KELAS : C
Tanaman transgenik adalah tanaman hasil rekayasa genetik yang diperoleh dengan
bantuan bioteknologi. Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian
(BBiogen), yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan) memiliki salah satu mandat yaitu mengembangkan varietas unggul dengan
bantuan bioteknologi.
Prinsip dasar tentang pembuatan tanaman transgenik penting untuk dipahami agar tidak
terjadi salah paham dan asumsi-asumsi negatif yang dapat merugikan penggunaan produk
rekayasa genetik ini.
Pada dasarnya, teknologi rekayasa genetik terkait dengan perubahan genetik pada inang.
Perubahan genetik ini sebenarnya dapat terjadi secara alami. Contoh paling sederhana adalah
persilangan antara dua individu yang menghasilkan anakan yang memiliki materi genetik dari
tetuanya.
Perubahan genetik pada individu berhubungan dengan perubahan DNA pada individu
tersebut. DNA merupakan molekul dalam sel yang dapat membentuk satuan gen yang
merupakan unit pewaris sifat bagi organisme seperti warna mata, warna mahkota bunga, besar
buah dan lainnya.
DNA memiliki untai ganda, bermuatan negatif karena gugus fosfat, sensitif terhadap
perubahan pH dan banyak memiliki domain untuk berikatan dengan molekul lain (DNA, RNA
atau protein).
Gen biasanya diturunkan (diwariskan) dari satu individu ke anakannya melalui proses
DNA rekombinasi yang biasanya terjadi pada saat pembelahan sel pada perkembangan
makhluk hidup.
DNA ini dapat dimodifikasi. Urutannya bisa diubah, ditambah atau dikurangi, sehingga
sifat yang dibawa oleh gen juga akan berubah. Artinya, individu tersebut bisa memiliki
penampakan atau sifat yang berbeda.
Misalkan, bila individu berupa tanaman padi yang rentan terhadap kekeringan ditambah
dengan gen yang membawa sifat tahan kekeringan, maka tanaman padi tersebut menjadi tahan
terhadap kekeringan.
Untuk memodifikasi DNA, digunakan bahan bahan yang berasal dari alam seperti enzim
restriksi yang dapat memotong DNA, ligase yang dapat menggabungkan DNA dan lainnya.
Sehingga, mekanisme yang berlangsung akan meniru mekanisme yang terjadi dalam sel
secara alami.
Prinsip tanaman transgenik adalah mengisolasi gen yang diinginkan untuk kemudian
ditransfer ke tanaman dengan sistem transformasi genetik serta karakterisasi secara molekuler
dan biokimiawi untuk membentuk sifat baru pada tanaman. Gen yang digunakan dalam
pembuatan tanaman transgenik adalah gen yang mewakili sifat yang ingin dimunculkan pada
tanaman dan umumnya berasal dari virus, bakteri, jamur, maupun hewan. Gen tersebut
kemudian diisolasi untuk kemudian disisipkan ke genom tanaman setelah sebelumnya
dikonstruksikan ke dalam vector plasmid yang juga mengandung gen marka di dalamnya.
Proses tersebut berlanjut hingga tanaman beregenerasi dengan organogenesis atau
embryogenesis. Setelah itu, dilakukan karakterisasi tanaman secara molekuler dan biokimia
untuk menyelidiki perkembangan gen yang ditransformasi dan menentukan berfungsinya gen
tersebut. Karakterisasi sifat baru yang muncul pada tanaman dilanjutkan di rumah kaca dan
dapat dilakukan persilangan genetik untuk mengetahui apakah sifat baru tersebut dapat
diturunkan (Susilo, 2019).
Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti pembawa
sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup kemakhluk hidup
lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman.
Transgenik secara definisi adalah the use of gene manipulation to permanently modify the cell
or germ cells of organism (penggunaan manipulasi gen untuk mengadakan perubahan yang
tetap pada sel makhluk hidup). Teknologi transgenik atau kloning juga dilakukan pada dunia
peternakan, separti domba dolly yang diambil dari gen sel ambing susu domba yang
ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri. Pada ikan-ikan teleostei, menghasilkan ikan yang
resisten terhadap pembusukan dan penyakit.
Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer dan Stanley
Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik, pada tahun 1989 terdapat
30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman. Secara sederhana tanaman transgenik
dibuat dengan cara mengambil gen-gen tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk
disisipkan pada tanaman, penyisipaan gen ini melalui suatu vector (perantara) yang biasanya
menggukan bakteri Agrobacterium tumefeciens untuk tanaman dikotil atau partikel gen untuk
tanaman monokotil, lalu diinokulasikan pada tanaman target untuk menghasilkan tanaman yang
dikehendaki. Tujuan dari pe-ngembangan tanaman transgenik ini diantaranya adalah (1).
menghambat pelunakan buah (pada tomat); (2). tahan terhadap serangan insektisida, herbisida,
virus; (3). meningkatkan nilai gizi tanaman, dan (4). meningkatkan kemampuan tanaman untuk
hidup pada lahan yang ektrem seperti lahan kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan
kadar garam yang tinggi. Antara tahun 1996-2001 telah terjadi peningkat an yang sangat
dramatis dalam adopsi atau penanaman tanaman GMO (Genetically Modified Organism) di
seluruh dunia. Daerah penanaman global tanaman transgenik meningkat dari sekitar 1,7 juta ha
pada tahun 1996 menjadi 52,6 juta ha pada tahun 2001.
Peningkatan luas tanam GMO tersebut mengindikasikan semakin banyaknya petani yang
menanam tanaman ini baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sebagian besar
tanaman transgenik ditanam di negara-negara maju. Amerika Serikat sampai sekarang
merupakan negara produsen terbesar di dunia. Pada tahun 2001, sebanyak 68% atau 35,7 juta
ha tanaman transgenik ditanam di Amerika Serikat. Sampai saat ini, kedelai merupakan produk
GMO terbesar yaitu 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari seluruh tanaman GMO. Kedelai tahan
herbisida banyak ditanam di AS, Argentina, Kanada, Meksiko, Rumania dan Uruguay. Jagung
merupakan tanaman GMO terbesar kedua yang ditanam yaitu seluas 9,8 juta ha sedangkan
luas tanaman kapas GMO yang ditanam adalah sekitar 6,8 juta ha . Sifat yang terdapat dari
tanaman GMO pada umumnya adalah resisten terhadap herbisida, pestisida, hama serangga
dan penyakit serta untuk meningkatkan nilai gizi seperti yang terlihat di tabel di bawah ini.
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang selalu tumbuh, dengan jumlah penduduk 265
juta orang, diperlukan ketersedian pangan yang cukup, distribusi pangan mudah, dan harga
yang terjangkau oleh masyarakat. Tanaman transgenik adalah salah satu usaha dalam
menyelesaikan permasalahan pangan, khususnya di bidang pertanian. Prinsip kehati-hatian
yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan menjaga keberlanjutan kelestarian lingkungan,
teknologi tanaman transgenik dapat diterapkan di Indonesia.
Teknologi tanaman transgenik banyak digunakan oleh negara lain, dan produknya
juga masuk di Indonesia. Produk pertanian transgenik, seperti: kedelai, jagung, dan kapas,
hampir tiap hari dipakai oleh masyarakat Indonesia, dan masih aman untuk dikonsumsi.
Berdasarkan kondisi tersebut, sebagai sebuah solusi untuk meningkatkan produktivitas
pertanian adalah menerapkan teknologi tanaman transgenik di sektor pertanian, impor produk
pangan dapat bekurang. Seperti yang dilakukan di Philipina, dengan pengaturan pola tanam
80 % transgenik dan 20 % non transgenik. Hal ini sesuai dengan penelitian Deswita dkk
(2015), yang menyatakan bahwa kebijakan pengelolaan produk tanaman transgenik harus
mengacu pada konsep pembangunan pertanian berkelanjutan, dengan memberikan contoh
kasus pengelolaan Padi Bt PRG yang berdasarkan pada lima dimensi keberlanjutan, yaitu
dimensi ekonomi, lingkungan, sosial, teknologi dan hukum kelembagaan.
https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/tanaman-transgenik-dan-jenisnya-34
Susilo, H. (2019). ANALISIS POTENSI BUDIDAYA TANAMAN TRANSGENIK DI INDONESIA. Jurnal Lingkungan Dan
Sumberdaya Alam (JURNALIS), 2(1), 65-74. Retrieved from
http://ejournal.lppm-unbaja.ac.id/index.php/jls/article/view/535