AGROMEDICINE
Potensi dan Keamanan Pangan Transgenic bagi Masyarakat Petani (Agricultural Population)
DISUSUN OLEH :
2028021020
PEMBIMBING
DR.SAMSU
UNIVERSITAS LAMPUNG
ARTIKEL
I. PENDAHULUAN
II. TUJUAN
Pada artikel ini memiliki tujuan sebagai berikut:
- Memahami Potensi dan Keamanan pangan transgenetika bagi masyarakat maupun
petani.
- Menganalisis permasalahan yang didapatkan dari trangenetika pangan
- Mencari solusi untuk kebijkan dari kontroversi trangenetika yang terjadi diEra ini
IV. PEMBAHASAN
A. Potensi dan Keamanan Pangan Transgenetika
Identifikasi dari kebijakan yang menyebutkan produk rekayasa genetika utamanya
berada di bawah empat peraturan perundang-undangan, yang disebutkan yaitu :
sistem budidaya oleh (UU No. 12/1992), perlindungan varietas oleh (UU No.
29/2000), pangan oleh (UU No. 7/1996), dan pengkajian keamanan hayati oleh
(UU Lingkungan Hidup No. 23/1997, PP No. 21/2005 mengenai Keamanan
Hayati). Telah dikemukakan hal-hal pokok yang terkait dengan isi UU dan
pemegang mandat dan/atau wewenang juridis dari UU. Wewenang
pengembangan varietas tanaman berada dalam naungan Undang-undang Sistem
Budidaya Tanaman No. 12 Tahun 1992 dengan perintah terhadap Departemen
Pertanian yang bertujuan meningkatkan produksi tanaman demi kepentingan
nasional. Didalam tataran implementasi untuk menjalankan pelepasan benih
ataupun bibit tanaman telah tertuang didalam beberapa Peraturan Menteri
Pertanian yaitu No. 37/Permentan/OT.140/8/2006 menjelaskan tentang pengujian,
Penilaian, Pelepasan, dan juga Penarikan Varietas. Untuk menganalisis regulasi
dan juga kelembagaan dibutuhkan beberapa dokumen serta informasi mengenai
kebijakan dan juga regulasi keamanan hayati produk rekayasa genetika dan
pelepasan varietas hasil dari rekayasa genetika di Indonesia. Dalam kaitan ini
dilakukan identifikasi dan kategorisasi subyek/topik oleh sistem undang-undang
(UU) dan juga kelembagaannya (pemegang wewenang/perintah). Tinjauan ini
difokuskan terhadap aspek implementatif dan prosedural dari kebijakan dan
regulasi terkait, mengingat bahwa ketentuan hukum berupa peraturan pemerintah
(PP) tentang keamanan hayati yang sudah diterbitkan sejak tahun 2005.
Kesenjangan yang mungkin terdapat ditelaah antara kondisi existing regulasi dan
juga kelembagaan dengan kerangka kebijakan maupun regulasi yang diinginkan
tersebut, meliputi aspek keamanan lingkungan, keamanan pangan atau pakan,
pengujian multilokasi varietas dan perlindungan varietas. Didalam bagian
diharapkan output yaitu berupa uraian menyeluruh mengenai regulasi keamanan
hayati dan juga yang terkait dengannya untuk saat ini. Selain itu juga akan
dikemukakan status keputusan domestic yang terkait pada masing-masing subyek
regulasi yang perintahnya berada di bawah departemen atau lembaga non
departemen sebagaimana dengan yang diamanatkan oleh UU dan/ataupun PP.
didalam pangan produk rekayasa genetika memberikan beberapa manfaat yaitu
antara lain menurunkan harga produk dan/atau manfaat yang dapat lebih besar
(dalam hal daya tahan/simpan atau nilai gizi), namun tetap ada kekhawatiran,
disamping memberikan manfaat, ini juga dapat memiliki resiko yang
menimbulkan dampak terhadap kesehatan manusia khususnya masyarakat
maupun petani. Oleh sebab itu, perlu diambilnya suatu langkah-langkah, baik
melalui cara hukum, administratif, maupun teknis demi menjamin tingkat
keamanan dari pangan. Atas dasar inilah perlu adanya kajian keamanan hayati dan
keamanan pangan yang merupakan suatu langkah kehati-hatian (precautionary
approach). Pengkajian keamanan pangan dari hasil rekayasa genetika secara
umum mencakup :
b. Transfer gen
c. Outcrossing.
Dampak yang juga tidak kalah pentingnya ialah dampak sosial dan ekonomi.
Apabila tanaman transgenik dibudidayakan secara besar-besaran di semua negara,
maka dikhawatirkan akan terjadinya pergeseran penguasaan benih dari yang semula
milik umum atau common property, didalam hal ini petani menjadi pemilik benih
yang bisa disimpan dan ditanam berulang kali, akan menjadi milik beberapa
perusahaan besar multinasional (sejauh ini ada enam perusahaan multinasional yang
telah memonopoli benih transgenik komersial) (Santosa, 2000). Persaingan didalam
perdagangan dan pemasaran produk pertanian transgenik akan mengakibatkan
ketidakadilan untuk negara agraris berkembang karena adanya kesenjangan teknologi
yang sangat jauh dengan negara maju. Kesenjangan tersebut timbul karena
bioteknologi modern sangatlah mahal sehingga akan berdampak sulit bagi negara
berkembang untuk mengembangkannya. Hak paten yang dimiliki produsen produk
transgenik juga akan semakin menambah dominasi negara maju. Petani yang
menanam benih transgenik tanpa ijin akan mendapat tuntutan ke pengadilan karena
dianggap telah melanggar property right.
V. KESIMPULAN
Di dalam satu sisi perkembangan budidaya tanaman hasil rekayasa genetika sebagai
komoditi pangan cukup pesat dan cepat dan juga dapat menjanjikan, namun di sisi
lain memiliki berbagai kekhawatiran terhadap pemanfaatan tanaman tersebut,
terutama menyangkut masalah Kesehatan masyarakat maupun petani dan juga pada
aspek lingkungan. Pertentangan tersebut wajar adanya mengingat setiap orang
memiliki sudut pandangnyaberbeda-beda. Penerapan teknologi sangat diperlukan
untuk upaya mencari alternatif demi memenuhi kebutuhan pangan, akan tetapi secara
ilmiah saja tidaklah akan cukup, diperlukan etika mengenai norma dan juga nilai-nilai
moral yang digunakan untuk melindungi hak-hak asasi manusia juga melindungi
makhluk hidup lainnya dalam kehidupan. Pengembangan teknologi dan pemanfaatan
sumber daya hayati digunakan seluas-luasnya untuk kepentingan manusia dan
makhluk hidup lainnya, wajib menghindari konflik moral dan juga tidak
diperkenankan menimbulkan dampak negatif terhadap harkat manusia dan juga
perlindungan terhadap lingkungan hidup lainnya.