesmas dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi, baik karena perawatan atau datang
berkunjung ke puskesmas, oleh karena itu semua fasilitas pelayanan kesehatan harus
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9%
(variasi 3 – 21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil
survey point prevalensi dari 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya
dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003
didapatkan angaka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi
Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% serta
infeksi lain 32,1%.
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di puskesmas perlu diterapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). Pencegahan dan pengendalian infeksi sangat
penting karena menggambarkan mutu pelayanan puskesmas.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan puskesmas melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di
puskesmas yang dilaksanakan oleh semua unit pelayanan.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman bagi kepala puskesmas dan wakil manajemen mutu untuk
membentuk tim serta melaksanakan tugas, program, wewenang dan tanggung
jawab secara jelas.
b. Menggerakkan segala sumber daya yang ada di puskesmas secara efektif dan
efisien dalam pelaksanaan PPI.
c. Menurunkan angka kejadian infeksi di puskesmas secara bermakna
d. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI.

C. PENGERTIAN
a. Infeksi adalah suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(mikroorganisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
b. Penyakit infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen
infeksi (mikroorganisme) yang disertai respon imun dan adanya gejala klinik.
3
c. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah program untuk
meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.

BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. PEMBENTUKAN TIM PPI


Tim PPI yang ditetapkan dengan SK Kepala Puskesmas, bertanggung jawab langsung
kepada kepala Puskesmas.
Tim PPI Puskesmas Puskemas Dua Puluh Tiga Ilir:
NO JABATAN NAMA
I Ketua dr. Tria Ayu Pratiwi
II Anggota Rini Triandini, Am.Kep
Zumrotul Ainie, Am.Kep
4
Ira Irawan, Am.Kep
Anggi Desita, AMKL

Tugas Tim PPI:


1. Melakukan sosialisasi PPI agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas.
2. Membuat SOP PPI.
3. Menyusun dan mengevaluasi pelaksanaan PPI dan program diklatnya.
4. Memberikan konsultasi pada petugas Puskesmas.
5. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat dan
bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat sesuai
dengan prinsip PPI.
6. Melakukan pengawasan terhadap tindakan yang menyimpang dari standar
prosedur/monitoring surveilans proses.
7. Melakukan pengamatan PPI Puskesmas dengan menggunakan Daftar Tilik Pemantauan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

B. PELAKSANAAN
Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskemas Dua Puluh
Tiga Ilir diutamakan untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial atau sekarang disebut sebagai
infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan atau Healthcare associated infections
(HAIs) bagi pasien maupun bagi staf Puskesmas Sei Selincah.
Dalam upaya PPI semua staf Puskemas Dua Puluh Tiga Ilir harus memahami, mematuhi
dan menerapkan Kewaspadaan Standar.
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien, meliputi:
1. Kebersihan tangan/Hand hygiene.
2. Alat Pelindung Diri (APD) set, terdiri dari sarung tangan, masker, kaca mata goggle (kaca
mata pelindung), gaun/apron, sepatu tertutup.
3. Peralatan perawatan pasien.
4. Pengendalian lingkungan
5. Kesehatan karyawan.
6. Higiene respirasi/etika batuk dan bersin.
7. Praktek menyuntik yang aman.

KEBERSIHAN TANGAN
Tindakan kewaspadaan standar pada kebersihan tangan :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan
dengan 6 (enam) langkah pada saat:
 Sebelum kontak dengan pasien

5
 Setelah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan aseptik
 Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
 Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

b. Cuci tangan bisa dilakukan dengan sabun dan air mengalir atau dengan alkohol handrub.
(Bila tangan tidak tampak kotor)

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


APD terdiri dari :
a. Sarung tangan
b. Masker
c. Kaca mata pelindung
d. Gaun/jas lab bagi petugas laboratorium
e. Sepatu tertutup

