Anda di halaman 1dari 14

Pencegahan dan pengendalian

HIV AIDS dari ibu kepada anak


ANNISA SULISTYA 2028021011
JOKO APRIYONO 2028021012
ERWAN SANI ELBANDS 2028021013
AGUSTA SARASWATI 2028021014
Pendahuluan

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus dalam famili lentivirus yang menyerang
komponen sistem imun manusia. Infeksi dari virus ini menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi sistem imun,
sehingga tubuh lebih mudah terserang infeksi oportunistik dan keganasan. Virus HIV tersebut merupakan
salah satu Hazard (bahaya) biologi yang dapat menularkan dari orang yang telah terinfeksi ke orang lainnya.
Penularan HIV melalui :
1. Kontak langsung antara aliran darah dengan cairan tubuh penderita HIV yaitu darah, sperma, cairan
vagina, cairan presemial dan air susu ibu (ASI)
2. Terjadi pada saat seseorang berhubungan intim tanpa memakai pengaman (kondom) dengan penderita
HIV
3. Berbagi jarum suntik atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi
4. Melalui transfusi darah
5. ibu dan bayinya selama kehamilan, melahirkan dan menyusui.
Secara global, lebih dari 2 juta wanita HIV positif yang hamil setiap tahunnya . Di
Indonesia jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV mengalami peningkatan. Pada ibu hamil, HIV
bukan hanya merupakan ancaman bagi keselamatan jiwa ibu, melainkan juga merupakan
ancaman bagi anak yang dikandungnya. Lebih dari 90% kasus HIV anak, terjadi akibat
penularan dari ibu ke anak atau mother-to-child HIV transmission (MTCT).

Penularan terjadi pada masa kehamilan, persalinan, dan menyusui. Berbanding lurus
dengan ibu hamil, jumlah bayi dengan HIV juga mengalami peningkatan. Di Indonesia
dilaporkan terdapat 795 bayi terinfeksi HIV pada tahun 2015, meningkat menjadi 903 bayi
pada tahun 2016 dan 901 bayi pada tahun 2017
Pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak (PPIA) atau prevention of
motherto-child HIV transmission (PMTCT) merupakan upaya pencegahan penularan
virus HIV dari ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.
Program PPIA lebih berfokus pada:
1. screening HIV di layanan antenatal setiap ibu hamil wajib diperksa status HIV nya
2. pemberian antiretroviral (ARV) pada ibu hamil dengan HIV positif,
3. pemberian antiretroviral profilaksis pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV
positif,
4. serta konseling praktik menyusui yang aman untuk bayi
Ada 4 (empat) pilar yang harus diupayakan untuk
mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi yaitu :

1. Pencegahan penularan HIV pada wanita usia reproduksi


2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
3. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya
4. Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibuHIV positif
beserta bayi dan keluarganya
1. Pencegahan penularan HIV pada wanita usia reproduksi dapat
dilakukan dengan :

 A : Abstinence yaitu absen seks/ tidak melakukan hubungan seks


 B : Be faithful yaitu bersikap setia kepada pasangan seks
 C : condom ayitu cegah HIV dengan memakai kondom
 D : Drug no yaitu tidak menggunakan obat-obatan dan narkoba
khsuusnya jarum suntik.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan
penyuluhan, konseling bagi masyarakat, remaja maupun pasangan .
2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan
pada ibu HIV positif dapat dilakukan dengan :
 Melakukan KIE tentang HIV/ AIDS dan perilkau seks aman
 Menjalankan konseling dan tes HIV sukarela untuk pasangan
 Melakukan pencegahan dan pengobatan IMS
 Melakukan promosi penggunaan alat pengaman (kondom)
 Menganjurkan wanita dengan HIV positif untuk mengikuti program keluarga berencana
dengan cara yang tepat
 Membentuk dan menjalankan layanan rujukan bagi wanita HIV positif yang merencanakan
kehamilan.
3. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke
bayi yang dikandungnya dapat dilakukan dengan :

 Layanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif


 Layanan konseling dan tes HIV sukarela
 Pemberian ARV selama kehamilan, persalinan dan setelah melahirkan
 Konseling dan pemberian makanan bayi
 Layanan persalinan yang optimal
4. Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada
ibuHIV positif beserta bayi dan keluarganya :

 Ibu hamil harus terus mendapat dukungan psikologis dan sosial stelah melahirkan, apalagi
ia membutuhkan ARV jangka panjang
 Perlu adanya hubungan kerja yang baik antara Rumah sakit (RS) dengan Lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dalam memberikan layanan rujukan medis dan psikososial
 Tidak mendiskriminasikan ibu dan bayi penderita HIV
Di negara-negara epidemik HIV dengan penggunaan kontrasepsi yang rendah, peningkatan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) pada penderita HIV dan wanita dengan risiko tinggi sangat
penting untuk menurunkan angka kehamilan yang tidak direncanakan dan penularan HIV dari ibu ke
anak. Penggunaan kontrasepsi yang tepat dinilai sebagai salah satu strategi penting serta metode yang
relatif lebih cost effective untuk mencegah kasus baru bayi terinfeksi HIV dibandingkan harus
menyediakan antiretroviral profilaksis untuk setiap bayi baru lahir yang dilahirkan dari ibu dengan
HIV positif

Perluasan pelayanan KB serta penggunaan kontrasepsi yang tepat pada wanita terinfeksi HIV
juga penting untuk mendukung strategi kehamilan yang aman sehingga menghasilkan bayi yang sehat
meskipun dilahirkan dari ibu HIV positif.

Anda mungkin juga menyukai