Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan 4 BIOREGULASI

Pendahuluan
Bioteknologi modern memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kehidupan dan
kesejahteraan umat manusia di dalam sektor pertanian, pangan, industri, kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Teknologi rekayasa genetik, seperti juga pemuliaan secara konvensional,
digunakan untuk perbaikan sifat suatu organisme. Selain itu, teknologi ini dapat digunakan untuk
peningkatan kandungan nutrisi tanaman dan produksi vaksin dalam tanaman.
Salah satu kelebihan dari teknik rekayasa genetik adalah sumber gen yang disisipkan ke
dalam suatu organisme dapat berasal dari organisme yang tidak sekerabat. Contohnya padi Bt
yang telah disisipi gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt). Gen yang diambil dari bakteri
tersebut adalah gen penyandi protein Bt yang dapat membunuh larva hama Lepidoptera.
Penyisipan gen ini karena gennya memiliki ketahanan terhadap hama Lepidoptera. Teknologi
rekayasa genetik dapat diterapkan pada tumbuhan, hewan, dan jasad renik.
Peran teknologi rekayasa genetik dalam perbaikan dan kualitas hidup manusia telah
diyakini, namun masih terdapat kekhawatiran bahwa PRG juga memiliki risiko yang dapat
menimbulkan kerugian bagi lingkungan, keanekaragaman hayati, pertanian berkelanjutan,
maupun kesehatan manusia dan hewan. Kemungkinan timbulnya resiko perlu diminimalkan
melalui kehati-hatian (precautionary approach). Regulasi PRG diterbitkan peraturan pemerintah
tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik.

B. Tinjauan Keamanan Pangan PRG


1. Keamanan hayati
Keamanan Hayati (biosafety) adalah suatu disiplin dalam penanganan sistem kontaminan
terhadap mikroorganisme menular dan bahan biologi berbahaya. Keamanan hayati PRG
merupakan keamanan lingkungan, keamanan pangan dan/atau pakan PRG, sedangkan keamanan
lingkungan merupakan upaya yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya risiko
yang merugikan keanekaragaman hayati sebagai akibat pemanfaatan PRG.

2. PRG dan Bioteknologi


PRG yang biasa disebut dengan Genetic Modified Organism (GMO) merupakan organisme
yang telah mengalami perubahan pada DNA-nya dengan menggunakan suatu teknologi yang

1
disebut dengan bioteknologi moderen, sehingga menghasilkan suatu organisme yang berbeda
dengan produk alamiahnya dan memiliki beberapa kelebihan. Rekayasa genetik sendiri
merupakan proses yang digunakan untuk menciptakan benih GM. Tanaman pangan, dan
makanan yang dihasilkan darinya, adalah teknologi yang digunakan untuk mengisolasi gen dari
satu organisme, memanipulasinya di laboratorium, dan menyuntikkannya ke organisme lain.
Rekayasa genetik merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya meliputi
manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi genetik, dan genetika
moderen dengan menggunakan prosedur identifikasi, replikasi, modifikasi dan transfer materi
genetik dari sel, jaringan, maupun organ. Dalam skala yang lebih luas, rekayasa genetik
melibatkan penanda/marker yang sering disebut sebagai Marker-Assisted Selection (MAS) yang
bertujuan meningkatkan efisiensi suatu organisme berdasarkan informasi fenotipnya. Metode-
metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetik meliputi pengunaan vektor,
kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction) dan seleksi (screening), serta analisis rekombinan.
Bioteknologi moderen adalah aplikasi dari teknik perekayasaan genetik yang meliputi
teknik asam nukleat in-vitro dan fusi sel dari dua jenis atau lebih organisme di luar kekerabatan
taksonomis. Bagi banyak orang, bioteknologi yang identik dengan produksi organisme hasil
rekayasa genetika (GMO), yang juga di kenal sebagai transgenik. Saat ini, tanaman bioteknologi
paling umum ditanam, pada tahun 2004 diperkirakan 200 juta hektar tanaman transgenik
diproduksi di 17 negara. Diantara ketujuh belas negara tersebut yaitu Amerika Serikat dengan
luas arealnya (59%), Argentina (20%), Kanada dan Brasil (masing-masing 6%), dan China (5%).
Kurangnya pengetahuan tentang metode transgenik praktis dan ditambah ketakutan yang
tidak diketahui, kemungkinan salah satu alasan terbesar mengapa beberapa kelompok menentang
adanya rekayasa genetik. Bioteknologi akan banyak menguntungkan manusia jika dimanfaatkan
secara tepat, dalam bidang pertanian, program pemuliaan tanaman yang sudah lama dikenal
khususnya untuk jenis-jenis tanaman tertentu, akan dapat membantu petani untuk menghasilkan
buah unggul yang tahan hama dan mudah beradaptasi dengan perubahan iklim, serta inovasi
melalui bioteknologi memungkinkan produsen pertanian untuk mengurangi biaya produksi. Pada
bidang kesehatan, ditemukannya obat-obatan hasil bioteknologi untuk menyembuhkan berbagai
penyakit, ditemukan berbagai jenis enzim sebagai bahan dasar obat-obatan, dan dalam bidang
lingkungan hidup, masalah perubahan iklim perlu ditangani dengan cara mitigasi dan adaptasi.

