Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

" MASA DEPAN TRANSGENIK "

DI SUSUN OLEH

NAMA : MIRDA YANTI NAMAKULE

NIM : 201982017

PRODI : AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

TAHUN AJARAN 2021 - 202


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah p uji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita dan jangan lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga
penulis dapat menyelesaikannya makalah yang berjudul “ masa depan transgenik ” ini dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa dan taak lupa penulis terima kasih
kepada pengajar mata kuliah bioteknologi pertanian atas Arahan untuk membuat makalah ini. Juga
kepada pihak-pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Saya harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat
menambah wawasan kita tentang transgenik dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Ambon ,9 Desember 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUANA

1. 1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dewasa ini memberikantantangan besar bagi upaya-
upaya penyediaan pangan dunia. Ancaman krisis pangan membayang-bayangi dunia pada tahun 2050.
Badan pangan dunia, FAO,memperkirakan akan terjadi kelangkaan pangan dunia pada tahun
2050disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dunia yang diprediksi akanmenembus angka 9 miliar
jiwa. Sektor pertanian sebagai penyedia pangandituntut untuk lebih produktif guna mengimbangi
tingginya kebutuhan pangandunia yang meningkat hingga 70 persen dari saat ini.

Berbagai upaya dilakukan guna menjawab tantangan tersebut, diantaranyadengan menerapkan


bioteknologi melalui rekayasa genetika. Secara teori,rekayasa genetika merupakan upaya manusia yang
dengan sengaja mengubah,memodifikasi, dan menambahkan susunan suatu gen dengan material baru
padasuatu organisme untuk mendapatkan turunan sesuai dengan yang diinginkanmanusia (Suryanegara,
2011). Sebagian kalangan menganggap rekayasa genetikamerupakan solusi untuk mengatasi kelangkaan
pangan dengan ditemukannyateknologi tanaman transgenik atau dikenal juga dengan Genetically
ModifiedOrganism (GMO). Tanaman transgenik hasil rekayasa genetika ini dipercayamempunyai sifat-
sifat unggul diantaranya memiliki produktivitas yang lebihtinggi, tahan terhadap hama, toleran terhadap
herbisida, dan mengandungkualitas nutrisi yang lebih baik (Karmana, 2009).

Tanaman transgenik mulai dikembangkan pada tahun 1973 oleh HurbertBoyer dan Stanley Cohen
(BPPT, 2000 dalam Karmana, 2009). Sejak saat itu jumlah tanaman transgenik yang dihasilkan meningkat
pesat dan menyebar luaske beberapa negara di dunia. Dalam kurun waktu 18 tahun sejak tanaman
inimulai ditanam secara komersil telah terjadi peningkatan luas areal tanam hingga 100 kali lipat, yakni
dari hanya 1.7 juta hektar pada tahun 1996 menjadi 175.2 juta hektar pada tahun 2013. International
Service for the Acquisition of Agri- biotech Applications (ISAAA) memperkirakan setidaknya 18 juta
petani di 27negara menanam tanaman hasil rekayasa genetika. Dari 27 negara tersebut 19merupakan
negara berkembang dan 8 sisanya merupakan negara industri. Luasareal tanaman transgenik di Amerika
Latin, Asia dan Afrika mencapai 94 jutahektar atau 54% dari total 175.2 juta hektar areal tanaman
transgenik dunia,sementara di negara industri tercatat 81 juta hektar atau 46%. Amerika Serikatmasih
menjadi negara produsen pangan transgenik terbesar dunia dengan arealtanam mencapai 70.1 juta
hektar (40% dari total areal tanaman transgenik dunia),diikuti Brazil dan Argentina masing-masing 40.3
juta hektar dan 24.4 juta hektar (James, 2013). Adapun jenis tanaman yang banyak dikembangkan
diantaranyakedelai, jagung, kapas dan canola.

Seiring dengan semakin berkembangnya aplikasi tanaman hasil rekayasagenetika, banyak kalangan
yang menyambut positif dan mendukung penerapanteknologi ini sebagai komoditi pangan yang
menjanjikan, namun tak sedikit pulayang menentangnya. Kebanyakan masyarakat merasa khawatir
terutamamenyangkut masalah jaminan kesehatan dan efeknya terhadap keseimbanganlingkungan,
sehingga pemanfaatan teknologi ini masih menjadi polemik apakahdapat dijadikan solusi mengatasi
kelaparan atau justru menjadi polusi yangmembawa kerusakan dan bencana
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu transgenik?

