Disusun Oleh :
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
1.3.6 Mengetahui tanggapan Organisasi Kesehatan dan Pangan Dunia mengenai GMF.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Genetically Modified Food (GMF) atau biasa disebut GMO adalah makanan yang
dibuat atau berbahan dasar organik yang susunan DNA nya telah dimodifikasi dengan
cara transfer DNA dari spesies yang berbeda (tumbuhan, mikroorganisme, atau hewan)
atau dari gen yang disintesis secara kimiawi ke dalam bahan makanan yang digunakan
untuk mendapatkan turunan yang unggul atau sesuai dengan keinginan manusia. Saat ini,
makanan yang berbahan dasar tumbuhan transgenik telah menyebar dan banyak
digunakan di dunia. Diperkirakan di masa depan akan muncul pengembangan makanan
transgenik berbahan dasar mikroorganisme atau hewan.
Tanaman transgenik mulai dikembangkan pada tahun 1973 oleh Hurbert Boyer dan
Stanley, dan mulai diproduksi pada tahun 1982. Sejak saat itu, jumlah tanaman transgenik
yang dihasilkan meningkat pesat dan menyebar luas ke beberapa negara di dunia. Dalam
kurun waktu 17 tahun sejak tanaman ini mulai ditanam secara komersil pada tahun 1996
telah terjadi peningkatan luas areal tanam hingga 100 kali lipat pada tahun 2013.
International Service for the Acquisition of Agri-biotech Applications (ISAA)
4
memperkirakan setidaknya 18 juta petani di 27 negara menanam tanaman hasil rekayasa
genetika. Amerika masih menjadi negara produsen pangan transgenik terbesar dunia
dengan areal tanam mencapai 40% dari total areal tanaman transgenik dunia. Seiring
dengan semakin berkembangnya aplikasi tanaman hasil rekayasa genetika, banyak
kalangan yang menyambut positif dan mendukung penerapan teknologi ini sebagai
komoditi pangan yang menjanjikan, namun tak sedikit pula yang menentangnya dengan
alasan resiko kesehatan yang belum diketahui.
Beberapa tanaman pangan hasil rekayasa genetika yang sudah tersedia di pasar antara
lain:
Tembakau ini memiliki daya tahan terhadap cuaca dingin. Gen untuk
mengatur pertahanan pada cuaca dingin didapat dari tanaman Arabidopsis
thaliana dan cyanobacter (Anacytis nidulans).
Tanaman kedelai transgenik
Mengandung asam oleat tinggi dan tahan terhadap herbisida glifosat. Gen
resisten herbisida dari bakteri agrobacterium galur CP4 dimasukkan ke
kedelai dan juga digunakan teknologi molecular untuk meningkatkan
pembentukan asam oleat.
5
Tanaman canola transgenik
Tanaman canola jenis ini kaya akan asam laurat dan vitamin E. Gen FantB
dari Umbellularia californica ditransfer ke dalam tanaman canola untuk
meningkatkan kandungan asam laurat.
Pepaya transgenik
Pepaya ini tahan terhadap virus Papaya ringspot virus (PRSV). Gen
rekayasa ini didapatkan dari menyandi selubung virus PRSV.
Gandum
6
Gula bit transgenik
Gula bit jenis ini tahan terhadap herbisida glifosat dan glufosinat. Gen
berasal dari bakteri Agrobacterium galur CP4 dan cendawan Streptomyces
viridochromogenes.
Beras golden rice
Golden Rice adalah beras yang berwarna kuning keemasan. Beras ini
direkayasa genetika melalui penyisipan gen penyandi phytoene synthase
digabungkan dengan gen penyandi carotene desaturase. Kedua gen ini
membuat beras Golden mengandung beta karoten (pro-vitamin A).
Jagung Bt
7
Tomat transgenik
8
2.3 Dampak positif Genetically Modified Food
Fitoremediasi
Penekanan diberikan dalam perbaikan pencemaran tanah dan air in situ
dengan tanaman transgenik dan mikroorganisme. Tanaman transgenik
dapat menyerap logam berat dari tanah atau mendetoksifikasi polutan.
Menekan biaya produksi pangan dan penurunan penggunaan pestisida
Karena tidak perlu membayar pestisida semprot, maka biaya produksi
menurun. Selain menurunkan biaya produksi, GMF juga menyediakan
lingkungan yang lebih baik dengan menghemat 497 juta kg pestisida
selama 16 tahun.
Pertumbuhan cepat dan hasil melimpah
Pertumbuhan tanaman transgenik lebih cepat daripada tanaman alaminya.
Tanaman ini dapat mewariskan gen dan sifat baru yang bermanfaat kepada
keturunannya, sehingga menghasilkan panen yang berlimpah dari tanah
yang pas-pasan di negara miskin dan padat penduduk.
