Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOLOGI MANUSIA

PRO dan KONTRA GENETIC MODIFIED FOOD

Dosen Pengampu : Dr. Fransiska Lanni, MS

Disusun Oleh :

Fatichah Meyliana Mutiara Rida (22120066)

PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ancaman krisis pangan membayang-bayangi dunia. FAO, memperkirakan akan terjadi
kelangkaan pangan dunia pada tahun 2050 disebabkan meningkatnya jumlah penduduk
dunia yang diprediksi akan menembus angka 9 miliar jiwa. Selain peningkatan jumlah
penduduk, perubahan iklim global juga mempengaruhi ketahanan pangan. Pakar iklim
mengumumkan bahwa tahun 2014 merupakan rekor tahun terpanas sepanjang sejarah
manusia. Perubahan iklim ekstrem secara nyata dapat menurunkan ketahanan pangan
karena berkaitan langsung dengan kondisi alam. Oleh karena itu, ketahanan pangan dunia
harus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang. Selain itu,
ketahanan pangan yang kuat akan berpengaruh kepada manfaat dan ketahanan nilai
gizinya, mendukung ekonomi nasional, perdagangan dan kepariwisataan, serta
menyokong sustainable development.
Berbagai upaya dilakukan diantaranya dengan menerapkan bioteknologi melalui
rekayasa genetika. Bioteknologi modern ini memodifikasi materi genetika organisme
secara langsung dan tepat sehingga dapat mengubah atau mengurangi sifat-sifat lemah
dari tanaman pangan. Namun, seiring dengan banyaknya penelitian yang mengkaji
rekayasa genetika, banyak pendapat negative yang menanyakan apakah makanan yang
dimodifikasi secara genetic dalam jangka Panjang benar-benar aman bagi kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu Genetically Modified Food?


1.2.2 Apa saja contoh produk Genetically Modified Food?
1.2.3 Apa saja dampak positif Genetically Modified Food?
1.2.4 Apa saja dampak negatif Genetically Modified Food?
1.2.5 Apa saja kontroversi Genetically Modified Food?
1.2.6 Bagaimana tanggapan Organisasi Kesehatan dan Pangan Dunia mengenai GMF?

2
1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian Genetically Modified Food.

1.3.2 Mengetahui contoh produk Genetically Modified Food.

1.3.3 Mengetahui dampak positif Genetically Modified Food.

1.3.4 Mengetahui dampak negatif Genetically Modified Food.

1.3.5 Mengetahui kontroversi Genetically Modified Food.

1.3.6 Mengetahui tanggapan Organisasi Kesehatan dan Pangan Dunia mengenai GMF.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Genetically Modified Food

Genetically Modified Food merupakan maknan yang dihasilkan dengan menggunakan


teknik modifikasi genetika. Modifikasi genetika atau rekayasa genetika adalah kegiatan
sengaja melakukan manipulasi materi genetika dengan teknik biokimia dan bioteknologi
modern. Pada kegiatan biteknologi modern dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA),
pengklonan atau teknik sejenis dengan pemindahan suatu sifat tertentu yang dibawa gen,
dari suatu spesies ke spesies yang sama atau yang berbeda untuk menghasilkan spesies
baru yang lebih unggul. Hasil rekayasa genetika dapat berupa hasil tanaman, ternak dan
ikan, dalam bentuk variasi atau klon atau jenis baru yang mempunyai sifat unggul
terntentu. Para ahli rekayasa genetika pertanian berharap untuk menggunakan metode
baru tersebut sebagai kelanjutan kegiataan pemuliaan tanaman. Hal ini bertujuan untuk
pengembangan varietas tanaman pangan yang memiliki produktifitas tinggi, yang tahan
hama penyakit dan gulma, dapat hidup tidak dibatasi musim, dan untuk memperbaiki nilai
gizi serta daya simpannya.

