PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jambu monyet (Annacardium occidentale L.) merupakan tanaman tahunan
yang pada umumnya dimanfaatkan bagian buah dan bijinya. Tanaman ini berasal dari
Amerika Selatan dan tumbuh secara alamiah di lembah sungai Amazon di Brazil bagian
Timur laut. dari Negara asalnya ini, tanaman jambu monyet menyebar ke seluruh penjuru
dunia terutama di negara-negara Sub tropis dan iklim tropis termasuk di Indonesia.(Bambang
Cahyono, 2005).
Nama umum tumbuhan adalah jambu monyet. Tumbuhan ini dikenal oleh masyarakat
Indonesia dengan beberapa daerah, diantaranya jambu mete (Jawa), jambu jipang, jambu
dwipa (Nusa Tenggara), jambu parang, jambu sepal, jambu gayus, jambu seran, janggus,
gayus (Kalimantan), jambu dare, jambu sereng (Sulawesi), kanoke, masapana, buka yakis,
buwa jaki (Maluku) (Dalimartha, 2000).
Jambu monyet (mete) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang prospektif untuk
dikembangkan sebagai produk pertanian organik, karena umumnya budidaya jambu mete
dilakukan tanpa penggunaan benih hasil rekayasa genetik, pupuk dan pestisida kimia (buatan)
serta menerapkan prinsip konservasi tanah dan air seperti
Seperti halnya sistem pertanian organic adalah sistem budidaya pertanian terpadu
dengan
mengoptimalkan
agroekosistem
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Spermatophyta.
Subdivisi
: Angiospermae.
Kelas
: Dicotyledoneae.
Ordo
: Sapindales
Famili
: Ancardiaceae
Genus
: Anacardium
Spechies
: Annacardium occidentale L
daun berbentuk bulat telur sungsang, tepi rata, pangkal runcing, ujung membulat dengan
lekukan kecil di bagian tengah, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau.
d. Bunga
Bunga tanaman jambu monyet tumbuh pada ujung tunas atau ranting yang baru
terbentuk sehingga buah muncul pada permukaan luar tajuk tanaman. Pembungaan tanaman
jambu monyet dapat terjadi sepanjang tahun atan dua kali dalam setahun dan itupun
tergantung pada iklim. Bunga jambu monyet memiliki bentuk yang beragam, misalnya
berbentuk piramida dan kerucut. Bunga berumah satu memiliki bunga betina dan bunga
jantan, tersusun bentuk malai, keluar di ketiak daun di ujung percabangan.
e. Buah
Buah jambu monyet awalnya sangat keras seperti batu, keras dan melengkung.
Tangkai buahnya lama-kelamaan akan menggelembung menjadi buah semu yang lunak dan
berwarna kuning. Rasanya manis agak sepat, banyak mengandung air, dan berserat. Biji
berbentuk bulat panjang, melengkung, pipih dan berwarna cokelat tua.
2.3 Kegunaan Jambu Monyet
Kayu dari batang tanaman jambu monyet dapat digunakan sebagai baha bangunan,
peralatan rumah tangga, dan kerajinan tangan. Kulit kayu digunakan pada ndustri batik atau
untuk bahan penyamak. Daun muda bisa dimakan sebagai lalap (mentah atau dikukus terlebih
dahulu). Buah dapat dikonsumsi langsung ataupun dijadikan pelengkap rujak, dibuat
minuman dan selai. Bagian yang paling populer adalah bijinya. Biji jambu monyet setelah
diolah disebut kacang mete. Kacang mete memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
dikonsumsi sebagai kacang ataupun campuran makanan lain seperti cokelat dan kue kering.
2.4 Khasiat Jambu Monyet
Kulit kayu berbau lemah, rasanya kelat dan berfungsu memicu aktifitas enzim percernaan.
Daunnya berbau aromatik yang berkhasiat sebagai antiradang dan penurun glukosa darah
(hipoglikemik). Biji berkhasiat sebagai pelembut kulit dan penghilang nyeri (analgesik).
Tangkai daun berfungsi sebagai pengelat dan akarnya berkhasiat sebagai pencahar (laksatif).
Beberapa khasiat dari jambu monyet adalah mengobati penyakit diabetes, sembelit, sariawan,
jerawat, radang mulut rahim, radang gusi, sakit gigi, gigitan ular berbisa dan ruam kulit
(Dalimartha, 2000).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan Jurnal Teknologi Budidaya Organik Jambu Mete di Flores Timur
Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan salah satu komoditas
perkebunan strategis yang dapat meningkatkan pendapatan petani terutama di lahan-lahan
margi-nal yang banyak terdapat di Kawasan Indonesia Timur seperti NTB, NTT, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Bali. Pengembangan tanaman jambu mete telah
dilaksanakan secara luas melalui proyek pemerintah bekerjasama dengan beberapa badan
keuangan dunia.
Salah satu produk pertanian organik yang prospektif untuk dikembangkan adalah
jambu mete di Flores Timur. Jambu mete merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
prospektif untuk dikembangkan sebagai produk pertanian organik, karena umumnya
budidaya jambu mete dilakukan tanpa penggunaan benih hasil rekayasa genetik, pupuk dan
pestisida kimia (buatan) serta menerapkan prinsip konservasi tanah dan air seperti yang
dilakukan oleh sebagian petani di Kabupaten Flores Timur.
Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu sentra tanaman jambu mete di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Luas areal tanaman jambu mete di Flores Timur pada tahun 2009
mencapai 28.782 ha dengan produksi 10.435 ton atau 714 kg/ha. Petani yang terlibat dalam
usaha tani jambu mete di Flores Timur mencapai 44.236 KK.
Berdasarkan hasil survei tahun 2009-2010 menunjukan bahwa jambu mete organik di
Flores Timur mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) bersertifikat organik internasional
(IMO) dan bebas unsur kimiawi, (2) produknya merupakan gelondongan dan kacang mete (3)
kacang mete diolah secara alamiah (pengeringan suhu rendah 47-500C dan tanpa bahan
pengawet) (4) warna kacang mete putih, dengan kadar air 5% (5) kacang mete dikemas
khusus dan divacum sehingga bisa tahan lama (6) kacang mete bisa langsung dikonsumsi
sebagai makanan sehat (7) produktivitas gelondong 530,78-540,01 kg/ha, dan (8) pemasaran
jambu mete organik dilakukan didalam maupun di luar negeri. Pembinaan dan pengawasan
dilakukan untuk mendapatkan produk jambu mete organik yang berkualitas dan memenuhi
syarat organik
Kabupaten Flores merupakan salah satu sentra tanaman jambu mete di Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Luas areal tanaman jambu mete di Flores Timur pada tahun 2009 mencapai
28.782 ha dengan produksi 10.435 ton atau 714 kg/ha. Petani yang terlibat dalam usaha tani
jmabu mete di Flores Timur mencapai 44.236 KK. Usaha tani jambu mete organik didaerah
ini telah mendapat sertifikat internasional dari IMO ( institut for marketocologi), yaitu sebuah
lembaga sertifikasi bertaraf internasional yang berkedudukan di Swiss (Swizerland). Jenis
sertifikat adalah : USDA/NOP untuk pasar Amerika dan EU registrasi 2009/92 untuk pasar
Uni Eropa . Lokasinya terdapat di Kecamatan Lewolema dan Titehena.
3.2.1 Kondisi Lahan dan iklim
Lokasi pertanaman jambu mete di Flores Timur terdapat pada ketinggian tempat 150450 m dpl, dengan curah hujan tahunan rata-rata 1.385mm, suhu udara 26,79- 29,31 oC,
kelembaban udara 68-85 %, lama penyinaran 39-90% dan jenis tanahnya didominasi oleh
Latosol. Berdasarkan klasifikasi iklim Schimdt dan Ferguson daerah initermasuk ilkim D
( daerah sedang) karena dalam setahun mempunyai bulan kering (curah hujan kurang dari
600mm/bulan) selama 5 bulan dan bulan basah ( curah hujan diatas 100 mm/bulan) 6 bulan.
untuk tumbuh potimal tanaman jambu mete membutuhkan curah hujan 1.500-2.500
mm/tahun dengan bulan kering 5-6 bulan dan bulan basah 4-5 bulan/tahun, kelembpan udaara
65-80% serta berada pada ketinggian tempat diantara 200-500 m dpl.
3.2.2 Bahan Tanam
Benih yang digunakan oleh petani jambu mete organik di Flores Timur bukan berasal
rekayasa genetika, tetapi dari kebun jambu mete organik. Benih jambu mete ditanam dengan
jarak tanam 8 x 8 m pada lahan yang bebas dari bahan kimia sintetis (pupuk dan pestisida).
3.2.3 Pemupukan
Untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman jarnbu mete, petani melakukannya secara
alami yaitu melalui : (1) penambahan pupuk organik dari pangkasan tanaman dan pupuk
kandang yang diberikan secara berkala, baik dalam bentuk segar maupun kompos, (2)
menanam tanaman legum sebagai tanaman pagar (hedgerow) yang bermanfaat sebagai
sumber
pupuk
organik,
pakan
ternak,
dan
perangkap
inang/predator.
dan
(3)
rnengintegrasikan ternak dalam kebun organik. Kotoran temak yang dihasilkan petani
digunakan sebagai pupuk organik dan dagingnya dikonsumsi.
Pembuatan pupuk organik dari bahan pupuk kandang atau serasah tanaman dilakukan
petani Flores Timur dengan cara fermentasi menggunakan dekomposer dari bonggol
pisang.Pembuatan dekomposer bonggol pisang dilakukan petani dengan cara sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan berupa : bonggol pisang 5 kg, gula merah 1 kg, air cucian
beras 10 l, drum plastik, selang dan botol air
2) Bonggol pisang diiris-iris tipis, lalu dimasukkan ke dalam drum plastik
3) Setelah itu dimasukkan air cucianberas dan gula merah yang sudah dilarutkan
4) Drum plastik kemudian ditutup dengan rapat. Untuk membuang gas dalam drum
plastik, dibuat lubang pada tutup drum dan diberi selang plastik yang ujungnya
dimasukkan ke dalam botol yang berisi air, sehingga gas yang ada di dalam drum
plastik dapat keluar dan udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam drum. Cairan
bonggol pisang dibiarkan dalam drurn plastik selama dua minggu.
5) Cairan bonggol pisang yang sudah matang sebanyak 1 liter dicampur merata dengan 5
liter air dan 1 ons gula merah, kemudian disiramkan ke bahan organik yang telah
disiapkan dan peram selama 1 bulan.
3.2.4 Konservasi Lahan dan Air
Konservasi lahan dan air di lahan yang miring (kemiringan di atas 30) dilakukan
petani dengan cara pembuatan terasering sederhana dan rorak. Terasering dibuat untuk
mengurangi erosi tanah pada musim hujan, yang dibuat dengan cara menyusun bebatuan
mengikuti kontur lahan sedangkan pembuatan rorak dengan ukuran panjang 100 cm, Iebar
40 cm dan dalam 60 cm dilakukan untuk menampung air pada musim hujan sehingga dapat
menambah ketersediaan air pada musim kemarau dan menampung bahan organik berupa
serasah tanarnan.
3.2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian harna dan panyakit, serta gulma dilakukan petani di Flores Timur adalah
dengan cara mekanis seperti pemetikan secara manual dan membuang bagian tanaman
yang sakit, serta menebang pohon yang terserang penyakit jarnur akar putih. Pestisida
nabati digunakan jika serangan hama dan penyakit cukup tinggi, selain itu kondisi kebun
diusahakan agar selalu dalam keadaanbersih.
3.2.6 Pengolahan Gelondong Mete
1) Pemisahan dan pembersihan
Gelondong buah dipisahkan dari buah semu dengan menggunakan tangan atau
pisau tajam. Setelah itu dibersihkan dari kotoran yang menempel dan dicuci hingga
bersih.
2) Pengeringan
Gelondong hasil sortasi dikeringkan dengan sinar matahari melalui penjernuran di
atas lantai yang dialasi terpal. Penjemuran biasanya dilakukan selama 3 - 4 hari
(tergantung kepada kondisi cuaca), hingga kadar air menjadi sekitar 10 - 12%.
3) Penyimpanan
kacang
kecokelatan
10
ini dilakukan agar kacang mete tidak mudah rusak. Setelah itu kacang mete dikemas
menggunakan plastik kedap udara dengan ukuran berat 4 kg, 1 kg, 0,5 kg, 250 g, 125
g dan 100 g. Kemasan kacang mete kemudian disimpan dalam ruang penyimpanan
dengan kelembaban udara 55%.
3.2.8 Pemasaran produk
Pemasaran produk jambu mete organik di Flores Timur umumnya dilakukan dengan
sistem kontrak, dimana harga tidak fluktuatif melainkan datar dari awal hingga akhir panen.
Pembayaran dilakukan dengan sistem tunai atau pemberian uang muka.Harga gelondong
mete organik di Flores Timur pada tahun 2009 adalah 10.700,-/kg, namun petani hanya
menerima 10.000,-/kg sisanya 700,-/kg dipotong untuk ecofund atau dana sertifikasi
5.00,-/kg, untuk saku inspektur Internal Control System (ICS)
100,-/kg. Setelah diproses menjadi kacang mete organik, harga jualanya dibedakan
berdasarkan ukuran dan bentuk, yaitu
-
utuh
80.000-125.000/kg tergantung kualitas
pecahan besar 60.000-65.000/kg
belah dua
55.000-65.000/kg
pecaha kecil 40.000-45.000/kg
remukan halus 25.000-30.000/kg
Saran :
Teknologi produksi jambu mete yang diterapkan petani di Flores Timur telah
menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik. Petani di Flores Timur pun telah mendapatkan
sertifikat organik Internasional dari IMO (Institute Of Marketelogi) yang merupakan salah
satu lembaga sertifikasi bertaraf internasional yang berkedudukan di Swiss.
Pelaksanaan budidaya jambu mete organik di Flores Timur sesuai dengan standar
pertanian organik seperti
1. Tidak menggunakan benih hasil rekayasa genetika
2. Penggunaan lahan yang bebas pupuk kimia dan pestisida
3. Tidak menggunakan pupuk kimia sintetis dan menggantinya dengan pupuk
organik dari pangkasan tanaman dan pupuk kandang, baik dalam bentuk segar
maupun kompos, menggunakan pupuk MOL
4. Menanam tanaman legum sebagai tanaman pagar (hedgerow) yang bermanfaat
sebagai sumber pupuk organik, pakan ternak, dan perangkap inang/predator.
3.2.9 Pemanfaatan limbah sebgai pupuk organik
Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)
11
Pupuk organik dapat berasal dari berbagai limbah pertanian dan ternak, dan salah
satunya sumber bahan baku lokal yang melimpah ketersediaanya adalah limbah kulit mete.
Bahan baku limbah kulit mete di Sulawesi Tenggara tersedia setiap tahunnya. Limbah kulit
mete yang dihasilkan tergantung dari produktivitas jambu mete setiap tahun. seperti pada
tahun 2009 terdapat 26.227 ton limbah dari hasil pengacipan.
Teknologi Pembuatan Pupuk Organik
Limbah kulit mete dicincang dengan ukuran kurang lebih 2 cm kemudian ditumbuk
sudah dicampuran dengan larutan gula merah kemudian ditutup rapat dan setiap 3 hari
Lakukan pengecekan diselingi dengan penggarukan bahan. Waktu yang diperlukan
untuk menjadi pupuk organik yang siap diaplikasikan dilapangan sekitar 2 3
minggu.
Pengendalian hama penyakit yang dilakukan oleh petani Flores Timur tidak begitu
intensif. Pengendalian yang dilakukan hanyalah pengendalian secara mekanik (memetik dan
menumbangkan tanaman yang terserang), secara fisik (penggunaan tanaman pagar), secara
biologi, meski tidak disebutkan secara eksplisit, dan secara kimia jika serangan hama maupun
penyakit telah melebihi ambang batas. Pengendalian hama penyakit telah dikonsep
sedemikian rupa untuk menghindari kerugian dan tetap dalam koridor pertanian organik.
Akan tetapi, lebih baik jika lahan di sekitar pertanaman jambu mete tidak hanya di
tanam legume. Pemilihan tanaman pendamping bisa juga berdasarkan kebuthan dalam
mengkonservasi predator dan parasitoid seperti tanaman yang memiliki bunga menarik dan
bau menyengat juga tanaman seperti jagung.
Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)
12
Dapat pula digunakan pestisida nabati seperti hasil percobaan Tombe (2008) yang
menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan fungisida nabati (cengkeh dan nimba) disertai
pemberian pupuk organik yang telah diperkaya dengan agensia hayati (Bacillus sp., Trichoderma sp. dan Cytopaga sp.) dapat menekan serangan penyakit busuk jamur akar putih pada
jambu mete antara 47 - 80% dan berbeda nyata dengan kontrol.
Petani di Flores Timur juga melakukan konservasi lahan dan air yang bertujuan
menjaga keseimbangan lingkungan. Konservasi yang dilakukan di antaranya pembuatan
rorak dan terasering.Selain memperhatikan kondisi lingkungan, petani Flores Timur juga
memastikan hasil pengolahan jambu mete, atau yang dikenal sebagai kacang mete, diolah
secara organik. Kacang mete diolah secara alamiah (pengeringan suhu rendah 47-50oC dan
tanpa bahan pengawet). Kacang mete yang tealh diolah berwarna putih dengan kadar air 5%.
Kemasan yang digunakan kacang mete ialah kemasan khusus serta dilakukan vacum
sehingga bisa tahan lama.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jambu monyet (mete) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang prospektif
untuk dikembangkan sebagai produk pertanian organik, karena umumnya budidaya jambu
mete dilakukan tanpa penggunaan benih hasil rekayasa genetik, pupuk dan pestisida kimia
(buatan) serta menerapkan prinsip konservasi tanah dan air seperti
13
Seperti halnya sistem pertanian organic adalah sistem budidaya pertanian terpadu
dengan
mengoptimalkan
agroekosistem
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Asmin. 2009. Teknologi pembuatan pupuk organik dari limbah jambu jambu mete. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara
Listyati, D. dan H. Supriadi. 2013. Keragaman usaha tani jambu mete organik di Flores
Timur. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Vol. 19 No. 2
Tombe, M. 2008. Pemanfaatan pestisida nabati dan agensia hayati untuk pengendalian
penyakit busuk jamur akar putih pada jambu mete. Bul. Littro. Vol. XIX No. 1, 2008, 68 - 77
14
Cahyono, B. 2005. Manfaat Jambu Mente. Tarat, Baandung. Nunung. 2000. Budidaya Jambu
Mente. Bina Aksarah, Jakarta.
15