Zat gizi lebih banyak
Salah satunya adalah palawija transgenik yang sedang dikembangkan
mencakup polong-polongan dan biji-bijian yang kadar proteinnya lebih
tinggi. Hal ini memberikan manfaat yang cukup besar bagi negara miskin
dimana banyak terdapat kasus kekurangan energi dan protein terutama pada
anak-anak.
Memiliki sifat yang diinginkan
Peningkatan kualitas rasa dan perubahan sifat seperti misalnya kentang
yang menyerap lebih sedikit minyak saat digoreng.
Lebih tahan penyakit, hama, virus, dan kekeringan
Karena tanaman transgenik telah disisipi gen unggul.
Umur simpan lama
Beberapa produk GMF memiliki daya simpan lama dan tidak mudah busuk
sehingga mengurangi resiko cacat di perjalanan atau pengiriman.
Dapat dikembangkan untuk pengobatan
Dalam bidang kesehatan dikembangkan tanaman transgenik yang dapat
menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia seperti
9
vitamin dan vaksin. Saat ini sedang dikembangkan tanaman yang mampu
memproduksi vaksin yakni pada tanaman pisang, kentang dan tomat.
Setiap produk GMF mengandung gen transgenik yang berbeda, serta cara penyusupan
gennya juga berbeda. Hal ini berarti bahwa setiap GMF tidak bisa disimpulkan memiliki
resiko yang sama dan dikonklusi secara general. Keamanan GMF harus dikaji dengan
basis case-by-case agar tidak terjadi kerancuan hasil penelitian.
11
masyarakat dunia, baik yang terjadi di negara dimana produk itu dikembangkan maupun
di negara-negara pengguna.
12
selanjutnya dikhawatirkan akan punahnya kupu-kupu sebagai akibat dari
sisa tanaman trangenik bersifat toksis. Dalam jangka panjang tanaman
transgenik ini akan merubah struktur dan tekstur tanah yang akan
berdampak pada kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
Kontroversi di bidang kesehatan.
Derajat kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu terus meningkat dengan
diproduksinya berbagai hormon manusia seperti insulin dan hormon
pertumbuhan, tersedianya bahan makanan yang lebih berlimpah,
tersedianya sumber energi terbarui, proses industry yang lebih murah, dan
berkurangnya polusi. Kemampuan untuk mengekspresikan gen asing
menggunakan teknologi rekayasa genetika telah membuka opsi untuk
memproduksi sejumlah besar produk makanan dan obat-obatan atau
farmasi komersial penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, meskipun banyak kekhawatiran tentang dampak negatif yang
muncul.
Sedikit sekali informasi terkait dengan efek dari perubahan komposisi gizi
pangan GMF baik yang berasal dari tanaman dan hewan seperti pada level
interaksi hara, interaksi nutrisi, interaksi gen, bioavailabilitas atau absorpsi
nutrisi, potensi gizi, metabolisme nutrisi, dan ekspresi gen tentang situasi
dimana nutrisi diubah. Berdasarkan informasi ini, diduga belum ada satu
penelitian yang menjamin pangan rekayasa genetika 100% aman untuk
dikonsumsi. Pangan hasil rekayasa genetika diduga menjadi penyebab
berbagai penyakit dengan asumsi bahwa gen asing mungkin mengubah nilai
gizi makanan dengan cara yang tak terduga baik yang bisa mengurangi atau
meningkatkan beberapa gizi dan nutrisi lain.
Kekhawatiran lainnya adalah resistensi antibiotik ke dalam tanaman yang
banyak dikonsumsi dimungkinkan memiliki dampak negatif yang tidak
diinginkan bagi kesehatan manusia dan hewan yang mengkonsumsi
tanaman tersebut. Di dalam tubuh makhluk hidup transgenik,
memungkinkan gen penanda resisten antibiotik dimasukkan ke tanaman
tertentu dan dapat ditransfer ke mikroba penyebab penyakit dalam usus
manusia atau hewan yang mengkonsumsi makanan produk rekayasa
genetika. Fenomena ini dapat mengakibatkan mikroba resisten terhadap
13
antibiotik dalam populasi makhluk hidup, dan selanjutnya berkontribusi
terhadap masalah kesehatan manusia yang resisten antibiotik.
Selain itu, banyak makanan GMF menggunakan mikroorganisme sebagai
donor potensial menimbulkan alergi yang tidak diketahui atau belum teruji.
Gen dari sumber-sumber non makanan dan kombinasi gen baru bisa
memicu reaksi alergi pada beberapa orang yang mengkonsumsinya atau
memperburuk yang sudah ada.
Kontroversi di bidang agama, budaya dan etika.
Produk pangan GMF memang menjanjikan efisiensi yang lebih baik
daripada produk konvensional, karena kebijakan produk GMF di seluruh
dunia harus mengakomodir dampak terhadap banyak hal termasuk
diantaranya kesehatan, lingkungan, serta aspek normatif dari sisi adat atau
budaya, etika dan agama. Persoalan agama, budaya dan etika merupakan
masalah yang sangat sensitif khususnya bagi masyarakat Indonesia yang
memiliki budaya timur.
