Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

REKAYASA TANAMAN II
TRANSFER GENETIK PADA TANAMAN JAGUNG

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1
IDA HASIAN 150510120094
MUHAMMAD FIKRY 150510120127
NIBRASS 150510120132
MARSHA HEWY SAVERO 150510120138
NURUL SYAFITRI 150510120151


UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
kasih-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam waktu
yang ditentukan dengan bentuk maupun isi yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan maupun petunjuk bagi pembaca
dalam kegiatan pendidikan.
Makalah ini berisikan informasi tentang metode pemuliaan tanaman terkini
yaitu transfer gen pada tanaman jagung. Harapan kami semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.
Tugas ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.




Jatinangor September, 2013


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komuditas utama yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat dunia terutama masyarakat di Indonesia. Jumlah jagung yang
diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara
membudidayakan jagung yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman
jagung telah banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain. Jagung
juga sebagai makanan pokok di suatu daerah tertentu dan diubah menjadi beberapa
makanan ringan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga kebutuhan akan
jagung meningkat di masyarakat.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih
belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk yang
belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum diperbaiki.
Banyak kegunaan tanaman jagung selain sebagai makanan tetapi jagung dapat
dijadikan sebagai tepung, jagung rebus, jagung bakar dan lain-lain sehingga dapat
meningkatkan permintaan untuk tanaman jagung.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai metode untuk mengembangkan
tanaman jagung agar lebih memiliki kualitas yang lebih baik lagi, salah satunya
adalah teknik rekayasa genetika dengan menggunakan transfer gen.Rekayasa genetika
(Inggris: genetic engineering) dalam arti paling luas yaitu penerapan teknik-teknik
biologi molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah
sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada pemanfaatan tertentu. Salah satu teknik
rekayasa genetika yang sedang maraknya pada akhir akhir abad ini adalah transfer
gen. Transfer gen adalah suatu proses penyisipan gen asing pada suatu spesies
tumbuhan baik gen dari spesies tumbuhan yang berbeda maupun dari makhluk hidup
lainnya (gen yang berasal dari hewan, bakteri, virus dll). Penggabungan gen ini
umumnya bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diiiginkan,
misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan,
resisten terhadap organisme penggangu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang
lebih tinggi dari tanaman alaminya. Tumbuhan yang dihasilkan melalui proses
transfer gen ini umumnya dikenal secara luas sebagai tanaman transgenik.
Transfer gen secara garis besar dapat dibagi menjadi transfer gen secara vertikal
dan horisontal/lateral. Transfer gen secara vertikal adalah transfer material genetik ke
keturunan selanjutnya, atau penurunan beberapa gen pada keturunan berikutnya
merupakan dasar yang penting untuk proses evolusi. Pada tanaman tingkat tinggi,
informasi genetik dipindahkan ke generasi berikutnya melalui penyerbukan. Hal ini
disebut transfer gen secara vertikal. Sedangkan transfer gen dari spesies satu ke
spesies lainnya dikenal sebagai transfer secara horisontal atau lateral transfer.
Dengan transfer gen kita dapat menemukan varietas baru yang kita inginkan
pada tanaman yang akan kita biakkan sama halnya dengan tanaman jagung yang
merupakan salah satu tanaman pangan yang berarti di dunia dan perlu teknik yang
lebih intensif lagi untuk menemukan varietas-varietas unggul yang diharapkan. Pada
makalah ini kami akan melakukan transfer gen yang secara horizontal pada tanaman
jagung pulut (waxy corn). Jagung pulut merupakan tanaman yang toleran terhadap
kekeringan tetapi menpunyai potensi hasil yang rendah karena ukuran tongkolnya
yang kecil. Pada kasus ini kelompok kami akan menransfer gen dari bakteri Bacillus
thuringiensis.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini:
1. Apa langkah-langkah dalam melakukan transfer genetik pada tanaman
jagung?
2. Apa metode-metode dalam transfer genetic?
3. Contoh baru perlakuan transfer genetik pada tanaman jagung?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prosedur Transfer Genetik
Adapun langkah-langkah yang biasa untuk menghasilkan tanaman transgenik
adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi gen yang menghasilkan sifat tertentu
Untuk membuat suatau tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan
identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang
diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan,
atau bakteri
2) Mengisolasi dan memperbanyak gen tersebut
Setelah gen yang diinginkan didapat maka gen tersebut diisolasi kemudian
dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan
kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa
DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).Kemudian,
vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak
seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.
3) Mentransfer gen ke sel organisme baru
Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup
maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal
dari bagian tertentu, misalnya adalah bagian daun
4) Membentuk Produk Organisme transgenic
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk
mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing.Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi
kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan
tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan
pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

2.2 Metode-Metode Transfer Genetik
Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini sering
digunakan pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya, digunakan senjata
yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel
tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke
dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan
aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan
berlangsung.
Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens. Bakteri
Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena
memiliki plasmidTi, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.
Di dalam plasmidTi terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk
menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke
dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmidTi. Selanjutnya, A. tumefaciens
secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom
(DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-
sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan
menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi
protoplasma (sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan
listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman
sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan
DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel
tanaman.
Tujuan pengembangan metode transformasi genetik tanaman antara lain adalah:
(1) untuk meningkatkan nilai agrikultural, nilai hortikultural dan ornamental tanaman,
(2) menjadikan tanaman transgenik sebagai pabrik biologi untuk memproduksi
protein atau metabolit lainnya yang mempunyai nilai komersial tinggi dan
(3) menjadikan tanaman transgenik sebagai obyek untuk mempelajari proses biologi
tanaman, termasuk di antaranya biologi perkembangan.

2.3 Transfer Genetik pada Tanaman Jagung
Dalam rekayasa genetik jagung, sifat unggul tidak hanya didapatkan dari
tanaman jagung itu sendiri, tetapi juga dari spesies lain sehingga dapat dihasilkan
tanaman transgenik. Jagung Bt merupakan tanaman transgenik yang mempunyai
ketahanan terhadap hama, di mana sifat ketahanan tersebut diperoleh dari bakteri
Bacillus thuringiensis (Herman 1997). Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan bakteri
gram positif yang telah banyak digunakan dalam dunia pertanian sebagai pestisida
hayati oleh petani yang aman selama tiga puluh tahunan.
Tersedianya bioaktif dari kristal protein yang dikode oleh gen Bt,
memungkinkan modifikasi genetik tanaman jagung yang disisipi dengan gen Bt untuk
menghasilkan jagung transgenik Bt (Bt corn). Bt protein yang dihasilkan oleh gen Bt
dapat meracuni hama yang menyerang tanaman jagung. Setelah dimakan oleh corn
borer, Bt protein dipecah oleh suatu enzim pemecah dalam pencernaan yang bersifat
alkalin dari larva serangga dan menghasilkan protein pendek yang mengikat dinding
pencernaan. Pengikatan dapat menyebabkan kerusakan membran sel sehingga larva
berhenti beraktivitas (Syngenta Seeds Communication 2003).
Jagung pulut merupakan tanaman yang toleran terhadap kekeringan tetapi
menpunyai potensi hasil yang rendah karena ukuran tongkolnya yang kecil dan
mudah patah dan terserang hama. Pada kasus ini kelompok kami, kami akan
mentransfer gen dari bakteri Bacillus thuringiensis untuk memperoleh tanaman
jagung pulut Bt yang tahan terhadap larva lalat bibit. Tanaman Jagung pulut
merupakan tanaman homozygot(wxwx). Dengan adanya gen dari bakteri Bacillus
kami akan menyisipkan gen dari bakteri gram positif tersebut untuk memperoleh
tanaman Jagung Pulut yang tahan terhadap larva lalat bibit. Kami akan melakukan
seperti langkah-langkah yang tertera:
1) Mengidentifikasi gen yang menghasilkan sifat tertentu
2) Mengisolasi dan memperbanyak gen tersebut
3) Mentransfer gen ke sel organisme baru
4) Membentuk Produk Organisme transgenic
Dan adapun metode yang akan digunakan untuk melakukan tranfer gen dari
bakteri Bacillus adalah metode dengan cara senjata gen. Demikianlah dilakukan
untuk memperoleh Jagung Pulut tahan larva lalat bibit.
Salah satu jagung transgenik yang beredar di Indonesia adalah Jagung PRG
MON 89034.



















BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh dari makalah ini adalah:
Transfer gen secara garis besar dapat dibagi menjadi transfer gen secara vertikal
dan horisontal/lateral. Transfer gen secara vertikal adalah transfer material
genetik ke keturunan selanjutnya, atau penurunan beberapa gen pada keturunan
berikutnya merupakan dasar yang penting untuk proses evolusi. Sedangkan
transfer gen dari spesies satu ke spesies lainnya dikenal sebagai transfer secara
horisontal atau lateral transfer.
Adapun prosedur dalam transfer gen adalah mengidentifikasi gen yang
menghasilkan sifat tertent, mengisolasi dan memperbanyak gen tersebut,
mentransfer gen ke sel organisme baru, dan membentuk Produk Organisme
transgenic
Untuk memperoleh tanaman transgenik ada tiga metode tang biasa digunakan
seperti metode senjata gen, transformasi yang diperantarai bakteri
Agrobakterium, dan metode elektroporasi.
Tanaman yang akan kami modifikasi adalah tanaman Jagung pulut yang
homozigot agar memilki ketahanan terhadap larva bibit dan metode yang kami
gunakan adalah metode senjata gen.










DAFTAR PUSTAKA
Al Omran et al. 2012. Management of Irrigation Water Salinity in Greenhouse
Tomato Production under Calcareous Sandy Soil and Drip Irrigation. Journal
Of Agricultural Science And Technology. Vol 14:939-950.
An, G., Ebert, P.R., Mitra, A., Ha, S.B. (1988) Binary vector, In: Gelvin, S.B.,
Schilperoort,R.A. Plant Molecular Biology Manual. Kluwer Academic Pub.
London.
Ashby, A.M., Watson, M.D. and Shaw, C.H. (1987) ATi plasmid determined function
is responsible for chemotaxis of Agrobacterium tumefaciens toward the plant
wound product acetosyringone. F E M S Microbiol. Lett. 41: 189-192.
Averhoff, B. 2004. DNA transport and natural transformation in mesophilic and
thermophilic bacteria. J Bioenergetics and Biomembranes 36(1):25-33.
Chen, I. and D. Dubnau. 2004. DNA uptake during bacterial transformation. Nat.
Rev. Microbiol. 2:241-249.
C. Neal Stewart, Jr, Harold A. Richards, Matthew D. Halfhill (2005). Transgenic Plants and
Biosafety: Science, Misconceptions and Public Perceptions.
Fitter dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
James, M. G.; D. S. Robertson, A. M. Myers. "Characterization of the Maize Gene
sugary1, a Determinant of Starch Composition in Kernels". The Plant Cell 7
(4): 417429.
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah
dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia Tumbuhan Edisi
Keempat. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai