Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK MANDIRI TERSTRUKTUR

PENDAMPINGAN
(PMTP)
AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Nama Mahasiswa :Wahyuni Ninda Farila


NIM :1216022
Mata Kuliah :Asuhan Kebidanan Persalinandan BBL (b)
Jenis Kompetensi :Asuhan Kebidanan Persalinandan BBL (b)
Perasat :Episiotomi dan Heating
Semester/Kelompok :II / 3 (Tiga)

A. Latar Belakang (Alasan apa yang mendasari perasat tersebut dilakukan di


tinjau dari aspek fisiologi & patofisiologi serta dampak jika tidak dilakukan)
Episiotomi adalah pengguntingan mulut rahim sebagai jalan lahir pada
saat proses persalinan, bila persalinan dilakukan dengan tindakan episiotomy
maka sebaiknya jika habis ke buang air kecil atau besar, bekas luka dikompres
dengan obat antiseptic. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi. Selain
kompres, bisa juga dilakukan dengan mengolesinya dengan salep antibiotic.
Episiotomi dilakukan dengan menggunakan sepasang gunting khusus
episiotomi, atau dengan pisau bedah.Episiotomi dapat dilakukan untuk
mencegah robekan yang tak beraturan yang mungkin terjadi:
Kalau robekanya banyak, maka sebaiknya di minggu pertama sesudah
persalina , ibu jangan banyak bergerak dulu . Pengguntingan mulut rahim
sebagai jalan untuk kelahiran janin saat persalinan kadangkala perlu
dilakukan. Melahirkan tanpa pengguntingan bisa mengakibatkan robekan ke
mana-mana. Saat bayi dilahirkan terutama kala kepala atau pantat bayi mulai
“nonggol”, maka bisa jadi membuat robek leher rahim, vagina, labia hingga
perenium sang ibu.
Setelah dilakukan epiosotomy ,luka tidak di biarkan begitu saja
melainkan di lakukan jahitan pada perinium,Tujuan dari dilakukannya
penjahitan pada laserasi perineum adalah menyatukan kembali jaringan tubuh
dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu memastikan hemostatis.
Setiap dilakukan penusukan jarum saat menjahit, kita sama saja membuat
suatu luka baru pada jaringan, oleh karena itu upayakan jahitan sesedikit
mungkin namun dengan hasil perapatan jaringan semaksimal mungkin.

B. Tujuan(menggambarkan pencapaian dari perasat yang dilakukan secara


khusus)
Episiotomi
1. Membentuk insisi atau sayatan bedah yang lurus, sebagai pengganti
robekan tak teratur yang mungkin terjadi akibat ruptur perineii.
2. Mencegah vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur
maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun tidak rapi.
3. Mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya keluar atau dengan
kata lain mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir lunak
atau mempersingkat kala II
4. Mengurangi tekanan kepala anak sehingga dapat mencegah trauma kepala
pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan juga mencegah kerusakan
pada spintcher ani akibat desakan kepala bayi.
Heating
1. Mendekatkan jaringan-jaringan perlukaan sehingga proses penyembuhan
bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari
penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan
2. Menghentikan perdarahan yang terjadi akibat perlukaan yang
menyebabkan pembuluh darah terbuka
3. Mencegah infeksi silang

C. Indikasi (Sasaran/obyek yang tidak boleh dilakukan tindakan)


1. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
2. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti
penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva
dan vagina.

D. Kontra Indikasi (Sasaran/obyek yang tidak boleh dilakukan tindakan)


1. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
2. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti
penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva
dan vagina.

E. Persiapan Alat & Bahan (Kebutuhan yang harus disesuaikan SOP)


Episiotomi
1. Handscoon
2. Bak instrumen
3. Kurentang
4. Perlak
5. Apd
6. kom steril berisi kasa
7. gunting episiotomy
8. betadin
9. spuit
10. lidokain 1% tanpa epineprin
Heating
1. Bak instrument yang berisi:
a. Handscoon
b. Jarum jahit
c. Benang jahit / Catgut Chromik
d. Kassa steril
e. Pinset chirugis
f. Pinset anatomis
g. Pemegang jarum
2. Kapas DTT
3. Spuit 10 cc
4. Ampul lidokain
5. Perlak
6. Tempat sampah kering
7. Tempat sampah basah
8. Gunting benang jahit
9. Alat Pelindung Diri :
a. Celemek
b. Masker
c. Kacamata
d. Penutup kepala
10. Sepatu boot
11. Kom berisi bethadin
12. Wadah chlorine
13. Nier bekken
14. Air DTT

F. Prosedur Pelaksanaan (Urutan sistematika dari tindakan)


Episiotomi
1. Cuci tangan
2. Lakukan anestesi lokal
 Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu dia untuk
merasa rileks.
 Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung
suntik steril ukuran 10 ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan
jika diperlukan). Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian
lidokain 2% dengan 1 bagian cairan garam fisiologis atau air distilasi
steril, sebagai contoh larutkan 5 ml lidokain dalam 5 ml cairan garam
fisiologis atau air steril.
 Letakkan 2 jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perinium.
 Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura
posterior (fourchette) dan arahkan jarum dengan membuat sudut 45
derajat kesebelah kiri atau kanan garis tengah perineum.
 Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum
tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam
tabung suntik, jangan suntikkan lidokain, tarik jarum tersebut keluar.
Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali. Alasan dilakukan tindakan
ini karena ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian jika
lidokain disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
 Tarik jarum perlahan-lahan sambil menyuntikkan maksimum 10 ml
lidokain.
 Tunggu 1 – 2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal sebelum
episiotomi dilakukan
3. Pertama pegang gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan
satu tangan, kemudian letakkan jari telunjuk dan jari tengah di antara
kepala bayi dan perineum searah dengan rencana sayatan. Hal ini akan
melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga
membuatnya lebih mudah di episiotomi.
4. Setelah itu, tunggu fase acme (puncak his). Kemudian selipkan gunting
dalam keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah.Gunting
perineum mengarah ke sudut yang diinginkan untuk melakukan
episiotomi, misalnya episiotomi mediolateral dimulai dari fourchet
(komissura posterior) 45 derajat ke lateral kiri atau kanan. Pastikan untuk
melakukan palpasi/ mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan
mengarahkan gunting cukup jauh kearah samping untuk rnenghindari
sfingter.
5. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan
satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari “menggunting” jaringan
sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata
sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih
lama.
6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi
dengan di lapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara
kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan. Karena dengan
melakukan tekanan pada luka episiotomi akan menurunkan perdarahan.
7. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah
perluasan episiotomi.
8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah
episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi,
lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi
tambahan.
Heating
1. Menjelaskan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Memberikan anastesi lokal
4. Menentukan batas luka dan menentukan nilai kedalaman luka
5. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi dibagian
dalam vagina
6. Tutup mukosa vagina dengan jahitan delujur, jahit kebawah kearah cincin
himen
7. Masukkan jarum kemukosa vagina lalu kecincin himen, periksa bagian
antara jarum diperinium dan bagian atas laserasi
8. Setelah mencapai ujung laserasi , arahkan jarum keatas dan teruskan
penjahitan
9. Periksa lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang
10. Tusukkan jarum dari robekan kedalam vagina, jarum harus keluar dari
belakang cincin himen
11. Ikat benang dengan membuat simpul kedalam vagina, potong ujung
benang dan sisakan sekitar 1,5 cm
12. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak
ada kassa atau peralatan yang tertinggal didalam, dengan cara
memasukkan jari paling kecil kedalam anus raba apakah ada jahitan dalam
rektum
13. Cuci daerah genital dengan lembut menggunakan sabun dan air
desinfektan tingkat tinggi kemudian keringkan
14. Melakukan pendokumentasian

G. Kesimpulan,Saran &Advice
H. Daftar Pustaka (Semua sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan
acuan dalam penulisan)
Sulistiyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Salemba
Medika. Jakarta

Pati, ……………………
Dosen Pendamping Praktikan

( ……..………………… ) (Wahyuni Ninda Farila)

Anda mungkin juga menyukai