2
Pemanfaatan bioteknologi juga mengakibatkan dampak negatif yang serius, seperti
peningkatan produksi pestisida sering menimbulkan bahaya yang berkepanjangan. Dalam bidang
kesehatan, berbagai obat-obatan hasil rekayasa genetik juga dapat menimbulkan kekebalan pada
penyakit tertentu dan menimbulkan efek samping bagi tubuh manusia. Dalam bidang lingkungan
hidup, pelepasan organisme hasil modifikasi genetik (OHMG) ke lingkungan bebas dapat
mengganggu keberadaan keanekaragaman hayati yang sudah ada. Bioteknologi sangat berkaitan
dengan keanekaragaman hayati sebagai sumber daya genetik, dimana dalam perkembangannya,
kecenderungan komersialisasi, produksi besar-besaran OHMG, lemahnya pengawasan,
kurangnya informasi dan hal lainnya menjadi kendala dalam pemanfaatan bioteknologi.

3. Status Pengembangan PRG di Indonesia


Diantara hasil kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman PRG yang cukup maju
adalah tebu toleran kekeringan yang dikembangkan oleh PTP XI bekerjasama dengan Ajinomoto
dan Universitas Jember (Sugiharto, 2016), kentang tahan penyakit layu bakteri yang
dikembangkan oleh Kementerian Pertanian (Ambarwati et al, 2011) dan padi tahan serangan
hama penggerek batang padi kuning yang dikembangkan oleh LIPI (Estiati et al, 2013;
Sulistyowati et al. 2011). Akan tetapi hingga saat ini belum ada diantara produk PRG tersebut
yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Tebu PRG tahan kekeringan saat ini telah
mendapatkan sertifikasi aman pangan dan aman lingkungan dan sedang dalam proses
mendapatkan sertifikasi aman pakan. Kentang PRG tahan layu bakteri saat ini telah mendapatkan
sertifikasi aman pangan dan dalam proses mendapatkan sertifikasi aman lingkungan. Padi PRG
tahan hama penggerek batang padi kuning saat ini telah melalui uji keamanan lingkungan di
LUT dan beberapa uji terkait keamanan pangan. Selain ketiga produk tersebut, berbagai kegiatan
penelitian dan pengembangan tanaman PRG sedang berlangsung seperti padi tahan tungro LIPI
(Estiati at al. 2018), padi tahan blast LIPI (Rachmat et al. unpublished), padi toleran kekeringan
LIPI (Nurdiani et al. 2018), tebu rendemen tinggi (Univ. Neg. Jember) (Miswar et al. 2012), ubi
kayu tahan simpan (LIPI), padi efisien pemanfaatan N (BBBiogen-Kemtan), dan lainnya.
Informasi terkini tentang status pengkajian keamanan hayati tanaman PRG dapat dilihat di
portal Balai Kliring Keamanan Hayati (BCH) di http://indonesiabch.menlhk.go.id/.

C. Pengaturan Keamanan Pangan PRG

3
1. Keamanan Pangan PRG
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah sebagai bahan makanan atau minuman manusia. Makanan/produk
makanan hasil rekayasa genetik merupakan salah satu dari sejumlah perkembangan bioteknologi
untuk meningkatkan umur simpan, kandungan gizi, rasa, warna, dan tekstur, serta karakteristik
agronomi dan pengolahan. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
bahwa keamanan pangan adalah kondisi/upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain sehingga aman untuk dikonsumsi.

