Anda di halaman 1dari 5

DUKUNGAN TRANSGENIK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI

PANGAN DAN PERTANIAN DI INDONESIA

DEWI SETYA AMALIA


NIM. 2320523320010

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER AGRONOMI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2023
DUKUNGAN TRANSGENIK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI
PANGAN DAN PERTANIAN DI INDONESIA

Nama : Dewi Setya Amalia


NIM : 2320523320010

Pengertian
Rekayasa genetika, dalam hal ini penerapan teknik biologi molekuler
dalam mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem
ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu. Dengan tujuan
meningkatkan keragaman tanaman, menjamin ketahanan pangan, dan
meningkatkan kualitas dan hasil panen.

Materi 1. Perkembangan Teknologi dan Produk Rekayasa Genetika dalam


Mendukung Peningkatan Produksi Pertanian di Indonesia
Oleh : DR. Tri Joko Santoso, SP, MSi.
Modifikasi genetik tanaman pada dasarnya berfokus pada peningkatan
sifat-sifat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Secara tradisional PRG dilakukan dengan persilangan dua tanaman yg
sama atau masih berkerabat dekat (green Revolution). Bersifat acak (posisi dan
jumlah) kombinasi gen dari hasil persilangan. Gen-gen yang tidak diinginkan ikut
tertransfer Bersama dengan gen yang diinginkan. Dan juga memerlukan waktu
yang sangat lama untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Secara modern PRG dilakukan berbasis bioteknologi dengan genome
editing, dan sebelumnya lagi dengan rekayasa genetik (Non konvensional).
Rekayasa genetik atau manipulasi gen adalah Teknik molekuler yang digunakan
untuk menyisipkan gen dalam mikroorganisme hidup untuk menghasilkan
Genetically Modified Organism (GMO).
Dimana sifat yang ditambahkan dapat brasal dari spesies berkerabat dekat
(cis) atau berkerabat jauh (trans). Perbaikan tanaman dapat dilakukan dalam waktu
relatif lebih singkat. Teknik ini juga memungkinkan tanaman dimodifikasi dengan
membuang atau mengganti gen tertentu. Namun demikian masih memerlukan
regulasi khusus untuk mengaturnya.
Keunggulan dari PRG adalah lebih tahan terhadap hama, virus, dan
penyakit sehingga tidak memerlukan banyak pestisida. Lebih tahan terhadap
kekeringan karena hanya membutuhkan sedikit sumber daya seperti air dan
pupuk. Memiliki rasa yang lebih kuat dan enak. Memiliki zat gizi yang lebih
kaya. Pertumbuhannya lebih cepat. Mempunyai daya simpan lebih lama (tidak
cepat busuk) sehingga pasokan makanan meningkat. Modifikasi sifat pangan
sehingga hasilnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya kentang PRG bisa
memproduksi karsinogen (zat pencetus kanker) yang lebih sedikit ketika
digoreng.
Kelemahan dari Teknologi Rekayasa Genetik adalah persepsi dan
kekhawatiran public. Dimana rekayasa genetic dapat mengganggu metabolisme
inang, proses mahal dan Panjang, diperlukan waktu yang lama untuk merakit
tanaman PRG sampai dilepaskan. Dimana diperlukan waktu hingga 9 tahun dan
biaya lebih kurang Rp.20M. Regulasi yang rumit. Proses regulatori yang
kompleks dan persyaratan yang memakan waktu dan analisis keamanan yang
mahal telah menghambat.

Materi 2 : Pemanfaatan Teknologi Transgenik untuk Mendukung Penelitian


Ilmu Tanaman
Oleh: Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc.
Pemuliaan tanaman terbukti mampu menjadi kekuatan penghel (driving
force) peningkatan produksi pertanian. Gene transfer melalui hibridisasi yang
diikuti dengan proses segregasi kromosom dan rekombinasi mampu menghasilkan
varietas unggul baru. Revolusi hijau (Green Revolution) sebagai bukti
keberhasilan Pemuliaan Tanaman menjawab tantangan peningkatan produk.
Potensi masalah Pemuliaan tanaman di masa depan antara lain dengan eksploitasi
keragaman telah mencapai titik maksimum dan tidak tersedianya sumber hen
pengendali fenotipe unggul tertentu.
Tiga komponen kunci dalam rekayasa genetika, yakni gen yang digunakan
untuk modifikasi genetik – dalam bentuk DNA fungsional, metode transformasi
genetik dan metode regenerasi tanaman transgenic, dan ekspresi transgenik dalam
sel tanaman transgenic.
Pendekatan teknologi transgenik membuka peluang pemanfaatannya tidak
hanya untuk modifikasi genetik tanaman tetapi juga membuka peluang untuk
mendukung evaluasi peran dan fungsi gen dalam perkembangan tanaman.
Berkembangnya synthetic biology membuka peluang baru dalam pemanfaatan
teknologi transgenik untuk penelitian ilmu tanaman

Materi 3 : Keamanan Lingkungan Tanaman Produk Rekayasa Genetik


Oleh : Dr. Badi’ah, S.Si., M.Si.
Tanaman PRG layaknya tanaman non PRG harus melalui tahapan dan
prosedur untuk dapat dilepas sebagai varietas unggul misalnya uji
multilokasi/adaptasi, uji daya hasil untuk benih tetua.
Adapun tahapan dan regulasi terkait pengembangan benih PRG sebagai
berikut :
PP Nomor 21 tahun 2205 tentang jaminan keamanan hayati tanaman PRG di
Indonesia yang pengkajiannya wajib dilakukan sebelum pelepasan dan
peredarannya  Menggunakan pendekatan kehati-hatian  Pengujian PRG harus
dilakukan di laboratorium, Fasilitas Uji Terbatas (FUT) dan/atau Lapangan Uji
Terbatas (LUT)  PRG yang masuk dari luar negeri untuk pertama kali wajib
mendapatkan persetujuan dari otoritas setingkat Menteri  Regulasi pemasukan
benih (PRG dan Non PRG) dari luar negeri bila dalam rangka penelitian
diterbitkan melalui Badan Litbang (BSIP) dan bila dalam rangka non penelitian
diatur melalui Dirjen Tanaman Pangan Kementan  Pemberian rekomendasi
keamananan hayati PRG dilakukan oleh Komisi Keamanan Hayati (KKH) 
Pengajuan permohonan pelepasan varietas mengacu pada Permentan no 38 tahun
2019  Sampai tahun 2022, kementan telah melepaskan 4 VUB jagung 
pemantauan terhadap benih yang telah dilepaskan wajib dilakukan 3 tahun
berturut-turut.
Sanksi terhadap peredaran produk PRG yang bertentangan dengan
peraturan perundangan atau izin lingkungan sebagaimana diatur dalam Pasal 101
Undang-undang No 32 Tahun 2009.
Kekhawatiran etis terbesar dalam modifikasi genetik tanaman adalah
dampak buruknya terhadap manusia. Diasumsikan bahwa konsumsi tanaman
transgenik dapat mengakibatkan berkembangnya penyakit tertentu yang kebal
terhadap antibiotik.

Tanya jawab
Kepada : Dr. Tri Joko Santoso, SP. M.Si
Dari : Nurfianto Giar Pangidung
a. Semua komoditas pertanian baik tanaman pangan, mhortikultura dan
perkebunan pengalami kenaikan harga dikarenakan mayoritas
agroekosistemnya berupa tadah hujan dan kebutuhan air irigasi sangat
sulit. Apakah teknologi rekayasa genetika terutama toleran kekeringan dan
suhu tinggi mampu menjadi salah satu solusi?
b. Bagaimana cara komersialisasi/pemasaran produk rekayasa genetic, baik
produksi benih maupun hasilnya?

Kepada : Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc.


Dari : Rudi HM
Jika dalam rekayasa genetika menggunakan gen yang berasal dari tanaman lain
yang sudah disisipkan dalam agrobacterium.
1. Apakah boleh melakukan transformasi genetic di alam terbuka dengan
pencelupan bunga pada larutan yang mengandung agrobacterium tersebut?
2. Apakah pelepasan PRG varietas ini memerlukan uji keamanan pangan dan
keamanan hayati seperti tanaman transgenic lainnya?

Kepada : Dr. Badi’ah, S.Si., M.Si.


Dari : Wihardi
Bagaimana pengawasan distribusi produk rekayasa genetic untuk pakan ternak
tetapi dalam perjalanannya digunakan untuk pangan atau konsumsi untuk
manusia. Contohnya kedelai yang kita impor dari USA.

Anda mungkin juga menyukai