b. Gejala-gejala yang tampak pada stadium ini lebih bervariasi dibanding pada stadium pertama antara lain
ikterus (kekuningan)
c. Apabila demam dan gejala-gejala lain timbul lagi, besar kemungkinan akan terjadi meningitis
LANJUTAN..
Stadium Ketiga (Konvalense Phase) :
a. Pada ginjal, renal failure yang dapat menyebabkan kematian
b. Pada mata, konjungtiva yang tertutup menggambarkan fase septisemi yang erat hubungannya dengan keadaan fotobia dan konjungtiva
hemorrhagic
c. Pada hati, jaundice (kekuningan) yang terjadi pada hari keempat dan keenam dengan adanya pembesaran hati dan konsistensi lunak
d. Pada jantung, aritmia, dilatasi jantung dan kegagalan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak
e. Pada paru-paru, hemorhagic pneumonitis dengan batuk darah, nyeri dada, respiratory distress dan cyanosis
f. Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah (vascular damage) dari saluran pernapasan, saluran pencernaan, ginjal dan
saluran genitalia
g. Infeksi pada kehamilan menyebabkan abortus, lahir mati, premature dan kecacatan pada bayi
FAKTOR-FAKTOR RESIKO
LEPTOSPIROSIS
kondisi yang melekat pada individu (seperti riwayat, usia, jenis kelamin, dan keluarga) dan kebiasaan (seperti aktivitas
sehari-hari) yang lebih umum diantara orang yang terkena Leptospirosis dibandingkan orang yang tidak terjangkit
Leptospirosis. Faktor risiko biasanya tidak menyebabkan penyakit tetapi hanya mengubah probabilitas seseorang (atau
risiko) untuk mendapatkan penyakit, terdapat tiga faktor resiko secara epidemologi yaitu :
1. Faktor agen penyakit berkaitan dengan penyebab, baik jumlah , virulensi, patogenesis
2. faktor Host (penjamu, penderita) termasuk di dalamnya keadaan kebersihan perorangan, keadaan gizi,
usia, pendidikan, jenis pekerjaan , dan sosial budaya
3. Lingkungan Fisik (Selokan tidak terawat, banyak genangan air), Lingkungan Biologis ( banyaknya
populasi tikus di dalam atau sekitar rumah, hewan peliharaan sebagai hospes pelantara) serta
lingkungan sosial ekonomi (Jumlah pendapatan) dan juga lingkungan budaya
PENANGGULANGAN KASUS
KLB Leptospirosis ditetapkan apabila memenuhi salah satu kriteria (sesuai Permenkes 1501 tahun 2010) sebagai berikut :
1. Terjadinya kasus baru disuatu wilayah kabupaten/kota yang sebelumnya pernah ada kasus Leptospirosis ; atau
2. Munculnya kesakitan Leptospirosis di suatu wilayah kecamatan yang selama 1 tahun terakhir tidak ada kasus
3. Terjadinya peningkatan kasus baru Leptospirosis dua kali atau lebih dibandingkan dengan minggu atau bulan yang
sama pada periode waktu tahun sebelumnya di suatu wilayah; atau
4. Terjadinya peningkatan jumlah kasus di suatu wilayah kabupaten/ kota selama 3(tiga) kurun waktu dalam hari atau
minggu berturut- turut; atau
5. Terjadinya peningkatan angkat kematian (case fatality rate) akibat kasus Leptospirosis sebanyak 50 % atau lebih
dibandingkan angka kematian kasus Leptospirosis pada periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
Lanjutan..
Penanggulangan KLB Leptospirosis :
1) Mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC) yang terdiri dari Lintas sektor dan lintas program.
2) Pembentukan Posko KLB Leptospirosis :
• Sebagai koordinasi pengendalian Leptospirosis
• Melakukan pencatatan penderita
• Melakukan pengaturan distribusi logistic
• Melakukan penyuluhan dan sosialisasi
• Membuat laporan harian/mingguan penderita rawat jalan dan rawap inap.
3. Pemutusan mata rantai Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan
4. Melakukan Promosi kesehatan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) seperti sepatu boot, sarung
tangan karet saat bekerja kepada para pekerja seperti petani
6. Peningkatan kapasitas sumber daya terutama sumber daya manusia melalui pelatihan untuk
petugas pelaksana kabupaten/kota diselenggarakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
dengan fasilitasi dinas kesehatan provinsi serta pusat;
7. Ditjen PP dan PL, dalam hal ini Direktorat PPBB menyelenggarakan Pelatihan untuk Pelatih
(ToT) dalam pegendalian Leptospirosis;
8. Mengembangkan jejaring pengendalian Leptospirosis di setiap jenjang administrasi
pemerintahan dengan berbagai mitra pemangku kepentingan;
9. Meningkatkan pembinaan teknis dan monitoring untuk mencapai kualitas pelaksanaan
pengendalian penyakit Leptospirosis secara optimal;1
10. Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiataan program dan sebagai dasar
perencanaan selanjutnya.
Dalam kegiatan upaya penanggulangan Leptospirosis
dilakukan beberapa kegiatan pokok pengendalian sebagai
berikut :
• Advokasi dan sosialisasi.
• SKD dan respon KLB.
• Survelans pada manusia dan faktor risiko.
• Diagnosis dan tatalaksana Leptospirosis.
• Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi.
• Pengendalian faktor risiko.
• Promosi kesehatan/KIE.
• Bimbingan teknis/supervisi.
• Monitoring dan evaluasi .
Kegiatan surveilans ini terutama
ditunjukan kepada:
1. Daerah rawan banjir / sering mengalami banjir;
2. Daerah persawahan dan perkebunan dengan populasi vektor meningkat;
3. Daerah rawa atau bergambut;
4. Daerah yang terjadi bencana (gunung meletus, kebakaran hutan, banjir bandang);
5. KLB Leptospirosis sebelumnya
Sekian dan terimakasih..