2. Bagaimana pengaruh transgenik di masa depan?

3. Bagaimana pembuatan tanaman transgenik?

1.3 Tujuan

Tujuan makalah ini Untuk mengetahui pengaruh transgenik di masa depan dan cara pembuatan
tanaman dari transgenik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transgenik


Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen
atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah
organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari
jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.

Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui transformasi gen
dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru yang
memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman sebelumnya.

Pembuatan tanaman transgenik adalah dengan cara gen yang telah diidentikfikasi diisolasi dan
kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman. Melalui suatu sistem tertentu, sel tanaman yang
membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen. Tanaman
pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman
transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut
(Muladno, 2002).

Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau sejumlah gen. Gen
yang dimasukkan itu - disebut transgene - bisa diisolasi dari tanaman tidak sekerabat atau spesies yang
lain sama sekali.

Transgenik per definisi adalah the use of gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells
of organism (BPPT, 2000). Karena berisi transgene tadi, tanaman itu disebut genetically modified crops
(GM crops). Atau, organisme yang mengalami rekayasa genetika (genetically modified organisms,
GMOs).
Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu. Misal, pada proses
membuat jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah Bacillus
thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu. Gen Bt ini disisipkan ke
rangkaian gen tanaman jagung. Sehingga tanaman resipien (jagung) juga mewarisi sifat toksis bagi
hama. Ulat atau hama penggerek jagung Bt akan mati (Intisari, 2003).

2.2 pengaruh transgenik di masa depan

1. Pengaruh pada kesehatan manusia

Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya berasal dari organisasi
non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.Dari segi kesehatan,
tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru bagi
manusia.Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman
transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai pengujian potensi alergi dan toksisitas
untuk menjamin agar produk tanaman tersebut aman untuk dikonsumsi. Apabila berpotensi
menyebabkan alergi, maka tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan lebih lanjut.
Kekhawatiran lain yang timbul di masyarakat adalah kemungkinan gen asing pada tanaman transgenik
dapat berpindah ke tubuh manusia apabila dikonsumsi. Pendapat tersebut dinilai berlebihan oleh para
ilmuwan karena makanan yang berasal dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang
dapat diserap tubuh sehingga tidak akan ada gen aktif. Untuk memberikan kebebasan kepada
masyarakat dalam memilih produk transgenik atau produk alami, berbagai negara, khususnya negara-
negara Eropa, telah melakukan pemberian label terhadap produk transgenik..Pelabelan tersebut juga
bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman
transgenik. Dan dapat menimbulkan tumor, hasil ini telah di tes oleh seorang ilmuwan terhadap tikus
yang diberi makan jagung transgenik selama beberapa waktu mengalami tumor di ginjal dan hatinya.
Namun penelitian yang dilakukan Gilles-Éric Séralini ini memiliki kontroversi.

2. Pengaruh pada lingkungan (ekologis)

Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul karena dianggap berpotensi mengganggu
keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang lebih kuat
atau resisten) di lingkungan. Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang
memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu. Ada
kemungkinan hama yang ingin dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama
yang lebih tahan atau resisten terhadap racun Bt. Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan
merupakan hama jagung, ikut terkena dampak berupa peningkatan kematian akibat memakan daun
tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena serbuk sari dari jagung Bt. Penelitian mengenai kupu-kupu
Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati
karena habitatnya dirusak dan hal ini tidak berhubungan sama sekali dengan jagung Bt.di sisi lain,
penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara
signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke lingkungan. Selain itu, petani juga merasakan
dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida.Di beberapa negara bagian Brasil,
pelarangan tanaman transgenik telah mengakibatkan terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh
para petani di negara tersebut.[48][50] Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak
mampu bersaing di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.

Kontroversi lain yang berkaitan dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak
terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di alam melalui penyerbukan (polinasi). Serbuk sari
dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan hewan hingga menyerbuki tanaman lain. Akibatnya,
dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan
lingkungan. Sebagai tindakan pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat
pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan
padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah
penghalang. Hal itu dilakukan untuk menekan perpindahan serbuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.
Apabila gulma memiliki gen tersebut maka pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan
cepat dapat merusak berbagai daerah pertanian di sekitarnya. Hingga sekarang belum terdapat petunjuk
bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", meskipun telah diketahui
terjadi transfer horizontal.

3. Pengaruh etika dan agama

Dari segi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau
manipulasi genetik tanaman merupakan tindakan yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.
Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sebagai tindakan "bermain
sebagai Tuhan" karena mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya. Pemikiran teologis Katolik
memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik merupakan suatu kemungkinan yang disediakan
oleh Tuhan karena tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan. Dalam sudut
pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan ajaran Gereja Katolik,
namun kelestarian alam juga harus diperhatikan karena merupakan tanggung jawab manusia. Dalam
menanggapi isu tentang tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan
Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang ada telah
dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam. Untuk tanaman yang disisipi gen
dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan disebut Masbuh, yang berarti masih
diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya. Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh
IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura
(MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.

Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup
ke makhluk lainnya merupakan hal yang alamiah dan biasa terjadi di alam sejak pertama kali
berlangsungnya kehidupan.Mereka juga berargumen bahwa persilangan berbagai jenis padi yang
dilakukan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dilakukan para petani sejak dahulu.
Perkawinan berbagai varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang ada di tanaman
tersebut.Para ilmuwan hanya mempercepat proses transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.

4. Pengaruh terhadap ekonomi global

Riset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang besar dan umumnya dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.Untuk mengembalikan biaya
investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah
diproduksi akan dipatenkan. Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa, disebutkan bahwa
pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat mengakibatkan petani kehilangan kemampuan
memproduksi benih secara mandiri dan harus membeli pada produsen dari negara maju.
Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya
teknologi "gen bunuh diri". Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan
tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat
berkembang biak).Hal ini akan menyebabkan terjadinya arus modal dari negara berkembang ke negara
maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melakukan penanaman. Para petani di negara-
negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal karena pemberlakuan paten dan
mekanisme "gen bunuh diri" yang dilakukan oleh produsen benih. Jika petani tersebut tidak mampu
membeli benih transgenik maka kesenjangan ekonomi antara negara penghasil tanaman transgenik dan
negara berkembang sebagai konsumen akan semakin melebar. Salah satu usaha mencegah terjadinya
kesenjangan tersebut pernah dilakukan oleh Yayasan Rockefeller. Yayasan yang berpusat di Amerika
Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang lebih murah kepada negara-negara
miskin.

Di beberapa negara bagian Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah mengakibatkan terjadinya
penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut. Mereka takut akan menderita
kerugian ekonomi apabila tidak mampu bersaing di pasar global dengan negara pengekspor serealia
lainnya.

2.3 pembuatan tanaman transgenik

Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen
yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan).Gen yang diinginkan dapat diambil dari
tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan
perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan
dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan
untuk transfer gen).Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah
diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel
tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang
diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan
bantuan listrik)

- Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini sering digunakan pada spesies
jagung dan padi. Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil
berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman.Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk
masuk ke dalam sel tanaman.penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman,
meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan berlangsung.

- Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.Bakteri Agrobacterium


tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor
(pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat
virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam
tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat
memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu
dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
- Metode elektroporasi.Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing
harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel).
Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel
tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA
kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.

Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang berhasil
disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi)
hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka
dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dewasa ini memberikantantangan besar bagi upaya-
upaya penyediaan pangan dunia. Ancaman krisis pangan membayang-bayangi dunia pada tahun 2050.
Badan pangan dunia, FAO,memperkirakan akan terjadi kelangkaan pangan dunia pada tahun
2050disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dunia yang diprediksi akanmenembus angka 9 miliar
jiwa. Sektor pertanian sebagai penyedia pangandituntut untuk lebih produktif guna mengimbangi
tingginya kebutuhan pangandunia yang meningkat hingga 70 persen dari saat ini.

Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan
gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik
adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat
berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.

3.2 kritik dan saran

Saya menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari katasempurna. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca tentang pemabasan dalam makalah di

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik

https://id.scribd.com/document/504016065/makalah-transgenik

http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/10950/1/5aafff9fdba954d00eb5338ba1b06a14.pdf

https://amp-kompas-com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/
2020/01/02/100000069/rekayasa-genetik-pengertian-manfaat-dan-dampaknya?
amp_gsa=1&amp_js_v=a6&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16391070548296&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https
%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fskola%2Fread%2F2020%2F01%2F02%2F100000069%2Frekayasa-
genetik-pengertian-manfaat-dan-dampaknya

Anda mungkin juga menyukai