Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jambu monyet (Annacardium occidentale L.) merupakan tanaman tahunan
yang pada umumnya dimanfaatkan bagian buah dan bijinya. Tanaman ini berasal dari
Amerika Selatan dan tumbuh secara alamiah di lembah sungai Amazon di Brazil bagian
Timur laut. dari Negara asalnya ini, tanaman jambu monyet menyebar ke seluruh penjuru
dunia terutama di negara-negara Sub tropis dan iklim tropis termasuk di Indonesia.(Bambang
Cahyono, 2005).
Nama umum tumbuhan adalah jambu monyet. Tumbuhan ini dikenal oleh masyarakat
Indonesia dengan beberapa daerah, diantaranya jambu mete (Jawa), jambu jipang, jambu
dwipa (Nusa Tenggara), jambu parang, jambu sepal, jambu gayus, jambu seran, janggus,
gayus (Kalimantan), jambu dare, jambu sereng (Sulawesi), kanoke, masapana, buka yakis,
buwa jaki (Maluku) (Dalimartha, 2000).
Jambu monyet (mete) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang prospektif untuk
dikembangkan sebagai produk pertanian organik, karena umumnya budidaya jambu mete
dilakukan tanpa penggunaan benih hasil rekayasa genetik, pupuk dan pestisida kimia (buatan)
serta menerapkan prinsip konservasi tanah dan air seperti
Seperti halnya sistem pertanian organic adalah sistem budidaya pertanian terpadu
dengan

mengoptimalkan

agroekosistem

dengan

perlakuan menopang kesehatan

tanah,ekosistem,dan orang-orang sehingga menghasilkan produksi pangan yang higenis dan


sehat untuk di komsumsi. Hal ini berpegang pada dasar ekologi, pengklasifikasian
keanekaragaman hayati sesusai kondisi local dengan mengabaikan masukan penggunaan efek
samping, baik dari sarana dan prasarana penunjang proses produksi.
2.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan mengenal sistem ataupun teknik budidaya jambu monyet (mete) dengan sistem organik

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi jambu monyet


Menurut Bambang Cahyono (2005), taksonomi tanaman jambu monyet secara lengkap
adalah sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta.

Subdivisi

: Angiospermae.

Kelas

: Dicotyledoneae.

Ordo

: Sapindales

Famili

: Ancardiaceae

Genus

: Anacardium

Spechies

: Annacardium occidentale L

2.2 Morfologi Jambu Monyet


a. Akar
Tanaman jambu monyet memiliki aakar tunggang dan akar serabut. akar tunggang
menembus tanah menuju pusat bumi sampai pada kedalaman 5 m lebih sedangkan akar-akar
serabut tumbuh menyebar dalam tanah secara horizontal (Pitojo, 2005)
b. Batang
Batang tanaman jambu monyet merupakan batang sejati, bergetah, berkayu dan keras.
batang tanaman bercabang dan memiliki banyak ranting sehingga dapat membentuk mahkota
yang tinggi dan indah. Percabangan batangnya dimulai dari bagian pangkalnya. Batang
jambu monyet bisa mencapai hingga 8-12 meter.
c. Daun
Daun jambu monyet merupakan daun tunggal. Daun jambu monyet tumbuh pada
cabang dan ranting secara berselang seling dan juga merupakan tempat berlangsungnya
proses asimilasi, daun jambu monyet berbentuk bulat panjang hingga oval dan membulat
hingga merucing di ujungnya. Panjang daun mencapai 22,5 cm dengan lebar 15 cm. Helaian

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

daun berbentuk bulat telur sungsang, tepi rata, pangkal runcing, ujung membulat dengan
lekukan kecil di bagian tengah, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau.
d. Bunga
Bunga tanaman jambu monyet tumbuh pada ujung tunas atau ranting yang baru
terbentuk sehingga buah muncul pada permukaan luar tajuk tanaman. Pembungaan tanaman
jambu monyet dapat terjadi sepanjang tahun atan dua kali dalam setahun dan itupun
tergantung pada iklim. Bunga jambu monyet memiliki bentuk yang beragam, misalnya
berbentuk piramida dan kerucut. Bunga berumah satu memiliki bunga betina dan bunga
jantan, tersusun bentuk malai, keluar di ketiak daun di ujung percabangan.
e. Buah
Buah jambu monyet awalnya sangat keras seperti batu, keras dan melengkung.
Tangkai buahnya lama-kelamaan akan menggelembung menjadi buah semu yang lunak dan
berwarna kuning. Rasanya manis agak sepat, banyak mengandung air, dan berserat. Biji
berbentuk bulat panjang, melengkung, pipih dan berwarna cokelat tua.
2.3 Kegunaan Jambu Monyet
Kayu dari batang tanaman jambu monyet dapat digunakan sebagai baha bangunan,
peralatan rumah tangga, dan kerajinan tangan. Kulit kayu digunakan pada ndustri batik atau
untuk bahan penyamak. Daun muda bisa dimakan sebagai lalap (mentah atau dikukus terlebih
dahulu). Buah dapat dikonsumsi langsung ataupun dijadikan pelengkap rujak, dibuat
minuman dan selai. Bagian yang paling populer adalah bijinya. Biji jambu monyet setelah
diolah disebut kacang mete. Kacang mete memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
dikonsumsi sebagai kacang ataupun campuran makanan lain seperti cokelat dan kue kering.
2.4 Khasiat Jambu Monyet
Kulit kayu berbau lemah, rasanya kelat dan berfungsu memicu aktifitas enzim percernaan.
Daunnya berbau aromatik yang berkhasiat sebagai antiradang dan penurun glukosa darah
(hipoglikemik). Biji berkhasiat sebagai pelembut kulit dan penghilang nyeri (analgesik).
Tangkai daun berfungsi sebagai pengelat dan akarnya berkhasiat sebagai pencahar (laksatif).
Beberapa khasiat dari jambu monyet adalah mengobati penyakit diabetes, sembelit, sariawan,
jerawat, radang mulut rahim, radang gusi, sakit gigi, gigitan ular berbisa dan ruam kulit
(Dalimartha, 2000).

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

2.5 Kandungan Kimia Jambu Monyet


Kulit kayu mengandung tanin yang cuku banyak, zat samak, asam galat, dan gingkol
katekin. Daun mengandung tanin-galat, flavonol, asam anakardiol, asam alagat, senyawa
fenol, kardol, dan metil kardol. Buah mengandung protein, lemak, vitamin (A, B dan C),
kalsium, fosfor, zat besi, dan belerang. Pericarp mengandung zat samak, asam anakardat dan
asam alagat. Biji mengandung 40-45 % minyak dan 21 % protein. Minyaknya mengandung
asam oleat, asam linoeat, dan vitamin E. Getah mengandung furural. Asam anakardat
berkhasiat bakterisidal, fungisidal, mematikan cacing dan protozoa (Dalamartha, 2000).

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Teknik Budidaya Jambu Monyet Secara Organik


Menurut Nunung (2000), usaha budidaya tanaman jambu mente yang harus
perhatikan adalah bibit. Penanaman bibit bisa beraal dari benih yang tumbuh dari biji yang
ditanam langsung atau yang telah disemaikan sebelumnya, setelah bibit tersebut sudah siap,
maka langkah yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
3.1.1. Persiapan lahan
Tanah dan lahan yang akan digunakan untuk menanam jambu mente harus disiapkan
sebulan bibit siap ditanam. Untuk tanaman tandus dan tidak menggunakan tanaman sela,
jarak tanam adalah 5 x 5 m, kalau menggunakan tanaman sela jarak tanamny 7 x7 m.
Kemudian selanjutnya, membuat lubang tanam yang ukuran 30 x 30 x 30 x cm dan biarkan
selam 1 minggu setelah itu tanh bagian atas dicampur dengan pupuk kandang dengan ukuran
perbandingan 1 : 1 kemudian dimasukkan kembali kedalam tanah yang biarkan sampai
penanaman siap untuk dilakukan
3.1.2. Waktu tanam
Untuk bibit yang berasal dari persemaian, pembungkus bibit yang berupa plastik,
kaleng dan lain-lainya dilepas pada saat sebelum penanaman. setelah bibit dimasukkan
kedalam lubang yang sudah disiapkan .
3.1.3. Pemeliharaan
Setelah bibit sudah ditanam, maka hal perlu diperhatikan adalah pemeliharaan.
Pemeliharaan dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada saat umur 2-4
tahun tanaman jambu mente biasanya berada pada tahapan masa kritis, maka sejak tanaman
sudah ditanam pada umur tersebut membutuhkan perawatan yang intensif. ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman jambu mente sebagai berikut :
a. Penyiangan dan Penggemburan Tanah
Tanah disekitar jambu mente perlu disiangi yang bertujuan untuk memberantas
tumbuh-tumbuhan yang mengganggu pertumbuhan tanaman yang diusahakan supaya tidak
terjadi persaingan dalam hal penggunaan unsur hara.

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

b. Penyulaman dan Penjarangan


Penyulaman dilakukan bertujuan untuk mempertahankan jumlah popilasi pohon yang
sesuai dengan yang diinginkan. Penyulaman hanya dapat dilakukan sebelum tanaman jambu
mete lainyang tumbuh normal berumur 3 tahun karena setelah melebihi umur tersebut
pertumbuhan tanaman sulaman mengalami kemunduran.
Penjarangan dilakukan untuk mengurangi jumlah populasi tanaman yang juga
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktifitas yang tinggi, Penjarangan
dilakukan pada umur tanaman 2-3 bulan.
c. Pemupukan
Tanaman jambu mente mampu tumbuh dan menghasilkan buah pada tanah kritis
tanpa pemupukan, namunmemproleh tingkat pertumbuhan dan produksi buah yang
memuaskan tanaman ini memerlukan pupuk sebagai sumber unsur hara yang akan diserap
oleh akar tanaman .
d. Pengairan
Bibit tanaman muda yang baru ditanam atau dipindahkan ke tempat persemaian
sangat membutuhkan air. akan tetapi tanaman jambu mente tidak bisa jika ada genangan air
pada areal penanaman.
e. Pemangkasan
Untuk membentuk cabang yang bagus dan tajuk yang luas perlu dilakukan
pemangkasan . Pemangkasan ada dua jenis : 1). Pemangkasan bentuk yaitu pemangkasan
yang dilakukan selama tanaman berupa bibit, dengan cara menghilangkan tunas-tunas
samping sehingga batang utama tumbuh tegak. 2). Pemangkasan pemeliharaan yaitu
pemangkasan setelah tanaman berproduksi yang bertujuan untuk menghilangkan cabang dan
ranting yang kering atau yang sudah mati.
3.1.4. Panen
Tanaman jambu mete biasanya berbuah pada umur 3-5 tahun, tetapi produksinya
belum memuaskan. Pada saat tanaman sudah mencapai umur 8-10 tahun produksinya sudah
sangat memuaskan dan akan terus berbuah lebat setiap tahunnya sampai berumur lebih dari
25 tahun dan akan mengalami penurunan produksi pada umur 30 tahun.

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

3.2 Pembahasan Jurnal Teknologi Budidaya Organik Jambu Mete di Flores Timur
Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan salah satu komoditas
perkebunan strategis yang dapat meningkatkan pendapatan petani terutama di lahan-lahan
margi-nal yang banyak terdapat di Kawasan Indonesia Timur seperti NTB, NTT, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Bali. Pengembangan tanaman jambu mete telah
dilaksanakan secara luas melalui proyek pemerintah bekerjasama dengan beberapa badan
keuangan dunia.
Salah satu produk pertanian organik yang prospektif untuk dikembangkan adalah
jambu mete di Flores Timur. Jambu mete merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
prospektif untuk dikembangkan sebagai produk pertanian organik, karena umumnya
budidaya jambu mete dilakukan tanpa penggunaan benih hasil rekayasa genetik, pupuk dan
pestisida kimia (buatan) serta menerapkan prinsip konservasi tanah dan air seperti yang
dilakukan oleh sebagian petani di Kabupaten Flores Timur.
Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu sentra tanaman jambu mete di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Luas areal tanaman jambu mete di Flores Timur pada tahun 2009
mencapai 28.782 ha dengan produksi 10.435 ton atau 714 kg/ha. Petani yang terlibat dalam
usaha tani jambu mete di Flores Timur mencapai 44.236 KK.
Berdasarkan hasil survei tahun 2009-2010 menunjukan bahwa jambu mete organik di
Flores Timur mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) bersertifikat organik internasional
(IMO) dan bebas unsur kimiawi, (2) produknya merupakan gelondongan dan kacang mete (3)
kacang mete diolah secara alamiah (pengeringan suhu rendah 47-500C dan tanpa bahan
pengawet) (4) warna kacang mete putih, dengan kadar air 5% (5) kacang mete dikemas
khusus dan divacum sehingga bisa tahan lama (6) kacang mete bisa langsung dikonsumsi
sebagai makanan sehat (7) produktivitas gelondong 530,78-540,01 kg/ha, dan (8) pemasaran
jambu mete organik dilakukan didalam maupun di luar negeri. Pembinaan dan pengawasan
dilakukan untuk mendapatkan produk jambu mete organik yang berkualitas dan memenuhi
syarat organik
Kabupaten Flores merupakan salah satu sentra tanaman jambu mete di Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Luas areal tanaman jambu mete di Flores Timur pada tahun 2009 mencapai
28.782 ha dengan produksi 10.435 ton atau 714 kg/ha. Petani yang terlibat dalam usaha tani
jmabu mete di Flores Timur mencapai 44.236 KK. Usaha tani jambu mete organik didaerah
ini telah mendapat sertifikat internasional dari IMO ( institut for marketocologi), yaitu sebuah
lembaga sertifikasi bertaraf internasional yang berkedudukan di Swiss (Swizerland). Jenis