Kelompok masyarakat muslim di Indonesia sebagai kelompok mayoritas
memiliki ketentuan yang mengharuskan pangan yang dikonsumsi adalah
yang halal dan baik, sehingga menjadi sangat penting pencantuman
keterangan atau label tentang kandungan suatu produk pangan dan obat-
obatan hasil GMO meskipun tidak mudah untuk melacak kandungan GMO
tersebut. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme yang jelas untuk
melakukan pelacakan dan pemantauan kandungan GMF yang beredar luas.
Mekanisme pelacakan, penilaian resiko dan pemantauan yang efektif
merupakan persyaratan dasar kerangka hukum untuk merespon resiko dan
kehati-hatian yang akan memunculkan resiko baru.
Aspek yang juga sangat penting adalah pencantuman sertifikat halal yang
dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian dan Pengawasan Obat dan Makanan
Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI) sehingga kekhawatiran
masyarakat yang beragama islam dalam mengkonsumsi produk GMF tidak
berkembang dan meresahkan. Tanaman GMF memerlukan label jika
menimbulkan beberapa ancaman yang teridentifikasi seperti reaksi alergi
atau menyebabkan perubahan dramatis dalam kandungan gizi. Namun,
beberapa orang optimis bahwa teknologi yang dapat dengan mudah
14
membedakan pangan GMF dari yang non GMF akan segera dikembangkan,
sehingga pelabelan sangat diperlukan dalam upaya meyakinkan bahwa
produk GMF aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Sesungguhnya kekhawatiran terkait dengan agama, budaya, dan etika telah
disuarakan oleh berbagai kelompok masyarakat sebagai alasan untuk
menentang produk GMF khususnya dalam bidang pangan, sementara
sejumlah orang keberatan dengan makanan tersebut untuk alasan pribadi,
etika, budaya, estetika, dan pelanggaran pada pilihan konsumen serta
ketidakmampuan untuk membedakan makanan dari GMF dan non GMF.
Indonesia sebagai negara berkembang yang banyak menggunakan produk
GMF khususnya pangan dan obat-obatan telah mengantisipasi dengan
membuat perangkat hukum yang dapat melindungi konsumen dari resiko
yang tidak diinginkan. Pemanfaatan produk rekayasa genetika di Indonesia
harus mengacu pada peraturan perundang-undangan.
Seluruh GMF harus diberi penilaian ketat sebelum penjualannya dilegalkan di pasar
nasional mapupun dunia. Untuk menganalisa kehalalan, resiko alergenik dan resiko lain
dari produk GMF, FAO atau WHO memberikan guideline dalam bentuk FAO/WHO
Codex Guidelines on Safety Assesment of GM Foods dan aturan ini harus diikuti oleh
seluruh negara yang memproduksi dan mengimpor GMF. The Food and Drug
Administration (FDA) mengatur produksi dan pelabelan makanan rekayasa genetika.
Codex dan pelabelan makanan merupakan sebagai salah satu solusi untuk menangani
ketakutan masyarakat tentang GMF.
WHO berperan aktif pada hal yang berhubungan dengan GMF untuk menengarahi 2 hal:
15
WHO bersama dengan FAO dan organisasi internasional lainnya akan terus
memantau keamanan penggunaan dan pengembangan GMF dari sudut pandang
perlindungan terhadap kesehatan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Diperlukan informasi yang kritis mengenai tanaman transgenik. Hal ini membutuhkan
pengetahuan mengenai prinsip konstruksi dan evaluasi produk-produk GMF agar kritikus
tidak cenderung mengutip mentah-mentah ulasan yang disajikan oleh pers asing sehingga
sulit menilai obyektivitas suatu permasalahan dan validitas data yang dihasilkan.
Masukan ilmiah juga sangat dibutuhkan agar menjadi rekomendasi bagi pemerintah
dalam mengambil keputusan terkait produk rekayasa genetika yang akan dilepas ke pasar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Ni Putu. 2011. Aspek Keamanan Pangan Genetically Modified Food (GMF. Jurnal
Ilmu Gizi, vol. 2, no. 1, Februari 2011. Poltekkes Denpasar.
Mahrus. 2014. Kontroversi Produk Rekayasa Genetika yang Dikonsumsi Masyarakat. Jurnal
Biologi Tropis, vol. 14, no. 2 Juli 2014. Universitas Mataram.
Shrivastava, Umesh Prasad. 2011. Transgenic Plants : Review on Risks and Benefits in The
Enironment of Developing Countries. Academic Voices A Multidisciplinary Journal, vol.
1, no. 1, 2011. Birgunj : Department of Botany T.R.M. Campus Birgunj Parsa
World Health Organization. 2015. Fact Sheet of Food Safety on December 2015. Available at
: https://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs399/en/
17