2. Keamanan Pangan PRG di Indonesia


Dasar konstitusional peraturan perundang-undangan pengelolaan lingkungan hidup di
Indonesia, terdapat dalam Alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi
sebagai berikut: “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”.
Ditambah beberapa undang-undang dan peraturan yang mengatur mengenai keanekaragaman
hayati, keamanan hayati, serta keamanan pangan PRG di Indonesia. Pengaturan hukum
keamanan pangan produk rekayasa genetik di Indonesia diatur dalam beberapa peraturan
perundang-undangan antara lain Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan
United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai Keanekaragaman Hayati), yang bertujuan mengesahkan United Nations Convention
Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati).
Pengaturan selanjutnya terdapat dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Pengesahan Cartagena Protocol on Biosafety to The Convention on Biological Diversity
(Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati atas Konvensi Keanekaragaman Hayati).

3. Status Peraturan Perundangan Tanaman PRG di Indonesia


Peraturan di Indonesia terkait PRG diawali dengan penerbitan UU no 21/2004 tentang
pengesahan cartagena protocol on biosafety to the convention on biological diversity (protokol
cartagena tentang keamanan hayati atas konvensi keanekaragaman hayati) dan ditindaklanjuti
dengan PP 21/2005 tentang Keamanan Hayati Produk Hasil Rekayasa Genetika (PRG). Oleh
Direktur Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia mengeluarkan peraturan No.
HK.03.1.23.03.12.1563/2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa

4
Genetik. Menteri Lingkungan Hidup mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
25/2012 tentang Pedoman penyusunan dokumen Analisis Risiko Lingkungan Produk Rekayasa
Genetik. Setelah itu pada tahun 2016 Menteri Pertanian melalui Kepala Badan Litbang Pertanian
mengeluarkan Peraturan KaBadan Litbang Pertanian :466.2/Kpts/OT.210/H/11 /2016 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Dan Mekanisme Pengkajian Keamanan Pakan Produk Rekayasa
Genetik. Untuk mendukung pelaksanaan peraturan tersebut Presiden RI menerbitkan Peraturan
Presiden Nomor 53 Tahun 2014 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2010
tentang Komisi Keamanan Hayati (KKH) PRG, sekaligus mensahkan anggota KKH PRG. KKH
PRG kemudian menetapkan anggota Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) PRG yang bertugas
mengkaji keamanan hayati PRG terkait keamanan pangan, pakan dan lingkungan (KKH, 2015).
Sampai saat ini KKH telah memberikan rekomendasi keamanan pangan atas 19 jenis PRG,
keamanan lingkungan untuk 5 jenis PRG dan keamanan pakan untuk 3 jenis PRG.

Gambar 1. Daftar tanaman PRG yang dinyatakan aman pangan (2017)

5
Gambar 2. Daftar tanaman PRG yang dinyatakan aman lingkungan dan aman pakan (2017)
Selain itu Menteri Pertanian juga telah mengeluarkan Keputusan Menteri Pertanian No.
61/2011 tentang Pengujian, Evaluasi, pelepasan dan Penarikan Varietas untuk mengatur
pelepasan tanaman PRG. Terkait dengan peredaran pangan PRG, Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Kepala Badan POM tahun 2012
tentang Pengawasan dan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Selain mengangkat
anggota Tim Teknis Keamanan Hayati PRG, Komisi Keamanan Hayati melalui Keputusan No.
02/KKH PRG/01/2012 telah membentuk Tim Pengkajian Hukum, Sosial Budaya dan Ekonomi
PRG (TIM PHSBE – PRG). Tugas dari Tim PHSBE – PRG adalah untuk memberikan masukan
pertimbangan aspek legal, sosial budaya dan ekonomi atas produk hasil rekayasa genetika yang
sedang dalam proses pemberian sertifikasi keamanan hayatinya. Saat ini peraturan terkait
pemantaun PRG pasca pelepasan sedang dalam tahap pembahasan. Sementara itu peraturan
tentang penelitian PRG di laboratorium perlu dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai