Anda di halaman 1dari 4

7.2.

2 Penjahitan Pada Episiotomi / Laserasi


Pada masa yang lalu, tindakan episiotomi dilakukan secara rutin terutama pada
primipara. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah
kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya. Namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat episiotomi (Enkim, Keirse,
Renfew dan Nelson, 1995; Wooley, 1995). Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat
menyebabkan peningkatan jumlah jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka
perineum bagian posterior, meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa
nyeri pada hari-hari pertama post partum.

Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar
sehingga bayi dapat keluar dengan lebih mudah. Dapat dimengerti jika kaum wanita khawatir
kalau-kalau sayatan atau robekan akan memengaruhi vagina dan perineum (kulit antara
vagina dan anus) sehingga kelak hubungan seksual akan menyakitkan, atau area tersebut
menjadi jelek, atau tidak memungkinkan penggunaan tampon. Wanita yang pernah
mengalami pelecehan seksualsering takut jika mendengar penyayatan karena ini
mengingatkan pada kerusakan yang pernah mereka alami
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin
tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan
suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian
belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat

Indikasi Episiotomi :
1. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera
diakhiri.
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distoksia bahu, akan
dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacum.
3. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
4. Perineum kaku dan pendek
5. Adanya rupture yang membakat pada perineum
6. Premature untuk mengurangi tekanan

Penatalaksanaan episiotomi :
1. Persiapan :
 Peralatan : baik steril berisi kasa, gunting episiotomy, betadin, spuit 10 ml dengan
jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain 1% tanpa epineprin. Bila bila
lidokain 1% tidak ada dan tersedia likokain 2% maka buatlah likokain tadi menjadi
1% dengan cara melarutkan 1 bagian lidokain 2% ditambah 1 bagian cairan garam
fisiologis atau air destilasi steril. Contoh : Larutkan 5 ml lidokain 2% ke dalam 5 ml
cairan garam fisiologis atau air destilasi steril.
 Pertimbangkan secara matang tujuan episiotomi.
 Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan bahwa
episiotomi tersebut penting untuk keselamatan dan kenyamanan ibu dan/atau bayi.
 Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia
dan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
 Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril.
 Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan diskusikan prosedurnya
dengan ibu. Berikan alasan rasional pada ibu.

2. Prosedur
 Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala
bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.
Alasan: Melakukan episiotomi akan ,nenyebabkan perdarahan; jangan melakukannya
terlalu dini.
 Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua jari
agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut ke arah luar pada perineum.
Alasan: Hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum
sehingga membuatnya lebih mudah diepisiotomi..
 Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan gunting di
tengah tengah fourchette posterior dan gunting mengarah ke sudut yang diinginkan
untuk me-lakukan episiotomi mediolateral (jika anda bukan kidal, episiotomi
mediolateral yang dilakukan di sisi kiri lebih mudah dijahit). Pastikan untuk
melakukan palpasi/ mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting
cukup jauh kearah samping untuk rnenghindari sfingter.
 Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau
dua guntingan yang mantap. Hindari “menggunting” jaringan sedikit demi sedikit
karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan
dan waktu penyembuhannya lebih lama.
 Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm ke dalam vagina.
 Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan di
lapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara kontraksi untuk
membantu mengurangi perdarahan.
Alasan: Melakukan tekanan pada luka episiotomi akan menurunkan perdarahan.
 Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan
episiotomi.
 Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perineum
dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi
perluasan episiotomi atau laserasi tambahan.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi resiko penyayatan
atau robekan selama persalinan.
 Jika dalam posisi berdiri dan tidak duduk pada tulang ekor ketika mendorong bayi
keluar, panggul akan terbuka lebar dan Anda member sebanyak mungkin ruang bagi
bayi untuk menemukan jalan keluar termudah. Semakin mudah bayi keluar, akan
semakin kurang tekanan yang diterima oleh vagina dan perineum
 Cobalah dan bayangkan vagina membuka agar bayi bisa lewat dengan mudah, jangan
menahan.
 Ketika bidan mengatakan bahwa kepala bayi akan keluar pada kontraksi berikutnya,
Anda dapat melakukan posisi merangkak sehingga kepala bayi akan keluar perlahan-
lahan dari vagina dan memungkinkan perineum meregang perlahan-lahan di depan
wajah bayi. Kelahiran yang timbul seperti ini akan sangat baik bagi bayi karena
melindungi pembuluh-pembuluh darah yang lembut di dalam kepalanya dari
kemungkinan cidera, juga sangat baik bagi Ibu, karena mengurangi resiko robeknya
perineum
 Bidan akan meminta agar ibu bernapas pendek-pendek bukan mengejan, ketika kepala
bayi keluar dan ini juga akan membantu kelahiran yang lembut
Menjahit Episiotomi
Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan
hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke dalam jaringan tubuh, jaringan akan
terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat
menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit
mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis.
Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur:
 Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau dua jenis
simpul)
 Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan
 Menggunakan lebih sedikit jahitan

Komplikasi pada penjahitan episiotomi :


1. Jika terjadi hematoma, buka dan buat drain hematoma. Jika tidak terdapat tanda-tanda
infeksi dan perdarahan berhenti, tutup kembali episiotomi.
2. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, buka dan buat drain luka. Angkat jahitan yang
terinfeksi dan lakukan debridement luka.
3. Jika infeksi ringan, antibiotic tidak diperlukan.
4. Jika infeksi berat tetapi tidak mencapai jaringan dalam, berikan kombinasi antibiotic
5. Ampisilin 500 mg per oral empat kali sehari selama lima hari
6. Ditambah metronidazol 400 mg per oral tiga kali sehari selama lima hari
7. Jika infeksi dalam, mencapai otot, dan menyebabkan nekrosis (fasitis nekrotik),
berikan kombinasi antibiotic sampai jaringan nekrotik dibuang dan ibu tidak demam
selama 48 jam
8. Penisilin G 2 juta unit melalui IV setiap enam jam.
9. Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui IV setiap 24 jam
10. Ditambah metronidazol 500 mg melalui IV setiap delapan jam.
11. Setelah ibu tidak demam selama 48 jam, berikan
12. Ampisilin 500 mg per oral empat kali sehari selama lima hari.

Catatan : Fasitis nekrotik memerlukan debridement bedah yang luas. Lakukan penutupan
primer lambat dalam dua sampai empat minggu (bergantung pada penyembuhan infeksi).
DAFTAR PUSTAKA

 Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta :
EGC
 Indiarti M.T., 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi,
Jogjakarta: Diglossia Media
 Johnson, Ruth, dkk., 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
 Yulianti, Devi. 2006. Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan. Jakarta: EGC
 Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin).
Jakarta: Fitramaya
 Wiknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo
 Cuningham, E. Gary et al. 2006. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGC
 JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan. Jakarta :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
 JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik

Anda mungkin juga menyukai