Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BIOLOGI

REKAYASA GENETIK JAGUNG

Disusun Oleh Kelompok 1 :


 DIAN NABILA HUMAIRA IPA
 APRILIA SYAHNA MAKIA
 SAFITRI IDRIS

Kelas : 10 E-2

MAN 1 MALUKU TENGAH


TAHUN PELAJARAN 2023/ 2024
REKAYASA GENETIK
A. Pengertian
 Rekayasa genetik
Rekayasa genetika adalah suatu bidang ilmu yang
menggunakan teknik-teknik biologi molekuler untuk memanipulasi
materi genetik suatu organisme. Tujuannya adalah untuk memodifikasi
sifat-sifat genetik dari organisme tersebut atau mentransfer gen dari
satu organisme ke organisme lainnya. Dalam konteks ini, "gen"
mengacu pada unit-unit informasi genetik yang mengodekan
karakteristik-karakteristik spesifik dari suatu organisme.
Teknik rekayasa genetika dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, termasuk:
1. Peningkatan hasil pertanian : Menghasilkan tanaman yang lebih
tahan terhadap hama, penyakit, atau kondisi lingkungan tertentu,
serta meningkatkan hasil panen dan kualitas nutrisi.
2. Produksi obat-obatan : Menggunakan organisme seperti bakteri
atau sel-sel mamalia untuk memproduksi obat-obatan yang
kompleks, seperti insulin, vaksin, atau faktor-faktor koagulasi.
3. Terapi genetik : Mengubah atau memperbaiki gen dalam sel
manusia untuk mengobati penyakit genetik atau penyakit lainnya
yang berkaitan dengan mutasi genetik.
4. Konservasi spesies : Membantu dalam konservasi spesies yang
terancam punah dengan menghasilkan individu yang lebih tahan
terhadap penyakit atau kondisi lingkungan tertentu.
5. Penelitian ilmiah : Memahami peran gen dan mekanisme genetik
dalam berbagai proses biologis, termasuk pengembangan model
organisme untuk studi ilmiah.

 Tanaman transgenik
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah dimodifikasi
secara genetik melalui teknik rekayasa genetika. Proses ini melibatkan
penyisipan atau penghilangan gen tertentu dari genom tanaman
menggunakan teknik biologi molekuler. Gen-gen ini mungkin berasal
dari organisme lain, termasuk bakteri, virus, atau tanaman lain, dan
mereka dimasukkan ke dalam genom tanaman target untuk
menghasilkan sifat-sifat baru atau memodifikasi sifat-sifat yang sudah
ada.
Beberapa contoh tanaman transgenik yang telah dikembangkan
termasuk:
1. Ketahanan terhadap hama dan penyakit : Tanaman transgenik
sering dimodifikasi untuk menjadi lebih tahan terhadap serangan
hama, seperti insekta atau penyakit tular tanaman. Salah satu
contohnya adalah tanaman jagung atau kapas yang telah
dimodifikasi untuk menghasilkan racun bagi serangga-serangga
tertentu atau untuk mengurangi penggunaan pestisida.
2. Toleransi terhadap herbisida : Beberapa tanaman transgenik
telah dimodifikasi untuk menjadi tahan terhadap herbisida tertentu,
memungkinkan penggunaan herbisida tanpa merusak tanaman
yang diinginkan. Contohnya adalah tanaman jagung atau kedelai
yang tahan terhadap herbisida glifosat.
3. Peningkatan kualitas nutrisi : Beberapa tanaman transgenik telah
dimodifikasi untuk meningkatkan kandungan nutrisinya, seperti
kandungan vitamin, mineral, atau protein.
4. Toleransi terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim : Tanaman
transgenik dapat dimodifikasi untuk menjadi lebih tahan terhadap
kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kekeringan, kelebihan air,
atau tanah yang miskin nutrisi.

Pengembangan tanaman transgenik memiliki potensi untuk


meningkatkan hasil pertanian, mengurangi penggunaan pestisida dan
herbisida, serta meningkatkan ketersediaan pangan. Namun demikian,
penggunaan tanaman transgenik juga menimbulkan perdebatan etis,
lingkungan, dan keamanan, serta memunculkan pertanyaan tentang
dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