Tindakan kewaspadaan standar pada APD


a. Gunakan APD sesuai ukuran dan jenis tindakan
b. Gunakan APD yang sesuai, bila ada kemungkinan terkontaminasi darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang tidak utuh,
kulit utuh yang potensial terkontaminasi
c. Pakai sarung tangan sekali pakai, saat merawat pasien langsung.
d. Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan lingkungan (bila
daur ulang, harus ada tes fungsi sebelum digunakan).
e. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain.
f. Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk pasien yang berbeda.
g. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke area
bersih
h. Pakailah kaca mata goggle untuk melindungi konjungtiva, mukus membran mata,
hidung, mulut selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang
berisiko terjadi cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi
i. Secara umum, dapat digunakan masker bedah untuk mencegah transmisi melalui
partikel besar dari droplet saat kontak erat (<3 m) dari pasien saat batuk/bersin.
Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak
diduga infeksi

6
j. Kenakan gaun (bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,
kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/semprotan cairan tubuh pasien
k. Bila gaun tembus cairan, perlu dilapisi apron tahan cairan mengantisipasi
semprotan/cipratan cairan infeksius.
l. Pakailah sepatu boot untuk melindungi kaki dari cipratan/semprotan dari darah, cairan
tubuh, sekresi dan ekskresi.

PERALATAN PERAWATAN PASIEN


Tindakan kewaspadaan standar terhadap peralatan yang digunakan untuk merawat pasien :
a. Standar Prosedur Operasional untuk menampung, transportasi, pengelolaan peralatan
yang mungkin terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
b. Peralatan yang sudah dipakai di dekontaminasi dengan perendaman dalam larutan
chlorin 0,5% dan kemudian dibersihkan dan disterilkan.
c. Bersihkan dan desinfeksi yang benar peralatan terapi pernapasan terutama setelah
dipakai pasien infeksi saluran napas, bila perlu memakai sungkup disposable
d. Benda disposable dibuang ketempat sampah

PENGENDALIAN LINGKUNGAN
Kegiatan kewaspadaan standar :
a. Adanya prosedur rutin untuk pembersihan, desinfeksi permukaan lingkungan, tempat
tidur, peralatan disamping tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering
tersentuh dan pastikan kegiatan ini dimonitor (diawasi secara rutin dan berkala).
b. Adanya desinfektan standar untuk menghilangkan patogen secara signifikan, pada
permukaan terkontaminasi, sehingga memutuskan rantai penularan penyakit; yaitu
larutan chlorin 0,5%.

Pembersihan area sekitar pasien:


a. Pembersihan permukaan horisontal sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap
hari dan lebih teliti setiap pasien pulang.
b. Untuk mencegah aerosolisasi patogen infeksi saluran napas, hindari sapu, tapi gunakan
cara basah (kain basah).
c. Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop setelah dipakai (terkontaminasi)
d. Peralatan pembersih harus dibersihkan, dikeringkan tiap kali setelah pakai. Mop dicuci,
dikeringkan tiap hari sebelum disimpan dan dipakai kembali.
e. Untuk mempermudah pembersihan bebaskan area pasien dari benda-benda/peralatan
yang tidak perlu.

KESEHATAN KARYAWAN
7
Tindakan kewaspadaan standar :
a. Setiap petugas harus waspada dalam bekerja, untuk mencegah terjadinya luka/cedera
saat melakukan tindakan menggunakan jarum, scalpel dan alat tajam lain, setelah
melakukan prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang jarum.
b. Jangan tutup/recap jarum yang telah dipakai, memanipulasi jarum dengan tangan,
menekuk jarum, mematahkan, melepas jarum dari spuit. Buang jarum, spuit, pisau
scalpel, dan peralatan tajam habis pakai kedalam wadah tahan tusukan/safety box
sebelum dibuang ke insinerator.
c. Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain pengganti metoda
resusitasi mulut ke mulut.
d. Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh, selain akan menyuntik.
e. Bila ada kejadian tertusuk atau terluka benda yang terkontaminasi, segera melapor ke
Tim PPI.

