Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Tanaman teh merupakan tanaman sub tropik yang bergenus Camellia dari
family Theceae. Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap
keadaan fisik tanah dan cukup sulit menembus lapisan tanah. Perakaran
berkembang pada lapisan tanah atas dengan kedalaman 0 cm sampai 25 cm, yang
merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam
tanah. (Anonim 1, 2011)
Tanaman teh merupakan tanaman perkebunan yang termasuk dalam bagian
tanaman penyegar. Teh yang biasanya dikonsumsi sebagai minuman
penyegar diperoleh dari pengolahan pucuk daun tanaman teh. Menurut
Setyamidjaja (2000), tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah subtropis
yaitu daerah di pegunungan Himalaya dan daerah-daerah yang
berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India serta Birma. Meskipun
berasal dari daerah subtropis namun daerah penyebarannya juga meliputi
daerah tropis, dingin dan panas. Daerah pertanaman teh di Indonesia pada
umumnya terletak di dataran tinggi (pegunungan) meskipun diusahakan
pula di dataran rendah. Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman teh adalah iklim dan tanah sehingga dalam
penanamannya harus memperhatikan kedua faktor tersebut (Pusat Penelitian Teh
dan Kina, 2006).
Tanaman teh (camellia sinensis) diperkirakan berasal dari daerah pegunungan
Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik
Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik
dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun.
Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di perkebunan-
perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 1


pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun
dan agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah
umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil
daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu
senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit
tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang
cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40
tahun ke atas. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan
ketinggian 200-2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah
umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman
teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak
tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang
merata sepanjang tahun. (Adisewojo, 1982)

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan?
2. Bagaimana pengendalian OPT pada Tanaman Teh Menghasilkan?
3. Bagaimana Pengendalian Gulmanya?
4. Bagaimana Pemupukan pada Tanaman Teh Menghasilkan?

1.3. Tujuan Penulisan


Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap para pembaca dapat menambah
wawasan mengenai Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Komoditas Teh, yang
meliputi pemangkasan, pengendalian OPT, pengendalian Gulma dan Pemupukan.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pemangkasan Tanaman Teh Tanaman Menghasilkan (TM)


2.1.1. Prinsip-Prinsip Pemangkasan
Pekerjaan pemangkasan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi bidang
petik sehingga memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan mendapatkan
produktivitas tanaman yang tinggi.
Tujuan dari pekerjaan pemangkasan adalah:
1. Memelihara bidang petik tetap rendah untuk memudahkan pemetikan
2. Mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif.
3. Membentuk bidang petik (frame) seluas mungkin.
4. Merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru.
5. Meringankan biaya pengendalian gulma.
6. Membuang cabang-cabang yang tidak produktif.
7. Mengatur fluktuasi produksi harian pada masa flush dan masa minus
(kemarau).
Dalam pemangkasan ada hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak.


2. Luka pangkas pada batang/cabang/ranting harus rata membentuk sudut 45o
menghadap ke dalam perdu.
3. Membuang ranting-ranting kecil dengan diameter kurang dari 1 cm (ukuran
pensil).
4. Membuang cabang yang membenggul.
5. Membuang cabang-ranting yang lapuk.
6. Membuang salah satu cabang/ranting yang menumpuk, bersilang atau
berdekatan dengan jarak kurang dari 5 cm
7. Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 3


2.1.2. Sistem dan Jenis Pangkasan
Sistem pangkasan adalah urutan ketinggian pangkasan yang diterapkan dalam
satu siklus pangkas dibandingkan dengan siklus pangkas sebelumnya. Ada dua
sistem pangkasan, yaitu:
a) Sistem I : Sistem pangkasan yang selalu naik - sistem ini setiap kali
melakukan pemangkasan selalu menaikkan bidang pangkasan (3-5 cm)
lebih tinggi dari bidang pangkasan sebelumnya sampai batas maksimal
pada ketinggian 65-70 cm, kemudian turun kembali pada ketinggian 50-55
cm.
b) Sistem II : Sistem pangkasan tetap - sistem ini setiap kali melakukan
pemangkasan berada pada ketinggian yang relatif tetap sekitar 60-65 cm
berulang-ulang setiap siklus pangkas. Dengan pertimbangan kontinuitas
produksi dan harapan produktivitas yang lebih baik, sistem pangkasan
yang banyak diterapkan di perkebunan besar adalah Sistem I. Dengan
sistem ini, cabang/ranting yang tertinggal pada.
Dengan pertimbangan kontinuitas produksi dan harapan produktivitas yang
lebih baik, sistem pangkasan yang banyak diterapkan di perkebunan besar adalah
dengan sistem ini, cabang/ranting yang tertinggal pada perdu relatif lebih muda
dari pangkasan sebelumnya, sehingga akan lebih cepat menumbuhkan tunas baru
yang berarti lebih cepat dilakukan jendangan. Pengaturan ketinggian pangkasan
dengan sistem di atas adalah sebagai berikut:
Siklus I : 50 cm (turun benggul)
Siklus II : 55 cm
Siklus III : 60 cm
Siklus IV : 65 cm, dan kembali lagi ke ketinggian siklus I (50 cm)
Untuk mempertahankan kestabilan produksi, maksimal blok yang turun
benggul adalah 25% dari areal yang dipangkas dalam satu tahun.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 4


2.1.3. Daur Pangkas
Daur pangkas yaitu jangka waktu antara pemangkasan terdahulu
dengan pemangkasan berikutnya, yang dinyatakan dalam tahun atau bulan.
Lamanya daur pangkas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Ketinggian letak kebun dari permukaan laut; makin tinggi letak kebun
dari permukaan laut, makin lambat kecepatan pertumbuhan tanaman
teh dan sebaliknya.
2. Sistem petik; petikan keras akan menyebabkan naiknya bidang petik
lebih lambat sehingga daur pangkasnya panjang, sedangkan petikan
ringan akan menyebabkan naiknya bidang petik lebih cepat sehingga
daur pangkas lebih pendek.
3. Kesuburan tanah dan pengelolaan tanaman; makin subur tanah dan
makin baik pengelolaan suatu kebun, makin cepat pertumbuhan
tanaman yang berarti makin pendek daur pangkasannya, bila
dibandingkan dengan tanaman pada tanah yang kurang subur/kurang
pemeliharaannya.
4. Pemetikan yang sering kaboler dan tidak "imeut" akan
memperpendek daur pangkasan, ini berarti produktivitas perdaur
pangkasan turun.
5. Jenis tanaman; tanaman yang berasal dari klon umumnya lebih cepat
pertumbuhannya disbanding tanaman teh asal biji. Makin tinggi
pangkasan sebelumnya, makin pendek dasar pangkasan berikutnya.
Dengan melihat beberapa faktor di atas, maka penentuan kapan satu
blok kebun harus dipangkas dilihat dari:
Produktivitas tanaman yang sudah mulai menurun.
Ketinggian bidang petik yang sudah tidak ergonomis bagi
pemetik (120-140 cm).

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 5


Urutan dipangkas dikaitkan dengan sebaran pangkasan per
bulan.
Sebagai prakiraan, daur pangkasan berdasarkan ketinggian tempat
adalah sebagai berikut :
Daerah Umur Pangkasan (bulan)
Tinggi 48 52
Sedang 36 42
Rendah 30 36
2.1.4. Waktu dan Sebaran Pangkasan Budidaya dan Pasca Panen Teh
Pertimbangan dalam waktu pangkasan dan sebaran pangkasan per
bulan dari rencana satu tahun ditentukan oleh: Sebaran target produksi per
bulan (bila memungkinkan juga dikaitkan dengan sebaran permintaanpasar
teh), kondisi iklim mikro setempat (tanah dan lingkungan) yang masih cukup
lembab serta tidak terlalu terik, sehingga pangkasan dimungkinkan dapat
dilaksanakan sepanjang tahun, dan kesehatan tanamansehingga kecepatan
penutupan (recovery) daun lebih cepat. Sebagai acuan, sebaran pangkasan per
semestar diatur sebagai berikut:
Semester I : 60-70% dari rencana setahun.
Semester II : 30-40% dari rencana setahun.
2.1.5. Kondisi khusus pemangkasan
Pada prinsipnya pangkasan dilaksanakan dengan sistem selalu naik,
pangkasan dilakukan pada kondisi tanaman sehat serta kondisi iklim masih
cukup lembab. Namun dalam kondisi khusus di mana tanaman yang ada 38
Budidaya dan Pasca Panen TEH umumnya kurang sehat, pengaturan waktu
pangkas menghendaki pemangkasan menjelang musim kemarau, khususnya
untuk daerah dataran rendah, dalam mempertahankan kestabilan produksi
dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Dilakukan pangkasan jambul.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 6


2. Dua bulan sebelum dipangkas tidak dilakukan pemetikan
3. Pemangkasan dilakukan relatif lebih ringan/lebih tinggi (> 60 cm).
4. Tidak melakukan pangkasan bersih, tetapi dengan pangkas kepris.
5. Secara bertahap kondisi khusus ini dikurangi dengan
mengkondisikan tanaman selalu dalam kondisi sehat melalui
upaya-upaya jangka panjang dan terencana, antara lain melalui
kegiatan konservasi tanah dan air.
2.1.6. Cara Pemangkasan
1. Persiapan Pemangkasan
Untuk menghindari adanya dampak negative (kekeringan,
pertumbuhan lambat atau kematian) selama masa tanaman tidak
berfotosintesa, kondisi tanaman yang akan dipangkas harus dalam
keadaan sehat. Pengecekan kesehatan tanaman dilakukan satu bulan
sebelum pemangkasan dengan cara test kadar pati atau tes kadar air.
2. Pemangkasan
Cara pemangkasan dan tingkat kemahiran pemangkas sangat
menentukan keberhasilan suatu pemangkasan selain faktor lainnya.
Sebelum pangkasan dimulai, terlebih dahulu harus dibuat contoh
pangkasan (indung pangkasan) yang diawasi dengan ketat.Secara garis
besarnya urutan pelaksanaan cara pemangkasan adalah sebagai berikut:
Pangkasan dengan Manual
1. Memotong cabang/ranting pada ketinggian yang dikehendaki.
2. Luka pangkas pada batang/cabang/ranting diupayakan rata membentuk
sudut 45 menghadap ke dalam perdu.
3. Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau
rusak, oleh karena itu gaet atau gergaji harus tajam.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 7


4. Memotong cabang/ranting yang besarnya lebih kecil dari ibu jari (< 2
cm) menggunakan gaet pangkas, sedangkan yang lebih besar dari ibu
jari (> 2 cm) mempergunakan gergaji pangkas.
5. Membuang cabang/ranting kecil yang berukuran diameter kurang dari
1 cm (ukuran pensil).
6. Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.
7. Untuk membentuk luka pangkas menghadap kedala perdu,
pemangkasan dilakukan dari kedua sisi perdu sesuai dengan barisan
tanaman. Pangkasan dengan mesin
3. Sisa Aplikasi Pemangkasan
Sisa pangkasan jangan dibuang/dikeluarkan dari lokasi. Sebaiknya
sisa pangkasan ditutupkan ke tanaman teh untuk menghindari sengatan
matahari langsung. Sisa pangkasan setelah mengalami pelapukan akan
menambah bahan organik dan unsur hara. Jika sisa pangkasan dibuang
maka bahan organik dan unsur hara ini akan hilang, selain itu adanya sisa
pangkasan dapat mencegah penguapan sehingga temperatur permukaan
tanah terkendali, erosi terhambat dan penyerapan unsur hara tidak akan
terganggu. Selain sisa pangkasan perlu dibersihkan lumut yang tumbuh
pada batang dan cabang-cabang teh agar tidak mengganggu pertumbuhan
tunas baru. Waktu yang Budidaya dan Pasca Panen TEH 39 tepat untuk
pembersihan lumut satu minggu setelah pemangkasan dilakukan dengan
sikat, bambu atau sabut kelapa.
4. Waktu Penyembuhan dari Pemangkasan
Secara umum setelah dipangkas + 30 hari mulai terjadi bintil-bintil
calon tunas dan setelah 70 hari s/d 100 hari, pertumbuhan pucuk sudah
siap untuk dilakukan tipping/jendangan. Tetapi periode waktu tersebut
berlangsung tergantung ketinggian pangkasan, jenis klon, waktu

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 8


pemangkasan, ketinggian tempat dari permukaan laut , umur tanaman dan
kondisi/kesehatan tanaman.

2.2. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Teh Tanaman Menghasilkan


(TM)
Hama dan penyakit pada tanaman teh sampai saat ini masih merupakan
masalah, karena menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi dan berpengaruh
terhadap pencapaian sasaran produksi.Usaha dalam menekan kehilangan hasil
akibat gangguan hama dan penyakit perlu mendapat perhatian khusus dalam
usaha pengendaliannya.
Tanaman teh sudah sejak lama terkenal di indonesia, bahkan indonesia
merupakan negara penhasil teh yang cukup besar. Namun dalam berkebun teh
juga tak luput dari gangguan-gangguan serangan hama dan penyakit yang dapat
menyebabkan kerugian pada perkebunan teh tersebutPengendalian hama dan
penyakit ini dapat dilakukan dengan pengendalian hama terpadu (PHT).
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah upaya pengendalian populasi atau
tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dengan menggunakan
salah satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalia yang dikembangkan dalam
satu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan
kerusakan lingkungan hidup.

2.2.1. Hama Tanaman Teh Tanaman Menghasilkan (TM)


1. Kepik pengisap daun teh (Helopeltis spp.)
Helopeltis antonii dan Helopeltis theivora, Famili Miridae, Ordo

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 9


(Helopeltis Sp) (Nimfa Helopeltis di daun teh)

Kepik pengisap daun atau Helopeltis menyerang pucuk daun


muda. Kepik ini menusuk dan mengisap daun the sehingga menjadi
bercak-bercak hitam.
Gejala :
Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan
ranting muda. Bagian yang diserang berbercak coklat
kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat
menyebabkan kanker cabang.
Pengendalian :
pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang,
sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan Tenodera,
Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.
Bias juga dengan menggunakan musuh alami, Musuh alami
Helopeltis ini banyak. Nimfanya dibunuh oleh laba-laba

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 10


lompat, nimfa belalang sembah dan predator lain. Dewasa yang
terbang ditangkap oleh capung dan laba-laba bikin jaring.
2. Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston
suppressaria) Famili Geometridae, Ordo Lepidoptera

Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun


muda, pucuk dan daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian
Ketiga jenis ulat jengkal tersebut dapat makan bermacam tanaman lain
selain teh. Ulat Hyposidra talaca dapat memakan tanaman kopi, kakao,
kina, Aleurites, jambu klutuk, rami dan beberapa jenis kacang-kacangan.
Ectropis bhurmitra bias memakan pohon kina, gambir, kakao, jeruk,
pisang, kacang tanah, singkong dan Sambucus.

Ulat Buzura suppressaria dapat memakan mangga, Aleurites,


Eucalyptus, Litchi dan jambu biji. Jenis-jenis tanaman yang merupakan
tanaman inang untuk ulat jengkal ini sebaiknya tidak ditanam di kebun
teh, karena keberadaannya akan membantu hama ini berkembangbiak.

Gejala :
Daun yang diserang bergigi/berlubang. Ulat jengkal
menyerang daun, pupus daun,dan pentil teh. Serangan berat

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 11


menyebabkan daun berlubang dan pucuk tanaman gundul,
sehingga tinggal tulang daun saja.
Pengendalian :
membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang dan
insektisida Lannate 35 WP, Lannate L. dapat pula dilakukan
dengan menjaga kebersihan kebun, memusnahkan ulat/
kepompong setiap kali memetik teh, dan menggunakan
pestisida nabati. Pengendalian dengan cara hayati merupakan
cara yang amat penting, dan akan berjalan sendiri jika musuh
alami tersedia dan dilestarikan.
3. Ulat penggulung daun (Homona coffearia)
Homona coffearia, Famili Tortricidae, Ordo Lepidoptera

Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Ulat
penggulung daun membuat tempat berlindung pada daun teh; caranya
dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun bersama-sama dengan
benang sutra, atau dengan menggulung satu daun lalu menyambungkan
pinggirnya.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 12


Ngengat Homona mengeluarkan telur yang berbentuk datar. Telur
tersebut tersusun dalam kelompok yang berbaris-baris di atas permukaan
daun teh. Larva yang menetas akan mulai memakan daun teh muda
sehingga mengurangi hasil panenan karena daun tersebut yang
dimanfaatkan manusia. Setelah larva tumbuh hingga panjangnya 18-26
mm, dia menjadi kepompong, kemudian ia keluar sebagai ngengat
dewasa. Ngengat aktif hanya malam hari.

Gejala :
Daun tergulung dan terlipat. Daun yang terserang tidak dapat
dipetik sebagai hasil panen the
Pengendalian :
Cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus
homonae, Elasmus homonae, insektisida Ripcord 5 EC.
4. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)
Cydia leucostoma, Famili Tortricidae, Ordo Lepidoptera

Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Ulat


penggulung pucuk menyerang bagian tanaman teh yang akan dipanen
oleh petani, jadi hama ini memiliki potensi cukup besar untuk
merugikan petani.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 13


Gejala :
Ulat tersebut menggulung daun pucuk dengan memakai
benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk sehingga
tetap tergulung.
Pengendalian :
cara mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles
dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin 85S.
5. Ulat api (Setora nitens, Parasa lepida, Thosea)

Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi


berlubang.Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas parasit dan
insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L.

6. Tungau Kuning
Polyphagotarsonemus latus, Famili Tarsonemidae, Ordo Acari

Tungau kuning adalah tungau kecil sekali, dengan panjang badan yang
biasanya 0,25 mm. Tungau kuning berkaki delapan.Tungau ini biasanya
terlihat pada permukaan bawah dari pucuk muda dan juga di tunas.
Tungau ini muncul pada pucuk muda, khususnya di pohon teh yang baru

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 14


dipangkas. Tungau menggali lubang di permukaan tanah dan masuk ke
lubang itu hingga hanya dapat terlihat atas badannya. Serangannya lebih
umum terjadi pada musim hujan. Tungau ini dimangsa oleh musuh alami
efektif. Musuh alami itu juga semacam tungau kuning. Tungau kuning
musuh alami itu berkaki lebih panjang dan larinya lebih cepat daripada
tungau kuning hama tersebut.
7. Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis)

Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian


permukaan bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau
membentuk koloni di pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun,
daun mengering dan rontok.

Tungau Jingga kesukaannya menyerang dan merusak pucuk-pucuk


tanaman teh terutama pada musim kemarau dimana serangannya begitu
meningkat (eksplosif), kadang-kadang pertanaman teh tampak kemerahan
karena kerusakan serang begitu serius selanjutnya tanaman tidak
menghasilkan pucuk sama sekali.

Gejala :
Daun-daun muda yang tersisa mudah sekali berguguran,
sedangkan daun-daun tua berubah warna menjadi merah, oleh
karena itu pada serangan yang serius tanaman- tanaman teh
tampak seakan-akan kemerah-merahan.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 15


Pengendalian :
Cara mekanis : Pengendalian gulma, pemupukan
berimbang, predator Amblyseius,
Chemis : Yang umum dilakukan blowing dengan
mengguankan serbuk belerang sebanyak 5-10kg/ha,
selain itu dapat dilaukan pula spraying dengan
menggunkan Medol 2% dengan emulsi sebanyak 400-
600 liter untuk satu hektar. Atau bias menggunakan
Insektisda Dicofan 460 EC, Gusadrin 150 WSC,
Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.
Kultur teknis : Yaitu apabila pada perkebunan teh yang
tidak terserang helopeltis atau cacar teh, lakukan
pemanfaatan tanaman pelindung sehingga dapat
mengurangi perkembangbiakan tungau-tungau
tersebut.Secara chemis.
2.2.2. Penyakit Tanaman Teh Tanaman Menghasilkan (TM)

1. Cacar teh

Penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh jamur E. vexans dapat
menurunkan produksi pucuk basah sampai 50 persen karena menyerang

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 16


daun atau ranting yang masih muda. Umumnya serangan terjadi pada
pucuk peko, daun pertama, kedua dan ketiga.
Penyebab :
jamur Exobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting
muda.
Gejala :
Gejala awal terlihat bintik-bintik kecil tembus cahaya,
kemudian bercak melebar dengan pusat tidak berwarna dibatasi
oleh cincin berwarna hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan
menonjol ke bawah. Pusat bercak menjadi coklat tua akhirnya
mati sehingga terjadi lubang. Penyakit tersebar melalui spora
yang terbawa angin, serangga atau manusia. Perkembangan
penyakit dipengaruhi oleh kelembaban udara yang tinggi,
angin, ketinggian lokasi kebun dan sifat tanaman. Banyaknya
bulu daun pada peko dapat mempertinggi ketahanan terhadap
penyakit cacar. bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan
diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak menjadi
coklat dan terlepas sehingga daun bolong.
Pengendalian :
Mekanis : Mengurangi pohon pelindung, pemangkasan
sejajar permukaan tanah), dilakukan dengan pengaturan
naungan agar sinar matahari dapat masuk ke kebun.
Pemangkasan the di musim kemarau agar tanaman
yang baru dipangkas dapat berkembang karena pada
saat ini cacar teh sulit berkembang. Pengaturan daur
petik kurang dari 9 hari dapat mengurangi sumber
penularan baru karena pucuk terserang sudah terpetik.
Untuk pencegahan, sebaiknya ditanam klon teh yang

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 17


tahan seperti PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb
4, Gmb 5,
Chemis : fungisida.
2. Mati ujung pada bidang petik
Penyakit mati ujung disebabkan oleh jamur Pestalotia longiseta yang
menyerang tanaman terutama melalui luka atau bagian daun yang rusak.
Penyebab :
jamur Pestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024.
Gejala :
bekas petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah dan
mengering, pucuk baru tidak terbentuk. Pada daun dimulai
bercak kecil berwarna coklat, kemudian melebar. Pusat bercak
keabu-abuan dengan tepinya berwarna coklat. Dapat
menyerang ranting yang masih hijau, dengan gejala sama
seperti di daun. Serangan jamur dapat menjalar sampai ke
tunas sehingga ranting dan tunas mongering Pemetik teh
mempunyai peranan dalam menyebarkan jamur. Penyakit ini
akan timbul pada tanaman yang lemah karena kekurangan
unsur hara (N dan K), pemetikan yang berat, kekeringan,
angina kencang dan sinar matahari yang kuat.
Pengendalian :
Dilakukan dengan pemeliharaan kondisi tanaman yang baik
yaitu pemupukan berimbang, membuang bagian tanaman yang
terinfeksi dan pengaturan naungan sehingga bidang petiknya
tidak terkena sinar matahari langsung. Atau dengan cara
chemis yaitu dengan fungisida yang mengandung tembaga.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 18


3. Penyakit akar
Penyakit akar yang penting pada tanaman the yaitu Penyakit akar
merah anggur, Penyakit akar merah bata, Penyakit akar hitam, Penyakit
leher akar, Penyakit kanker belah.
Kelima penyakit ini menular melalui kontak akar sakit dengan akar
sehat atau melalui benang jamur yang menjalar bebas dalam tanah atau
pada sampah-sampah diatas permukaan tanah (jamur kanker belah).
Gejala :
Pada tanaman terserang adalah daun menguning, layu, gugur
dan akhirnya tanaman mati. Untuk mengetahui penyebabnya,
harus melalui pemeriksaan akar. Batang tanaman teh terbelah
dari bagian bawah ke atas, kayu menjadi busuk kering dan
lunak sehingga mudah hancur (penyakit kanker belah). Unsur
yang mempengaruhi penyebaran penyakit adalah ketinggian
tempat, jenis/ kondisi tanah dan jenis pohon pelindung.
Pengendalian :
Cara Mekanis : Dilakukan dengan penanaman pohon
pelindung yang tahan, membongkar tanaman teh yang
terserang, menjaga kebersihan kebun.
Cara Kimia : Pemberian Trichoderma sp. 200 gram per
pohon pada lubang bekas tanaman yang dibongkar dan
tanaman disekitarnya pada awal musim hujan, di ulang
setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan gejala
penyakit akar di daerah tersebut. Tanaman teh
disekitarnya diberi pupuk kandang atau pupuk organik.
a. Penyakit akar merah anggur
Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol.
Penularan melalui kontak akar. Penyebabnya yaitu jamur Ganoderma

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 19


pseudoferreum. Gejalanya yaitu tanaman menguning, layu, mati.
Pengendaliannya yaitu membongkar dan membakar teh yang sakit,
menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat,
fumigasi metil bromida atau Vapam.
b. Penyakit akar merah bata
Penyebabnya yaitu jamur Proria hypolatertia. Di dataran
tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan melalui kontak akar,
Gejalanya yaitu sama dengan penyakit akar merah anggur.
Pengendaliannya sama dengan penyakit akar merah anggur.
c. Penyakit akar hitam
Penyebabnya yaitu jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500
meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000 meter dpl. Gejalanya yaitu
daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang
hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih
(R. arcuata) atau hitam (R. bunodes). Pengendaliannya sama dengan
penyakit akar umumnya.

2.3. Pengendalian Gulma Tanaman Teh Tanaman Menghasilkan (TM)


Pengendalian gulma di perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan rutin
yang penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Populasi gulma yang tumbuh
tidak terkendali, akan merugikan tanaman teh karena terjadinya persaingan di
dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Jenis-
jenis gulma tertentu diduga pula mengeluarkan senyawa racun (allelopati) yang
membahayakan tanaman teh.
Gulma akan menimbulkan masalah besar pada areal tanaman teh muda atau
pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini disebabkan
sebagian besar permukaan tanah terbuka dan secara langsung mendapatkan sinar

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 20


matahari, sehingga perkecambahan maupun laju per-tumbuhan berbagai jenis
gulma berlangsung sangat cepat.
Pengendalian gulma pada pertanaman teh bertujuan untuk menekan serendah
mungkin kerugian yang ditimbulkan akibat gulma, sehingga diperoleh laju
pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal.
2.3.1. Macam-Macam Gulma dan Pengendalianya
Di perkebunan teh dikenal gulma yang berbeda-beda jenisnya untuk
setiap perkebunan. Jenis-jenis gulma yang banyak dijumpai yaitu Ageratum
conyzoides (wedusan, babadotan), Emilia sonchifolia (jonge, jawirowo),
Polygonum nepalense (jukut haseum), Oxalis sp (calingcing, semangi
gunung), Euphatorium riparium (teklan), Cyperus rotundus (teki), Panicum
repens (jajahean, lempuyangan, balungan), Imperata cylindrical (eurih, alang-
alang), dan sebagainya.
Jenis gulma yang tumbuh di pertanaman teh sangat beragam. Sulit
pengendaliannya bila hanya digunakan satu cara saja. Oleh karena itu perlu
diketahui dengan baik berbagai cara pengendalian gulma yang dapat
dilakukan. Usaha pengendalian yang efektif dan efisien hanya dapat diperoleh
dengan menggunakan cara pengendalian yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi. Pengendalian gulma pada tanaman teh dapat dilakukan secara kultur
teknis, mekanis/manual, dan kimia.
Cara Kultur Teknis
Pengendalian gulma secara kultur teknis merupakan
upaya menekan pertumbuhan danb perkembangan gulma
melalui pengaturan cara bertanam, penanaman tanaman
penutup tanah, dan atau pemberian mulsa. Pengendalian secara
kultur teknis pada penanaman teh dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 21


1. Penerapan seluruh teknik bercocok tanam teh secara
benar dan tepat yang menjamin laju pertumbuhan
tanaman muda secara maksimal. Populasi tanaman teh
yang lebih cepat menutup tanah akan mampu menekan
pertumbuhan gulma.
2. Penanaman tanaman pupuk hijau seperti Theprosia sp.
dan Crotalaria sp. di antara tanaman teh.
3. Pemberian mulsa berupa hasil pangkasan pupuk hijau,
rumput Guatemala, daun lalang, dan sebagainya.
Cara manual/mekanis
Cara manual merupakan cara pengendalian gulma
tradisional dengan menggunakan alat-alat yang sederhana
seperti cangkul, kored, garpu, sabit, dan sebagainya.
Pengendalian secara manual/mekanis pada pertanaman teh
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman teh
muda dengan tangan
2. Memotong gulma di permukaan tanah atau di bawah
permukaan tanah dengan parang, sabit, kored, atau
cangkul. Cara ini harus dilakukan dengan hati-hati agar
tidak menyebabkan kerusakan pada pangkal batang dan
perakaran tanaman muda. Kerusakan akar dapat
mengakibatkan turunnya kemampuan akar untuk
menghisap unsur-unsur hara dan air serta memperbesar
kemungkinan terjadinya infeksi pada akar, terutama
oleh jamur Ustulina sp. dan Armilaria sp.

Pada pemberantasan secara manual, keadaan di sekeliling tanaman


sampai diameter 40 cm harus dibersihkan. Gulma hasil penyiangan

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 22


dikumpulkan dan dibuang jauh. Pengendalian secara manual kurang efektif
untuk memberantas jenis-jenis gulma yang berkembang biak pada bagian
tanaman yang ada di bawah tanah (rimpang, stolon, umbi, dan sebagainya).

Cara Kimia
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia berupa racun gulma atau herbisida.
Karena sifatnya yang langsung ditujukan pada gulmanya, cara
ini mempunyai beberapa keuntungan jika dilaksanakan sesuai
anjuran, memperhatikan sifat gulmanya, dan juga sifat
herbisidanya. Pengendalian secara kimia dapat dilaksanakan
dengan menggunakan:
1. Herbisida pra tumbuh untuk mematikan biji-biji
berbagai jenis gulma di dalam tanah yang berpengaruh
terhadap tanaman teh muda. Contoh herbisida pra
tumbuh ialah: Goal 2E dengan dosis 1 liter 2 liter per
ha, Sencor 70 WP dengan dosis 0,5 kg 1 kg per ha
2. Herbisida purna tumbuh, terutama untuk
pemberantasan jenis-jenis gulma tahunan yang sulit
dikendalikan dan tidak dapat di brantas dengan cara
manual/mekanis, seperti lalang (Imperata cylindrical),
lempuyangan (Panicum repens).
Herbisida purna tumbuh yang relative aman terhadap
tanaman teh muda adalah glifosfat yang di
formulasikan dalam beberapa nama dagang herbisida
seperti Roundup, Kleenup 480 AS, eagle 480 AS, dan
Sunup 480 AS dengan dosis 1,5-6,0 liter per ha.
Khusus untuk membrantas jenis-jenis gulma berdaun
sempit, baik gulma semusim maupun tahunan, dapat

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 23


digunakan herbisida Fusilade 25 EC, dengan dosis 0,5
liter 1,0 liter per ha. Untuk memperoleh hasil
pengendalian yang baik diperlukan 2-3 kali
penyemprotan dengan selang waktu 3-4 minggu pada
dosis yang sama.

2.4. Pemupukan Tanaman Teh Tanaman Menghasilkan (TM)


Tujuan dari pemupukan secara umum adalah untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk
mencapai produksi yang optimal. Tanah sebagai pemberi unsur hara langsung
kepada tanaman akan mengalami penurunan kemampuan fungsi karena
pengeksplotasian oleh tanaman.
Oleh karena itu untuk pemenuhan kebutuhan akan tanaman dan tercapainya
produksi yang optimal perlu adanya pengolahan tanah melalui pemberian pupuk
baik itu pupuk organik maupun anorganik. Normalnya tanaman dipupuk 2-3 kali
dalam satu tahun
Dosis pemupukan untuk TM dengan target produksi 2000 kg teh
kering/ha/tahun adalah sebagai berikut:

Hara Dosis optimal (per pohon Jenis pupuk Aplikasi/tahun


dalam gram)
N 250-350 Urea, ZA 3-4 kali
P2O5 60-120 (andisol/regosol) TSP, SP36 1-2 kali
15-40 (latosiol/podsolik) TSP, SP36 1-2 kali
K2O 60-180 MOP, ZK 2-3 kali
MgO 30-75 Kieserit 2-3 kali
ZnO 5-10 Sengsulfat 7-10 kali
Pupuk diletakkan pada daerah perakaran pada jarak 30-40 cm dari perdu pada
kedalaman 10-15 cm.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 24


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :

Dalam SOP pengendalian tanaman teh menghasilkan (TM) ada beberapa


tahap pengendalian yaitu, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit,
penendalian gulma dan memberian pupuk pada tanaman teh menghasilkan
(TM)
Dalam pemangkasan perlu beberapa factor yang perlu diperhatikan sebelum
dan sesudah pemangkasan yaitu harus memperhatikan prinsip-prinsip
pemangkasan, daur pangkas, system pangkanya dan jenis pangkas yang akan
digunakan, waktu dan sebaran pemangkasan, kondisi pemangkasan, dan cara
pemangkasan sampai waktu penyembuhan pemangkasan.
Hama dan penyakit pada tanaman teh sampai saat ini masih merupakan
masalah, karena menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi dan berpengaruh
terhadap pencapaian sasaran produksi.Usaha dalam menekan kehilangan
hasil akibat gangguan hama dan penyakit perlu mendapat perhatian khusus
dalam usaha pengendaliannya.
Hama pada tanaman the menghasilkan (TM) diantaranya Kepik pengisap
daun teh (Helopeltis spp) salah satu pengendalianya dengan pemupukan
berimbang, Ulat jengkal, ulat penggulung pucuk , ulat api dan Ulat
penggulung daun, tungau kuning, dan tungau jingga pengendalianya
diantaranyadengan cara mekanis.
Penyakit pada tanaman the menghasilkan (TM) diantaranya cacar, Mati
ujung pada bidang petik, penyakit pada akar semua itu bisa dikendalikan
dengan cara salah satunya mekanis,
Gulma akan menimbulkan masalah besar pada areal tanaman teh muda atau
pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini disebabkan

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 25


sebagian besar permukaan tanah terbuka dan secara langsung mendapatkan
sinar matahari, sehingga perkecambahan maupun laju per-tumbuhan
berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat.
Di perkebunan teh dikenal gulma yang berbeda-beda jenisnya untuk setiap
perkebunan. Jenis-jenis gulma yang banyak dijumpai yaitu Ageratum
conyzoides (wedusan, babadotan), Emilia sonchifolia (jonge, jawirowo),
Polygonum nepalense (jukut haseum), Oxalis sp (calingcing, semangi
gunung), Euphatorium riparium (teklan), Cyperus rotundus (teki), Panicum
repens (jajahean, lempuyangan, balungan), Imperata cylindrical (eurih,
alang-alang), pengendalian gulma diantaranya bisa dengan cara kimiawi atau
manual.
Tujuan dari pemupukan secara umum adalah untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk
mencapai produksi yang optimal.

Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan | 26

Anda mungkin juga menyukai