 Contoh tanaman transgenik


Berikut adalah beberapa contoh tanaman transgenik yang telah
dikembangkan:
1. Jagung Bt (Bacillus thuringiensis) : Jagung Bt dimodifikasi
secara genetik untuk menghasilkan protein yang ditemukan dalam
bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt). Protein Bt ini bersifat toksik
bagi serangga hama tertentu seperti ulat, sehingga tanaman jagung
menjadi lebih tahan terhadap serangan hama tersebut.
2. Kapas Bt : Seperti jagung Bt, kapas Bt juga dimodifikasi untuk
menghasilkan protein Bt yang bersifat toksik terhadap serangga
hama seperti ulat kapas. Ini membantu petani mengurangi
penggunaan pestisida dan meningkatkan hasil panen kapas.
3. Kedelai Toleran Herbisida : Kedelai transgenik telah dimodifikasi
untuk menjadi tahan terhadap herbisida glifosat. Ini memungkinkan
petani untuk mengendalikan gulma tanpa merusak tanaman kedelai
yang diinginkan.
4. Tomat Flavr Savr : Tomat Flavr Savr adalah salah satu contoh
tanaman transgenik pertama yang diperkenalkan secara komersial.
Tomat ini dimodifikasi genetik untuk memiliki masa simpan yang
lebih lama dan tetap memiliki rasa yang baik.
5. Kentang Tahan Terhadap Penyakit Late Blight : Kentang
transgenik telah dimodifikasi untuk menjadi tahan terhadap penyakit
late blight, yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans. Ini
membantu mengurangi kerugian hasil panen kentang akibat
penyakit ini.
6. Padi Emas (Golden Rice) : Padi Emas adalah varietas padi
transgenik yang dimodifikasi untuk menghasilkan beta-karoten,
prekursor vitamin A. Ini membantu mengatasi defisiensi vitamin A,
yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di beberapa
negara berkembang.
7. Tempe Kaya Zat Besi : Beberapa penelitian juga telah dilakukan
untuk memodifikasi tempe agar kaya akan zat besi, membantu
mengatasi defisiensi zat besi di daerah-daerah tertentu.

Contoh-contoh di atas menunjukkan berbagai aplikasi rekayasa


genetika dalam menghasilkan tanaman yang lebih produktif, tahan
terhadap hama dan penyakit, serta lebih bergizi.

B. Proses Transgenik

Proses pembuatan jagung transgenik melibatkan serangkaian langkah-


langkah yang kompleks dan melibatkan teknik rekayasa genetika. Berikut
adalah gambaran umum tentang proses pembuatan jagung transgenik:
1. Identifikasi Gen : Langkah pertama dalam pembuatan jagung transgenik
adalah identifikasi gen yang ingin dimasukkan ke dalam genom jagung.
Gen tersebut biasanya dipilih karena mereka mengkodekan sifat-sifat
yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap hama atau herbisida, atau
kemampuan untuk menghasilkan zat nutrisi tertentu.
2. Isolasi Gen : Setelah gen yang diinginkan diidentifikasi, langkah
berikutnya adalah mengisolasi gen tersebut dari organisme sumbernya,
yang mungkin bisa berasal dari bakteri, tanaman, atau organisme lain
yang memiliki sifat yang diinginkan.
3. Pembuatan Vektor Genetik : Gen yang diisolasi kemudian dimasukkan
ke dalam vektor genetik, yang biasanya berupa plasmid bakteri. Plasmid
adalah molekul DNA kecil yang dapat memuat dan mengirimkan gen ke
dalam sel-sel lain.
4. Rekombinasi DNA : Gen yang diisolasi dimasukkan ke dalam plasmid
menggunakan teknik rekombinasi DNA. Ini melibatkan pemotongan DNA
plasmid dan gen target menggunakan enzim pemotong DNA yang disebut
enzim restriksi, dan kemudian menggabungkan mereka kembali
menggunakan enzim ligase DNA.
5. Transfeksi : Plasmid yang berisi gen target kemudian ditransfer ke sel-sel
jagung. Ini bisa dilakukan menggunakan berbagai metode, termasuk
vektor agrobakterium atau tembakan gen (gene gun).
6. Seleksi dan Regenerasi Tanaman : Setelah transfeksi, sel-sel jagung
yang berhasil mengambil plasmid dengan gen target akan dipilih. Mereka
kemudian dibiakkan dan diperbanyak untuk menghasilkan tanaman yang
lengkap. Proses ini melibatkan regenerasi tanaman dari kultur jaringan.
7. Pengujian dan Seleksi Tanaman Transgenik : Tanaman yang dihasilkan
kemudian diuji untuk memastikan bahwa gen target telah terintegrasi ke
dalam genom mereka. Tanaman transgenik yang berhasil melewati uji
seleksi akan dibiakkan lebih lanjut untuk penggunaan komersial atau
penelitian lebih lanjut.

Proses pembuatan jagung transgenik ini memerlukan pemahaman yang


mendalam tentang biologi molekuler dan rekayasa genetika serta kepatuhan
pada peraturan-peraturan yang berlaku dalam pengembangan tanaman
transgenik.

C. Keunggulan dari produk transgenik


Jagung transgenik memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya
menarik bagi petani dan industri pertanian, antara lain:
1. Ketahanan Terhadap Hama : Salah satu keunggulan utama jagung
transgenik adalah ketahanannya terhadap serangga hama tertentu.
Jagung yang dimodifikasi genetik untuk menghasilkan protein Bt dari
bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt) mampu melawan serangga
hama seperti ulat tanah, ulat jagung, dan serangga-serangga lainnya
yang merusak tanaman jagung.
2. Pengurangan Penggunaan Pestisida : Karena kemampuannya untuk
melawan serangga hama tanpa perlu penggunaan pestisida kimia
tambahan, jagung transgenik dapat membantu mengurangi jumlah
pestisida yang digunakan petani. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya
produksi, tetapi juga dapat mengurangi dampak lingkungan negatif dari
penggunaan pestisida.
3. Peningkatan Hasil Panen : Jagung transgenik yang tahan terhadap
serangan hama cenderung menghasilkan panen yang lebih besar dan
lebih konsisten karena tanaman tidak rusak oleh serangga hama.
4. Manajemen Tanaman yang Lebih Efisien : Kemampuan jagung
transgenik untuk melawan serangga hama dapat mempermudah
manajemen tanaman dengan mengurangi waktu, tenaga, dan sumber
daya yang diperlukan untuk pengendalian hama secara manual atau
dengan menggunakan pestisida.
5. Potensi untuk Penelitian dan Pengembangan Lanjutan : Jagung
transgenik juga menjadi platform penting untuk penelitian dan
pengembangan lanjutan dalam bidang rekayasa genetika dan
pertanian modern. Inovasi ini dapat membuka jalan untuk
pengembangan varietas tanaman lain yang lebih tahan terhadap
berbagai tekanan lingkungan dan biologis.

Namun, meskipun jagung transgenik memiliki berbagai keunggulan ini,


penting untuk mempertimbangkan dampak lingkungan, kesehatan, dan sosial
yang mungkin terkait dengan penggunaannya, serta memastikan penggunaan
teknologi ini dilakukan dengan pertimbangan etis dan keberlanjutan yang
tepat.

D. Kelemahan dari produk transgenik


Beberapa kelemahan yang terkait dengan produk transgenik jagung
termasuk:
1. Ketergantungan pada Teknologi : Petani yang menggunakan jagung
transgenik mungkin menjadi tergantung pada teknologi tersebut.
Mereka mungkin harus membeli benih transgenik dari produsen yang
mengembangkan varietas tersebut, yang dapat meningkatkan biaya
produksi jangka panjang.
2. Resistensi Hama : Meskipun tanaman jagung transgenik yang
mengandung protein Bt dari Bacillus thuringiensis (Bt) dirancang untuk
menahan serangga hama tertentu, ada potensi bahwa hama tersebut
dapat mengembangkan resistensi terhadap protein Bt, sehingga
keefektifannya menjadi berkurang.
3. Kontroversi Lingkungan : Penggunaan tanaman transgenik,
termasuk jagung Bt, telah memunculkan kekhawatiran tentang dampak
lingkungan jangka panjang, seperti pengaruh terhadap organisme non-
target, keragaman genetik, dan ekosistem secara keseluruhan.
4. Kecemasan Kesehatan : Beberapa orang juga khawatir tentang
potensi dampak kesehatan yang belum diketahui dari mengonsumsi
produk-produk transgenik, meskipun banyak otoritas kesehatan telah
menyatakan bahwa makanan yang berasal dari tanaman transgenik
yang disetujui untuk konsumsi aman untuk dikonsumsi.
5. Ketergantungan Pada Monokultur : Ketika petani beralih
sepenuhnya ke tanaman transgenik tertentu, seperti jagung transgenik,
ada risiko yang terkait dengan monokultur, yang dapat menyebabkan
penurunan keragaman genetik dan meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit atau kondisi lingkungan tertentu.

Kelemahan-kelemahan ini menunjukkan pentingnya pengawasan,


penelitian, dan kajian terhadap implementasi dan dampak dari tanaman
transgenik, termasuk jagung transgenik, baik dalam aspek ekonomi,
lingkungan, maupun kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai