Anda di halaman 1dari 25

PERSALINAN KALA IV

CLARA SYLVIA AGUSTIN


ELOK FUIKHOTUL FADILA
MADE YULYANTI
MONICA EIGIT CHRISTANTI
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam
kala IV ini, ibu masih membutuhkan pengawasan yang
intensif karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan.
Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat
proses persalinan terkadang harus dilakukan episiotomi
misalnya kepala bayi terlalu besar atau mencegah ruptur
perineum totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum
boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh
ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses kala IV ibu
berada dalam masa kritis maka harus selalu dilakukan
pemantauan kala IV oleh bidan.
PENJAHITAN LASERASI JALAN LAHIR

Robekan perineum bisa terjadi pada hampir


semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan selanjutnya. Robekan ini dapat
dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat.
MEMERIKSA LASERASI JALAN LAHIR

Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan


jalan lahir, maka periksa daerah perineum, vagina
dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami
peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet.
Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan
terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah,
bengkak dan mengalami lecet-lecet. Untuk
mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid
yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher
LASERASI DAPAT DIKATEGORIKAN DALAM :

Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan


kulit perineum, tidak perlu dijahit.
Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina,
kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina,
kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina,
kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang
meluas hingga ke rektum. Bila laserasi jalan lahir
berada pada derajat III dan IV: Rujuk segera
TUJUAN DARI PENJAHITAN PERLUKAAN
PERINIUM ATAU AKIBAT EPISIOTOMI
• Untuk mendekatkan jaringan-jaringan
perlukaan sehingga proses penyembuhan bisa
terjadi, proses penyembuhan itu sendiri
bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi
hasil dari pertumbuhan jaringan.
• Untuk menghentikan perdarahan yang terjadi
akibat perlukaan yang menyebabkan
pembuluh darah terbuka.
LANGKAH LANGKAH PENJAHITAN ROBEKAN
PERINIUM
• A. Persiapan Alat
• Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan: Wadah
berisi : Sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit,
benang jahit, kasa steril, pincet, Kapas DTT, Buka spuit
sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam
wadah DTT, Patahkan ampul lidokain
• Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat
tidur
• Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
• Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
• Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan
dengan sabun pada air mengalir
• Pakai satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
• Ambil spuit dengan tangan yang berasarung tangan, isi tabung
suntik dengan lidokain dan
• letakkan kembali ke dalam wadah DTT
• Lengkapi pemakaian sarung tangan pada tangan sebelah kiri
• Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan
gerakan satu arah dari vulva ke perineum
• Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan
bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua
KEUNTUNGAN ANASTESI LOKAL
• Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).
• Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.
• Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi
kehilangan darah).
• Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
• Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %. Tidak Dianjurkan
Penggunaan
• Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan
nekrosis jaringan). Lidocain dengan epinephrine
(memperlambat penyerapan lidocain dan memperpanjang
efek kerjanya).
TINDAKAN ANASTESI LOKAL
• Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
• Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu
bagian sudut bahwa vulva.
• Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang
terhisap
• Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka
daerah perineum
• Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum
suntik sepanjang luka pada mukosa vagina
• Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
• Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
PENJAHITAN LASERASI PADA PERINIUM
• Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu
buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1
cm.
• Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen
• Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin
himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
• Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak
ototnya.
• Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah vagina
dengan menggunakan jahitan subkutikuler
• Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang cincin himen
untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya
• Masukkan jari ke dalam rektum
• Periksa ulang kembali pasa luka
• Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang
diinginkan
• Beri ibu informasi kesehatan
MACAM MACAM JAHITAN
• JAHITAN KULIT
1.Jahitan interrupted, Jahitan simple interrupted (Jahitan
satu demi satu)
Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak
digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas
jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak
antara tiap jahitan, semakin baik bekas luka setelah
penyembuhan.
2.jahitan matras, Jahitan matras vertical
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai
hanya dengan menggunakan jahitan satu demi satu
3 .Jahitan continous, Jahitan jelujur
Mudah dipelajari, tidak nyeri, sedikit jahitan, lebih
cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian
tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan
jahitan terputus. Kelemahannya jika benang putus
/ simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka.
4. Jahitan interlocking, feston
5. Jahitan kantung tembakau (tabl sac)
• Jahitan subkutis
1.Jahitan jelujur, Mudah dipelajari, tidak nyeri,
sedikit jahitan, lebih cepat dibuat, lebih kuat dan
pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan
dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang
putus / simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka.
2. Jahitan interlocking, feston
3. Jahitan kantung tembakau (tabl sac)
• Jahitan dalam
PERAWATAN HEATING PERINIUM
• Penanganan Komplikasi
• Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda
infeksi dan perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
• Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka- Lalu berikan terapi
ampisilin 500 mg per oral 4 x sehari selama 5 hari
• Dan metronidazol 400 mg per oral 3 x sehari selama 5 hari
• Perawatan Pasca Tindakan
• Apabila terjadi robekan tingkat IV (Robekan sampai mukosa rektum),
berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal, Ampisilin 500 mg per
oral dan metronidazol 500 mg per oral
• Observasi tanda-tanda infeksi
• Jangan lakukan pemeriksaan rektal selama 2 minggu
• Berikan pelembut feses selama seminggu per oral
• Informasi kesehatan untuk ibu
• Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu.
Hal ini berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun
nasehat yang diberikan diantaranya :
• Menjaga daerah vulva dan perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.
• Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.
• Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.
• Menyarankan ibu mengkonsumsi nutrisi dan makanan bernilai gizi tinggi.
• Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh, atau
sedikitnya minum 8 gelas sehari.
• Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu setelah
melahirkan untuk memeriksa luka jahitan
PEMANTAUAN KALA IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan
adalah pada masa post partum. Pemantauan ini
dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu
akibatperdarahan. Kematian ibu pasca persalinan
biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini
disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia
post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan
15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit
kedua setelah persalinan. selama 1 jam pertama
setelah persalinan
YANG HARUS DIPANTAU PADA KALA IV
• TANDA TANDA VITAL
– TEKANAN DARAH
– SUHU
– NADI
– PERNAFASAN
• KONSISTENSI UTERUS
Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada garis
tengah dari abdomen kira-kira ¾ naik ke atas antara symphysis pubis dan
umbilicus Untuk membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan
masase agar uterus tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi
dengan kuat. Menyusui merupakan metode efektif untuk meningkatkan
tonus uterus, selain itu dapat dilakukan dengan cara mempertahankan
massase ringan yang juga dapat mengurangi perdarahan.
• PERDARAHAN
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak
satu pembalut perempuan per jam, selama 6 jam pertama atau seperti
darah haid yang banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini, ibu
hendaknya diperiksa lebih sering dan penyebab – penyebab perdarahan
• LOCHEA
Lochea (Darah nifas). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas yang dikeluarkan pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa /
alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Macam macam lochea : Lochea Rubra, Lochea Sanguinolenta, Lochea
Serosa, Lochea Alba, Lochea Purulenta, Locheostasis
• PERINIUM
Perinium dievaluasi untuk melihat adanya edema, memar dan
pembentukan hematoma serta untuk memeriksa apakah ada perdarahan
pada jahitan perineum
• KANDUNG KEMIH
Jika kandung kencing penuh dengan air seni, uterus tidak dapat
berkontraksi dengan baik. Jika uterus naik di dalam abdomen dan tergeser
ke samping, ini biasanya merupakan pertanda bahwa kandung kencing
penuh.
• PERKIRAAN DARAH YANG HILANG
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena
darah bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap
handuk, kain atau sarung.
PEMANTAUAN KEADAAN UMUM IBU
• SETELAH LAHIRNYA PLASENTA
– Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
– Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan anda secara
melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar
dengan pusat atau lebih bawah misalnya jika dua jari bisa diletakan di
bawah pusat dan di atas fundus uteri, disebut dua jari di bawah pusat.
– Perkirakanlah kehilangan darah secara keseluruhan
– Periksa perinium dari perdarahan aktif, misalnya apakah dari laserasi
atau episiotomy
– Evaluasi kondisi ibu secara umum
– Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di
halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau
setelah penilaian dilakukan.
• SELAMA DUA JAM PERTAMA PASCA PERSALINAN
– Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang
keluar setiap 15 menit selama satu jam pertarna dan setiap 30 menit
selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
tingkatkan frekuensi obsemasi dan penilaian kondisi ibu.
– Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15
menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala
empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obsemasi
dan penilaian kondisi ibu.
– Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama
pascapersalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa
yang diperlukan.
– Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
– Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi
uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana
melakukan masase jika uterus menjadi lembek.
– Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan
dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih
dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk
bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar
bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala terlutup baik,
kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk
dan diberi ASI.
– Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
– Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama
pascapersalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut
menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika
kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
dan anjurkan untuk mengosongkannya setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu
bahwa keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia melahirkan
bayinya. Jika ibu tak dapat berkemih, bantu ibu dengan cara menyiramkan air
beisih dan hangat ke perineumnya. Berikan privasi atau masukkan jari-jari ibu
ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan.
– Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat berkemih secara
spontan, mungkin perlu dilakukan kateterisasi. Jika kandung kemih penuh
atau dapat dipalpasi, gunakan teknik aseptik saat memasuki kateter Nelaton
DTT atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Setelah kandung kemih
dikosongkan, lakukan masase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan
baik.
Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia
dapat berkemih sendiri dan keluarganya
mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan
jumlah darah yang keluar.

Anda mungkin juga menyukai