Genetically Modified Food (GMF) atau biasa disebut GMO adalah makanan yang
dibuat atau berbahan dasar organik yang susunan DNA nya telah dimodifikasi dengan
cara transfer DNA dari spesies yang berbeda (tumbuhan, mikroorganisme, atau hewan)
atau dari gen yang disintesis secara kimiawi ke dalam bahan makanan yang digunakan
untuk mendapatkan turunan yang unggul atau sesuai dengan keinginan manusia. Saat ini,
makanan yang berbahan dasar tumbuhan transgenik telah menyebar dan banyak
digunakan di dunia. Diperkirakan di masa depan akan muncul pengembangan makanan
transgenik berbahan dasar mikroorganisme atau hewan.

Tanaman transgenik mulai dikembangkan pada tahun 1973 oleh Hurbert Boyer dan
Stanley, dan mulai diproduksi pada tahun 1982. Sejak saat itu, jumlah tanaman transgenik
yang dihasilkan meningkat pesat dan menyebar luas ke beberapa negara di dunia. Dalam
kurun waktu 17 tahun sejak tanaman ini mulai ditanam secara komersil pada tahun 1996
telah terjadi peningkatan luas areal tanam hingga 100 kali lipat pada tahun 2013.
International Service for the Acquisition of Agri-biotech Applications (ISAA)

4
memperkirakan setidaknya 18 juta petani di 27 negara menanam tanaman hasil rekayasa
genetika. Amerika masih menjadi negara produsen pangan transgenik terbesar dunia
dengan areal tanam mencapai 40% dari total areal tanaman transgenik dunia. Seiring
dengan semakin berkembangnya aplikasi tanaman hasil rekayasa genetika, banyak
kalangan yang menyambut positif dan mendukung penerapan teknologi ini sebagai
komoditi pangan yang menjanjikan, namun tak sedikit pula yang menentangnya dengan
alasan resiko kesehatan yang belum diketahui.

2.2 Contoh produk Genetically Modified Food

Beberapa tanaman pangan hasil rekayasa genetika yang sudah tersedia di pasar antara
lain:

 Tanaman tembakau transgenik

Tembakau ini memiliki daya tahan terhadap cuaca dingin. Gen untuk
mengatur pertahanan pada cuaca dingin didapat dari tanaman Arabidopsis
thaliana dan cyanobacter (Anacytis nidulans).
 Tanaman kedelai transgenik

Mengandung asam oleat tinggi dan tahan terhadap herbisida glifosat. Gen
resisten herbisida dari bakteri agrobacterium galur CP4 dimasukkan ke
kedelai dan juga digunakan teknologi molecular untuk meningkatkan
pembentukan asam oleat.

5
 Tanaman canola transgenik

Tanaman canola jenis ini kaya akan asam laurat dan vitamin E. Gen FantB
dari Umbellularia californica ditransfer ke dalam tanaman canola untuk
meningkatkan kandungan asam laurat.
 Pepaya transgenik

Pepaya ini tahan terhadap virus Papaya ringspot virus (PRSV). Gen
rekayasa ini didapatkan dari menyandi selubung virus PRSV.
 Gandum

Gandum ini memiliki keunggulan tahan terhadap penyakit hawar. Gen


didapatkan dari gen penyandi enzim kitinase (pemecah dinding sel
cendawan) yang berasal dari barley.

6
 Gula bit transgenik

Gula bit jenis ini tahan terhadap herbisida glifosat dan glufosinat. Gen
berasal dari bakteri Agrobacterium galur CP4 dan cendawan Streptomyces
viridochromogenes.
 Beras golden rice

Golden Rice adalah beras yang berwarna kuning keemasan. Beras ini
direkayasa genetika melalui penyisipan gen penyandi phytoene synthase
digabungkan dengan gen penyandi carotene desaturase. Kedua gen ini
membuat beras Golden mengandung beta karoten (pro-vitamin A).
 Jagung Bt

Jagung Bt merupakan jagung yang direkayasa genetika dengan penyisipan


Bacillus thuringiensis, sehingga jagung mempunyai ketahanan terhadap
hama.

7
 Tomat transgenik

Tomat transgenik disisipi gen khusus yang disebut antisenescens yang


memperlambat proses pematangan sehingga tomat tidak cepat busuk dan
lebih tahan lama.
 Kentang katahdin

Varietas Katahdin merupakan kentang transgenik yang memiliki gen RB


yang dihasilkan dari isolasi gen yang terdapat pada kerabat kentang liar
(Solanum bulbocastanum) sehingga kentang ini tahan terhadap penyakit
hawar daun.
 Glyphosatetolerant Corn Line GA21

Yaitu jagung yang toleran terhadap glifosat.

8
2.3 Dampak positif Genetically Modified Food

 Fitoremediasi
Penekanan diberikan dalam perbaikan pencemaran tanah dan air in situ
dengan tanaman transgenik dan mikroorganisme. Tanaman transgenik
dapat menyerap logam berat dari tanah atau mendetoksifikasi polutan.
 Menekan biaya produksi pangan dan penurunan penggunaan pestisida
Karena tidak perlu membayar pestisida semprot, maka biaya produksi
menurun. Selain menurunkan biaya produksi, GMF juga menyediakan
lingkungan yang lebih baik dengan menghemat 497 juta kg pestisida
selama 16 tahun.
 Pertumbuhan cepat dan hasil melimpah
Pertumbuhan tanaman transgenik lebih cepat daripada tanaman alaminya.
Tanaman ini dapat mewariskan gen dan sifat baru yang bermanfaat kepada
keturunannya, sehingga menghasilkan panen yang berlimpah dari tanah
yang pas-pasan di negara miskin dan padat penduduk.
 Zat gizi lebih banyak
Salah satunya adalah palawija transgenik yang sedang dikembangkan
mencakup polong-polongan dan biji-bijian yang kadar proteinnya lebih
tinggi. Hal ini memberikan manfaat yang cukup besar bagi negara miskin
dimana banyak terdapat kasus kekurangan energi dan protein terutama pada
anak-anak.
 Memiliki sifat yang diinginkan
Peningkatan kualitas rasa dan perubahan sifat seperti misalnya kentang
yang menyerap lebih sedikit minyak saat digoreng.
 Lebih tahan penyakit, hama, virus, dan kekeringan
Karena tanaman transgenik telah disisipi gen unggul.
 Umur simpan lama
Beberapa produk GMF memiliki daya simpan lama dan tidak mudah busuk
sehingga mengurangi resiko cacat di perjalanan atau pengiriman.
 Dapat dikembangkan untuk pengobatan
Dalam bidang kesehatan dikembangkan tanaman transgenik yang dapat
menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia seperti

9
vitamin dan vaksin. Saat ini sedang dikembangkan tanaman yang mampu
memproduksi vaksin yakni pada tanaman pisang, kentang dan tomat.

Pemanfaatan rekayasa gentik dalam pembentukan pangan transgenik dianggap sebagai


terobosan yang brilian dalam menghadapi kerawanan pangan di masa depan yang dapat
diprediksi dari gejala-gejala ketidaktentuan cuaca di beberapa belahan dunia.

2.4 Dampak negatif Genetically Modified Food

 Pengaruh terhadap keanekaragaman hayati


Tanaman transgenik yang dapat dikatakan super karena memiliki kelebihan
dibandingkan tanaman asli dapat menyaingi tanaman asli yang masih
memiliki bebrapa kelemahan alami sehingga dapat mengancam
keberlanjutan kehidupan tanaman asli.
 Pengaruh terhadap rantai makanan
Tanaman transgenik yang mengandung pestisida alami disinyalir dapat
mempengaruhi rantai makanan karena konsumen tingkat satu yang
mengkonsumsinya akan mati. Dan dalam skala besar hal ini dapat
mengacaukan rantai makanan pada konsumen tingkat-tingkat berikutnya.
 Punahnya pestisida yang aman
Diantara tanaman-tanaman transgenik yang paling sukses, Sebagian
mengandung gen penghasil protein yang beracun bagi hama serangga. Para
biolog memperingatkan bahwa bila serangga mengkonsumsi racun yang
dihasilkan oleh gen ini dan berhasil survive atau tetap hidup, maka
serangga itu akan menjadi kebal terhadap pestisida biasa dan untuk
membasminya butuh dosis yang lebih tinggi. Dosis pestisida yang tinggi
bisa melewati batas aman penggunaan pestisida biasa.
 Kebal antibiotik
Dalam memodifikasi gen tanaman, para peneliti menggunakan gen penanda
untuk menentukan apakah gen yang diinginkan sudah tertanam. Karena
kebanyakan gen penanda memberikan kekebalan terhadap antibiotik, para
kritikus khawatir bahwa ini dapat menyumbang pada berkembangnya
masalah kekbalan terhadap antibiotik. Namun, para ilmuwan lain
mengatakan bahwa gen penanda semacam itu telah diacak secara genetika
sebelum digunakan, sehingga mengurangi bahaya ini.
10
 Pengaruh terhadap organisme tanah dan dekomposer
Tanaman Bt mengandung Bt-toksin pada akarnya dan memberikan
pengaruh terhadap populasi protozoa dalam tanah.
 Stabilitas gen
Kestabilitasan gen yang dimasukkan dalam GMF masih dikhawatirkan
akan membawa suatu dampak tertentu.

Setiap produk GMF mengandung gen transgenik yang berbeda, serta cara penyusupan
gennya juga berbeda. Hal ini berarti bahwa setiap GMF tidak bisa disimpulkan memiliki
resiko yang sama dan dikonklusi secara general. Keamanan GMF harus dikaji dengan
basis case-by-case agar tidak terjadi kerancuan hasil penelitian.

2.5 Kontroversi Genetically Modified Food

Pelepasan GMF ke lingkungan telah menjadi kontroversial di seluruh dunia.


Kontroversi tersebut terkait dengan kemungkinan resiko terhadap berbagai aspek
kehidupan masyarakat seperti kesehatan, lingkungan, agama, budaya, etika, psikologi,
dan lain-lain. Suatu teknologi dapat memberi manfaat yang besar bagi kesejahteraan
masyarakat , akan tetapi tidaklah mutlak tanpa resiko, begitu juga dengan rekayasa
genetika. Sebagian besar efek dari rekayasa genetika yang mampu mengubah sifat fisik
makhluk hidup belum diketahui. Salah satu masalah utama dalam rekayasa genetika
adalah apakah gen yang disisipkan dalam suatu makhluk hidup akan diwariskan atau
tidak diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya? Meskipun dengan penggunaan
teknologi transgenik diakui memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gen asing dan
membuka opsi untuk memproduksi sejumlah besar produk industri seperti farmasi
komersial, tetap saja masih menyisakan kekhawatiran.

Kekhawatiran munculnya dampak negatif dari penggunaan GMF di Indonesia sangat


beralasan karena Indonesia telah mengimpor berbagai komoditas yang diduga sebagai
hasil dari rekayasa genetika maupun yang tercemar dengan GMF yang berasal dari
negara-negara yang telah menggunakan teknologi rekayasa genetika, mulai dari tanaman,
bahan pangan dan pakan, obat-obatan, hormon, bunga, perkayuan, hasil perkebunan, hasil
peternakan dan sebagainya diduga mengandung atau tercemar GMF. Percepatan dan
penerapan inovasi teknologi rekayasa genetika di bidang pertanian seperti Genetically
Modified Food (GMF) telah mengandung pro dan kontra di tengah-tengah kehidupan

11
masyarakat dunia, baik yang terjadi di negara dimana produk itu dikembangkan maupun
di negara-negara pengguna.

Selanjutnya dikatakan bahwa dengan penerapan teknologi rekayasa genetika di bidang


pertanian akan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Faktor dampak yang
ditimbulkan GMF baik positif maupun negatif inilah yang menyebabkan kontroversial di
tengah-tengah masyarakat. Adapun kontroversi masyarakat terhadap penerimaan dan
penggunaan produk GMF baik dalam bidang pertanian, lingkungan, kesehatan, agama,
budaya, dan etika adalah sebagai berikut :

 Kontroversi di bidang pertanian dan lingkungan.


Pada dasarnya tidak selamanya pemindahan gen dapat dilakukan dengan
merekayasa gen-gen terntenu pada makhluk hidup tertentu melalui teknik
DNA rekombinan untuk memproduksi berbagai zat yang diinginkan. Materi
genetik baru mungkin tidak berhasil dipindahkan ke sel target, atau
mungkin dipindahkan ke sebuah tempat yang salah pada rantai DNA dari
makhluk hidup sasaran, atau gen baru mungkin secara tidak sengaja
mengaktifkan gen dekatnya yang biasanya tidak aktif, atau mungkin
mengubah atau menekan fungsi gen yang berbeda. Fenomena ini dapat
menyebabkan mutase tak terduga sehingga memebuat tanaman yang
dihasilkan beracun, subur, atau tidak sesuai dengan yang diinginkan. Selain
itu, tanaman rekayasa genetika berpotensi merusak keseimbangan
lingkungan di sekitarnya. Hama dan penyakit tanaman akan lari ke ladang-
ladang konvensional sehingga mau tidak mau petani tersebut harus beralih
menjadi pengguna tanaman transgenik yang relative harganya mahal.
Pemerhati lingkungan khawatir bahwa tanaman transgenik akan
menimbulkan resiko lingkungan ketika tanaman tersebut secara kuas
dibudidayakan.
Pada umumnya pola tanam produk pertanian di Indonesia dilakukan pada
areal kecil yang dikelilingi oleh berbagai gulma, dan dengan adanya sifat
penyerbukan silang secara alamiah dari tanaman transgenik maka
dikhawatirkan akan bermunculan gulma baru yang lebih resisten terhadap
herbisida misalnya. Permasalahan lain yang diduga akan muncul adalah
terbunuhnya makhluk hidup lainnya seperti larva kupu-kupu yang

12
selanjutnya dikhawatirkan akan punahnya kupu-kupu sebagai akibat dari
sisa tanaman trangenik bersifat toksis. Dalam jangka panjang tanaman
transgenik ini akan merubah struktur dan tekstur tanah yang akan
berdampak pada kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
 Kontroversi di bidang kesehatan.
Derajat kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu terus meningkat dengan
diproduksinya berbagai hormon manusia seperti insulin dan hormon
pertumbuhan, tersedianya bahan makanan yang lebih berlimpah,
tersedianya sumber energi terbarui, proses industry yang lebih murah, dan
berkurangnya polusi. Kemampuan untuk mengekspresikan gen asing
menggunakan teknologi rekayasa genetika telah membuka opsi untuk
memproduksi sejumlah besar produk makanan dan obat-obatan atau
farmasi komersial penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, meskipun banyak kekhawatiran tentang dampak negatif yang
muncul.
Sedikit sekali informasi terkait dengan efek dari perubahan komposisi gizi
pangan GMF baik yang berasal dari tanaman dan hewan seperti pada level
interaksi hara, interaksi nutrisi, interaksi gen, bioavailabilitas atau absorpsi
nutrisi, potensi gizi, metabolisme nutrisi, dan ekspresi gen tentang situasi
dimana nutrisi diubah. Berdasarkan informasi ini, diduga belum ada satu
penelitian yang menjamin pangan rekayasa genetika 100% aman untuk
dikonsumsi. Pangan hasil rekayasa genetika diduga menjadi penyebab
berbagai penyakit dengan asumsi bahwa gen asing mungkin mengubah nilai
gizi makanan dengan cara yang tak terduga baik yang bisa mengurangi atau
meningkatkan beberapa gizi dan nutrisi lain.
Kekhawatiran lainnya adalah resistensi antibiotik ke dalam tanaman yang
banyak dikonsumsi dimungkinkan memiliki dampak negatif yang tidak
diinginkan bagi kesehatan manusia dan hewan yang mengkonsumsi
tanaman tersebut. Di dalam tubuh makhluk hidup transgenik,
memungkinkan gen penanda resisten antibiotik dimasukkan ke tanaman
tertentu dan dapat ditransfer ke mikroba penyebab penyakit dalam usus
manusia atau hewan yang mengkonsumsi makanan produk rekayasa
genetika. Fenomena ini dapat mengakibatkan mikroba resisten terhadap

13
antibiotik dalam populasi makhluk hidup, dan selanjutnya berkontribusi
terhadap masalah kesehatan manusia yang resisten antibiotik.
Selain itu, banyak makanan GMF menggunakan mikroorganisme sebagai
donor potensial menimbulkan alergi yang tidak diketahui atau belum teruji.
Gen dari sumber-sumber non makanan dan kombinasi gen baru bisa
memicu reaksi alergi pada beberapa orang yang mengkonsumsinya atau
memperburuk yang sudah ada.
 Kontroversi di bidang agama, budaya dan etika.
Produk pangan GMF memang menjanjikan efisiensi yang lebih baik
daripada produk konvensional, karena kebijakan produk GMF di seluruh
dunia harus mengakomodir dampak terhadap banyak hal termasuk
diantaranya kesehatan, lingkungan, serta aspek normatif dari sisi adat atau
budaya, etika dan agama. Persoalan agama, budaya dan etika merupakan
masalah yang sangat sensitif khususnya bagi masyarakat Indonesia yang
memiliki budaya timur.
Kelompok masyarakat muslim di Indonesia sebagai kelompok mayoritas
memiliki ketentuan yang mengharuskan pangan yang dikonsumsi adalah
yang halal dan baik, sehingga menjadi sangat penting pencantuman
keterangan atau label tentang kandungan suatu produk pangan dan obat-
obatan hasil GMO meskipun tidak mudah untuk melacak kandungan GMO
tersebut. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme yang jelas untuk
melakukan pelacakan dan pemantauan kandungan GMF yang beredar luas.
Mekanisme pelacakan, penilaian resiko dan pemantauan yang efektif
merupakan persyaratan dasar kerangka hukum untuk merespon resiko dan
kehati-hatian yang akan memunculkan resiko baru.
Aspek yang juga sangat penting adalah pencantuman sertifikat halal yang
dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian dan Pengawasan Obat dan Makanan
Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI) sehingga kekhawatiran
masyarakat yang beragama islam dalam mengkonsumsi produk GMF tidak
berkembang dan meresahkan. Tanaman GMF memerlukan label jika
menimbulkan beberapa ancaman yang teridentifikasi seperti reaksi alergi
atau menyebabkan perubahan dramatis dalam kandungan gizi. Namun,
beberapa orang optimis bahwa teknologi yang dapat dengan mudah

14
membedakan pangan GMF dari yang non GMF akan segera dikembangkan,
sehingga pelabelan sangat diperlukan dalam upaya meyakinkan bahwa
produk GMF aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Sesungguhnya kekhawatiran terkait dengan agama, budaya, dan etika telah
disuarakan oleh berbagai kelompok masyarakat sebagai alasan untuk
menentang produk GMF khususnya dalam bidang pangan, sementara
sejumlah orang keberatan dengan makanan tersebut untuk alasan pribadi,
etika, budaya, estetika, dan pelanggaran pada pilihan konsumen serta
ketidakmampuan untuk membedakan makanan dari GMF dan non GMF.
Indonesia sebagai negara berkembang yang banyak menggunakan produk
GMF khususnya pangan dan obat-obatan telah mengantisipasi dengan
membuat perangkat hukum yang dapat melindungi konsumen dari resiko
yang tidak diinginkan. Pemanfaatan produk rekayasa genetika di Indonesia
harus mengacu pada peraturan perundang-undangan.

2.6 Tanggapan Organisasi Kesehatan dan Pangan Dunia mengenai GMF

Seluruh GMF harus diberi penilaian ketat sebelum penjualannya dilegalkan di pasar
nasional mapupun dunia. Untuk menganalisa kehalalan, resiko alergenik dan resiko lain
dari produk GMF, FAO atau WHO memberikan guideline dalam bentuk FAO/WHO
Codex Guidelines on Safety Assesment of GM Foods dan aturan ini harus diikuti oleh
seluruh negara yang memproduksi dan mengimpor GMF. The Food and Drug
Administration (FDA) mengatur produksi dan pelabelan makanan rekayasa genetika.
Codex dan pelabelan makanan merupakan sebagai salah satu solusi untuk menangani
ketakutan masyarakat tentang GMF.

WHO berperan aktif pada hal yang berhubungan dengan GMF untuk menengarahi 2 hal:

1. Kesehatan masyarakat dapat mengambil manfaat dalam penggunaan bioteknologi


yang potensial ini, karena di masa depan GMF dapat diarahkan pada pengubahan nilai
gizi suatau makanan, mengurangi potensi alergenik, atau meningkatkan efisiensi
sistem produksi pangan.
2. Adanya kepentingan untuk menganalisis efek negatif yang mungkin terjadi pada
kesehatan manusia setelah mengkonsumsi GMF.

15
WHO bersama dengan FAO dan organisasi internasional lainnya akan terus
memantau keamanan penggunaan dan pengembangan GMF dari sudut pandang
perlindungan terhadap kesehatan masyarakat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Genetically Modified Food merupakan makanan yang dihasilkan dengan


menggunakan teknik modifikasi genetika. Modifikasi atau rekayasa genetika merupakan
kegiatan sengaja melakukan manipulasi materi genetika dengan teknik biokimia dan
bioteknologi modern. Hasil rekayasa genetika dapat berupa hasil tanaman, ternak dan
ikan, dalam bentuk varietas atau klon atau jenis tertentu. Kontroversi terhadap pangan
transgenik masih terjadi, karena sebagai produk teknologi baru resiko jangka panjangnya
belum diketahui. Produk transgenik yang telah beredar di pasaran atau hanya digunakan
sebagai bahan baku perlu diberi label secara jelas dan jujur. Keputusan untuk memilih
produk transgenik diserahkan sepenuhnya kepada konsumen atas pertimbangan matang
terhadap kerugian dan keuntungannya serta dampak yang akan ditimbulkan.

3.2 Saran

Diperlukan informasi yang kritis mengenai tanaman transgenik. Hal ini membutuhkan
pengetahuan mengenai prinsip konstruksi dan evaluasi produk-produk GMF agar kritikus
tidak cenderung mengutip mentah-mentah ulasan yang disajikan oleh pers asing sehingga
sulit menilai obyektivitas suatu permasalahan dan validitas data yang dihasilkan.
Masukan ilmiah juga sangat dibutuhkan agar menjadi rekomendasi bagi pemerintah
dalam mengambil keputusan terkait produk rekayasa genetika yang akan dilepas ke pasar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Ni Putu. 2011. Aspek Keamanan Pangan Genetically Modified Food (GMF. Jurnal
Ilmu Gizi, vol. 2, no. 1, Februari 2011. Poltekkes Denpasar.

Kamana, I Wayan. 2009. Adopsi Tanaman Transgenik dan Beberapa Pertimbangannya.


GaneC Swara, vol. 3, no. 2 September 2009. Mataram : FPMIPA IKIP.

Mahrus. 2014. Kontroversi Produk Rekayasa Genetika yang Dikonsumsi Masyarakat. Jurnal
Biologi Tropis, vol. 14, no. 2 Juli 2014. Universitas Mataram.

Shrivastava, Umesh Prasad. 2011. Transgenic Plants : Review on Risks and Benefits in The
Enironment of Developing Countries. Academic Voices A Multidisciplinary Journal, vol.
1, no. 1, 2011. Birgunj : Department of Botany T.R.M. Campus Birgunj Parsa

Suwanto, Antonius. 2008. Tanaman Transgenik : Bagaimana Kita Menyikapinya? Bogor :


Institut Pertanian Bogor. Available at : https://biogen.litbang.pertanian.go.id/

World Health Organization. 2015. Fact Sheet of Food Safety on December 2015. Available at
: https://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs399/en/

World Health Organization. 2016. Food, Genetically Modified. Available at :


https://www.who.int/topics/food_genetically_modified/en/

World Health Organization. 2016. Frequently Asked Questions on Genetically Modified


Food. Available at : https://www.who.int/foodsafety/areas_work/food-technology/faq-
genetically-modified-food/en/

17

Anda mungkin juga menyukai