ETIKA BATUK
Mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi untuk transmisi kepada
kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar dan
atau droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu dengan gejala
gangguan pada saluran napas.
Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus:
a. Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas saat batuk atau bersin.
b. Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis bila (disediakan di meja pendaftaran), buang
ke tempat sampah (yang terlebih dahulu dilapisi kantong plastik) tertutup.
c. Lakukan cuci tangan sesuai standar.

Puskemas Dua Puluh Tiga Ilir melakukan promosi higiene respirasi/etika batuk:
a. Promosi kepada semua petugas, pasien, keluarga dengan infeksi saluran napas dengan
demam dengan pemasangan banner etika batuk.
b. Menyediakan masker di ruang tunggu bagi pengunjung yang batuk.
c. Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alkohol handrub, wastafel-antiseptik, tisu
towel, terutama area tunggu harus diprioritaskan.

PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN


Tindakan kewaspadaan standar :
a. Pakai jarum yang steril, sekali pakai tiap kali penyuntikan untuk mencegah kontaminasi
pada peralatan injeksi dan terapi.
b. Tidak melakukan recaping dengan dua tangan, lakukan recaping dengan teknik one
hand (satu tangan)
8
c. Buang spuit injeksi dalam safety box oleh dokter atau perawat yang melakukan insersi.

9
BAB III
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Tim PPI bertanggung jawab dan melaporkan kegiatan pelaksanaan PPI di Puskemas Dua
Puluh Tiga Ilir kepada Kepala Puskesmas. Laporan berupa :
1. Laporan Bulanan
2. Laporan 6 Bulanan
3. Laporan Tahunan
4. Laporan insidentil

BAB IV
10
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dilakukan oleh koordinator unit setiap hari. Pengumpulan data monitoring
dalam bentuk checklist yang dilakukan setiap bulan.
Evaluasi dilakukan oleh Tim PPI setiap bulan dan 6 bulan.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

11
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Puskesmas;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 951/Menkes/SK/I/2000 Tahun
2000 Tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 270/Menkes/SK/III/2007
Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 382/Menkes/SK/III/2007
Tahun 2007 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan lainnya;
8. Permenkes no. 27 tahun 2017 tentang Pedoman dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;

DAFTAR TILIK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

NAMA PUSKESMAS : RUANG :


12
ALAMAT PUSKESMAS : BULAN :

SANGAT SANGAT
No INDIKATOR TINDAKAN BAIK CUKUP KURANG
BAIK KURANG

1 Cuci Tangan  Air bersih mengalir


 Sabun cair
 Tissue untuk
mengeringkan
 Petugas tampak
mencuci tangan dan
mengeringkan tangan
 Melepas sarung tangan
setelah kontak dengan
pasien

2 Alat Pelindung  Sarung tangan steril


 Sarung tangan bersih
 Sarung tangan rumah
tangga
 Masker
 Gaun
 Pelindung wajah
 Pelindung kaki
 Tutup kepala

3 Dekontaminasi  Larutan klorin 0,5 %


Alat  Wadah plastik
 Alat direndam dalam
klorin 10 %
 Alat kering disimpan
dalam wadah kering dan
bersih

4 Pengelolaan  Wadah tahan tusukan


alat tajam  Isi wadah kurang dr ¾
penuh
 Tidak ada bagian tajam
yang keluar
 Jarum tidak disarungkan
 Penyarungkan satu

13
tangan

5 Limbah  Sampah dipisahkan


sesuai jenis
 Tidak ada sampah
terkontaminasi

14
15
16
CARA MENCUCI TANGAN
17
DENGAN SABUN DAN AIR

CARA MENCUCI TANGAN


DENGAN ANTISEPTIK BERBASIS ALKOHOL
18
19
REFERENSI

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

20
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 Tentang
Puskesmas;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

21

Anda mungkin juga menyukai