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

sertifikat adalah : USDA/NOP untuk pasar Amerika dan EU registrasi 2009/92 untuk pasar
Uni Eropa . Lokasinya terdapat di Kecamatan Lewolema dan Titehena.
3.2.1 Kondisi Lahan dan iklim
Lokasi pertanaman jambu mete di Flores Timur terdapat pada ketinggian tempat 150450 m dpl, dengan curah hujan tahunan rata-rata 1.385mm, suhu udara 26,79- 29,31 oC,
kelembaban udara 68-85 %, lama penyinaran 39-90% dan jenis tanahnya didominasi oleh
Latosol. Berdasarkan klasifikasi iklim Schimdt dan Ferguson daerah initermasuk ilkim D
( daerah sedang) karena dalam setahun mempunyai bulan kering (curah hujan kurang dari
600mm/bulan) selama 5 bulan dan bulan basah ( curah hujan diatas 100 mm/bulan) 6 bulan.
untuk tumbuh potimal tanaman jambu mete membutuhkan curah hujan 1.500-2.500
mm/tahun dengan bulan kering 5-6 bulan dan bulan basah 4-5 bulan/tahun, kelembpan udaara
65-80% serta berada pada ketinggian tempat diantara 200-500 m dpl.
3.2.2 Bahan Tanam
Benih yang digunakan oleh petani jambu mete organik di Flores Timur bukan berasal
rekayasa genetika, tetapi dari kebun jambu mete organik. Benih jambu mete ditanam dengan
jarak tanam 8 x 8 m pada lahan yang bebas dari bahan kimia sintetis (pupuk dan pestisida).
3.2.3 Pemupukan
Untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman jarnbu mete, petani melakukannya secara
alami yaitu melalui : (1) penambahan pupuk organik dari pangkasan tanaman dan pupuk
kandang yang diberikan secara berkala, baik dalam bentuk segar maupun kompos, (2)
menanam tanaman legum sebagai tanaman pagar (hedgerow) yang bermanfaat sebagai
sumber

pupuk

organik,

pakan

ternak,

dan

perangkap

inang/predator.

dan

(3)

rnengintegrasikan ternak dalam kebun organik. Kotoran temak yang dihasilkan petani
digunakan sebagai pupuk organik dan dagingnya dikonsumsi.
Pembuatan pupuk organik dari bahan pupuk kandang atau serasah tanaman dilakukan
petani Flores Timur dengan cara fermentasi menggunakan dekomposer dari bonggol
pisang.Pembuatan dekomposer bonggol pisang dilakukan petani dengan cara sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan berupa : bonggol pisang 5 kg, gula merah 1 kg, air cucian
beras 10 l, drum plastik, selang dan botol air
2) Bonggol pisang diiris-iris tipis, lalu dimasukkan ke dalam drum plastik
3) Setelah itu dimasukkan air cucianberas dan gula merah yang sudah dilarutkan

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

4) Drum plastik kemudian ditutup dengan rapat. Untuk membuang gas dalam drum
plastik, dibuat lubang pada tutup drum dan diberi selang plastik yang ujungnya
dimasukkan ke dalam botol yang berisi air, sehingga gas yang ada di dalam drum
plastik dapat keluar dan udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam drum. Cairan
bonggol pisang dibiarkan dalam drurn plastik selama dua minggu.
5) Cairan bonggol pisang yang sudah matang sebanyak 1 liter dicampur merata dengan 5
liter air dan 1 ons gula merah, kemudian disiramkan ke bahan organik yang telah
disiapkan dan peram selama 1 bulan.
3.2.4 Konservasi Lahan dan Air
Konservasi lahan dan air di lahan yang miring (kemiringan di atas 30) dilakukan
petani dengan cara pembuatan terasering sederhana dan rorak. Terasering dibuat untuk
mengurangi erosi tanah pada musim hujan, yang dibuat dengan cara menyusun bebatuan
mengikuti kontur lahan sedangkan pembuatan rorak dengan ukuran panjang 100 cm, Iebar
40 cm dan dalam 60 cm dilakukan untuk menampung air pada musim hujan sehingga dapat
menambah ketersediaan air pada musim kemarau dan menampung bahan organik berupa
serasah tanarnan.
3.2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian harna dan panyakit, serta gulma dilakukan petani di Flores Timur adalah
dengan cara mekanis seperti pemetikan secara manual dan membuang bagian tanaman
yang sakit, serta menebang pohon yang terserang penyakit jarnur akar putih. Pestisida
nabati digunakan jika serangan hama dan penyakit cukup tinggi, selain itu kondisi kebun
diusahakan agar selalu dalam keadaanbersih.
3.2.6 Pengolahan Gelondong Mete
1) Pemisahan dan pembersihan
Gelondong buah dipisahkan dari buah semu dengan menggunakan tangan atau
pisau tajam. Setelah itu dibersihkan dari kotoran yang menempel dan dicuci hingga
bersih.
2) Pengeringan
Gelondong hasil sortasi dikeringkan dengan sinar matahari melalui penjernuran di
atas lantai yang dialasi terpal. Penjemuran biasanya dilakukan selama 3 - 4 hari
(tergantung kepada kondisi cuaca), hingga kadar air menjadi sekitar 10 - 12%.
3) Penyimpanan

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

Gelondong yang sudah kering, kemudian diangin-anginkan selama 24 jam, setelah


itu dimasukkan ke da1am karung goni dan disimpan dalam gudang.
3.2.7 Pengolahan Kacang Mete
1) Pengupasan Gelondong
Pengupasan kulit gelondong dilakukan secara manual menggunakan kacip atau alat
pemotong. Hasil pengupasan berupa kacang yang masih diselimuti testa, dicungkil
agar terpisah dari kulit gelondong, lalu dibersihkan. Kacang tersebut kemudian
dikeringkan dalam oven.
2) Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air kacang mete dan mernpermudah
pengupasan testa. Pengeringan yang dilakukan oleh petani diFlores Tirnur yaitu
dengan menggunakan oven. Suhu untuk pengeringan berkisar antara 47 - 50C, jika
suhu terlalu tinggi, kacang mete akan rapuh sehingga ketika dilakukan pengupasan
testa akan pecah. Sebaliknya, jika suhu terlalu rendah pengupasan akan sukar
dilakukan dan waktu pengeringan larna. Lama pengeringan 4 - 5 jam untuk suhu 47C
dan 3 jam untuk suhu 50C dengan kadar air berkisar 4-5%.
3) Pengupasan Testa
Setelah kacang mete dikeringkan, kemudian testa dikupas. Pengupasan di Flores
Timur dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Setelah testa tcrkupas
dilakukan pembersihan. Petani di Flores Timur dapat mengupas 4 - 12 kg kacang
utuh/orang/hari.
4) Sortasi dan grading
Pengelompokan ukuran (sortasi) dan bentuk (grading) kacang rnete dilakukan petani
Flores Timur untuk memenuhi standar mutu kacang mete kering, baik untak pasar
domestik maupun luar negeri (ekspor). Berdasarkan ukuran dan bentuk, kacang mete
dibagi ke dalam enam kelompok yaitu: (1) kacang utuh (whole); (2) kacang tidak utuh
atau pecah (butts) atau broken, (3) kacang belah dua (splits); (4) pecahan besar (large
pieces.); (5) pecahan kecil (small pieces); dan (6) rernukan halus (baby bits).
Berdasarkan warna, kacang mete dibedakan atas empat golongan, yaitu: (1) kacang
putih (white kernels); (2) kacang kekuningan (fancy); (3)

kacang

kecokelatan

(desserts); dan(4) kacang gosong (scorched).


5) Pengemasan dan penyimpanan
Selama proses pengupasan testa, sortasi, dan grading, kadar air akan bertambah
karena kacang mete mudah menyerap uap air. Oleh karena itu setelah dilakukan
sortasidan grading, petani mengeringkan kembali kacang mete dalarn oven dengan
suhu 50oC selama kurang lebih 15 jam sampai kadar airnya rnencapai 5%. Kegiatan
Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

10

ini dilakukan agar kacang mete tidak mudah rusak. Setelah itu kacang mete dikemas
menggunakan plastik kedap udara dengan ukuran berat 4 kg, 1 kg, 0,5 kg, 250 g, 125
g dan 100 g. Kemasan kacang mete kemudian disimpan dalam ruang penyimpanan
dengan kelembaban udara 55%.
3.2.8 Pemasaran produk
Pemasaran produk jambu mete organik di Flores Timur umumnya dilakukan dengan
sistem kontrak, dimana harga tidak fluktuatif melainkan datar dari awal hingga akhir panen.
Pembayaran dilakukan dengan sistem tunai atau pemberian uang muka.Harga gelondong
mete organik di Flores Timur pada tahun 2009 adalah 10.700,-/kg, namun petani hanya
menerima 10.000,-/kg sisanya 700,-/kg dipotong untuk ecofund atau dana sertifikasi
5.00,-/kg, untuk saku inspektur Internal Control System (ICS)

100,-/kg dan kas desa

100,-/kg. Setelah diproses menjadi kacang mete organik, harga jualanya dibedakan
berdasarkan ukuran dan bentuk, yaitu
-

utuh
80.000-125.000/kg tergantung kualitas
pecahan besar 60.000-65.000/kg
belah dua
55.000-65.000/kg
pecaha kecil 40.000-45.000/kg
remukan halus 25.000-30.000/kg

Saran :
Teknologi produksi jambu mete yang diterapkan petani di Flores Timur telah
menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik. Petani di Flores Timur pun telah mendapatkan
sertifikat organik Internasional dari IMO (Institute Of Marketelogi) yang merupakan salah
satu lembaga sertifikasi bertaraf internasional yang berkedudukan di Swiss.
Pelaksanaan budidaya jambu mete organik di Flores Timur sesuai dengan standar
pertanian organik seperti
1. Tidak menggunakan benih hasil rekayasa genetika
2. Penggunaan lahan yang bebas pupuk kimia dan pestisida
3. Tidak menggunakan pupuk kimia sintetis dan menggantinya dengan pupuk
organik dari pangkasan tanaman dan pupuk kandang, baik dalam bentuk segar
maupun kompos, menggunakan pupuk MOL
4. Menanam tanaman legum sebagai tanaman pagar (hedgerow) yang bermanfaat
sebagai sumber pupuk organik, pakan ternak, dan perangkap inang/predator.
3.2.9 Pemanfaatan limbah sebgai pupuk organik
Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

11

Pupuk organik dapat berasal dari berbagai limbah pertanian dan ternak, dan salah
satunya sumber bahan baku lokal yang melimpah ketersediaanya adalah limbah kulit mete.
Bahan baku limbah kulit mete di Sulawesi Tenggara tersedia setiap tahunnya. Limbah kulit
mete yang dihasilkan tergantung dari produktivitas jambu mete setiap tahun. seperti pada
tahun 2009 terdapat 26.227 ton limbah dari hasil pengacipan.
Teknologi Pembuatan Pupuk Organik

Limbah kulit mete dicincang dengan ukuran kurang lebih 2 cm kemudian ditumbuk

dan dilakukan penjemuran.


Setelah limbah kulit mete dianggap telah berpisah dengan CNSL-nya maka dibuatkan

bak pembuatan dengan ukuran kapasitas muatan 1 ton,


Buat pupuk organik dengan formulasi 1 ton limbah kulitmete + 1 karung ukuran 50 kg
kotoran sapi yang sudah kering + 1 karung ukuran 50 kg dedak + 1 karung ukuran 50
kg sekam kemudian diaduk dan diselingi dengan pemberian EM4 atau Orgadec yang

sudah dicampuran dengan larutan gula merah kemudian ditutup rapat dan setiap 3 hari
Lakukan pengecekan diselingi dengan penggarukan bahan. Waktu yang diperlukan
untuk menjadi pupuk organik yang siap diaplikasikan dilapangan sekitar 2 3
minggu.

3.2.10 Kandungan Hara Pupuk Organik Limbah Mete


Kandungan hara yang terkandung dalam pupuk organik
dari limbah kulit mete masing-masing N-total 1,08 %,
P2O5-total 0,90 me/100 g, K2O-total 1,30 me/100 g,
CaO-total 1,79 me/100 g dan kadar air 7,76 %.

Gambar 1. Kompos dari Kulit Mete

Pengendalian hama penyakit yang dilakukan oleh petani Flores Timur tidak begitu
intensif. Pengendalian yang dilakukan hanyalah pengendalian secara mekanik (memetik dan
menumbangkan tanaman yang terserang), secara fisik (penggunaan tanaman pagar), secara
biologi, meski tidak disebutkan secara eksplisit, dan secara kimia jika serangan hama maupun
penyakit telah melebihi ambang batas. Pengendalian hama penyakit telah dikonsep
sedemikian rupa untuk menghindari kerugian dan tetap dalam koridor pertanian organik.
Akan tetapi, lebih baik jika lahan di sekitar pertanaman jambu mete tidak hanya di
tanam legume. Pemilihan tanaman pendamping bisa juga berdasarkan kebuthan dalam
mengkonservasi predator dan parasitoid seperti tanaman yang memiliki bunga menarik dan
bau menyengat juga tanaman seperti jagung.
Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

12

Dapat pula digunakan pestisida nabati seperti hasil percobaan Tombe (2008) yang
menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan fungisida nabati (cengkeh dan nimba) disertai
pemberian pupuk organik yang telah diperkaya dengan agensia hayati (Bacillus sp., Trichoderma sp. dan Cytopaga sp.) dapat menekan serangan penyakit busuk jamur akar putih pada
jambu mete antara 47 - 80% dan berbeda nyata dengan kontrol.
Petani di Flores Timur juga melakukan konservasi lahan dan air yang bertujuan
menjaga keseimbangan lingkungan. Konservasi yang dilakukan di antaranya pembuatan
rorak dan terasering.Selain memperhatikan kondisi lingkungan, petani Flores Timur juga
memastikan hasil pengolahan jambu mete, atau yang dikenal sebagai kacang mete, diolah
secara organik. Kacang mete diolah secara alamiah (pengeringan suhu rendah 47-50oC dan
tanpa bahan pengawet). Kacang mete yang tealh diolah berwarna putih dengan kadar air 5%.
Kemasan yang digunakan kacang mete ialah kemasan khusus serta dilakukan vacum
sehingga bisa tahan lama.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jambu monyet (mete) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang prospektif
untuk dikembangkan sebagai produk pertanian organik, karena umumnya budidaya jambu
mete dilakukan tanpa penggunaan benih hasil rekayasa genetik, pupuk dan pestisida kimia
(buatan) serta menerapkan prinsip konservasi tanah dan air seperti

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

13

Seperti halnya sistem pertanian organic adalah sistem budidaya pertanian terpadu
dengan

mengoptimalkan

agroekosistem

dengan

perlakuan menopang kesehatan

tanah,ekosistem,dan orang-orang sehingga menghasilkan produksi pangan yang higenis dan


sehat untuk di komsumsi. Hal ini berpegang pada dasar ekologi, pengklasifikasian
keanekaragaman hayati sesusai kondisi local dengan mengabaikan masukan penggunaan efek
samping, baik dari sarana dan prasarana penunjang proses produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmin. 2009. Teknologi pembuatan pupuk organik dari limbah jambu jambu mete. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara
Listyati, D. dan H. Supriadi. 2013. Keragaman usaha tani jambu mete organik di Flores
Timur. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Vol. 19 No. 2
Tombe, M. 2008. Pemanfaatan pestisida nabati dan agensia hayati untuk pengendalian
penyakit busuk jamur akar putih pada jambu mete. Bul. Littro. Vol. XIX No. 1, 2008, 68 - 77

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

14

Cahyono, B. 2005. Manfaat Jambu Mente. Tarat, Baandung. Nunung. 2000. Budidaya Jambu
Mente. Bina Aksarah, Jakarta.

Pertanian Organik Tanaman Perkebunan (Jambu Mete)

15

Anda mungkin juga menyukai